Riska gadis berusia sembilan belas tahun. Dia masih duduk dibangku sma kelas dua, Karena sebuah perjanjian yang dilakukan oleh mendiang kakeknya dan juga sahabat kakeknya itu, Dia harus mengalami pernikahan diusia dini,
Tuan pratama adalah sahabat mendiang kakeknya, Dia meminta keluarga Riska untuk melaksanakan perjanjian yang sudah direncanakan oleh mendiang Kakeknya.
Tuan pratama mengirim sekretaris kepercayaannya beserta dua orang pengawalnya untuk datang kekediaman Riska, untuk menunjukkan surat yang dulu mereka berdua buat.
***
Tok,,,tok,,,tok,,,
Pintu rumah kediaman Riska diketuk. Dari dalam sana terdengar suara seorang perempuan yang mengatakan. "tunggu sebentar,"
Suara perempuan itu adalah Ibu Aini, Dia adalah ibunya Riska. Ibu Aini pun menghampiri pintu rumahnya untuk melihat siapa yang telah datang disiang bolos seperti ini.
Cklek
"Maaf, anda siapa?" Tanya Ibu Aini merasa bingung melihat beberapa orang pria berkunjung kerumahnya.
"Saya seketaris Han, Saya dikirim kesini oleh Tuan pratama. untuk mengatakan sesuatu yang sangat penting." Jelas salah seorang pria itu.
"Silahkan masuk kedalam." Ibu Aini mempersilahkan mereka masuk kedalam rumahnya.
"Terimakasih nyonya "
Mereka pun memasuki rumah kediaman Riska. Disana mereka dipersilahkan duduk diruang tamu ,
"Sekarang kalian bisa katakan apa tujuan kalian kemari?" Ucap Ibu Aini.
"Anda akan mengetahui tujuan kami kemari, Setelah anda membaca surat ini." Seketaris Han pun memberikan sebuah surat yang ia keluarkan dari dalam saku jasnya itu.
Ibu Aini pun lalu membuka dan membaca isi surat yang tadi diberikan oleh seketaris itu .
Isi suratnya
Saya Andrean dan juga Pratama, Berjanji jika nanti kami. Memiliki seorang putra atau putri kami akan menjodohkannya, Itu adalah keinginan terakhir kami. Jika kami meninggal kelak.
Sumpah kami.
Seperti itulah isi surat perjanjian mereka. Setelah membaca isi suratnya itu Ibu Aini pun merasa bingung harus mengatakan apa kepada mereka, Dia pun meminta waktu untuk menjawab kepastian mengenai hal ini.
"Sebelumnya saya minta maaf, Berhubung hal ini baru saya ketahui. Saya mohon meminta waktu untuk mengambil keputusan, Apalagi orang yang bersangkutan tidak ada disini." Ucap Ibu Aini sedikit gugup.
"Baiklah, Kami akan memberikan waktu tiga hari, Setelah itu kami akan kembali kesini untuk mengetahui keputusan anda dan juga putri anda." Jawab Seketaris itu .
Mereka pun akhirnya berpamitan untuk pergi dari sana. Tak lama kepergian mereka, Riska pun telah kembali dari sekolahnya.
"Aku pulang," Suara Riska mengagetkan Ibu Aini yang sedang masih memikirkan isi surat tadi.
"Ibu ada apa? Kenapa mendengar suaraku wajah Ibu berubah pucat, Ibu baik-baik saja kan?" Tanya Riska sangat bingung.
"Kau ini, Ibu hanya sedikit kaget mendengar suaramu yang menggelegar itu."
"iiiibuuu, Sampe segitunya mendengar aku." Ucap Riska dengan wajah cemberut.
"Cepat kau bersihkan dirimu, Lalu kita makan," Ucap Ibu Aini mendorong pundak Riska dengan perlahan.
"Baiklah Ibuku yang cantik."
Riska pun pergi kekamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang penuh keringat. Sedangkan Ibu Aini menyiapkan makanan untuk Riska makan.
Tak berapa lama Riska pun keluar kamar, Dia pun menghampiri Ibunya yang sedang berada diruang makan.
"Masak apa hari ini Ibuku yang cantik?" Tanya Riska sambil memeluk tubuh Ibunya dari belakang.
"Kamu ini suka sekali merayu Ibu." Jawab Ibu Aini sambil mencubit hidung Riska karena gemas dengan ucapan anaknya itu.
"Aw, Ibu." Ucap Riska dengan manja.
Riska yang merasa sangat lapar pun langsung mengambil sebuah piring dan menyendok nasi dan juga lauknya. Dia pun menyantapnya dengan lahap.
"Ris, Setelah makan boleh ibu berbicara?"
"Emm! tentu." Jawab Riska sambil mengunyah makanan yang berada didalam mulutnya itu.
Setelah selesai makan Riska dan Ibunya pergi keruang tamu untuk berbincang.
"Apa yang ingin Ibu katakan kepadaku?" Riska sangat penasaran apa yang ingin dikatakan oleh Ibunya.
"Silahkan kau baca surat ini, Kau akan mengetahuinya. Ris,tapi sebelum itu Ibu berharap kau tidak membenci mendiang kakekmu."
Riska lalu mengambil surat itu dan membacanya. Setelah selesai membaca isi suratnya. Riska pun sangat terpukul dan juga begitu kaget mendengar isi suratnya.
"Ma,,maksudnya apa bu?." Tanya Riska merasa kaget.
"Kakek telah menjodohkanmu dengan cucu sahabatnya, Itu adalah permintaan terakhir kakekmu, Ris."
"Ta, tapi aku masih sekolah Bu. Lagi pula usiaku masih sembilan belas tahun. Bagaimana bisa aku menikah diusia sekarang?." Riska sedikit kecewa dengan perjanjian itu.
"Ibu pun tidak mengerti harus berbuat apa? Tapi itu adalah keinginan terakhir kakekmu." Jelas Ibu Aini.
Tanpa berkata apa pun Riska berlalu meninggalkan ibunya sendiri. Dia pun kembali kekamar untuk menjernihkan pikirannya.
Ibu Aini tidak dapat memaksakan keputusan anaknya untuk menyetujui pernikahannya. Karena ini menyangkut masa depan anaknya.
Biarlah Riska yang memutuskan setuju atau tidak dengan perjodohan yang dibuat oleh mendiang kakeknya.
****
Pagi hari, Seperti biasa Riska berangkat kesekolah. Namun pagi ini dia tidak sarapan dirumah, Ibunya mengerti dengan sikap anaknya itu. Mungkin dia butuh waktu untuk memikirkan apa yang akan ia putuskan.
Disekolah tidak biasanya Riska melamun. Sahabatnya yang bernama Elsa pun merasa bingung dengan apa yang terjadi kepada Riska, Dia pun menghampiri Riska untuk bertanya mengenai kondisinya saat ini.
"Ada apa, Ris?." Tanya Elsa memastikan.
"Tidak, Aku baik -baik saja." Riska memasang senyum terpaksa kepada sahabatnya itu. Dia tidak ingin masalah yang dia hadapi membuat sahabatnya itu ikut memikirkannya.
"Sungguh? Apa kau benar baik-baik saja?." Tanya Elsa sedikit tidak percaya.
"Emm!." Riska hanya mengucapkan sedikit kata.
Jam pelajaran pun berakhir. Riska yang sibuk merapikan buku kedalam tas. Tidak menyadari kedatangan seseorang pria yang menghampirinya.
Pria itu adalah Dennis, Kakak kelasnya. Deniss dalah pria yang memiliki wajah tampan dan juga pinter. Dia banyak dikagumi oleh siswi -siswi yang lain. Termasuk Riska sendiri.
"Hai!." Sapa Deniss dengan nada lembut.
"Kak Deniss, Sedang apa disini?." Tanya Riska dengan wajah memerah.
"Pulang bareng yuk?." Ajak Deniss dengan wajah tersenyum.
"Bareng sama Aku? Bukankah kakak biasa pulang bersama Angela?."
"Lagi males, Lagipula Angela bukan siapa -siapa aku!." Jawab Deniss meyakini Riska agar mau pulang bersama dirinya.
"Emm, Gimana yah! Takut ada yang marah." Ucap Riska menolak ajakannya.
Deniss pun tanpa banyak berkata menarik tangan Riska untuk mengajaknya pulang bersama. Hal itu menjadi tontonan para siswa dan siswi. Termasuk Anggela wanita yang udah lama naksir berat dengan Deniss.
Kebersamaan mereka membuat Angela menjadi geram. Angela pun membuat sebuah rencana untuk memberi pelajaran kepada Riska.
***
Malam harinya, Riska yang telah memikirkan tentang keinginan mendiang kakeknya pun telah mengambil keputusan.
"Ibu bisa kita bicara?." Ucap Riska sambil duduk disofa ruang tamunya.
"Baiklah, Cepat katakan apa yang ingin kau bicarakan?."
"Mengenai keinginan Kakek. Setelah aku pikir -pikir. Aku setuju untuk menikah." Ucapan Riska membuat Ibunya sedikit tidak percaya dengan keputusannya itu. Karena tidak ada seorang pun yang menginginkan menikah dengan pria yang tidak dicintai sama sekali.
"Kamu yakin? Dengan apa yang kamu ucapkan " Tanya Ibu Aini memastikan.
"Aku yakin Bu, Awalnya memang berat. Tapi tidak ada salahnya aku memenuhi keinginan terakhir Kakek." Jawab Riska meyakini.
"Kalau begitu besok Ibu akan hubungi keluarga tuan Pratama untuk mengabarkan hal ini." Ucap Ibu Aini sambil memeluk Riska.
Meski keputusan yang diambil Riska begitu berat. Namun Riska tetap melakukannya. Demi memenuhi keinginan mendiang Kakeknya dia rela mengorbankan kebahagiaannya.
****bersambung ****
JANGAN LUPA YACH DILIKE DAN KASIH KOMENTARNYA UNTUK CERITA INI 🙏🙏🙏
Pagi hari, Seperti biasa Riska berangkat menuju sekolah. Didepan halaman sekolah, Angela dan dua orang temannya telah menunggu kedatangannya.
"Dasar wanita jalang! Udah gua bilang jangan coba lo deketin Kak Deniss." Angela mendorong tubuh Riska ketembok.
"awwww!." Suara Riska kesakitan.
"Kalau gua masih liat lo sama Kak Deniss. Gua bakal bikin lo lebih dari ini." Ancam Angela.
"Lo ngancam gua? Gw gk takut, Asal lo tau Kak Deniss yang nyamperin gua kemarin,." Balas Riska mengomelinya.
"Dasar wanita jalang." Jawab Angela begitu sangat kesal. Dia pun lalu menampar wajah Riska hingga Riska sampai terjatuh.
Plakkk...
Tamparan satu dilayangkan. Tidak cukup menamparnya sekali. Dia pun melayangkan tamparan kedua. Namun belum sempat tangannya meluncur diwajah Riska. Tiba-tiba seorang pria memegang lengannya itu.
"Sudah cukup." Ucap pria itu.
Pria itu bernama Arga pratama. Pria yang telah dijodohkan dengan Riska. Namun sayangnya Riska tidak mengetahui kalau pria yang menolongnya adalah calon suaminya.
Mendengar ucapan Arga. Angela dan teman -temannya pun terdiam. Mereka sangat bingung dengan sosok pria yang telah berdiri diantara mereka.
Pria yang memiliki tubuh tinggi, Dan juga wajah yang teramat tampan. Tiba-tiba muncul bak seorang malaikat yang menolong manusia.
Arga yang melihat Riska penuh dengan luka memar. Segera membawa dirinya keruang Uks. Dengan membopong tubuh Riska. Arga pun segera melangkahkan kakinya berlalu meninggalkan Angela dan yang lainnya disana.
***
"Kau baik -baik saja?." Tanya arga memastikan.
"Yah, Terimakasih kakak sudah menolong saya dan membawa saya keruang Uks."
"Sama-sama." Arga pun berlalu meninggalkan Riska didepan ruang Uks. Dia pun pergi menuju ruang kepala sekolah.
Jam pelajaran pun berakhir. Riska yang tengah sibuk merapikan buku-bukunya kedalam tas tidak menyadari kedatangan Deniss.
"Ayo kita pulang?" Ajak Deniss.
"Terimakasih kak. Tapi untuk hari ini aku tidak bisa pulang bareng." Jelas Riska.
"Apa kau menghindari aku?" Tanya Deniss merasa dirinya tak dihiraukan oleh Riska.
"Maaf. Bukan begitu! Aku hanya merasa tidak enak bila berdekatan denganmu." Jelas Riska sambil berlalu meninggalkan Deniss sendiri didalam ruang kelas.
"Ris, Tunggu? Sebenarnya ada apa denganmu?apa aku punya salah.?" Deniss bertanya terus menerus.
Riska tidak ingin kedekatannya dengan Deniss membuat masalah untuk dirinya. Apalagi Riska tau kalau Angela tidak main -main dengan ancamannya itu.
"Siaaal!." Ucap Deniss sambil menggaruk kepalanya meski sebenarnya tidak gatal.
***
Sesampai dirumah. Riska pun langsung masuk kedalam kamar. Dan meletakkan tasnya dibangku belajar.
Ibu Aini yang sedang berada didalam kamar pun keluar untuk menemui Riska.
"Ris, Tadi ibu sudah menghubungi tuan Pratama. Seketarisnya sebentar lagi akan tiba disini. Jadi kau bersiap-siaplah." Ucap Ibu Aini dari luar kamar Riska.
"Baiklah Bu. Setelah aku selesai mandi." Teriak Riska dari dalam kamar mandi.
Tak berapa lama. Pintu pun diketuk dari luar. Ibu Aini pun menghampiri pintu untuk melihat siapa yang datang. Saat membuka pintu ternyata seketaris Han dan kedua bodyguard tuan Pratama lah yang telah datang,
Mereka berdua dipersilahkan duduk diruang tamu untuk menunggu Riska selesai.
"Silahkan tuan? Tunggu sebentar." Ucap Ibu Aini.
"Terimakasih nyonya." Jawab seketaris Han sambil duduk disofa.
Setelah selesai berpakaian Riska pun keluar dari kamarnya untuk menemui seketaris Han yang sedang menunggu dirinya.
"Mari tuan Han. Aku sudah siap."
"Baiklah nona Riska."
Mereka pun pergi menuju kediaman keluarga Pratama. Sesampainya disana, Riska disambut oleh kepala pelayan yang bernama bibi Hana.
Bibi Hana adalah kepala pelayan yang sudah lama bekerja dirumah kediaman keluarga Pratama. Dia bukan hanya seorang kepala pelayan, Dia sudah seperti Ibu bagi seorang Arga pratama.
"Mari ikut bibi nona."
"Baiklah Bi."
Bibi Hana mengantar Riska kesebuah ruangan. Disana tuan Pratama sudah menunggu dirinya.
Tok,,,tok,,,tok
Bibi Hana mengetuk pintu dengan perlahan. Terdengar didalam sana seseorang memerintahkan mereka untuk masuk kedalam ruangan itu.
"Masuklah." Perintah tuan Pratama.
"Maaf tuan mengganggu! Tamu yang anda tunggu sudah datang." Ucap Bibi memberitahu.
"Persilakan dia masuk Bi."
"Baik tuan."
Bibi Hana pun kembali keluar untuk memanggil Riska agar masuk kedalam ruangan itu. Riska lalu masuk dan dia Pun menghampiri tuan Pratama yang sedang berdiri didepan jendela.
"Akhirnya kau datang juga nak, Riska."
"Tuan. Aku kesini untuk memberikan jawabannya."
"Duduklah dulu. Tidak usah tergesa -gesa."
Riska lalu menuruti perintah tuan Pratama dan dia pun duduk disofa.
"Aku bersedia untuk menikah dengan cucu anda tuan."
"Benarkah? Kau tidak akan menyesali keputusanmukan?."
"Tidak tuan. Aku sudah sangat yakin dengan keputusanku ini."
"Syukurlah kalau begitu. Aku sangat lega mendengarnya. Tiga hari lagi pernikahan itu akan dilangsungkan."
"Secepat itukah tuan?."
"Yah. Karena dihari itu adalah hari dimana kakekmu wafat, Nak."
"Begitu yah. Baiklah kalau begitu."
"Tapi masalahnya. Dihari itu cucuku tidak berada dinegara ini. Karena dia harus pergi kejerman."
"Lalu? Apa kita akan mengundur pernikahannya?."
"Tidak, Nak Riska. Itu tidak mungkin? Karena kakekmu menginginkan pernikahan itu dilaksanakan dihari wafatnya. Jadi itu tidak memungkinkan untuk mengundur pernikahan kalian."
"Kalau begitu dengan cara apa agar pernikahan itu tetap dilaksanakan?." Riska begitu penasaran dengan apa yang akan direncanakan oleh tuan Pratama dihari pernikahannya nanti.
"Bagaimana, Melalui seluler?." Jelas tuan Pratama.
"Apa? Mana bisa seperti itu tuan?."
"Itu satu-satunya cara agar pernikahan tetap berjalan."
"Kalau memang seperti itu? Baiklah aku setuju."
Setelah selesai berbicara Riska pun pulang kerumah untuk memberi tahu ibunya mengenai rencana pernikahan mereka.
Mendengar cerita dari Riska Ibunya sempat berpikir kalau keluarga Pratama telah mempermainkan mereka.
Ibu Aini tidak tau bahwa calon menantunya adalah orang sangat penting dinegara ini. Kepergian Arga kejerman bukan hanya bisnis biasa. Tetapi melainkan dia dikirim pemerintah untuk mewakili negaranya.
Maka dari itu kepergiannya tidak bisa dibatalkan.
***
Pagi harinya, Seperti biasa Riska pergi kesekolah. Saat diberjalan didepan halaman sekolah. Angela dan teman -temannya telah menunggu dirinya.
Riska bingung kali ini apa yang akan dilakukan oleh mereka. Bukankah Riska telah menuruti keinginan Angela untuk menjauhi Deniss.
"He! Perempuan jalang. Lo ngadu apa ama Kak Deniss?."
"Engga Gua gak bilang apa-apa."
"Jangan boong deh lo? Dasar perempuan murahan." Angela pun lalu menampar wajah Riska.
Namun sayangnya sebelum tangannya meluncur kewajah Riska. Deniss datang dengan tepat waktu. Dia menahan lengan Angela yang hampir meluncur kewajah Riska.
"Dasar perempuan berengsek. Sudah aku katakan jangan ganggu Riska lagi. Apa kau tidak mengerti?." Teriak Deniss mengomeli Angela.
"Tapi, Kak Deniss?."
"Asal kau tau Angela. Aku muak dengan perempuan murahan seperti dirimu. Jika aku melihatmu mengganggu Riska lagi. Aku tidak akan segan-segan menyakitimu." Ancam Deniss.
Deniss pun lalu membawa Riska pergi dari tempat itu untuk ke kelasnya. Deniss menyuruh Riska duduk dikursinya. Kedekatan mereka membuat para siswa serta siswi. Membicarakan tentang hubungan mereka.
"Maafkan aku? Ini semua karena aku yang tidak dapat melindungimu."
"Kak Deniss. Ini bukan karena salah kakak. Ini semua karena aku yang tidak dapat menjauh dari kakak. Maafkan aku?."
Deniss pun lalu memeluk Riska didepan teman sekelasnya. Adegan itu membuat para siswa terus menerus membicarakan kedekatan Deniss dan juga Riska.
****bersambung ****
JANGAN LUPA DILIKE YACH DAN JUGA KOMENTARNYA,,,🙏🙏🙏
Sudah tiga hari berlalu, Akhirnya hari itu pun tiba. Hari dimana akan dilangsungkan pernikahan. Tepat dihari wafat kakeknya. Riska akan menjalankan janji suci didepan altar.
Pagi hari, Riska sedang berdandan untuk menjadi seorang pengantin. Dia menggunakan gaun pengantin berwarna putih. Terlihat begitu sangat cantik.
Seketaris Han telah menunggunya diruang tamu untuk menjemput Riska ketempat acara berlangsung.
"Mari tuan Han. Aku sudah siap!." Ucap Riska.
Mereka pun pergi dari rumah itu menuju tempat acara berlangsung. Dengan menggunakan sebuah mobil berwarna hitam.
***
Sesampainya, Orang-orang disana telah menunggu sang pengantin perempuan. Riska yang turun dari mobil. Disambut dengan para tamu yang datang. Dia berjalan diatas karpet merah diiringi oleh suara musik.
Dia pun berjalan didampingi oleh tuan Pratama menuju altar. Meski didepan sana tidak nampak pengantin pria. Namun pernikahan itu tetap berlangsung.
Teng,,,teng,,,tereng,,,,
Teng,,,,teng,,,,tereng,,,,
Teng,,,teng,,,tereng,,,,
"Bersediakah, Tuan Arga Pratama. Menikah dengan nona Riska Adreana. Menjadi istri anda? Disaat susah mau pun senang. Saat sakit mau pun Sehat?." Suara sang Pendeta terdengar menggema didalam ruangan itu.
"Bersedia." Jawab Arga melalui seluler.
"Nona Riska, Adreana bersediakah anda? Menjadi istri tuan Pratama, Dan menemaninya disaat susah, Mau pun senang. Dan disaat sehat mau pun sakit?."
"Yah saya, Bersedia." Jawab Riska.
Setelah mengucapkan janji suci didepan pendeta. Riska pun menemani para tamu undangan. Yang datang memang tidak terlalu banyak. Hanya sebagai orang -orang penting sajalah yang diundang oleh tuan Pratama.
Bahkan teman sekolah Riska tidak ada seorang pun yang mengetahui pernikahan ini. Hanya guru-guru dan juga kepala sekolah sajalah yang datang kesana.
Karena memang pernikahan mereka untuk sementara dirahasiakan. Itu adalah permintaan Riska sendiri. Dia tidak ingin teman -temannya mengujat dirinya. Karena sepengetahuan mereka. Riska memiliki hubungan dengan Deniss kakak kelasnya.
Lagi pula usia Riska, Masih terlalu muda untuk menikah. Itu alasan yang membuat pernikahannya sementara dirahasiakan sampai dia memasuki universitas.
Sahabat Riska sendiri pun, Tidak dia beritahukan untuk sementara waktu. Lagipula pengantin pria pun tidak dapat hadir.
****
Waktu pun berlalu sangat cepat, Tidak terasa sudah seminggu sejak pernikahan itu berlangsung. Riska pun harus kembali kesekolah.
Seperti biasa, Riska berangkat pagi-pagi sekali kesekolah agar tidak terlambat kesana.
"Pagi Riska." Sapa Elsa sahabatnya itu.
"Pagi." Jawab Riska sedikit tidak semangat.
"Ada apa, Ris? Apa kau sakit?."
"Tidak, Aku hanya sedang tidak bersemangat."
"Kau ini, Sudah libur selama seminggu juga. Masih saja tidak bersemangat." Elsa mencubit pipi Riska karena merasa gemas melihat sahabatnya yang bertingkah aneh.
"Elsa, Nanti jam istrahat. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu?."
"Aaa, Jangan -jangan kau dan kak Deniss sudah resmi menjadi sepasang kekasih?." Elsa menggoda sahabatnya itu. Elsa berpikir kalau yang akan dibicarakan masalah tentang hubungan Riska dengan Deniss.
Bel pun berbunyi, Waktu jam istirahat. Riska dan Elsa pun pergi kehalaman belakang sekolah. Mereka lalu duduk dibangku.
"Cepat katakan? Aku jadi penasaran. Apa yang ingin kau katakan?." Ucap Elsa dengan wajah dipenuhi rasa penasaran.
"Sebenarnya, Waktu liburan kemarin adalah hari pernikahanku."
"What? Kamu engga bohong kan. Ris? Kamu menikah dengan siapa? Apa dia kak Deniss?." Elsa begitu merasa kaget mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Bukan. Dia bukan kak Deniss. Melainkan pria lain. Bahkan aku pun belum pernah melihat sosoknya seperti apa?."
"Maksud kamu apa sih? Aku tidak mengerti?." Elsa semakin bingung dengan ucapan Riska.
"Karena pada saat aku menikah. Pria itu tidak bisa hadir saat acara berlangsung. Dia hanya menggunakan seluler saja. Untuk mengucapkan janji suci pernikahan kami." Jelas Riska sedikit merasa kecewa dengan keadaannya.
"Kok bisa? Bagaimana ceritanya? Jadi sekarang ini kau benar sudah menikah?."
"Iya. Tapi aku mohon jangan sampai orang lain tau. Ini rahasia antara kita berdua. Lagipula aku tidak ingin pernikahanku sampai terdengar ditelinga kak Deniss."
"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan hubunganmu sama kak Deniss?."
"Aku juga tidak tau. Disisi lain aku sangat menyukai kak Deniss. Namun disisi lainnya, Aku pun menghormati pria yang sudah menjadi suamiku itu."
"Tunggu! Berarti kau belum pernah melihat wajahnya seperti apa?."
"Tidak. Lagipula aku tidak ingin mencari tau tentang dirinya."
"Kau ini. Harusnya kau tidak usah menikah dengannya." Elsa mencubit pipi Riska, Karena merasa gemas dengan apa yang dibuat oleh sahabatnya itu.
Mereka berdua lalu kembali kekelas. Untuk melanjutkan belajar. Setelah beberapa jam lamanya. Waktu belajar pun telah berakhir.
Seperti biasanya. Deniss tidak pernah lelah untuk mengajak orang yang ia sukai meski Riska terus menolak ajakannya.
Deniss yang sudah menunggu Riska didepan kelas. Berharap Riska hari ini akan ikut pulang bersamanya.
"Ris, Ayo kita pulang bareng?." Ajak Deniss sambil memegang lengan Riska.
"Sebaiknya tidak usah kak, Aku bisa pulang sendiri!." Riska menolak ajakan Deniss. Meski sebenarnya dia sangat senang bisa pulang bareng bersama pria yang disukainya.
"Kali ini kau tidak boleh menolak." Ucap Deniss sambil memegang lengan Riska. Dan menuntunnya jalan menuju tempat parkir dimana motornya ditaruh.
Mereka berdua lalu pulang bersamaan dengan menaiki motor yang Deniss punya.
***
Sesampainya dirumah, Riska pun turun dari motor. Dan masuk kedalam rumah agar ibunya tidak melihat kedekatannya dengan Deniss.
Dia tidak mau Ibunya kecewa kepadanya, Karena dia bersama pria lain. Disaat dia sudah menjadi istri orang.
"Siapa dia nak?." Suara Ibu Aini mengagetkan Riska. Yang sedang berjalan menuju kamarnya.
"Astaga ibu, Mengagetkan saja."
"Cepat katakan nak, Siapa pria itu?."
"Dia kakak kelasku. Memang ada apa?." Jelas Riska sedikit takut.
"Nak, Kau ini sudah menikah? Tidak baik dekat dengan pria lain. Jangan kau memberi harapan kepada pria. Disaat dirimu sudah berstatus istri orang."
"Aku mengerti bu." Jawab Riska sambil berlalu meninggalkan ibunya menuju kamar.
Riska pun masuk kedalam kamar dan menaruh tasnya dikursi belajar. Dia lalu mengambil sebuah handuk dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Setelah beberapa saat. Riska pun selesai mandi, Dan dia lalu berjalan menuju balkon. Pikirannya begitu hampa saat ini. Yang terlintas dalam benaknya adalah. Siapa dia? Seperti apa dia?.
Riska terus memandangi cincin yang melingkar dijarinya itu. Hari semakin larut dia pun merasa mengantuk. Dia lalu berjalan menuju ranjang kasurnya. Dan segera merebahkan tubuhnya yang merasa lelah setelah melakukan banyak kegiatan. Perlahan-lahan dia lalu tertidur.
***
Keesokan paginya, Saat Riska keluar rumah nampak Deniss. Sedang menunggu dirinya dipinggir jalan bersama motornya itu. Dia melambaikan tangan saat melihat Riska keluar.
Riska merasa bingung, Dia takut ibunya akan melihat dirinya bersama Deniss. Untuk kedua kalinya. Ibunya pasti akan marah.
Dia pun berjalan terburu-buru menghampiri Deniss. Dan tak banyak berkata Riska langsung menaiki motornya. Deniss tercengang melihat Riska seperti itu.
Namun dia begitu senang. Tanpa berpikir panjang Deniss pun melaju motornya dengan kecepatan rata-rata.
Kedatangan mereka berdua membuat para siswa mulai bergosip kembali mengenai hubungannya.
"Terimakasih kak, Ini helmnya." Riska pun memberikan helm kepada Deniss. Dan setelah itu berlalu meninggalkan Deniss sendiri diparkiran.
"Dasar, Aku tau sebenarnya kau sangat menyukaiku bukan? Kau hanya saja menutup -menutupinya." Oceh Deniss dalam kesendiriannya.
***
Besok murid -murid akan mengadakan studytur. Kesebuah tempat pegunungan.
***bersambung ***
JANGAN LUPA DILIKE DAN JUGA KOMENTARNYA YACH 🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!