NovelToon NovelToon

Beautiful Crazy Woman

Bab 1

Bellanca Putri, seorang wanita elegan yang gila kerja. Pada usia muda, Bellanca menjadi CEO di perusahaannya meneruskan usaha bisnis keluarga. Perusahaan Bellanca termasuk perusahaan terbesar di Indonesia, ibunya Bellanca adalah keturunan Chinese-Indo sedangkan ayahnya keturunan Korea. Bellanca sudah berumur 28 tahun dan di suruh menikah oleh sang ayah. Sedangkan Bellanca belum siap dengan namanya berkomitmen.

"Bell, Papa mau bicara sebentar," ucap Ferdinan.

Bellanca yang sedang duduk makan bersama di meja makan. Tersedak setelah mendengar suara parau sang ayah.

"Uhuk-uhuk."

"Minum dulu, Kak." Randi mengulurkan segelas air putih.

"Stop!" Bellanca menarik napasnya. "Pasti Papa akan bahas pernikahan dan perjodohan dengan keluarga Prasetyo lagi, kan?" Gadis itu Sedaya upaya menahan amarahnya.

"Tentu saja, Bell. Apa yang pernah Papa bicarakan di perusahaan kemarin bukan main-main," ucap Ferdinan dengan wajah serius menatap Bellanca.

Riana yang duduk di sebelah Ferdinan, mengelus tangan sang suami untuk menenangkannya, sambil berkata, "Sudahlah, Pa. Biarkan Bellanca."

Tak ingin memperpanjang perdebatan mereka, Bellanca meninggalkan meja makan. "Aku sudah kenyang," katanya sebelum berlalu.

"Tuh, kan? Bellanca marah. Papa, sih." Riana menjadi kesal.

Bellanca bergegas ke kamarnya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Saat hendak keluar kamar, Bellanca dikejutkan dengan kedatangan Randi. Yang sudah menunggunya di depan pintu kamar.

"Kamu ngapain disini, Ran?" tanya Bellanca.

Dengan tampang sok imut Randi merayu sang kakak.

"Kakak mau ke perusahaan, kan? Aku ikut nebeng, ya, sampai kampus."

"Mobil kamu kemana?"

"Mobil aku lagi di bengkel Kak, please antar ke kampus." Randi mengiba.

Mereka berdua kemudian turun ke bawah, menemui ke dua orang tuanya untuk berpamitan. Ferdinan dan Riana yang sedang duduk berdua di ruang tamu.

"Ma, Pa, Bellanca berangkat dulu," pamit Bellanca. Riana hanya tersenyum melihat anak-anaknya pergi.

"Hey, kamu yang bawa mobilnya." Randi pura-pura tidak mendengar Bellanca mulai marah.

"Kamu tuli, Ran?" tanya Bellanca menatap Randi dengan sinis.

"Iya, iya Kakakku yang bawel. Loh kenapa Kakak duduk belakang? Emang aku supir," gerutu Randi.

"Bodo amat mobil-mobil gue," ejek Bellanca.

"Sialan ngapain aku numpang segala, mana bahasanya gue gitu, ampun dah," umpat Randi dalam hati.

Tiga puluh menit kemudian, sampailah mereka di kampus.

"Turun kamu sana, Kakak buru-buru nih," ucap Bellanca.

Thomas dan Dimas, sahabat Randi, sudah menunggu di luar mobil, sambil melambai-lambaikan tangan.

"Kak," panggil Randi sambil mengulurkan tangannya.

"Udah, Ran. Udah. Enggak usah pakek cium tangan segala pergi sana!" usir Bellanca dengan tersenyum miris.

"Orang Randi minta uang saku geh," jawab Randi lalu terkekeh.

Bellanca memberi uang lalu meninggalkan Randi.

Dasar anak nggak tau diri, batin Bellanca.

Bellanca melajukan mobilnya menuju perusahaannya. Dalam perjalanan, tiba-tiba ponselnya berdering. Saat Bellanca membaca id caller Andri telah memanggilnya, sang asisten pribadi sekaligus sekretarisnya.

"Iya, Dri."

"Apa? Ke hotel ketemu klien?"

"Oke, aku ke sana." Bellanca kemudian mematikan panggilan teleponnya.

Entah mengapa, perasaan Bellanca tak enak. Dia merasa tak nyaman saat kakinya sampai di depan pintu hotel. Bellanca menjadi mengingat perkataan Andri akan menemui kliennya.

"Selamat pagi, Nona," sapa Andri.

"Kamu bohong, kan, kalau pagi ini bertemu klien?" Bellanca menatapnya tajam.

"Ikuti saya, Nona." Andri enggan menjawab pertanyaan Bellanca. Ia memilih untuk terus berjalan.

Bellanca terkejut menatap lelaki yang sedang duduk tersenyum kepadanya.

"Apa-apaan ini, Andrew Prasetyo? Awas kamu, Dri. Kamu memang cari mati," umpat Bellanca di dalam hati.

Sedangkan Andri sudah menghilangkan diri, entah ke mana, setelah memberitahu keberadaan Andrew dengan cara menipu, bahwa Bellanca harus menemui klien.

"Lama tidak bertemu, Bell." Andrew menjulurkan tangan.

"Udah, ya, nggak usah basa-basi!" Bellanca yang duduk di hadapan Andrew, membolak-balikkan buku menu tanpa menghiraukan Andrew.

Sialan, uluran tanganku tidak di sambut olehnya, batin Andrew kesal. Dia langsung menarik tangannya kembali.

"Kamu makin cantik ya," goda Andrew.

Andrew seorang pria yang tampan dan gagah, tetapi Bellanca tak sedikit pun tertarik kepadanya. Lelaki itu adalah yang akan dijodohkan dengan Bellanca. Merupakan pria terkaya setelah keluarga Hendriwan. Andrew berusaha mencari perhatian Bellanca, tetapi gadis itu acuh tak acuh menjawab pertanyaannya malah lebih sibuk mengotak-atik ponselnya.

Setelah satu jam duduk tanpa membahas perkara penting, Bellanca memilih beredar dari situ. "Maaf aku banyak pekerjaan yang sedang menunggu," katanya lalu meninggalkan Andrew.

Tangan Andrew mengepal dibawah meja, tetapi bibirnya tetap tersenyum manis kepada Bellanca.

Bellanca berjalan menuju lobi hotel. Andri mengikutinya dari belakang setelah melihat gadis itu meninggalkan Andrew. Tiba-tiba Bellanca memutar tubuhnya, membuat Andri sedikit terkejut dan hampir menabraknya.

"Andri Rahardian, kamu mau saya pecat?"

"Maaf, Nona. Saya hanya mengikuti perintah, Tuan." Andri bergetar dan menundukkan kepalanya.

"Papa lagi, Papa lagi!" gerutu Bellanca dalam hati.

Bellanca kembali melanjutkan perjalanannya, tetapi baru berapa langkah Bellanca terjatuh. Matanya membulat saat merasakan ada benda kenyal menyentuh bibirnya. Ternyata dia menabrak seorang yang sedang terburu-buru, sehingga mereka berdua terjatuh bersama.

"Maaf, saya sedang terburu-buru. Apakah anda baik-baik saja?" Pemuda itu berdiri mengulurkan tangan membantu Bellanca berdiri, tetapi gadis itu bergeming.

"Khemm." Pria itu berdehem, Bellanca tersadar dari lamunannya lalu menerima uluran tangan.

"Nona, tidak apa-apa kan?" Bellanca mengangguk. Belum sempat mengatakan sesuatu, lelaki tadi mengulurkan kartu namanya.

"Jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku," katanya sebelum berlalu meninggalkan Bellanca dan Andri.

"Sialan! menang banyak, tuh, laki-laki," umpat Andri dalam hati.

"Apa? Reyno Bastian idola ku? Pasti ini mimpi," batin Bellanca.

Reyno Bastian adalah artis tersohor di Indonesia. Umur mereka tidak terpaut jauh, hanya selisih dua tahun. Sejak Bellanca remaja, gadis itu sudah mengidolakannya. Tampan itu tentu saja, aura Reyno membuat Bellanca terpesona.

"Nona tidak apa-apa, kan?" tanya Andri telah menyadarkan Bellanca.

"Iya, saya tidak apa-apa. Kamu yang bawa mobil, Dri!" titah Bellanca.

"Baik, Nona." Andri bergegas menuju mobil takut Bellanca marah.

Bellanca di dalam mobil nampak berpikir keras mau menghubungi Reyno atau tidak. Menurutnya kapan lagi mereka bisa bertemu kembali. Gengsi begitu besar membuat Bellanca ragu.

"Nona, kita sudah sampai." Andri melirik Bellanca dari kaca tengah mobil.

"Hemm." Bellanca hanya bergumam tampak tidak bersemangat mengingat kejadian tadi.

Wajah tampan Reyno masih terbayang-bayang tampan dipikirannya. Ketika Bellanca mendekati lift khusus, tiba-tiba pintu terbuka.

"Gimana, Bell, bertemu Andrew di hotel?" tanya sang Papa. Tanpa menjawab pertanyaan Ferdinan, Bellanca langsung memasuki lift.

Jadi Papa cuma ke kantor cuma nanyain Andrew. Apa pentingnya coba? Buang-buang waktu, Pa, batin Bellanca.

Bellanca kini sedang fokus mengerjakan berkas-berkas yang bertumpuk di atas meja. Perhatiannya terganggu ketika pintu ruangannya di ketuk dari luar.

"Masuk!" teriak Bellanca. Andri masuk membawa sebuket bunga mawar berisi seratus tangkai.

"Nona, ini bunga dari Tuan Andrew." Andri menaruh di sofa ruang kerja Bellanca.

"Buang!" teriak Bellanca menatap dengan tajam.

"T-tapi Nona," ucap Andri tergagap.

"Bunga itu yang kamu buang atau kamu yang saya buang?" Bellanca terlihat sangat berang. Mengingat Andrew membuat panas hatinya.

"Siap, Nona." Andri buru-buru membuang bunga mawar pemberian Andrew takut macan betina mengamuk.

Bagi orang bekerja, waktu terasa cepat berlalu. Jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Bellanca lalu meninggalkan pekerjaannya, bergegas kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan sosok Reyno masih melayang-layang dipikirannya.

Ah, begitu kuat pesona Reyno!

Sesampainya di rumah Bellanca disambut Riana sang mama.

"Anak Mama udah pulang? Capek ya, Sayang?" tanya Riana, sambil memeluk sang putri.

"Ma, rayu Papa, dong. Aku nggak mau dijodohin sama Andrew," ucap Bellanca dengan mengiba.

"Oke, nanti Mama coba bicara lagi sama Papa, ya. Berdoa saja Papamu mau mengalah," ucap Riana. Dia mencoba untuk mengerti hati sang anak.

Bersambung....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Jangan lupa follow ig dewi_masitoh55

#salamhalu

Bab 2

"Bellanca, naik ke atas dulu ya, Ma. Mau istirahat, capek banget rasanya," pamit Bellanca.

Bellanca lalu menapaki anak tangga menuju kamarnya. Selesai saja mandi dan beristirahat sebentar, terdengar suara ketukan pintu berulang kali.

"Siapa lagi yang menganggu, nih? Nggak tau orang mau istirahat, pasti Randi ini," gerutu Bellanca.

Bellanca membuka pintu dengan kesal. Wajah Randi yang nongol di balik pintu. "Apa sih, Ran? Kamu tu, gangguin aja, tahu? Kakak mau istirahat juga nggak bisa." Bellanca menatap tajam ke arah Randi yang memakai kaus berwarna pink.

"Aku tau Kakak pasti capek. Mau aku pijitin?" Randi masuk ke dalam kamar sambil cengengesan. "Demi Kakak tercinta, aku rela, kok, jadi tukang pijit. Kakak beruntung, tahu, dapat layanan gratis dari aku," rayu Randi perlahan-lahan mendekati Bellanca.

"Jangan mengada-ada, ya. Kakak tahu, kok, mulut manismu itu pasti ada maunya." Bellanca duduk di atas ranjang, sambil bersandar pada kepala ranjang.

"Nggak kok, Kak." Randi turut duduk di samping Bellanca, sambil berpura-pura memijat kaki kakaknya.

"Alah jujur aja kenapa, sih!" Suara Bellanca meninggi. Ia kesal dengan sikap adiknya yang suka berpura-pura. "Nggak usah, deh, pijat-pijat kaki Kakak! Aku paling nggak suka ama orang munafik. Lagi pula aku mau istirahat. Ngantuk. Capek."

Randi yang cengar-cengir seperti kuda lumping. "Sebenarnya, aku mau pinjam mobil Kakak, yang terbaru, Ferrari LaFerrari Aperta," katanya malu-malu, sambil terus memijat kaki Bellanca.

Ini anak gila kali, ya? Seenaknya mau meminjam mobil aku. Mana mobilnya mahal lagi, batin Bellanca.

"Tuh, kan? Kakak bilang apa, coba? Pasti ada maunya. Kakak kenal kamu, tu, bukan baru sekarang, tapi udah sejak dari umur kamu baru sehari."

"He-he-he!" Randi terkekeh.

"Kalau lecet, gimana? Ginjal kamu Kakak jual, tahu?" ancam Bellanca.

"Nggak, kok, aku janji, deh. Mobil Kakak tak akan ada satu garis pun yang menghiasi mobil Kakak."

"Nggak. Keluar sana!" Sambil menepis tangan Randi yang mengurut kakinya.

"Jangan gitu, dong, Kak!" Randi tetap nyinyir. "Aku janji! Aku akan jaga mobil Kakak baik-baik, tenang jangan khawatir."

Ini anak, kalau nggak diikuti maunya, pasti dia akan ganggu aku terus, deh. Udahlah mataku tinggal lima watt, udah nggak kuat melek, masih ajalah kuncinya, batin Bellanca.

Ia kemudian mengulurkan tangan, meraih kunci mobilnya yang terletak di atas nakas. "Sudah, keluar sana!" Sambil melempar kunci mengenai wajah Randi lalu jatuh ke lantai.

Randi memungut kunci. Panas hatinya karena kunci tersebut mengenai wajah gantengnya. Namun, apabila melihat kunci mobil kesayangan sang kakak berada dalam genggamannya, amarahnya terus menguap entah ke mana.

Senyuman manis kini terukir di bibir Randi. "Terima kasih, Kakakku yang tercinta."

Bellanca mencebik lalu bertanya, "Kenapa dandanan kamu norak gitu, sih? Pakai kaus warna pink seperti kaum jamet, tahu? Nggak cocok banget,deh, sama mobil Kakak."

"Oppa-oppa Korea juga pakai kaus begini, loh! Keren, Kak," katanya, sambil mengacungkan jempol, "Kakak aja yang norak."

"Kamu gila ya? Itu oppa-oppa Korea, Randi. Lah kamu? Kakek-kakek maksudnya," ejek Bellanca sambil terkekeh.

Randi tak mau meladeni kakaknya lagi. Kalau dia tidak diberi kesempatan untuk membawa mobil mewah sang kakak. Mungkin dia sudah melawannya. Dia memilih turun untuk meminta izin dan berpamitan kepada Riana.

"Ma, Randi keluar dulu," pamit Randi.

"Ma, Randi keluar dulu, bye-bye."

Randi sedang terburu-buru tanpa mencium tangan Riana. Riana hanya menggelengkan kepala melihat si bungsu.

****

Saat makan malam suasana hening. "Bell," panggil Ferdinan, Bellanca langsung menghentikan makannya.

"Iya, Pa," jawab Bellanca memandang Ferdinan.

"Papa, sudah pikirkan jika perjodohanmu bisa dibatalkan. Tapi, ada syaratnya."

"Apa, Pa?" Bellanca terlihat antusias.

"Jika kamu mempunyai pacar, jangan lama-lama, Bell," terang Ferdinan meyakinkan Bellanca.

Mana ada pacar? Udah beberapa tahun ini, cuma mikirin perusahaan. Mana sempet cari, coba? Mau shopping aja enggak ada waktu, gerutunya dalam hati.

"Iya, nanti Bellanca akan cari, Pa. Jangan khawatir. Aku mau ke atas dulu ya, udah selesai makannya," pamitnya, lalu pergi ke kamarnya.

******

Sesampainya di cafe Randi menemui kedua sahabatnya, sering di sapa dua curut.

"Gila, Ran, mobil lo keren banget. Gue pengen yang lo punya aja nggak ke beli. Minta bokap malah mau di coret dari kartu keluarga," ucap Dimas meratapi nasibnya.

"Biasalah papa gue, yang beliin mobil keluaran terbaru. Keren 'kan mobilnya, namanya juga anak kesayangan," ucap Randi dengan bangga.

Jika, si macan betina denger pernyataan ku barusan pasti akan marah, habis di lahap. Maafkan ku, kak. Bohong gara-gara dua curut, ini, batin Randi.

"Apa perlu gue, jadi anak angkat Bokap lo, Ran? Agar gue dibeliin," ucap Dimas penuh harap.

"Gila lo, Dim. Demi mobil mahal keluarga sendiri ditinggalkan, dasar anak durhaka," hardik Thomas lalu terkekeh.

"Halu!" teriak Randi dan Thomas bersamaan.

Saat mereka asik bercengkrama, tiba-tiba ada sosok wanita menghampirinya. Wanita cantik nan seksi, terlihat dari wajahnya sangat berharap bergabung dengan Randi and geng. Thomas dengan antusias menerima wanita tersebut.

"Hai, kalian di sini? Boleh gabung nggak, nih?" tanya Vira.

"Boleh, sini gabung, Vir," jawab Thomas.

Randi hanya melirik Vira dengan kagum. Sangat mempesona dan cantik. Vira adalah seorang artis dan model papan atas. Selama ini Randi hanya memendam rasa. Sebenarnya mereka saling menyukai tapi Randi hanya sekedar kagum tidak lebih.

"Hai, Randi? Gimana kabar mu?" tanya Vira dengan lembut.

"Baik, kamu sendiri?" jawab Randi.

"Ya elah, yang ditanyain cuma Randi doang, kita enggak, Dim," sindir Thomas.

"Lah? Memang lo siapa? Ngarep banget ditanyain sama Vira? Tahu nggak, wanita cantik mah ogah nanyain lo," ejek Dimas dengan terkekeh.

"Sialan lo, Dim," umpat Thomas.

"Bukan gitu, Thom kan gantian. Kabar aku baik kok Ran," ucap Vira.

Randi dan Vira dan kedua sahabatnya yaitu Thomas dan Dimas mereka satu kampus. Mereka sedang melanjutkan S2-nya. Jurusan Bisnis mereka ambil.

"Wah, udah malam kayanya, gue, harus pulang duluan deh," pamit Randi.

"Ah, lo enggak seru! Ayo kita pindah ke club. Kita having fun, Ran. Ayolah, Vir. Apa lo berdua nggak kangen, suasana club," rayu Thomas mencoba meyakinkan.

Randi tak memperdulikan, ucapan Thomas. Randi langsung berdiri saja, Vira mengejar Randi lalu mengandeng tangannya. Thomas dan Dimas melihatnya jengah.

"Aku nebeng kamu ya, kita kan searah. Aku tadi kesini di anter supir jadi aku takut pulang sendiri," pinta Vira.

"Ok," jawab Randi, mereka berdua pergi meninggalkan meja.

"Enak banget ya jadi, Randi. Udah ganteng, kaya pula. Kita mah apa? Hanya serpihan debu," tutur Dimas menopang dagu.

"Ah lo! Ayo pulang! Otak lo isinya apa, Dim." Thomas menoyor kepala Dimas.

"Sialan, lo," sungut Dimas, ia membalas memukul kepala Thomas lalu kabur.

Vira memandangi Randi yang sedang asik dengan kemudinya. "Ada yang salah di muka gue? Kenapa diliatin terus," tanya Randi.

"Nggak pa-pa kok, Ran," jawab Vira sambil tersipu malu.

Aneh, ini perempuan, gerutu Randi di dalam hatinya.

Vira terus menerus menanyai Randi di dalam perjalanan. Membuat Randi sedikit risih dengan tingkah Vira. Apa lagi di tambah sikap manjanya menyenderkan kepalanya di bahu Randi. Akhirnya mereka berdua sampai di rumah Vira.

"Lo, nggak mau mampir dulu, Ran? Di rumah kosong, loh, nggak ada orang, ya, cuma ada asisten rumah tangga si. Mama, papa, lagi di luar Negeri," tawar Vira sambil menggoda Randi.

"Terima kasih, Vir. Gue lelah, mau istirahat di rumah," tolak Randi, ia menaikkan jendela kaca mobilnya lalu pergi meninggalkan Vira.

"Sorry, Vir. Gue bukan pria murahan yang mau lo, ajak tidur," gumam Randi kembali fokus dengan kemudinya.

Vira yang di tolak mentah-mentah oleh Randi hanya menghentak kaki. "Sialan gue di tolak! Liat aja kamu Randi. Kamu pasti jadi milikku." Vira bermonolog.

*****

Bellanca sedang berada di dalam kamarnya tidak bisa tidur. Berpikir mencoba menghubungi Reyno atau tidak. Jika tidak Bellanca takut menyesal, ia melirik ponselnya di nakas yang berada di samping ranjang.

"Iya enggak, iya enggak," ulangnya terus menerus.

Dan akhirnya Bellanca sudah mengetik pesan dari tadi. Tinggal mengirimnya saja Bellanca masih ragu, akan di balas atau tidak oleh Reyno. Tiba-tiba suara pintu terbuka mengagetkan Bellanca. Tanpa sadar jari Bellanca menyentuh tanda kirim lalu Bellanca berteriak.

"Oh my God!"

Randi bergeming karena binggung melihat Bellanca berteriak. Randi berjalan mendekati sang kakak, "Kenapa kak?" tanya Randi tanpa dosa.

"Kamu!" Bellanca melempar bantal ke wajah Randi.

"Sakit Kak, salah aku apa lagi si? Aku cuma mau balikin kunci mobil doang," ucapnya santai.

"Kamu dimataku selalu salah! Keluar!" teriak Bellanca kesal.

Randi pun keluar dari kamar Bellanca. Ia nampak berpikir, "Dasar Macan Betina sukanya marah-marah terus. Emang enggak capek apa?" Randi bermonolog.

Bellanca di dalam kamar uring-uringan. "Matilah aku, aduh malu banget pasti ini," gerutu Bellanca sambil mengecek ponselnya kembali.

Tidak ada balasan dari Reyno, membuat Bellanca tak bersemangat. Rasanya ingin sekali memejamkan mata, tapi matanya tidak mau terpejam. Hanya ingin menuggu balasan dari Reyno.

Tring...

Bunyi notifikasi pesan masuk.

Bersambung....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Jangan lupa follow ig dewi_masitoh55

#salamhalu

Bab 3

Mendengar bunyi notifikasi pesan masuk Bellanca langsung tersenyum merekah seperti mendapatkan hadiah.

"Apa! Pesan dari Reyno," ucap Bellanca dengan antusias, lalu ia membaca pesannya.

Reyno

Maafkan aku soal kejadian tadi. Aku tidak sengaja melakukannya. Karena buru-buru ada pekerjaan penting dan aku sudah telat. Jika ada waktu, bolehkah aku mengajak mu makan siang di restoran xxxx untuk permintaan maaf ku. Besok Siang.

Bellanca yang membaca pesan dari Reyno, ia senyum-senyum sendiri merasa bahagia. Bellanca langsung membalas pesan Reyno. Tak menunggu lama Bellanca mengetik sebuah pesan.

Reyno

Oke, jam makan siang aku akan datang.

Pesan sudah terkirim Bellanca merasa lega, Akhirnya dirinya tertidur dengan pulas. Di pagi hari pukul sudah menunjukkan 07.00. Bellanca masih enak tidur dengan gaya terlentang selimut yang sedikit lagi terjatuh. Tiba-tiba tirai terbuka sinar matahari menyilaukan matanya.

"Siapa yang berani buka tirai kamar," gumam Bellanca belum sadar seratus persen dari tidurnya.

Sambil mengusap-usap matanya, saat matanya terbuka lebar. "Eh, Mama." Riana sudah berkacak pinggang.

"Iya, Ma iya," lanjutnya.

"Bellanca, bangun. Siap-siap mandi," titah Riana. Biasalah, emak-emak kalo udah marah pasti enggak akan habis-habis marahnya.

"Kamu itu udah tua sama aja kaya Randi susah banget berubahnya. Gimana nanti kalo kamu punya suami? Suami mu suruh ngapa-ngapain sendiri?" tanya Riana mulai kesal.

Bellanca malas memperpanjang masalah hanya manggut-manggut merem melek matanya.

"Sudah sana! Oiya, Mama hampir lupa. Hari ini Randi sidang S2-nya kamu datang ya kasih dia selamat," titah Riana.

"Ok, Ma." Bellanca masuk ke kamar mandi.

Bellanca yang sudah rapih, akan berangkat ke kantor. Andri sudah menjemput Bellanca, sedang menunggu di depan pintu rumah. Riana melihat sang puteri turun dari tangga yang buru-buru takut telat.

"Ma, aku berangkat kerja dulu ya." Bellanca mencium ke dua pipi Riana.

Melambaikan tangan ke Ferdinan. "Bye, Pa." pamitnya.

Andri membukakan pintu mobil, "Silakan masuk, Nona."

Bellanca masuk ke dalam mobil dan mengecek jadwal hari ini di tabletnya.

"Selesai meeting di kantor pagi ini. Kosongkan jadwal, saya ingin makan siang di luar. Satu lagi, carikan saya bunga mawar merah seratus tangkai dan jam tangan pria yang mahal dan elegan. Semua itu sudah harus ada saat saya makan siang," titah Bellanca.

"Siap, Nona," jawab Andri.

Sampai di kantor para karyawan melihat Bellanca masuk ke dalam. Bellanca berjalan menuju lift, semua karyawan hanya menundukkan kepalanya. Dengan arogan Bellanca masuk dalam lift senyum pun tidak. Beberapa jam kemudian, Bellanca sudah menyelesaikan meeting-nya.

"Kamu sudah selesai menyiapkan pesanan saya?" tanya Bellanca dengan lugas.

"Sudah, Nona," jawab Andri.

"Ok, antar saya makan siang di restoran xxxx sekarang," titah Bellanca.

Sampai di restoran Bellanca menunggu Reyno di tempat parkiran. "Nona, sudah sampai." Andri mencoba memberitahu sambil melihat Bellanca dari kaca tengah mobil, ia sedang sibuk dengan ponselnya.

"Tunggu, aku sedang menunggu seseorang." Bellanca hanya memainkan ponselnya tanpa melihat Andri.

Reyno

Aku sudah sampai restoran xxxx, pesan terkirim.

Lama sekali, Reyno. Jadi banyak waktu yang terbuang untuk menunggu, gerutu Bellanca dalam hati, sambil menunggu balasan pesan dari Reyno.

Tiba-tiba yang ditunggu-tunggu sudah datang, Reyno masuk ke dalam restoran. Tanpa sengaja Bellanca tersenyum smirk. Andri hanya menatapnya dari kaca tengah mobil.

"Dri, saya masuk restoran dulu. Jika kamu ingin makan siang juga, setelah saya masuk duluan. Kamu duduk di meja lain. Saya ada tamu penting," terang Bellanca lalu meninggalkan Andri di dalam mobil.

"Kenapa hati ini tidak tenang Tuhan," gumam Bellanca. Reyno melambaikan tangannya lalu tersenyum manis membuat Bellanca tidak karuan.

"Silakan duduk Bell, mau pesen apa?" tanya Reyno.

"Terima kasih, Rey. Ikut aja mau pesan apa," jawab Bellanca tak mampu berpikir jernih didepannya adalah sang idola semasa remaja. Tak jauh dari sana Andri mengawasi Bellanca dan Reyno yang asik bercengkerama. Hatinya mulai panas melihatnya.

"Oh, aku kira bunga dan jam tangan di mobil untuk Reyno, jadi untuk siapa? Pasti ada yang lebih spesial dari Reyno." Andri bermonolog.

"Maaf ya Bell, soal kemarin aku buru-buru ada kerjaan pemotretan di perusahaan Prasetyo jadi aku enggak fokus karena telat, jadi nabrak kamu. Kamu enggak apa-apakan?" tanya Reyno yang tidak enak hati.

"Udah lupain aja, Rey. Enggak pa-pa kok. Anggap saja kejadian kemaren kecelakaan," jawab Bellanca dengan bijak.

Oh, Tuhan bisa-bisanya aku ngomong nggak pa-pa. Padahal hampir semalaman nggak bisa tidur cuma mikirin Reyno Sebastian, batin Bellanca.

Selesai pertemuan dengan Reyno, Bellanca pergi menuju kampus Randi. "Dri, antar saya ke kampus Randi," titah Bellanca.

"Siap, Nona. Jam tangan dan bunganya tadi Nona lupa membawa masuk ke restoran." Andri mencoba memberitahu.

"Kamu pikir saya mau kasih jam tangan dan bunga itu untuk Reyno? Itu tidak mungkin Andri, kedua barang itu untuk pria yang ku cintai setelah, Papa." Bellanca terkekeh.

Sejak kapan, Nona muda ini jadi puitis gitu? Perasaan setiap sama pria dia selalu galak, acuh, terkadang mampu tidak mempunyai hati, batin Andri. Andri bergidik ngeri saat melihat Bellanca berucap seperti itu. Ia sempat berpikir jika Bellanca tidak normal.

"Nona, kita sudah sampai," Andri membukakan pintu mobil. Dengan elegan Bellanca berjalan menuju gedung sidang skripsi di ikuti oleh Andri.

Banyak wanita berkumpul antri memberi selamat dan berfoto, Bellanca menatap binggung banyak orang berkerumun. Ternyata sang adik menjadi idola kampus. Randi berlari menghampiri Bellanca lalu memeluknya.

"Udah ih peluknya, Ran. Kaya teletubbies aja. Pengap tau," tolak Bellanca lalu mendorong tubuh Randi.

"Selamat ya, Ran. Kakak cuma bisa kasih hadiah ini, buat kamu." Bellanca memberikan buket bunga dan jam tangan mewah.

"Ku kira hadiahnya, mobil mewah kaya punya, Kakak. Kan, aku mau juga," celotehnya. Bellanca mendengar pernyataan itu langsung kesal, dan pergi meninggalkan Randi tanpa memperdulikannya.

Anak nggak tahu diri, nggak tahu apa, aku ke sini saja butuh meluangkan waktu, dia... eh! rasa ingin ku makan saja, umpat Bellanca dalam hati.

Bellanca langsung pergi meninggalkan Randi, ia muak merasa tak dihargai pemberiannya. Andri hanya bisa mengikutinya dari belakang. Randi mengejar Bellanca sambil berlarian.

"Kak, tunggu. Aku hanya bercanda, please maafin aku!" teriak Randi sambil menggedor kaca mobil Bellanca yang hendak berjalan.

"Lo si, Ran. Udah tau kakak lo, itu ratu baper. Pakai ngomong enggak bener segala, kan jadi tersinggung," nasihat Dimas sambil menepuk pundak Randi.

"Gila lo, Ran. Jam tangan mahal harga ratusan juta masih lo nolak? Udah buat gue aja." Thomas kagum melihat jam tangan ratusan juta yang ia buka.

"Ngarep lo, Thom. Jangan mimpi! Tadi gue cuma bercanda kok." Randi merebut jam tangan ditangan Thomas.

Randi bergegas pulang ingin menemui sang kakak tercinta. Yang sedang menjelma menjadi Macan Betina lapar. Ingin sekali memakan manusia hidup-hidup.

Sampai di rumah Randi berlari masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. "Ma, Kakak dimana?" tanyanya dengan panik.

"Masalah apa lagi si, Ran? Sampai membuat Kakak mu marah? Tuh, Kakak mu ada di kolam renang." Riana was-was takut anak lelakinya mendapatkan hukuman kejam dari anak perempuannya.

"Panjang Ma, nanti yah, Randi ceritain." Dengan manja memeluk sang mama.

Di tepi kolam dengan berpakaian renang begitu seksi tubuh putih itu terekspos. Kaki Bellanca sedang memainkan air. Randi dari kejauhan melihat sang kakak bergidik ngeri. Pelan-pelan Randi mendekati Bellanca dengan wajahnya mengiba.

Bellanca adalah wanita pendendam, jika ada seseorang melakukan kesalahan pasti akan di hukum olehnya.

Bersambung....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Jangan lupa follow ig dewi_masitoh55

#salamhalu

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!