^^^"Mom, saya dengar Chelsee mengalami speech delay. Tetangga di kampung saya ada juga loh yang seperti itu, sebaiknya mommy sering-sering mengajak Chelsee berbincang, agar lancar bicaranya" ucap salah satu orang tua wali murid yang sama-sama sedang menjemput putrinya.^^^
"Terima kasih atas perhatian dan masukannya, tapi perlu mommy ketahui, putri saya selain terapi dasar di rumah bersama saya, ia juga rutin mengikuti terapi wicara dan terapi sensori integrasi bersama terapis profesional. Sekali lagi terima kasih, permisi." Aira pergi meninggalkan wanita tersebut, ia berjalan mendekat kearah putrinya yang berlari menghampirinya.
Kriiing... Kriiing...
Deringan telephone di mejanya membuyarkan lamunannya, sesaat Aira menggelengkan kepalanya untuk memulihkan kesadarannya kemudian ia segera mengangkat telephone yang sedari tadi berdering.
"Aira, cepat ke ruangan saya sekarang juga!" belum sempat ia menjawabnya, telepon sudah di tutup oleh atasan tempatnya bekerja.
Tanpa berfikir panjang Aira bergegas turun ke lantai dua menuju ruang kerja Pak Alex.
Tok... Tok... Tok...
Aira mengetuk pintu ruangan Direktur perusahaan tempatnya bekerja, secara perlahan kemudian ia membuka pintu ruangan. Pak Alex pun mempersilahkan Aira untuk masuk dan duduk di hadapannya.
"Aira, mengapa laporan cost control project PT. X minggu ini tidak lengkap? Bukankah kemarin saya meminta laporan tersebut untuk di rinci secara detail. Itu salah project terbesar di perusahaan ini, jadi kita harus mengontrol pengeluarannya dengan ketat."
"Ma.. maaf pak, hingga saat ini saya belum menerima data dari bagian finance staff sehingga ada biaya yang belum saya masukan," Aira mencoba membela diri.
"Alasan..." Alex mengulurkan tangannya, mengambil telepon di atas meja kerjanya kemudian ia menelepon salah satu finance staff dan memintanya untuk datang ke ruangannya.
Kurang dari dua menit Nita pun sudah berada di ruang kerja Alex, tanpa basa-basi pria dingin itu langsung mengkonfirmasi mengenai data yang belum Nita berikan kepada Aira.
"Mengapa kamu belum memberikan data pengeluaran mingguan project PT.X kepada Aira?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Nita.
Sesaat Nita melirik sinis ke arah Aira "Maaf Pak Alex, sebenarnya saya sudah mengirimkan semua datanya kepada Aira via email, mungkin Aira belum mengeceknya"
"Tidak Pak Alex, dari kemarin hingga pagi ini saya sudah mengecek email yang masuk namun tidak ada email dari Nita" bantah Aira.
"Sudahlah, ini kamu kerjakan kembali laporannya. Saya tunggu sebelum jam makan siang laporan ini sudah ada di meja kerja saya, kalian silahkan kembali bekerja" Alex menyuruh keduanya untuk keluar dari ruangannya.
Saat hendak keluar dari ruangan, Alex kembali memanggil Aira.
"Aira, profesionallah dalam bekerja, saya sering melihatmu dari CCTV jika kamu sering sekali melamun, bahkan akhir-akhir ini saya sering mendapat laporan jika banyak pekerjaanmu yang tidak beres. Diluaran sana banyak yang mengantri untuk dapat bekerja disini, jika kamu terus seperti ini mereka akan menggantikan posisimu di sini" ucap Alex dengan tegas.
"Baik pak." Aira menundukan kepalanya.
"Keluarlah, kerjakan laporanmu sekarang." Perintah Pak Alex.
Aira pun keluar dari ruangan Pak Alex menuju ruangannya, saat hendak menaiki tangga dari kejauhan Nita menyunggingkan senyum sinis ke arah Aira. Aira sama sekali tidak memperdulikannya, ia mempercepat langkahnya menuju ruangannya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sesampainya di meja kerjanya Aira segera memeriksa email, ia mencari email masuk dari Nita.
'Ah.. sial'Gumam Aira dalam hati, rupanya Nita baru mengirimkan email kepadanya pada saat Aira menuju ruangan Pak Alex.
Ingin sekali rasanya Aira marah terhadap Nita namun ia tidak punya banyak waktu untuk melakukan hal itu, ia lebih memilih untuk menyelesaikan laporannya.
Kriiing... Kriiing...
Ditengah kesibukannya menyelesaikan laporannya telephone di meja kerja Aira kembali berdering.
"Hallo" Aira mengangkat telephone kemudian ia memiringkan kepalanya sambil menaruh telepon tersebut di pundaknya, Aira menjawab telephone sambil mengetik laporannya.
"Hallo, Aira hari ini Icha tidak masuk. Jadi siang ini kamu yang menggantikan meeting dengan Pak Kristof dari Bank ABC mengenai perpanjangan pinjaman perusahaan, berkas-berkasnya bisa kamu ambil di ruangan saya untuk kamu pelajari sebelum meeting." Ucap Santi
"Baik Mba Santi, nanti saya akan ambil berkasnya." Jawab Aira sambil mengerutkan keningnya.
"Yang ini saja belum selesai." Gerutu Aira dalam hati
"Terima kasih Aira." Santi menutup telephone.
"Huuuft... Ayo semangat Aira." Aira menyemangati dirinya sendiri, kemudian ia beranjak dari tempat duduknya menuju ruangan Santi untuk mengambil berkas materi meetingnya siang nanti.
Sesampainya di ruangan Santi, Aira menyimak penjelasan Santi dengan seksama, Aira juga mencatat beberapa point-point penting penjelasan santi.
"Mba, mengapa aku yang menggantikan Icha meeting hari ini? aku sama sekali tidak paham mengenai pinjaman perusahan"
"Aira, aku percaya jika kamu bisa dengan cepat mempelajarinya"
"Huffft" Aira hanya dapat menghela nafas panjang, ia hanya bisa pasrah dengan perintah atasannya.
Setelah selesai mendengar semua penjelasan Santi, Aira mengambil berkas-berkas yang akan ia gunakan untuk meeting dan kembali ke ruangannya. Lagi-lagi Nita melihat Aira dengan tatapan sinis saat Aira melewati meja kerja Nita.
"Jika bukan karena aku butuh uang untuk biaya terapi Chelsee, mungkin aku sudah resign dari tempat ini" Gumam Aira dalam hati.
Tepat pukul 12.00 WIB Aira telah menyelesaikan laporan cost control project PT. X, Aira kembali ke ruangan direkturnya untuk menyerahkan laporannya. Selesai menyerahkan laporannya Aira kembali ke ruangannya untuk mempelajari materi meetingnya.
Ditengah keseriusannya membaca berkas-berkas materi, beberapa teman Aira mengajaknya ke luar kantor untuk makan siang namun Aira menolaknya dengan halus.
"Kalian duluan saja, gue masih banyak kerjaan" Ucap Aira.
"Ya sudah deh, kami duluan ya. Semangat Aira...." Ucap Wina salah satu teman Aira.
Selepas kepergian ketiga temannya, Aira kembali fokus pada berkas materi meetingnya. Tak lama kemudian datang seorang pria, membawakan sepotong roti dan segelas jus untuk Aira.
"Makanlah, agar kamu tidak jatuh sakit." Ucap Raditya, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan Aira.
"Bang Radit, terima kasih ya..."
Raditya hanya tersenyum simpul kemudian ia melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan Aira, ia tidak ingin mengganggu Aira.
Meskipun Aira telah berkali-kali membaca ulang materi meetingnya namun tetap saja masih banyak yang ia belum pahami, hal ini membuat Aira frustasi.
"Aduh bagaimana ini?" Aira mulai panik, ia melihat jam di dinding telah menujukan pukul 13.00 WIB.
Aira bangkit dari ruangannya menuju mushola untuk melaksanakan Shalat Dzuhur, sembari berdoa agar langakahnya di permudah.
"Aira, dari tadi aku menelephone mu tapi tidak di angkat rupanya kamu berada di sini."
"Ia Mba Santi, aku baru saja Shalat Dzuhur." Ucap Aira sambil melipat kembali mukena yang telah ia kenakan.
"Tadi Pak Kristof menghubungiku jika meetingnya di tunda esok hari karena ia sedang sibuk, mudah-mudahan besok Icha sudah masuk kembali jadi kamu tidak perlu ikut meeting." Ucap Santi.
"Alhamdulillah." Gumam Aira dalam hati, ia senang dan lega mendengarnya.
Aira permisi meninggalkan Santi untuk kembali ke ruangannya melanjutkan pekerjaannya hingga jam pulang kantor.
Pukul 17.00 WIB Aira bersiap untuk pulang kantor, sesampainya di rumah ia langsung masuk ke dalam kamar putri semata wayangnya, ia menempelkan telapak tangannya di dahi Chelsee. Aira merasa demam di tubuh Chelsee masih sama ketika pagi hari ia meninggalkan anaknya ke kantor.
"Apa Chelsee sudah di minumi obat?" Tanya Aira kepada baby sitter Chelsee.
"Sudah Bu, hanya saja belum ada perubahan."
Aira langsung memutuskan untuk membawa Chelsee berobat ke rumah sakit, saat mengantri pendaftaran Aira tidak sengaja bertemu dengan Raditya, Raditya yang kebetulan sedang ingin check up mata, menukar nomor antriannya dengan nomor antrian Aira.
"Pakailah punyaku, agar lebih cepat."
"Tapi Bang Radit..."
"Sudah pakailah, itu nomornya sudah di panggil, cepat sana daftar." Raditya menarik tangan Aira menuju meja pendaftaran.
Selesai mendaftar Aira menghampiri Raditya untuk mengucapkan terima kasih.
"Sama-sama, sudah sana cepat bawa Chelsee ke poli anak." Ucap Raditya.
"Ia Bang Radit, aku duluan ya." Aira menghampiri Chelsee yang sedang di gendong oleh baby sitternya kemudian membawa chelsee menuju poli anak.
Selesai melakukan peneriksaan dan melihat hasil cek darah, dokter mendiagnosa Chelsee terkena DBD sehingga Chelsee harus di rawat beberapa hari di rumah sakit agar Chelsee mendapatkan perawatan yang tepat.
Hati Aira sangat sedih ketika ia melihat putrinya yang berusia tiga setengah tahun itu harus mengenakan infus di lengan tangannya, ia pun tak dapat menahan tangisannya, begitu Chelsee terlelap tidur di ruang perawatan Aira keluar dari ruangan, ia menangis sejadi-jadinya.
"Huuu..." Tangis Aira.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengelus pundak Aira, seketika Aira menoleh sambil mengusap air matanya.
"Menangislah, jika itu bisa melegakan hatimu. Aku akan menemanimu malam ini menjaga Chelsee." Raditya memberikan pundaknya sebagai tempat Aira menangis
"Tapi besok Bang Radit harus ke kantor, aku tidak ingin merepotkan Bang Radit." Jawab Aira sambil sesegukan.
"Besok kita berangkat ke kantor sama-sama, kamu suruh saja baby sitter Chelsee untuk pulang membereskan barang-barang Chelsee dan kembali lagi besok subuh sambil membawa pakaian kantormu."
"Lalu bagaimana dengan pakaian kantor Bang Radit?"
"Aku akan menyuruh asisten rumah tanggaku untuk membawanya kemari sekalian membawa makanan untuk makan malam kita. kamu pasti belum makan kan?" Tanya Raditya
Aira hanya menggelengkan kepalanya yang masih tertunduk agar Raditya tidak melihat wajah sembabnya.
Malam itu Raditya menemani Aira di rumah sakit untuk merawat Chelsee.
"Aira, kamu tidurlah di sofa biar aku di sini menjaga Chelsee"
"Aku ingin berada di dekat Chelsee"
"Chelsee akan baik-baik saja, ada aku yang akan menjaganya. kamu istirahat ya" Raditya memegang bahu Aira, meyakinkan padanya jika ia akan menjaga Chelsee dengan baik.
"Maaf aku jadi merepotkan, Bang Radit"
"Aku tidak merasa di repotkan sama sekali" Raditya mengusap air mata Aira yang jatuh di pipinya, kemudian mengajak Aira untuk ke sofa dan menyelimutinya.
Saat Raditya hendak melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Chelsee, Aira memegang tangan Raditya.
"Bang Radit, terima kasih ya..." Ucap Aira.
"Sama-sama." Raditya mengelus kepala Aira dengan lembut, kemudian meninggalkannya.
Raditya duduk di samping tempat tidur Chelsee dan menjaganya, sesekali perawat datang untuk mengecek suhu badan Chelsee dan mengganti cairan infus.
Pada tengah malam Chelsee terbangun dari tidurnya, dengan sigap Raditya membuatkan Chelsee susu hangat dan menenangkan Chelsee agar tidak rewel akibat infus yang menempel di tangannya hingga Chelsee tertidur kembali.
Pukul 05.00 baby sitter Chelsee datang ke rumah sakit membawa pakaian kerja Aira dan barang-barang keperluan Chelsee. Dengan perlahan Aira membangunkan Raditya yang tertidur di sebelah tempat tidur Chelsee.
"Bang Radit, bangun sudah pagi" Aira mengelus pundak Raditya.
Raditya bangun sambil mengucek matanya, kemudian ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Bang Radit, mau sarapan atau mandi dulu?" Tanya Aira.
"Aku mau mandi dulu saja."
Aira mengambil handuk dan perlengkapan mandinya kemudian menyerahkan kepada Raditya.
"Terima kasih ya." Raditya menerimanya kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi.
Sambil menunggu Raditya selesai mandi, Aira menyiapkan sarapan untuk Raditya kemudian menyuapi chelsee. Begitu melihat Raditya keluar dari kamar mandi dan berpakaian rapih, Aira menawarkan raditya untuk sarapan.
"Kita sarapan bersama yuk." Ajak Raditya.
"Aku masih menyuapi Chelsee, Bang Radit saja duluan. Sudah aku siapkan sarapannnya di atas meja."
"Maaf Bu Aira, biar saya saja yang menyuapi Chelsee. Bu Aira silahkan sarapan." Ucap baby sitter Chelsee.
Sesaat Aira melihat ke arah Raditya, kemudian melihat ke arah Chelsee yang sedang bermain boneka kesayangannya. Aira mengecup kening Chelsee kemudian menyerahkan mangkuk bubur Chelsee kepada baby sitternya.
Aira ikut bergabung bersama Raditya di sofa, selesai sarapan Aira dan Raditya pamit kepada Chelsee, meski usianya masih tiga stengah tahun namun Chelsee sangat mengerti kondisi ibunya yang harus pergi bekerja, ia sama sekali tidak rewel setiap kali ibunya pergi kerja.
Dalam perjalanan menuju kantor Aira lebih banyak diam karena pikiran dan hatinya hanya tertuju pada putri tunggalnya yang masih di rawat di rumah sakit. Sambil mengemudikan mobilnya, sesekali Raditya menoleh ke arah Aira.
"Sebaiknya kamu mengambil cuti saja agar bisa lebih fokus menjaga Chelsee." Ucap Raditya.
"Hari ini aku ada meeting dengan Pak Kristof, tadi Mba Santi mengirimkan pesan di whatsapp jika Icha resign jadi aku yang menggantikan posisi Icha."
"Sehabis meeting langsung kembali ke rumah sakit ya, nanti aku yang akan meminta izin kepada Riki (Staff HRD)"
"Ia Bang Radit, terima kasih ya."
"Aira, aku mengerti kecemasan yang kamu rasakan, tapi percayalah Chelsee akan baik-baik saja, kamu tidak perlu cemas. Jika ada apa-apa dengan Chelsee, baby sitternya pasti akan menghubungimu." Tangan kiri raditya menggenggam erat tangan Aira, memberikannya semangat.
Sesampainya di parkiran kantor seseorang nampak memperhatikan kedatangan Aira dan Raditya yang datang bersama.
"Bang Radit aku duluan ya, aku mau prepare untuk meeting pagi ini, sekali lagi aku ucapkan banyak terima kasih"
" Ia kamu duluan saja Aira, aku mau membeli kopi dulu di kantin."
Raditya berjalan menuju kantin di kantornya kemudian memesan kopi panas untuk menghilangkan rasa ngantuknya karena semalaman menjaga Chelsee.
"Ooh semalam tidak pulang rupanya habis bersama si janda, berapa ronde semalam bersamanya? tentu dia jauh lebih jago karena sudah banyak pengalamannya" Tanya Aruna dengan sinis.
"Jaga ucapanmu, Dek!!!" Bentak Raditya.
"Apa tidak ada wanita lain selain dia? aku tidak ingin memiliki kakak ipar seorang janda."
Raditya yang malas berdebat dengan adiknya memilih untuk pergi meninggalkannya setelah ia membayar kopi yang ia pesan, ia memutuskan untuk menikmati kopinya di ruang kerjanya saja.
Sementara itu di ruang kerja Aira, ia yang tengah mempersiapkan diri untuk meeting paginya, tiba-tiba mendapatkan telephone dari Santi.
"Hallo Aira, aku baru saja mendapatkan kabar dari Pak Alex jika perusahan kita ingin menambah plafond pinjaman karena akan ada project baru di kota Batam yang membutuhkan dana sangat besar, sehingga meeting kali ini di laksanakan di Jakarta. Kamu siap-siap ya, kamu akan berangkat bersama dengan Pak Alex ke Jakarta."
"Ke Jakarta bersama dengan Pak Alex mba? tapi mba..."
"Ia, kenapa Aira? Penambahan plafond pinjaman hingga 20 Miliar harus di lakukan di kantor pusat Bank ABC tidak bisa di lakukan di kantor cabang. Dan bukankah kamu telah bersedia menggantikan posisi Icha, ya ini salah satu job desk Icha. Kamu siap-siap sekarang agar Pak Alex tidak menunggumu." Santi menutup teleponnya.
Tiga puluh menit kemudian Aira berangkat ke Jakarta bersama dengan Pak Alex, di dalam perjalanan terasa sangat hening, Aira memutuskan untuk mempelajari project baru yang akan di jalankan oleh perusahaannya agar saat di tanya mengenai prospek project tersebut Aira dapat menjawabnya dengan tepat.
Drrrrttt... drrrrttt...
Satu panggilan masuk di handphone Aira, ia melihat layar di handphonenya tertulis Bang Raditya. Aira yang tidak enak untuk mengangkat telephone dari Raditya terpaksa mereject panggilan tersebut, kemudia ia langsung mengirimkan pesan kepada raditya.
^^^Aira:^^^
^^^Maaf bang radit, aku sedang di jalan bersama dengan Pak Alex menuju Bank ABC.^^^
Tak lama kemudian Raditya mengirimkan pesan balasan kepada Aira.
Raditya:
Tadi aku mendapat kabar dari Santi jika kamu meeting di Jakarta, mengapa kamu tidak menolaknya? mengapa kamu tidak mengatakan jika Chelsee sedang di rawat di rumah sakit?
^^^Aira:^^^
^^^Tidak apa-apa Bang, ini adalah tanggung jawabku aku akan segera menyelesaikannya kemudian setelah meeting aku akan langsung ke rumah sakit.^^^
Raditya:
Ya sudah kalo begitu kamu semangat ya, nanti jika ada apa-apa dengan Chelsee biar aku saja yang ke rumah sakit. Kamu fokus saja dengan pekerjaanmu agar semuanya cepat selesai.
^^^Aira:^^^
^^^Sekali lagi aku ucapkan banyak terima kasih, Bang Radit.^^^
Raditya tidak menjawab lagi pesan dari Aira, ia menelepon Riki untuk meminta izin pulang lebih awal dengan alasan sakit agar Riki segera mengaccnya. Benar saja Riki langsung mengizinkan Raditya untuk pulang lebih awal.
Begitu mendapatkan izin untuk pulang lebih awal, Raditya keluar dari kantornya dan memacu kendaraannya menuju rumah sakit tempat Chelsee di rawat, ia menjaga Chelsee hingga Aira kembali.
Pukul 21.00 malam Aira baru tiba di rumah sakit, dengan tergesa-gesa Aira langsung menuju ruang rawat inap putrinya.
"Sssstttt..." Raditya menaruh jari telunjuk di bibirnya, ia mengisyaratkan kepada Aira agar masuk ke ruangan dengan perlahan karena Chelsee baru saja tertidur.
"Chelsee baru saja tidur, lebih baik kamu mandi dan mengganti pakaianmu." Ucap Raditya.
Aira pun menganggukkan kepalanya, menuruti perintah Raditya. Guyuran air membuat tubuhnya kembali segar setelah seharian ia berkativitas. Ingin sekali rasanya Aira berlama-lama di kamar mandi untuk menghilangkan penatnya, namun ia tidak enak kepada Raditya, begitu selesai membersihkan tubuhnya Aira keluar dari kamar mandi.
"Kamu pasti belum makan malam." Raditya menepuk sofa menyuruh Aira duduk sampingnya.
Aira pun mendekat ke arah Raditya dan duduk di sampingnya, Raditya memberikan sepiring nasi lengkap dengan sayur serta lauk pauk untuk Aira.
"Makanlah, tadi aku sudah makan bersama dengan Mba Rara dan Chelsee." Ucap Raditya.
Aira menerima makanan yang di berikan oleh Raditya, kemudian memakannya dengan lahap.
"Bagaimana tadi meetingnya? lancar?" Tanya Raditya kepada Aira.
"Ada beberapa hal yang aku kurang paham, karena dari Icha sendiri tidak ada hand over tapi untungnya Pak Kristof menjelaskan history pinjaman perusahaan kepadaku dengan jelas dan detail." Aira berhenti sejenak untuk minum, kemudian melanjutkan kembali ucapannya.
"Bang Radit sejak jam berapa berada di sini?" Tanya aira.
"Aku dari siang, tadi aku izin pulang lebih awal. Besok kamu cuti saja, temani Chelsee hingga sembuh."
Aira menganggukan kepalanya, ia menghabiskan suapan terakhir makanannya.
"Tadi jam tiga sore dokter visit, kata dokter hasil darah Chelsee mulai membaik, demamnya pun sudah turun."
"Terima kasih banyak ya Bang Radit, aku sungguh sangat merepotkanmu."
"Jangan berkata seperti itu, aku sama sekali tidak merasa di repotkan. Kamu pasti capek, istirahatlah biar aku yang menjaga Chelsee."
"Aku ingin tidur bersama Chelsee, aku ingin memeluknya, lagi pula tempat tidur Chelsee lumayan besar cukup untuk aku dan Chelsee."
"Ia, tapi pelan-pelan ya jangan sampai Chelsee terbangun."
Setelah memastikan Aira dan Chelsee tertidur dengan nyenyak, Raditya membaringkan tubuhnya di sofa.
Pukul 01.00 dini hari Chelsee terbangun dan menangis, sontak saja membuat Aira dan Raditya terbangun.
"Biar aku saja yang membuatkan susu untuk Chelsee, kamu tenangkan Chelsee saja." Raditya mengambil gelas susu dari tangan Aira, Aira pun menuruti perintah Raditya, ia kembali ke tempat tidur Chelsee untuk menenangkan Chelsee yang tengah menangis.
Setelah Chelsee kembali terlelap, radity menyuruh aira untuk istirahat.
"Bang radit, mulai besok biar baby sitter Chelsee saja yang memaniku menjaga Chelsee. Aku tidak ingin terus-terusan merepotkan Bang Radit."
"Harus berapa kali aku katakan, jika aku tidak merasa di repotkan? justru aku malah senang bisa menemanimu dan Chelsee di sini. Aira bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?"
"Boleh, Bang Radit mau tanya apa?"
"Aku tidak pernah melihat keluargamu, bukankah di saat seperti ini kamu membutuhkan dukungan dari keluargamu? maaf ya jika aku lancang menanyakan hal ini kepadamu."
"Tidak apa-apa Bang Radit, sejak masi bayi orang tuaku sudah bercerai. Aku tinggal bersama dengan ibuku, aku sama sekali tidak pernah bertemu dengan ayahku jadi aku tidak tahu keberadaannya. Empat tahun yang lalu ibuku meninggal dunia akibat diabetes yang di deritanya." Aira tertunduk, buliran-buliran bening jatuh ke pipi manisnya.
"Maafkan aku ya, aku tidak bermaksud membuatmu sedih." Raditya mengusap air mata Aira dengan lembut kemudian memeluk aira dengan erat.
"Hmmm... Permisi." Tiba-tiba suara perawat yang hendak mengecek suhu tubuh Chelsee mengejutkan Aira dan Raditya, dengan refleks Aira melepaskan pelukan Raditya.
"Maaf tadi saya sudah mengetuk pintu, karena tidak ada jawaban maka saya masuk." Perawat itu langsung mengarahkan termometer ke dahi Chelsee.
" 36 derajat, sudah normal ya Bu Aira." Ia memperlihatkan termometernya kepada Aira.
Meskipun perawat telah pergi meninggalkan ruangan, baik Aira maupun Raditya nampak canggung dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Aku kembali ke sofa ya." Ucap Raditya kemudian berlalu meninggalkan Aira.
Sedangkan Aira kembali ke tempat tidur Chelsee, jantungnya masih terasa berdebar-debar sejak Raditya memeluknya tadi.
"Apakah aku mulai jatuh hati kepadanya? tapi aku takut, rasa trauma itu masih menghantuiku." Gumam aira dalam hati.
Lama Aira berkutat dengan perdebatan batinnya, akhirnya ia terlelap tidur sambil memeluk erat putrinya.
Pukul 06.00 pagi samar-samar aira mendengar suara perawat yang memanggil dirinya, perlahan Aira membuka matanya. Rupanya ada dua orang perawat yang membangunkannya, mereka hendak mengambil darah Chelsee
Aira segera memegangi tubuh Chelsee, khawatir Chelsee akan mengamuk saat jarum suntik di masukan ke dalam tubuhnya. Benar saja Chelsee langsung terbangun dan menangis sambil mengamuk saat perawat mengambil darahnya.
Dari dalam kamar mandi, Raditya mendengar suara tangisan Chelsee. ia bergegas keluar dari dalam kamar mandi kemudian membantu Aira memegangi Chelsee, selesai mengambil darah Chelsee dua orang perawat tadi pamit keluar dari ruang rawat Chelsee.
"Maaf tadi aku sedang di kamar mandi" Ucap Raditya.
"Ia tidak apa-apa, Bang Radit" Ucap Aira sambil memperhatikan Raditya yang nampak sudah rapih dengan pakaian kantornya.
"Aku berangkat agak pagi, karena ada meeting jadi aku mau mempersiapkan materi meetingnya terlebih dahulu"
"Bang radit tidak sarapan dulu, sebentar lagi baby sitter Chelsee datang membawa sarapan."
"Aku sarapan di kantor saja." Raditya membereskan barang-barangnya kemudian berpamitan kepada Aira dan chelsee, Raditya juga mengecup kening dan pipi Chelsee.
Aira terharu dengan semua perhatian yang Raditya berikan kepada dirinya dan juga kepada putrinya.
"Kabari aku ya, jika terjadi apa-apa" Ucap Raditya.
Aira tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, saat Raditya hendak pergi Aira memegang tangan Raditya.
"Bang Radit, terima kasih banyak ya" Aira sedikit merapihkan kemeja Raditya.
"Sama-sama, aku ke kantor dulu ya." Raditya mengelus pundak Aira kemudian pergi meninggalkan Aira dan Chelsee.
Tak lama setelah kepergian Raditya, baby sitter Chelsee datang dengan membawa beberapa keperluan Chelsee dan makannan untuk Aira.
"Ibu, hari ini tidak ke kantor?" Tanya baby sitter Chelsee
"Tidak, hari ini aku mau full menemani Chelsee"
Aira sangat menikmati perannya sebagai ibu, seharian penuh Aira mengurusi Chelsee mulai dari menyuapi Chelsee hingga membacakan beberapa buku dongeng dan bermain flash card bersama Chelsee.
"Cepat sembuh ya nak, agar cepat bisa terapi lagi. Tuhan bantu Chelsee agar bisa bicara dengan lancar seperti anak-anak lainnya." Gumam Aira dalam hati, ia mencium dan memeluk putri semata wayangnya dengan penuh kasih.
Aira yakin jika suatu saat putrinya bisa lancar berbicara seperti anak-anak lainnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!