NovelToon NovelToon

SOPHIA

Permulaan

Formontera, Spanyol

 

Dentuman music Rnb sudah terdengar jelas dari helipad tempat Felix turun, suasana dunia gemerlap mulai terasa, pulau kecil Formentera adalah bagaian dari kepulauan Belearic Spanyol, satu jam lebih di tempuh dari Ibiza, Ini bisa dibilang sama halnya merupakan pulau Clubbing, pesona pantai yang eksotis, ingar-bingar malam yang menakjubkan.

Tidak heran lagi, jika melihat orang berjemur bertelanjang atau mungkin hanya tertutup seutas tali dan jaring-jaring berbentuk dalaman, Aneh, tetap terlihat padahal, inilah salah satu tempat favorite selain Ibiza yang sudah jelas terkenal dengan pesona malamnya.

Sudah hampir 7 bulan Felix tinggal di Spanyol mengikuti Dominique yang pindah kesana, namun bukan di pulau ini melainkan di Madrid, dan ini sudah kali keberapanya ke pulau Formontera itu untuk mengahadiri acara-acara dari para organisasinya atau kelompok lain.

Kakinya melangkah masuk ke area pantai, Felix kini merasa sial, sebab ini mungkin bukan tugasnya, namun jika sudah menyangkut atas nama Dominique, mana mungkin dia mengatakan tidak, sebagai orang kepercayaan Dominique dan satu-satunya yang paling di handalkan Dominique, Felix pun menjalankan tugas yang menurutnya konyol ini.

Dentuman Musik semakin terdengar jelas, dengan lampu-lampu sorot mulai tampak memancar saat menjelang malam, Felix mengedar mencari Nicko anak kandung Dominique dan Serra keponakannya yang sedang berlibur ke pulau ini, ya memng konyol bukan, seorang lelaki dewasa harus di awasi oleh orang seusianya?

 Ya... mungkin tidak terlalu konyol terdengar, namun tidak! Nicko adalah putra Dominique mantan Mafia, sekaligus pemimpin organisasi besar yang di takuti oleh penjahat atau mafia manapun di seluruh Eropa dan Asia, siapapun bisa saja mengincar Nicko membalaskan dendam atas kekuasaan sang ayah sebagai pemimpin sebuah oranisasi.

Nicko berbanding terbalik dengan Dominique dia sama sekali tidak mengikuti jejak sang ayah, dia malah jatuh pada dunia bisnis legal, pemimpin dari sebuah perusahaan yang sedang berkembang dikelolanya sendiri.

Tiba-tiba seorang wanita menghampiri Felix di tempat keramaian itu, melihat ia yang tampak berdiri memperhatikan sekitar.

“Necesitas una cita?” (“Apakah anda butuh teman kencan?”) sapa wanita sexy berbikini floral melesap gelas anggurnya.

“No por ahora!” (“Tidak untuk sekarang!”) Felix mengacuhkan wanita sexy itu.

“Okay, Si me necesitas, estare ahi !” (“ Oke jika kau membutuhkan seseorang saya ada disana!”) tunjuk wanita itu sebuah tempat.

Felix mengendik acuh kemudian berlalu dari sana, sampai saat ini dia belum juga menemukan Nicko, lelaki itu pun bahkan belum juga menghubunginya, hingga ia terus menyisir pantai berjalan ktempat yang lebih ramai, disebuah tepian pantai dia akhirnya melihat Serra keponakan Dominique gadis yang pernah mengejar-ngejarnya ada disebuah bangku pantai tengah bersantai disana.

Ini situasi yang Felix tidak suka, terlalu malas menghadapi sikap berlebihan Serra, jika boleh memilih lebih mudah menjadi mata-mata musuh dari pada harus menjadi penjaga seperti ini, Hell ini memuakkan, umpat Felix.

Felix memilih berdiri jauh disana, tanpa ingin membuat mereka sadar, bahwa dia sudah sampai disana, memasukan tangan kedalam celan pantainya, seraya menghisap sebatang batang bertembakau untuk ia udarakankan asapnya.

Musik-musik hip-hop terus mengudara, semakin malam kian terasa suasana hingar-bingar  disana, ditambah sedang adanya sebuah party besar ditempat itu, netranya terus mengedar dimanjakan oleh tubuh-tubuh tanpa busana, gaun-gaun malam minim nyaris terbuka semuanya, pasangan-pasangan yang sedang bercumbu ria, manusia-manusia yang bergerak-gerak seperti di lantai dansa.

“Ya Florence?” angkat Felix panggilan dari kekasihnya.

“Kau sudah sampai baby?”

“Ya, baru saja.”

“Kapan kau akan kembali? Aku akan Sevilla besok hingga tiga hari kedepan, aku pasti akan merindukanmu.”

“Baiklah, hati-hati—” Felix menjarakkan ponselnya, ia mendadak memberhentikan langkahnya, saat ia sudah meliha Nicko saat ini.

Seketika ia menghela, membuang begitu saja puntung rokoknya, saat ia melihat seorang wanita bersama Nicko, mereka tertawa, wanita itu tampak mulai duduk di sebelah Serra, memakai pakaian minim yang sama namun lebih tertutup bagian depannya. ****…

Felix hanya bisa mendesah pasrah, Dominique benar-benar tidak mengatakan jika ada orang lain di antara Serra dan Nicko, dadanya memanas, ini kondisi yang sangat memuakkan, benar-benar bukan hanya akan menjadi baby sitter, dia juga akan seperti kambing congek.

“Sophia…” Wajah itu masih sama, rambut tergurai indah, senyum tulus dari bibir yang jarang sekali tertawa, Felix mendengus, “Dia?”

Padahal luka itu baru saja sembuh, buka sembuh lebih tepatnya ia tepiskan, ini bahkan sudah 6 bulan dari sekilas pertemuannya dengan wanita itu saat di acara anak sahabatnya Jullian, Ya...dia ingat itu, Liyana ibunda Jullian dan Dominique menjodohkan Nicko dan juga Sophia.

“Apakah mereka sudah menikah? Berpacaran? Atau mungkin sedang berbulan madu?”

Felix sedikit bingung akan bersikap apa melihat keduanya bersama, sial… Felix benar-benar sedang dalam kesialan saat ini, dia juga tidak tahu akan berapa lama mereka berlibur, sungguh terkutuk, kenapa tidak Gio, atau Samuel saja yang disini, biar dia saja yang berjaga digudang senjata.

Felix mulai menepi disebuah mini bar outdoor, duduk disana memesan minuman dengan netranya terus berjaga memperhatikan Nicko, Serra dan Sophia, Ia menyeringai lebar, tidak akan menjadi sad boy, tidak akan pernah, sudah cukup semuanya, sudah cukup hal apapun saat itu.

 

...•••...

Caloocan, Filiphina 2004

Sebuah kota kecil di Filiphina 13 tahun usia Felix saat itu, Felix kecil dibesarkan disana bersama sang nenek, meninggalkan kedua orang tuanya yang jauh dipedesaan di sebuah perkebunan, ia tumbuh normal seperti anak-anak seusianya, kasih sayang yang cukup kehidupan yang baik, hanya saja Felix typical susah bergaul, Ia lebih suka menyendiri dan berteman dengan beberapa orang, sifatnya menjurus pada kriteria introvert, namun dia tidak menolak jika ada yang ingin berteman dengannya atau sekedar beramah tamah.

Ia juga aktif dalam banyak aktivitas sekolah, berprestasi dalam bidang olahraga, Sains dan banyak lagi, tidak jarang sikapnya yang pendiam dianggap orang angkuh dan membuat ia tanpa ia mengerti dimusuhi dan kerab kali dibully.

Siang itu pembagian laporan kenaikan kelas, seperti biasa Felix yang cukup berprestasi mendapatkan banyak penghargaan saat itu dalam berbagi bidang bahkan menjadi juara umum disana, sontak saja membuat pihak yang iri padanya semakin kesal..

Beberapa remaja ssusianya sudah beberapa kali ingin membuat perhitungan kepada Felix hanya saja Felix selalu selamat dan terhindar dari berbagai rencana mereka, seperti di kurung di toilet, lantai yang di tuang minyak, hingga fitnah-fitnah mencuri buku diperpustaan.

Jika tentang di labrak dan di pukul Felix sudah biasa menghadapi ia bahkan bisa membela dirinya, Felix tidak pernah takut itu, dia juga tidak melapor kepada sang nenek.

Hingga siang itu kesialan sedang terjadi padanya, disebuah acara wisuda kakak kelasnya, Felix pulang lebih cepat sebab ia rasa ini bukan hari specialnya tidak masalah jika ia kembali lebih dulu, namun saat ia keluar dari gerbang belakang sekolah yang sedang sepi sebab acara sedang berlangsung bocah sekolah menengah itu didorong, ia terjatuh.

Beberapa orang menariknya, memasukan kepalanya dengan karung, kemudian beberapa orang berteriak happy birthday- happy birthday untuk menghalau kecurigaan, hingga ia dibawa kedalam sebuah angkutan umum tua yang tidak lagi digunakan dan dimasukan kedalamnya, Felix di ikat, ia di tendang, di pukuli, suara teriakanya begitu jelas terdengar namun memang tidak ada orang disana.

Felix nyaris kehilangan tenaganya, tubuhnya terasa remuk, kepalanya begitu sakit di hantam pukulan tangan-tangan, lehernya begitu sakit dan tercekik  nyaris saja ia seperti akan mati sebuah kawat dililitkan pada lehernya.

Suara-suara tawa itu terdengar jelas disana, suatu yang kebetulan serang gadis remaja memakain atribut wisuda sekolah datang terlambat dan berlari-lari dibelakang sana, Ia membawa banyak barang sebab ia akan tampil pada acaranya, namun seketika ia berhenti saat ia lihat bangkai mobil yang biasa disana tampak dimasukin anak-anak bersaragam sekolahnya.

Dijalanan sepi itu Sophia mengedarkan pandangannya, tidak ada satupun orag disana, tempat ini benar-benar sedang sepi, hingga dua anak sudah keluar dari sana, dan memperlihatkan Sophia sosok orang yang terikat dengan kepala tertutup karung, Sopia pun berteriak, dia berlari kesana dan melempari anak-anak itu.

Anak-anak itu berhambur pergi, mereka ketakutan dan meninggalkan sekolah, Sophia yang tersenggal-senggal pun naik kedalam bangkai mobil tua itu, Ia tidak menimbang segera melepaskan karung yang menutupi kepala Felix, tubuhnya biru-biru lebam, sebuah ikatan kawat melilit lehernya itu yang paling parah membuat Felix nyaris kehilangan nyawa.

“Kau baik-baik saja?” Sophia panik menangkup wajah Felix yang tidak berdaya, Felix semakin melemah matanya sayup-sayup, Sophia ketakutan ia panik kemudian bangkit dan berteriak diajalanan. “Tolong…tolong…”

Sophia memutar jalan ia menuju depan ke gerbang sekolah, berlari sekencang-kencangnya, nafas yang terputus-putus, masuk kedalam pos penjagaan kemudian melaporkan kejadi yang terjadi di belakang sana, beberapa penjaga sekolah pun bangkit dan memeriksa apa yang gadis itu katakan,

Keadaan disana seketika panik, orang-orang berhambur melihat kondisi Felix, Sophia berdiri dari kejauhan takut untuk mendekat,  sangat jelas ia ingat wajah tidak berdaya dari bocah itu entah mati atau hidup, Sophia ketakutan ia terus membayangkan bagaimana jika dia mati dan dia menjadi saksinya, hingga ia pun pergi dari sana meninggalkan Felix saat ia sudah mendapatkan pertolongan.

Felix pingsan dalam perjalanan kerumah sakit, pukulan kuat dibagian kepala membuat dia limbung, namun sudah ia rekam sosok gadis muda yang begitu berani melawan murid-murid itu dan juga membuat dia yang nyaris kehilangan nyawa terselamatkan.

 

Next »

Hi selamat datang kembali, Mau lihat minat aja, hehe.. up slowrespon author remahan lagi istirahat, update rutin habis lebaran.

Berikan like dan komentar ya sayang2kuh🌹

.

.

.

.

🔥Visual dan Informasi ada di IG @Trisrahmawati

Kilas Balik

“Aku akan menikah yah, Ma!” potong Felix tiba-tiba.

Kedua orang tua itu terperangah seketika, saling bertatapan meletakkan perlahan sendok yang mereka pegang, “Menikah?” ulang Sang ibu.

“Kalian akan menikah?”pastikan ayah lagi ucapan anak nya.

Sophia yang sedari tadi diam pun langsung menatap pada kelaki yang sikap nya selalu tidak tertebak itu, “Menikah?”ucap Sophia pelan.

“Ya kami akan menikah, Apakah kalian ingat kakak kelas ku di sekolah menengah atas yang pernah menyelamatkan ku ketika teman sekelasku mengikat kawat di leher ku, ingat?” angkat Felix leher nya menampilkan bekas luka lama nya. “Gadis itu adalah Sophia!”

“Apa?” Sophia terkesiap dengan ucapan Felix.

Kedua orang tua pun terkesiap mulai mencerna dan mengingat-mengingat kembali , “Kau menemukannya nak” terharu sang ibu yang mengingat Felix mencari gadis penyelamatnya itu sudah sejak lama.

“Bagaimana bisa kalian bertemu?” antusias sang ayah.

Sophia berkerut dahi, Apa maksud nya apa?

“Aku sudah tidak mencarinya lagi, aku bahkan sudah melupakan itu, ku fikir dia sudah menikah, hidup di negera lain atau mungkin sudah tidak ada di dunia, tapi dari semua jalan yang panjang aku menemukannya dengan cara yang tidak ku duga dan dia ada didekat ku diantara rang-orang terdekat ku!”

“Kau anak lelaki itu? Kau anak lelaki di Sekolah Sandriego itu!” ingat Sophia kini, ia benar-benar tidak habis fikir, rasanya ia limbung, pantas saja sikap Felix pada nya seolah sudah lama mengenalnya, dan bahkan ia sama sekali tidak ingat lagi akan kejadian itu, jika tidak diingatkan seperti ini.“Felix! Kenapa kau tidak mengatakan itu?”

Suasana meja makan menjadi membeku, Sophia menggit bibir nya, nafas nya terdengar berat, manik Felix yang biasa nya cemerlang kini tampak berbinar, tersirat kelemahan pada nya.

“Kau pindah dari kota itu sejak pernikahan ibu mu bukan?aku mencari mu di sana, dan kau tidak ada!” Felix mulai meruntuhkam kebekuan.

“Kau kerumah wanita itu?” naikan Sophia ujung bibir nya, “Dia bukan ibu ku!”

“Apa Maksud mu?” tatap Felix.

“Wanita itu menjual ku, seseorang membawaku ke Manila, dan menjadikan ku simpanannya, kau tidak jijik aku sudah tidur dengan 3 orang lelaki dan setiap hari aku bekerja memuaskan dengan cara ku meluapkan nafsu-nafsu orang yang membayarku, Felix buka mata mu!”

“Siapa orang ke-3 itu?”

“Felix, kau sakit jiwa!”sarkas Sophia.

“Hayden pemilik kelab itu bukan, mantan kekasih mu sebelum kau pindah ke Singapura dan bertemu Damian, bukan?”

“Kau bahkan tahu itu, Felix!” naikan Sophia ujung bibirnya, “Sungguh kau tahu aku bahkan merasa jijik dengan hidup ku, berhentilah Felix, kau akan menyesalinya”

Felix terkekeh, memajukan duduknya dengan kedua tangan di angkat ke atas meja, “Kau tidak tidur selain dengan kekasih mu bukan!”

“Felix apa maksud mu!! Kau buta! Baikalah aku akan katakan pada kedua orang tua mu siapa aku sebenar nya!” Sophia bangkit ia mendorong kursi siap pergi.

Felix tidak gentar, ia masih bisa tertawa di tempat nya, “Dan kau fikir kedua orang tua ku peduli itu!”

Sophia pun berbalik, menarik nafas nya berat, “Mana mungkin, tidak akan ada orang tua yang rela menikahi anak nya dengan seorang pèlacur”

Felix pun ikut bangkit, mendorong kursi dan jalan perlahan, manik nya masih menatap Sophia, melampirkan senyuman nya berjalan mendekat. “Kau tidak perlu bersusah payah Sophia, percayalah usaha mu akan sia-sia!”

“Felix ini tidak benar, kau salah jalan Felix!”

 

“Kau yang salah jalan Sophia, bukan aku!”

 

Netra Sophia kian membasah, kubangan yang sudah di tahan-tahannya itu pun akhirnya merembes keluar dari kelopak nya, “Aku akan pulang kerumah ku, ini alasan mu mebawaku kerumah orang tuamu, aku tidak peduli bagaimana pun caranya!”

“Tidak! Kita akan pulang ketika kau sudah ku. Nikahi!”

“Tidak Felix! Aku lebih baik mati dari pada menghancurkan kehidupan seseorang!”

“Kau seperti anak kecil Sophia, baiklah bagaimana jika kita mati bersama” Felix setenang mungkin masih dengan tawaan dan bercandaan nya.

Sophia benar-benar kehabisan kata-kata ia tidak sedikit pun berharap hubungan mereka akan sejauh ini, ia cukup sadar diri walau hanya membayangkannya saja ia tidak ingin.

•••

Beberapa hari berlalu, setelah sekian lama Felix menyembunyikan Sophia di pedesaan tempat tinggal orang tuanya, ini menjadi hari yang di tunggu-tunggu Sophia, hari dimana ia akan bertemu dengan makhluk paling peduli dan super menyebalkan dalam hidupnya di bandara Felix akan membawa serta Sophia dalam perjalanan kerjanya ke Italy.

 

Pagi-pagi sekali pekerja ayah Felix sudah di perintahkan untuk menghantar wanita itu ke Airport yang lumayan jauh dari desa yang mereka tinggali memakan waktu 3 jam perjalanan.

 

Suasana pagi tadi begitu mengharu biru, ibu dan nenek Felix yang sudah sangat menyayangi Sophia larut dalam air mata melepaskan Sophia pergi namun bukan hanya mata kesedihan saja namun bercampur dengan air mata bahagia keduanya akan bersama menemui ibu Shopia meminta restu setelah itu keduanya akan menikah secara sederhana dulu, sebelum keberangkatan ke Italia.

Penerbangan pertama di pilih Felix kembali ke Manila dari Jakarta, armada besi yang di tumpanginya baru saja mendarat setengah jam lalu, kini Felix baru saja keluar dari dalam pintu kedatangan International, ia menuju ke luar tempat pemberhentian parkir terminal keberangkatan menunggu Sophia di sana

Lelaki beroutfit casual dengan celana jeans dan sebuah kemeja lengan pendek itu sedang berdiri di sana memainkan ponsel nya dengan satu tangan memegang pada travel bag kecil milik nya.

Ia tidak pernah menunggu, ini menyebalkn bagi nya, berulang-ulang netra nya menyapu kesekitar melirik pada mobil-mobil yang behentin berharap Sophia sudah tiba.

Denting waktu terus mencuri waktu saat kini setengah jam sudah berlalu namun Shopia masih saja belum tiba, Felix terdengar menarik nafas nya berat berharap tidak ada apa-apa di jalanan panjang yang jauh menuju desa ke Bandara.

Ia terlihat gusar beberapa kali tangannya mengusap ke wajah, hingga pada detik keberikutnya, akhirnya sosok cantik itu terlihat oleh nya, ia sudah mendorong travelbag juga mengayunkan langkah dari sisi lain, sambil memegangi tas selempang nya di pinggang.

Felix begitu lega,  ia mengulum senyum netra nya bersinar segala kekonyolan nya sedang ia tepis kan, dia Sophia di wanita akan akan menjadi teman hidupku, ibu dari anak-anak ku, mengisi hari-hari ku, dia...iya dia yang sudah ku nanti dari lama.

Sudah hampir sebulan keduanya tidak bertemu, tidak saling menyapa atau mengusik seba Felix mematikan segala akses untuk Sophia dari dunia luar mengingat Damian bajungan yang tidak lain adalam mantan Sophia mungkin mengincarnya, segenap rasa haru dan bahagia tengah muncul kepeemukaan hati Felix.

 

Satu sisi lain sudah berdiri Sophia, netranay berbinar ia menatap Felix dari jauh tanpa menyurutkan langkah nya,  di ujung sana, Iya…dia lelaki itu yang selalu berusaha menjadikan ku wanita normal, memastikan kebahagiaan ku, hidup ku, memastikan yang keluar dari mata ku bukak lagi air mata kepedihan namun kebahagiaan. mewarnai dunia ku, mengisi sosok orang tua, keluarga, tempat tinggal, cinta kasih dan perhatian.

“Hai!” sapa Sophia kala kedua nya sudah bersitatap berjarak berapa meter dari Felix.

Felix mendekat, “Kau siap?” tanya lelaki yang memang tidak suka berbasa-basi itu, “Semua berkas mu sudah siap!”

Sophia tahu itu segala, passport, visa dan berbagau macamnya telah Felix siapkan, pun persiapan dokumen pernikahan mereka.

Kali ini Sophia melangkah lebih maju, ia menelan salivanya, “Kau sudah lama menunggu?”

Felix menggeleng tidak, kini tangan Felix akan menggandeng Sophia, dalam segala gejolak bathin nya. tiba-tiba Shopia menghempaskan tangan Felix, ia berusaha sekuat mungkin, sedatar dan setenangnya.

Ini mungkin akan menjadi keputusan terkahir Sophia akan ada baik dan buruknya, tapi Sophia yakin ini baik untuk Felix.

“Kita akhiri di sini!” ujar Shopia selembut mungkin, mengeluarkan semua dokumen dan segala surat-surat dari tas selempang nya.

Felix tersentak jika ia berfikir ini akan menjadi awal kisah mereka, namun Sophia mengatakan akan mengakhiri.

“Apa yang akan di akhiri, kita baru saja akan memulai nya!” tukas Felix kemudian menatap pada berkas-berkas yang Sophia sudah pegang.

Sophia mengulum senyum ia begitu sangat menahan dirinya untuk tidak lemah, sejurus kemudian, Sreetttttt sreeettttttt…

Felix terbelalak netranya membulat sempurna Sophia merobek Passport nya, merobek segala kertas di tangan nya.

“Sophia kau tidak waras!” tarik Felix kertas-kertas itu.

Sophia menarik sudut bibir nya, “Ini pilihan ku, maaf!”

Felix menghela nafasnya berat seketika harapannya hancur, “Apa mau mu! Kau bahkan mengatakan kepada ibuku kau mau menikah! Kau minta ini lebih awal!”

“Kau bisa sesuka mu, kenapa aku tidak bisa sesuka ku!” seringai Sophia padahal hati na tidak sejalan dengan ucapannya.

“Sophia kau mempermaikan keluarga ku, orang tua ku, kau tahu mereka mungkin sedang berdoa untuk kelancaran kita!”

“Mungkin doa mereka salah, pasti mereka berdoa meminta pasangan hidup yang terbaik untuk mu! Nyatanya aku kan bukan!”

Tatapan Felix tajam, Sophia benar-benar tertawa di semua harapan yang sedang Felix usahakan dan kini sudah ia musnahkan.

Sophia tidak bisa menatap Felix lama berkali-kali ia berusaha tetap saja manik Felik nyaris akan membuatnya lemah dan mengeluarkan air mata.

“Apa yang kau ragukan, kenapa selalu hanya itu alasan mu!”

“Aku meragukan banyak hal, kita jauh dan sangat jauh oleh banyak hal, mungkin saja aku mengidap penyakit menular Sèxual, aku pelacùr, keluarga ku tidak jelas, hidup ku berantakkan, kau tidak takut anak-anak mu lahir dari liang pelacùr?”

“Kau bukan pelacùr! Kau tidak melakukan itu!”

Sophia menyeringai, “Kau terlalu naïve! Omong kosong!” Sophia lagi-lagi bertempur dengan diri nya, tangisan nya di perjalanan dalam rencana yang ia pilih sudah membuat nya sesak.

Padahal rasa nya ingin sekali Sophia memeluk lelaki di depannya, tenggelam dalam dada nya, mengatakan aku merindukan nya, Felix ku yakin akan ada wanita baik sempurna dari segala sisi yang mungkin akan lebih pantas kau genggam di banding aku, akan ada malaikat-malaikat kecil yang keluar dari rahim suci bukan dari rahim ku.

“Biarkan aku dengan pilihan hidup ku, Felix, apapun alasannya semua sudah selesai!” Buang Sophia semua yang sudah di rebek nya ke dalam tempat sampah di dekat nya.

Felix frustasi, berulang-ulang ia memijat pelipis nya, semua rencana nya gagal, Sophia telah membuyarkan nya.

“Sophia lihat aku!” tarik Felix tangan Sophia.

Wanita itu melihat memaksakan diri mentap Felix, tahan-tahan Sophia. “Apa Apa yang kau harap dari aku melihat mu, kau fikir aku tidak bisa!”sekak Sophia lagi. “Ketahuilah Felix perasaan ku biasa aja tidak ada yang special dengan ini semua!”

“Kau bohong! Orang tua ku sering melihat mu menangis ketika melihat foto ku di pajangan! Kau merindukan ku Sophia, kau— Felix menghentikan kalimat nya.

“Kau apa?” lanjut Sophia menatap tajam Felix. “Kau fikir aku mencintai mu?” Sophia tergelak, “Aku hanya kasihan pada mu Felix!”

“Kau pembohong!”sentak Felix kemudian

“Aku tidak berbohong, aku lebih tertarik dengan ayah mu! Mungkin rasanya lebih hangat dan nikmat dari anak nya” Sophia mulai kehilangan akal untuk membuat Felix membenci nya cara gila ini seperti nya lebih bisa.

Felix menggeram tangan nya mengepal dia benci mendengar itu, begitu menjijikan, apa lagi sampai menyangkut ayah nya.

 

“Tampar!!! Ayo tampar, aku sudah Jujur pada mu, aku tertarik pada ayah mu, jika aku khilaf aku takut menyakiti ibu mu!”

Felix menggeram, ia kecewa, ia meledak, di tambah Felix ingat, ayah nya memang sempat mengirim sebuah foto Sophia dan ayah nya pada acara ulang tahun Sophia yang Felix buat saat itu, Potret keduanya yang begitu dekat dengan Sophia memeluk ayah Felix dari samping tanpa ada ibu nya.

“Kau ingat foto itu? Kau ingat?” tuding Sophia seakan mengerti, “Malam itu rasanya aku ingin membawa ayah mu ke ranjang, memberinya kenikmatan dan berbagi kehangatan!” Sophia kehabisan kata-kata ia jijik mengucap itu.

BRUUUUUAaaakkkkkkkkkkkk

Felix menendang Travelbag milik Sophia seketika, tatapannya nyalang, dadanya memenas jijik bercampur kekesalan yang menyala-nyala.

 

“KAU lebih hina dari sekedar pelacùr dan kotoran, Sophia!” ujar Felix begitu datar seketika berbalik mengayunkan langkah nya dan pergi.

Sophia memejam ia menahan kuat-kuat netra nya, Sophia memegangi dada nya, “Sakit!” ia begitu sakit melihat kekecewaan Felix tapi ini terbaik, kali ini dia menang, kali ini dia sukses membuat Felix membenci nya, sedetik kemuadian Sophia pun melangkah pergi, netra nya terus mengeluarkan bening dengan isakan yang di tahan.

“Semoga kau segera mendapatkan dia yang akan menggandeng mu, memberi kebahgaiaan kepada kedua orang tua mu, semua yang terbaik untuk mu, Felix!” genggam Sophia kalung yang di hadiahi Felix untuk nya, ia sengaja tidak mengembalikan ini mungkin bisa jadi bekal untuk hidup nya lebih baik dan mungkin nanti dia akan mengganti nya ketika hidup nya sudah lebih tertata.

Langkah Felix masuk kembali keterminal keberangkaran, ia bukan lelaki yang kuat pada akhirnya ia juga mengusap bulir bening di ujung netra nya, harapannya sia-sia semua keinginan nya buyar dan lenyap oleh kalimat-kalimat menjijikan yang Sophia utarakan.

Lagi-lagi benar tidak boleh terlalu berekspektasi lebih pada manusia, semua bisa jadi tidak sesuai harapan, pertemuan singkat ini menyadarkan banyak hal, ya seperti ini mungkin jalan terbaik untuknya.

Bayangan kebahagiaan itu hilang tidak ada lagi tawa Sophia, wajah kesal karena kekonyolan nya, pekikan ia yang memarahi nya, pun wajah sendu di balik semua keceriaannya.

Segala kebencian sudah menyelimuti otak dan membungkus hati Felix, bertahun-tahun ia mencari wanita yang pernah menajadi malaikat itu dan akhirnya ia menemukan dia, namun jika seperti ini hasil nya, tidak masalah setidak nya ia sudah tahu seperti apa akhir pencarian nya itu.

Felix menarik nafasnya berat, segala perencanaan akhirnya harus berubah, seketika keberangkatan dia ke Italia pun hari di lakukan hari juga, tidak ada tangan yang genggam tidak akan ada tangan yang yang ia gandeng seperti harapan nya.

Langkah Felix sendiri namun terasa berat dan hampa, pada akhirnya semua kembali pada tempat masing-masing, ia kembali lagi menatap pada jalanan nya, di hidup nya yang brutal dan terjal tanpa berniat akan merubah haluan lagi.

Sophia masuk ke dalam taxi ia bersiap akan memulai kehidupan baru meninggalkan semua dunia gelap nya, meninggalkan semua bayang-bayang Felix yang berusaha memberikan cahaya di kehidupan nya.

 

 Next »

Nightmare

Serra meminta Nicko mengambilkan mereka minuman, lelaki itupun segera bangkit mengusap pada rambut sang kekasih berjalan cepat menuju ke bar, tiba-tiba saja ia berhenti lelaki dengan celana pendek dan kemeja santainya itu terkesiap.

 “Felix, kau sudah disini.” Tegur Nicko pada Felix yang duduk di bangku barnya,” Nicko tertawa. “Kenapa kau tidak memangil kami, sudah berapa lama kau disini?”

Felix melesap kembali vodkanya kemudian menyringai, “Tidak perlu sungkan lanjutkan acaramu,” Jawabnya santai.

Nicko pun memesan beberapa botol anggur kemudian siap kembali sudah membawa beberapa minumannya,“Bergabunglah bersama, acara ini milik teman ku, dia berbulan madu di sini.”ujar Nicko.

Seketika Serra bangkit ingin membuat pesanan tambahan, namun tiba-tiba saat ia melihat kearah belakang netranya membola ia menutup mulutnya, “FELIX? di disini…? oh wow, Felix…. Sophiaa pangeran ku ada disini, I don’t believe it!” Serra segera bangkit dari bangkunya begitu antusias dan berlari kearah mini bar itu.

Sophia terperangah, matanya membelalak, FELIX? Lelaki itu? Dia… sudah di sudut bumi lain bahkan dia masihbisa  bertemu Felix, Sophia merunduk kembali menyandar pada bangku pantai itu, menggigiti jemarinya ini situasi buruk saat ia lihat benar itu adalah Felix yang sama.

Sungguh sial kenapa ada dia, kenapa harus bertemu lagi, namun Sophia sadar memang dia berada di lingkungan yang akan membuatnya kembali bertemu dengan Felix, walau tidak tahu pastikapan dan dimana dan inilah waktunya.

Beberapa menit kemudian dan tidak disangka Serra menarik-narik Felix membawa mereka semua kembali ketempat Sophia berada. “Ayo…bergabunglah bersama kami.” Serra membuat Felix duduk bersamanya, sementara Nicko duduk dikaki Sophia.

Felix melihat raut kebingungan Sophia, wajah cantik yang menggigiti jemarinya, tidak ada hal lain yang akan dilakukan selain berpura-pura tidak saling kenal dan tidak pernah terjadi apa-apa.

“Sophia, kenalkan ini Felix, orang kepercayaan ayah ku, bahkan dia lebih mempercayai lelaki ini dari pada anaknya sendiri.”Nicko membuat tangan Sophia terangkat, kemudian disambut Felix.

“Felix…” lelaki itu benar-benar bersikap tenang sekali, bahkan saat tangan mereka bertautan

“Sophia.”balas Sophia cepat melepaskan.

“Apa yang membawamu kesini, ku fikir aku akan jadi obat nyamuk berada diantara mereka berdua, dan astaga Felix, aku masih tidak percaya…I miss you so badly.” Keduanya pun terlibat pembicaraan, Serra menyibukkan dirinya dengan Felix membahas banyak hal.

Felix berusaha tenang menghadapi gadis yang memang pernah ia pacari dan dekat dengannya, namun sungguh ia tidak suka dengan gadis itu dia terlalu over, segalanya berlebihan tidak hanya cara bersikap, cara berbicara bahkan teriakannya yang seharusnya tidak perlu disuarakan ia selalu suarakan.

...•••...

Suasana menjadi canggung untuk Sophia, ia bahkan menjadi tidak nyambung saat Nicko aja berbicara, melihat kearah Serra dan Felix mereka seintens itu komunikasinya. “Aku ingin tidur Nick.”

“Tunggulah sebentar acara bahkan belum dimulai.”

“Sophiaa… aku tidak lagi iri dengan mu!”Teriak Serra wanita seksi itu.

“Ya Nikmatilah, selamat bersenang-senang.”Balas Sophia.

Sophia mendesah pasrah, Ia pun menarik vodka yang di pegang Nicko muak dengan keadaan ini, melihat Serra menempel-nempel pada bahu Felix dan Felix biasa saja, membuat Nicko membulat.

“No! kau tidak minum ini.”

“Sedikit.” Sophia menarik paksa menuang pada gelasnya yang sudah kosong, menggerakk-gerakkan gelas bertangkainya kemudian ia minum.

Netranya mengalihkan dari Serra dan Felix namun otaknya tidak bisa membuatnya focus, tawaan Serra membuat Sophia kesal kembali menuang vodkanya lagi,

“No, baby kau tidak boleh minum terlalu banyak.”

Suara larangan Nicholas sangat jelas didengar Felix, ia pun sangat tahu Sophia tidak bisa minum, ini jelas semata-mata karena Sophia kesal karena kedatangannya mungkin

“Let me on this once, Nicholas!” Sophia menyeringai.

Nicko mau tidak mau membiarkan itu, entah sudah berapa banyak Sophia minum ia bahkan sudah merasa mual n berusaha amun ia tahan. Aku ingin berlibur dengan tenang, aku ingin liburan, tidak bisakah aku tidak didalam situasi ini, aku tidak peduli kau akan bersama siapa tapi tidak dihadapanku.

Cih, Sophia mulai dikuasai alcohol, Ia kembali memutar moment yang berlalu, saat netra serius Felix dengan serius ingin membawanya melangkah kekehidupan kebih baik, menyelamatkannya dikepulauan Caviaritz, mencium dahinya saat ia akan bertempur melawan del rigaz bersaudara.

Sophia memajukan bibirnya, ternyata jika orang yang pernah menomor satukan kita kemudian semua  berhenti karena keadaan, lalu kita lihat dia bersama yang itu sakit, itu menyakitkan, perih tidak bisa dijelaskan.

Lalu apa yang tidak bisa dilupakan? Jelas bukan orangnya namun moment dan rasa yang membekas, dan belum bisa tergantikan walau ada orang lain yang sudah memberi rasa yang lebih indah.

...•••...

Malam pun semakin larut pesta pun kian meriah saat ini Serra sudah membawa Felix di tempat berdansa, menggerakkan tubuhnya di depan sana menarik-narik Felix, sementara Sophia masih menyandar di tempatnya, terus menegak minumannya, melihat kearamian.

Nicko kewalahan. “Ada apa dengan mu, kau tidak seperti ini.”

“Biarkan aku—” ugh..Sophia sudah bersendawa. Serra dan Felix terlihat begitu dekat, apa peduliku, apakah dia yang Serra katakan adalah mantan terindahnya, ya dia…

Tempat ini layaknya surga dunia bagai pecinta clubbing, suara disc jokey semakin memecah tepat dibelakang Sophia, seorang teman Nicko pun memanggil lelaki itu, membuat Nicko berbisik pada sang kekasih.

“Aku akan menemui Sarga, kau jangan kemana-mana…aku akan kembali”

Sophia mengangguk, memasarhakan minumannya yang di tarik Nicko. Netranya yang sudah berkabut namun masih bisa melihat jelas Serra terus memeluk Felix, wajah mereka berhadapan.

“Aku tidak iri tidak, kau sengaja kan ingin memarkan kepadaku, sengaja…” racau Sophia.

Felix yang sedari tadi melirik keadaan Sophia pun melihat ia sedang ditinggalkan Nicko, kemudian lelaki itu mengajak Serra kembali ke bangku mereka, sayangnya Sophia tidak lagi pada kesadarannya, ia bangkit dengan sempoyongan, pakain seksi yang membalut tubuhnya semakin terlihat bersinar dibawah pantulan-pantulan laser di tempat itu.

Dia mengangkat tangannya, mengikuti music yang seakan memaksanya untuk bergerak, “Berengsek, kenapa harus bertemu dia, kenapa… kau sudah lupa aku, kemarin kau mengajak aku menikah, tinggal di Italia dan sekarang bagaimana bisa kau ada di Spanyol…”haha..

Sophia tiba-tiba berjongkok, kepalanya begitu berat dengan kakinya yang berdiri saja seperti tidak menapak, “Haha, aku sudah katakan aku tidak menyukaimu, tidak…tapi kenapa kau semakin—“Uhuk…uhuk…” Sophia nyaris ingin mengeluarkan isi pertunya.

Tiba-tiba seorang lelaki datang memegang tubuh Sophia, membuatnya berdiri, Sophia mengulas senyuman, menyambut uluran tangnnya,“Aduh… kepalaku sakit…” Tapi lagi-lagi dia bergerak saat music semakin kuat. “Yay…kau mau mengajak ku berdansa, kekasih ku disana.”ujar Sophia menatal lelaki itu.

“Kenapa kau minum?”

“Kau mau—Felix, kau Felix?” Sophia tertawa, memegang pipi lelaki itu, sekali lagi ia melihat kearah bangku, Serra ada disana bersama Felix, ia itu Felix.”

“Kau benar-benar mirip dia, tenang kau jauh lebih tampan, dia bersama temanku, aku fikir dia sudah tidak lagi akan ku lihat…di brengsek…oh no, no aku yang berengsek, TIDAK! Dia berpura-pura mencintaiku dia hanya kasihan.”

“Dia kekasihmu?”

Sophia menggeleng-geleng, “Kekasihku N.I.C.K— Sophia mengeja namanya seraya tertawa. “Tapi aku merindukan dia, dia yang sudah ku lupakan…kenapa dia datang— Sophia merengkuh pingang lelaki yang bersamanya di tempat dikermaian orang-orang yang berdansa itu.

“Lalu dia siapa?”

“F.E.L— Uhuk…uhuk.. “Aku benci kau Felix, aku benci kau!”

Waktu semakin larut, Nicko mencari-cari dimana Sophia yang pergi dalam keadaan mabuk, Sophia masih tertawa bersama seorang lelaki, “FELIX… FELIX…”

“Kenapa kau terus menyebut nama dia.” Bisik lelaki itu pada telinga Sophia mengaliri helaan hanganya membuat Sophia meremang berjalan pergi dari tempat berdansa itu, menuju kedalam sebuah kamar di Resort itu.

“Aku benci dia, benci dia…” Sophia terlentang di atas sebuah ranjang berbulu lembut terus meneriakan nama Felix mengumpat hingga memakinya, saat setelah baru saja ia memuntahkan lelaki itu semua isi perutnya.

Tiba-tiba saja tempat itu gelap gulita, “Apakah aku buta?”

“Kita buat kau melupakan rasa benci mu pada lelaki bernama Felix itu.” Lelaki itu menaiki Sophia menyatukan bibir mereka, Sophia benar-benar mabuk parah, dia bahkan membalas pagutan lelaki yang ia tidak kenali itu.

Ciuman itu menuntut sebab rasa mint bercampur alcòhol yang semakin mencipatakan rasa tagih, oleh tubuh Sophia yang menyatu dengan lelaki itu tidak memakai pakaiannya lagi sebab ia yang memuntahkan isi perutnya tadi.

“Felix… aaa dia melenguh merasak titik dirinya di sentuh, tiba-tiba lelaki itu berhenti tidak ingin menjadi pecundang memperkósa wanita màbuk.

“Kau membencinya kenapa kau selalu menyebut namanya, bahkan saat kau seperti ini?”

Sophia menggeleng, ia tidak terlalu tanggap apa yang di ucap lelaki itu, “Dia bersama Serra mereka bercinta—”

Lelaki itu tidak mengindahkan ucapan Sophia ia pun mengecup keningnya, beralih turun pada telinganya, membuat Sophia meremang dan melenguh, “FEEELIX…” Lagi-lagi nama itu mengudara, “Felix…kenapa bau mu seperti Felix, kalian memakai parfum yang sama,”

Netra Sophia terbuka dan tertutup, tubuhnya meremang, lelaki itu memeluk erat Sophia bermain pada lehernya, menguasai dia yang patah hati melihat Felix dan Serra bersama, namun sentuhan itu berhenti saat dibagian dadanya,“Kenapa berhenti Felix.. sial ,aku bahkan merasakan kau disini walau ini mimpi!”

 Sophia yag malah menjadi lebih agresif dia yang berusaha memimpin lelaki itu, membuat sang lelaki menahan itu, tidak tega sebab dia tidak tega dan tidak ingin jadi pecundàng memanfaatkan Sophia hanya begitu frustasi oleh keadaan membayangkan Felix bersama Serra.

“Tidurlah!”

“Aku mau—Felix, lihat aku, aku butuh kau disini.”tubuhnya dipasrahkan otaknya sudah dilumpukan oleh Alkohòl dan bayang-bayang lelaki bernama Felix itu.

Sophia menangis, “Aku rindu kau…Felix, aku rindu kau…aduh kepalaku sakit”Membuat lelaki itu menjadi emosional, menangkup wajah Sophia, memagut bibir mereka.

“Cium aku lagi Felix!” Sophia tidak mau dilepaskan dan meracau lagi.

Lelaki itu pun memaksa menenggelamkan Sophia dalam pelukannya. “Tidurlah, besok kita habisi dia.”

... •••...

Dalam alam bawah sadarnya Felix kembali muncul dihadapannya, dia melihat lelaki itu berciuman dengan Serra, saling berpelukan dan menatap panuh rasa, Sophia menangis dalam tidurnya.

“Aku katakan, Tidak! saat itu, tapi kenapa kau tidak meperjuangkan ku?” Gerutunya meracau hingga terdengar membuat orang disebelahnya tersadar.

Lelaki itu terjaga, memiringkan wajahnya menatap lamat-lamat wajah cantik yang terpejam karena mabuk itu, kemudian menutupi tubuh plosnya dengan selimut, ia mengulas senyuman melihat Sophia kemudian bangkit keluar dari kamar itu.

 

Next »

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!