" tangkap " Revan melempar kunci mobil yang dengan tanggap disambut oleh Davin,saat ini kakaknya itu sedang mengeluarkan kopernya dari bagasi."perlu bantuan lagi" tambahnya membuka pintu mobilnya yang baru datang dikemudikan oleh asisten diperusahaannya.
" gak,thanks Pak Ceo Sudi berkenan menjemput bawahannya ini " ledek Davin jenaka.Dia memainkan kunci mobil yang tadi mereka tumpangi dan sengaja dibawakan oleh Revan untuknya,mobil yang sejak dulu dibelikan Ayah di hati ultahnya yang ke 17 tahun.
" sebuah penyambutan terhormat bagi pak dokter"
" mau mampir Pak,eh...dik CEO tersayang "
" entar aja,aku harus menyusun draf laporan yang tadi diserahkan Andra buat presentasi pada klienku besok "
" kamu ndra? "Davin memandang pada Andra yang posisinya sebagai asisten merangkap sekretaris diperusahaan milik keluarga mereka dan yang saat ini dijalankan oleh adiknya Revan.
" kalau bos belum ngijinin mana berani aku "elak Andra tersenyum usil sambil melirik pada Revan yang melotot kearahnya.Andra adalah sahabat dekat Revan,tapi karena mereka berteman sejak kecil dan rumah mereka juga berdekatan jadi dia juga lumayan akrab sama semua anggota keluarga Davin.
" boleh saja,tapi..." Revan sengaja tidak melanjutkan ucapannya,memainkan senyum penuh teka teki.
" Revan akan motong gaji kamu?" tebak Davin tertawa .
"Bukan kak ,"Senyum Revan tambah makin penuh rahasia membuat Davin jadi mengerutkan jidatnya .
"Andra gak berani Aneh-aneh kalo urusan kerja lagi kalo gak ingin dapat izin ketemu ..."
"Jangan"cegah Andra membungkam mulut Revan yang sudah ingin mengeluarkan rahasia yang begitu takut terdengar oleh Davin .
"Jangan dengerin dia Vin"bentak Andra melirik judes pada Revan yang malah tersenyum lebar
"Ayo lah Van , kita balik , nanti malah kemalaman terhitung lembur entar gaji aku"Andra menarik cepat setengah menyeret tangan Revan dan menyuruhnya masuk mobil,diatidak menghiraukan tatapan aneh sekaligus tanda tanya diwajah Davin yang mengamatinya bingung.
" bye Vin...selamat menempuh hidup batu " kekeh Andra cepat mengencangkan sabuk pengamannya dan menginjak pedal gas.
" selamat ngehalu kak " Revan tersenyum mengejek sambil melambaikan tangan saat mobilnya yang dikemudikan Andra melaju cepat meninggalkan halaman parkir aparten yang akan menjadi hunian Davin kakaknya.
" sialan kamu Van " Andra menampar bahu Revan setengah jengkel " kamu mo ember ngasih tahu rahasiaku sejak kecil,jangan ngigau donk..."
" ya gak papalah,berhubung kamu tidak terlalu kesulitan dapat izin dari kakak keduanya,siapa tahu kamu terhalang restu dari sang kakak pertama " santai sekali Revan tersenyum kecil membalasnya
"belum tentu juga kok Davin tidak setuju"
"tapi kan aku udah bilang ke kamu nanti pas aku sudah siap mbak Tiara,terus diterima baru aku kasih tahu ke Davin,ini belum juga aku jadian kamu sudah mo cerita kesan sini,siapa tahu Tiara nolak aku gimana coba,kan akubbisa malu gak ketulungan,ini juga karena kamu aja tahu tanpa sengaja " cerocos Andra dengan wajah memerah menahan malu,dia berharap Davin tidak penasaran lantas berlanjut menanyakan pembicaraan mereka tadi kepada Revan,dan kalau Revan tidak bisa menutup rahasia cinta yang disembunyikannya bertahun-tahun maka dia lebih baik mati saja.
"drama banget Lo " Revan malah setengah mengejek menanggapi ucapan Andra " takut ya Davin menolak jadi kakak ipar " pikirannya berkelana ketika setengah tahun lalu tanpa sengaja dia meminjam hp Andra yang tidak pakai pasword,dan saat itu pas dia maubmenelpon orang rumah untuk menjemputnya karena sudah kemalaman disebuah club',kebetulan hari hujan deras,hapenya lowbat,dia pergi berdua dengan Andra sehabis pulang kantor.
sengaja mampir sebentar melepas penat dan pikiran sekalian minum sedikit,tak tahunya malah keterusan dan Andra yang saat itu lumayan minum agak banyak sehingga dia sedikit mabuk,pas Revan mengajaknya pulang soalnya mereka pergi dengan satu mobil Revan saja tapi sangat disayangkan ban mobil Revan kempes dan sialnya club' itu lumayan jauh dari jantung kota,dengan sangat kesalnya dia menelpon Tiara adik satu-satunya untuk menjemput mereka,namun malah hp nya ikut-ikutan drop,pengunjung club' lumayan sepi lagi malam itu dan entah kenapa karena lupa atau pengaruh dari mabuknya Andra spontan saja tanpa berpikir menyerahkan hp miliknya agar Revan bisa menelpon adiknya.
Saat itu karena sedikit kehilangan kesadarannya dan sudah ingin tertidur menelungkup dimeja sambil menunggu Revan yang mengatakan ingin mengambil mobil diparkiran,tapi sebentar kemudian dia sudah berbalik lagi dan mengatskan ingin meminjam hp nya untuk menelpon,Andrasetengah sadar dan tidak menduga kalau yang inginRevsn telpon itu adalah Tiara adiknya yang dicintai oleh Andra sejak dulu,tapi belum pernah dia ungkapkan kepada siapapun terlebih pada Revan yang berstatus sahabat sekaligus kakak dari Tiara.
Dan terbongkarlah malam itu seluruh rahasia terpendam hatinya,diungkap oleh Revan kakak Tiara sendiri,ketika penelusuran mata Revan yang mencari nomor kontak nama adiknya alisnya langsung bertaut,sekaligus mulutnya melongo,berkali-kali dia menatap milik Andra meyakinkan kalau matanya saat itu tidak mendadak rabun atau sakit,dia menoleh pada Andra,berganti lagi memandang hp yang dipegangnya,masih sambil memelototinya berusaha fokos" Tiara my love" kalau tidak ingat saat itu Andra sedang mabuk dan kondisi persahabatan mereka sejak kecil Revan pasti sudah tertawa geli melihat kenyataan yang baginya cukup menghebohkan itu.
Bagaimana tidak terkejut?dia tahu bagaimana pembawaan Andra dan Tiara kalau sudah bertemu atau berkumpul bersama diantara mereka,anehnya dari kecil sampai Tiara sudah kuliah dan nyaris menyelesaikan studinya dikeperawatan itu belum pernah dia melihat ada aura kedamaian diantara keduanya,mereka persis seperti kucing dan anjing,selalu jutek-jutekan,sindir-sindiran,bertengkar seperti anak kecil,aneh memang tapi itulah kenyataannya.
Andra yang dikenal playboy kelas teri itu masa sih bisa menaruh hati pada adiknya yang bawelnya minta ampun dan luar biasa tomboy,bagaimana Revan tidak keheranan dibuatnya,sekaligus dia merasa geli dan bahkan nyaris merasa sinting juga menerima fakta tersebut.Sampai sekarang pun otaknya madihbtidak sepenuhnya percaya pada pengakuan jujur Andra,dia terlalu sulit memahami kenyataan hubungan Andra dan Tiara nanti mau dibawa kemana kedepannya.
Bab 3 : Alea Miranda
" ini keramik mahal Alea,kamu kenapa bisa-bisanya menjatuhkan barang semewah ini " Nyonya Vera membentak bahkan nyaris setengah memekik marah,dia gemas memandang wajah bersih Alea yang menundukkan kepala tanpa berani melihat kearahnya.
Alea adalah anak yatim piatu keponakan dari suaminya,setelah diusianya yang ketujuh tahun dia ditinggal mati ibunya yang merupakan adik dari mendiang almarhum suaminya karena penyakit leukimia yang menggerogoti tubuhnya,
Diusianya yang menginjak 17 tahun dia lagi-lagi harus ditinggalkan sang ayah tercinta karena kecelakaan beruntun dijalan tol,sangat malang memang nasibnya,orang yang selalu menjaga,membesarkan dirinya,merawatnya sampai dia tumbuh menjadi gadis remaja,melindunginya dari apapun yang melukainya pun akhirnya turut pergi meninggalkannya sebatang kara.
Ironisnya kecelakaan itu terjadi tepat dihari kelulusan SMA nya dan ayahnya yang waktu itu mengendarai mobil dari kantor saudara iparnya hendak menuju keacara perayaan kelulusan disekolah putri semata wayangnya itu justru harus mengalami peristiwa yang merenggut nyawanya.
Untungnya pamannya Budi Candra yang merupakan kakak dari ibunya tidak mau menelantarkan hidup keponakan satu-satunya itu,beliau berinisiatif membawa Alea kerumahnya,dia bahkan tidak memperdulikan sambutan istrinya yang sedikitpun tidak pernah bermain muka terhadap Alea,Nyonya Vera terang-terangan memasang ranah permusuhan dengan Alea,apalagi mau menerima kehadirannya.
kebencian yang entah berakar darimana trrhadap keponakan suaminya itu seakan tumbuh subur didasar hatinya bahkan sejak gadis kecil itu lahir kedunia.sangat tidak mungkin menyurut meski tergilas oleh perubahan waktu.
" maaf Tante " air mata kesedihan sudah menggenangi pelupuk mata Alea,duh ya Allah...dia mengelus dada dalam kepasrahan,kenapa seh dia sampai seceroboh ini,tadi saat membersihkan peralatan hiasan pajangan yang berjejer diatas bufet ditusngsn tamu rumah pamannya itu menggunakan kemuceng bulu ayam tanpa sengaja sikunya menyenggol pot kaca porselen kesayangan Nyonya Vera,yang mengakibatkan si Nyonya rumah menjadi berang dalam amarah yang tak tertahankan.
" kamu ini ya...."Nyonya Vera menggertakkan gigi kesal yang tak bisa dikendalikan,dia memuntahkan kemarahan tersebut dalam bentuk luapan emosi kata kata pedas yang ditumpahkan saat itu juga " selalu kamu jadi anak tak berguna,menyusahkan orang Laen saja,apa akan selamanya begini heh hidup kamu...."jleb...begitu menusuk dan langsung masuk keperasaan halus Alea yang menggigit bibirnya menahan diri untuk tidak mengeluarkan bantahan apapun itu bentuknya sebagai dasar pembelaan dirinya.
" aku tak sengaja " Alea hanya bisa menunduk tak berani memandang wajah kemarahan Nyonya Vera yang tak beralih darinya.
" disengaja atau tidak,kamu memang ceroboh "
" Tante sekali.lagi maafkan aku "
" memangnya kamu pikir dengan kata maaf dari ku bisa kamu mengalikan keramik yang sudah hancur ini? "Alea menggelang muram.
" aku muak lama-lama melihat tingkah kamu ini "
" Mama " tegur Davin yang datang secara tiba-tiba,sore itu dia baru pulang dari klub futsal dan membuka pintu tapi malah dikejutkan oleh pemandangan dimana Alea sepupunya itu sedang dimarahi oleh ibunya,sebuah kenyataan kejadian yang memang entah keberapa kalinya,sebuah pengulangan fakta yang menjadi kebiasaan yang sering dilakukan ibunya sejak Alea menginjakkan kaki dan tinggal dirumahnya,sesuatu yang tak bisa dihindari tapi juga yang tak diinginkan oleh Davin yang selalu tidak mau terus kekasaran ibunya terhadap Alea itu.
" apa-apaan ini " Belalak Davin antara marah dan juga bingung.Kenapa seh mama sampai semarah ini pada Alea,padahal kesalahan Alea bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan sampai mama harus memarahi Alea dan mengeluarkan kata-kata kasar yang sampai dia sendiri tadi masih berada dihalaman rumah dan ingin memasukkan mobil kegarasi juga nyaris tak percaya suara kemarahan ibunya kedengaran masuk gendang telinganya,hanya sebuah porselen kaca,tidak lah mama harus melupakan pribadi terhormatnya yang begitu anggun itu bukan? meski dia juga tak menampik keberadaan barang mewah milik ibunya tersebut tapi sangatlah tidak pantas ibunya memarahi Alea habis-habisan dan menyakiti perasaan gadis itu.tidaklah ada harga nya dibanding perasaan Alea yang terluka karena ucapan menyakitkan yang keluar dari mulut mama.
Kadang Davin juga sangat ingin menyangkal kenyataan tersebut tapi itu memang hal yang sebenarnya namun tidak harus terjadi di rumah mereka,semenjak Alea dibawa kerumah mereka oleh ayah,mama tidak pernah menunjukkan simpati ataupun setitik saja kebaikan terhadap gadis malang itu,meski sedikit terkendalikan oleh perlakuan pembelaan dari arah dan juga Davin sendiri,tapi itu tak melonggarkan kemarahan mama yang selalu menimpakann setiap kesalahan kecil pada Alea.bahkan kadang terbentuk menjadi tindakan yang berlebihan yang terus berkobar,seperti puncaknya kejadian sore ini seakan tidak terbendung lagi.
Mungkin karena mama merasa tidak ada yang akan membela Alea setelah ayahnya tiada,penjaga terakhir gadis itu,yang selalu menjadi pelindung bahkan rela selalu dengan sikapnya itu berujung osda akhir pertengkarannya dengan istrinya.Tapi mama salah,sangat keliru jika dia berpikir begitu,karena semenjak ayah tiada Dsvinlsh yang menjadi perisai dan tameng bagi Alea,Davinlah yang menjadi penjaga jiwa dan hati Alea yang tak tergoyahkan bahkan terkesan menentang tindakan mama yang kadang semena-mena,dia yang akan selalu menjadi pelindung bagi gadis itu,bagi siapapun yang ingin melukainya meski dengan perlakuannya tersebut dia harus menentang nama.
" kenapa kamu berani membentak mama " Nyonya Vera bersidekap marah dan menumpahkan kesalnya dalam bentuk ucapan sinisnya.ditatapnya tajam wajah tampan putranya yang seperti melakukan reka adegan super Hero penyelamat gadis menyebalkan itu.
" aku tidak membentak mama "Davin mengalihkan mata,dia malas membantah perkataan ibunya " aku hanya tidak suka mama mengeluarkan kata - kata kasar seoerti yang baru saja kudengar tadi,tidak pada orang Laen apalagi pada Alea "
" ciihh...." Nyonya Vera mendengus sebal,dihujamkan nya tatapan tajamnya yang bekilat penuh emosi pada Alea yang cepat-cepat menundukkan kepalanya,gadis itu berjongkok dan memunguti pecahan kaca yang berserakan dilantai.
" jangan Alea,nanti kamu terluka,Biii....bi Inah " suara Davin yang panik dan nyaring memenuhi hampir seluruh penjuru rumah memanggil pembantu keluarga mereka dan yang saat itu pembantu tersebut sedang istirahat dilamarnya.
" kenapa Davin,jangan memanggil bi Inah,biar Alea yang membereskannya,toh dia yang membuat kekacauan ini " Nyonya Vera malah semkin terpancing emosi mendapati reaksi anaknya itu.
" brenti Alea...nah...Alea..."setengah berteriak kaget Davin yang saat itu tidak beranjak dari tatapannya pada gadis itu terkejut melihat Alea yang sedang memunguti beling pecahan kaca itu tanpa sengaja jarinya tergores dan berdarah,meski sekilas dan tampak gadis itu cepat-cepat menutupi keadaannya dengan bergegas menyembunyikan jarinya yang berdarah itu dengan mengusapnya ke rok hitamnya,tapi semua itu tak luput dari perhatian Davin yang melihat dengan jelas ringisannjesakita yang ditahan Alea pada wajahnya.
" Jan sudah kubilang,ya ampun Alea " bergegas Davin mendekati gadis itu,berjongkok disampingnya,diraihnya jemari Alea yang berdarah lalu tanpa basa basi dan berpikir lagi dia memasukkan jari tersebut kedalam mulutnya,menghisap darah yang ada disan dengan bermaksud menghentikan pendarahan yang terjadi lebih lanjut yang mana tindakan spontannya itu membuat Nyonya Vera tambah meradang dan kemarahan memuncaknya meluap sampai keubun-ubun dan bersiap dia muntahkan menjadi ucapan panas saat itu juga.
" apa yang kamu lakukan bodoh " Belalak Nyonya Vera nyaris mengeluarkannjedua bola mata dari tempatnya,sangat sulit dia mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.
" apa yang kamu lakukan Davin,darah gadis itu terlalu hina untukmu nak...apa kamu sudah gila " teriaknya takterbendung,dia bergegas mendekati putranya,menarik tangan Davin agar berdiri dan menjauh dari Alea,tapi malah terkejut mendapat reaksi penolakan dari anaknya itu,Davin malah menepis kadar tangan ibunya dan malah menarik tangan Alea agar berdiri dari sikap jongkoknya.
" pergilah kekamarmu,bersihkan dulu lukanya,nanti aku menyusul untuk mengobatinya " dia bicara pada Alea yang masih tergeragap bingung sekaligus takjub ditempatnya.Tak dihiraukannya cerocosan tajam wanita yang telah melahirkannya itu.
Alea mengangguk menuruti perkataannya dengan berlalu perlahan melangkah dan menjauh dari ibu dan anak itu menuju ke kamarnya diujung lorong ruangan tengah menuju dapur tersebut.
####
Haii. ... pembaca semua yang sudah mampir k novel perdana aku ini aku ucapkan terimakasih banyak ya....karena tanpa kalian mungkin hasil karya ini bukanlah apa apa.
Sedikit kata yang agak berbasa basi ada gak dari kalian semua yang penasaran kenapa novel aku ini diberi judul "ALDEBARAN"heeemmmm....semoga tidak ada yang mikir kalau pengen nyamaen salah satu sinetron disalah satu stasiun teve dinegeri ini ya....kalau menduga seperti itu author berani bilang sangat sangat melenceng dan keliru sekali...its oke....supaya gak menebak nebak aku saranin untuk lanjut bacanya.
Nanti aku janji kasih penjelasan pada bab selanjutnya.see you....!!!
BAB 4 ; Pengalihan rasa
Ketika Alea sudah hampir mendekati pintu kamarnya dia berpapasan dengan Bi Inah pembantu keluarga Paman Candra yang sudah mengabdi belasan tahun disana tergopoh-gopoh berjalan keruang tamu dan hampir menabrak dirinya.
" eh Enon Alea,ada apa? kenapa tadi Tuan Davin memanggil saya non? "
" i...i...itu bi.....anu...." ucapan Alea terhenti saat telinganya menangkap raungan kemarahan Nyonya Vera terhadap putra kesayangannya.
" kenapa kamu membela gadis itu? dan ya Tuhan...semoga mata mama sudah rabun,apa yang sudah mama saksikan itu...Davin ....kamu menginjak harga diri keluarga Candra,kamu itu....bener-bener ya...apa seh yang terjadi sama otak kamu,sudah gila kamu?atau sudah tidak tidak waras "
" bukan ma,aku masih waras ko " balas Davin tegas terkesan sekenanya memberi jawaban,meski dia berucap dengan suara perlahan dan lebih rendah dari suara ibunya tapi tetap terdengar sampai ditempat Alea masih berdiri sedari tadi. " mungkin mama yang harus diperiksa "
" anak kurang ajar kamu,siapa yang mengajarkanmu berani melawan mama kamu sendiri? " Nyonya Vera menunjuk wajah Davin dengan emosi yang berkoar.
" tidak ada ma,aku hanya gak mau mamaku yang terhormat dan anggun ini merusak citranya dengan kata- dan sikap yang jauh dari statusnya yang terhormat ini ".
" apa kamu bilang " Nyonya Vera makin marah,dia sudah tidak bisa mengendalikan diri.
" ma ....tolong berhentilah menyakiti Alea " Davin Menghela nafas lelah,dia terlalu enggan berdebat dengan ibunya,sebab setiap ada permasalahan ibunya dan Alea selalu dia yang jadi penengah diantara mereka.
" lagian kenapa mama sebegitu bencinya pada Alea,memang dia salah apa ma? "
" Dia salah,selalu salah dan sampai kapanpun akan tetap salah karena kehadirannya dan karena posisi dia yang terlahir kedunia,dan ditambah lagi dia disini,keberadaannya selamanya tidak akan bisa kuterima "
" maksud mama? " cecar Davin tak mengerti ucapan penuh makna ibunya yang hampir dilontarkan Nyonya Vera saat itu juga,tapi tertahan,sesaat wanita didepannya itu seperti tersadar dengan apa yang barusan dikatakannya itu akan membuka luka lamanya yang sedikitpun tidak mampu disembuhkannya dan tak ada seorangpun yang boleh mengetahuinya apalagi oleh putranya sendiri,mulutnya setengah membuka menahan lidahnya agar tidak lagi melontarkan rentetan dendam dan kebencian yang menoreh hatinya,sesuatu yang dipendam dan disembunyikannya sekian lama termasuk dari suaminya yang hidup selama 20 tahun bersamanya,sangat tidak ingin itu semua terbuka didepan anak kesayangan nya itu,hanya akan mengorek luka yang tak bisa dihilangkan itu untuk kambuh kembali
" tidak ada " Nyonya Vera mendelik gusar,menolak sekilas tatapan penasaran sekaligus rasa ingin tahu dari putranya.
" Laen kali jaga sikap kamu Vin,jangan seperti pemuda yang lagi jatuh cinta " tandasnya membuat sang putra gelagapan dan seakan terpaku ditempatnya,sekilas dia melihat Davin mengepalkan tangan dan membalas tatapan ibunya dengan berani.
" maksud mama "
" kamu tahu sendiri jawabannya,apa harus mama beritahu lagi ".
" aku tidak mengerti "
" pura-pura tidak mengerti atau sengaja mengelak dari situasi yang sebenarnya kamu alami "
" mama "
" Davin...jangan sekeras itu bicara pada orang tua" Davin membungkam mulutnya,tak sadar dia kalau perbuatannya itu tak luput dari pengawasan ibunya yang tak sedikitpun melewatkan tatapan dari wajahnya.
" mama harap dugaan mama salah dan semoga kamu tidak terlanjur mencintai sepupu bodohmu itu "
" jangan mengatakan Alea seperti itu ma "
" memang kenyataannya dia begitu,gadis pembawa sial dan ya Tuhan....semoga anakku ini tidak terjerat pada wajah polosnya itu "
" mama jangan memutar keadaan "
" mama bicara apa adanya " secuil senyum dingin tersungging dibibir Nyonya Vera tanpa sengaja dia perlihatkan,dia menangkap sirat keterkejutan dari wajah Davin yang meskipun dengan cerdas berhasil ditutupi anak itu tapi tidak dari mata ibu kandungnya sendiri,yang lebih memahami hati anaknya bahkan tanpa disadari oleh Davin.
" apa kamu menyukai Alea ? " sindir Nyonya Vera ketus " atau.....ibu salah tebak,siapa tau perasaanmu jauh lebih dari ini,kamu mencintai sepupu jamu sendiri "
" jangan bicara sembarangan ma,Alea itu sepupu aku ma,sangat wajar kalau aku membelanya dan aku heran kenapa mama berpikir seperti itu "
"Kamu..."Nyonya Vera menuding anaknya dengan tatapan yang semakin tajam
"Naluri seorang ibu tidak pernah salah anakku"
"oh ya..."Davin tergeragap sesaat , tapi secepat itu juga dia mampu mengatasi situasi hatinya yang tiba-tiba tersaput rasa yang makin campur aduk.
"Aku rasa naluri mama kali ini salah"elaknya ringan dan mengibaskan tangan diudara
"sudahlah , aku mau mengobati Alea dulu"dia bergegas menjauhi ibunya dan menolak untuk melanjutkan pembicaraan berat yang mau tidak mau tetap terdengar dengan jelas oleh Alea,
dan Bi Inah yang juga sejak tadi mematung hening ditempat mereka berada , ketika tersadar langkah kaki Davin yang bergerak kearah mereka ,Alea cepat-cepat membuka pintu kamarnya lalu menutupnya dari dalam, meski terdengar samar dia masih bisa menjabarkan pembicaraan Davin dan ibunya itu secara mendetail dari apa yang bisa ditangkapnya secara garis besarnya dia mengerti arah perdebatan mereka itu mengaitkan dirinya , dan hal itu membuat dadanya berdegup tak tenang , bagaimanapun juga dia tidak akan melupakan peristiwa sore itu , terlepas dari sekelumit tindakan Davin yang selalu menjadi pelindung baginya disetiap momet kehidupan masa depan dirumah pamannya itu .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!