Kota Nanjiang
Tampak seorang anak kecil yang berlari membawa beberapa mantou di tangannya. Wajahnya terlihat sangat senang dengan mantou hangat di pelukannya. Nama anak itu bernama Ji Meng Ryu. Berasal dari keluarga Ji yang ternama, tapi memiliki nasib yang buruk. Ia dan keluarganya tidak memiliki hubungan baik karena ibunya berasal dari rakyat biasa. Karena itu semua anak anak keluarga Ji memandang rendah dirinya beserta ibunya.
Gedubrak
Tiba tiba muncul kaki seseorang yang membuatnya tersandung.
"Oh, maaf. Aku sengaja melakukannya." ujar seorang anak dengan senyum jahatnya menyilangkan tangan didepan dada. Anak ke lima keluarga Ji, Ji Yuan Yu.
Tidak peduli dengan dirinya yang berdarah, anak itu lebih peduli dengan mantou yang ia bawa. "Fuuh, selamat." helaan nafas yang menandakan ia lega.
Melihat wajah anak itu yang terlihat masih senang, tentu saja membuat anak jahat itu jengkel. "Kalian!? Ambil mantounya!? dan pegangi dia!?"
"Baik bos!?" kedua pesuruh anak itu segera melaksanakan perintah atasan mereka.
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!?" teriak Ryu.
Yuan Yu membawa semangkuk makanan. Bukan makanan enak, melainkan makanan yang lebih buruk dari makanan anjing. Bahkan anjingpun tidak akan sudi memakannya. Itu adalah makanan sisa yang dicampur dengan sup basi, dan ditambahkan dengan nasi basi yang sudah membubur, ditambah lagi dengan makanan anjing. Makanan itu diaduk aduk merata hingga menjadi makanan no 1 paling tidak ingin disentuh. "Kalau kau ingin mantou mu kembali, kau harus makan makanan menjijikan ini!?" ujar Yuan Yu.
"Apa? Kau gila!? Aku tidak akan…" kata kata Ryu berhenti saat Yuan Yu memposisikan mantounya ke dalam makanan anjing itu. Ia menggigit bibir bawahnya, apa yang harus ia perbuat?
Ryu kembali melihat makanan anjing itu. Mau dilihat berapa kalipun makanan itu tidak ada bagus bagusnya. Tapi mantounya, lupakan. Apapun akan ia lakukan meskipun itu membuatnya tidak bisa merasakan rasa enak lagi.
"Ayo~ Makanlah~ Anjing." seru Yuan Yu dengan senyum jahat di wajahnya.
"Makan!? Makan!? Makan!? Makan!? Makan!? Makan!?" teman teman Yuan Yu menyeru hal yang sama.
Tangan kurus Ryu gemetaran meraih makanan sampah di mangkuk. "Hup!?" Akhirnya ia memakan makanan paling aneh dan tidak enak. Lidahnya terasa mati. Ryu merasa ada yang bergerak gerak didalam tenggorokannya. "Hoek!?" ia memuntahkan lagi makan itu. Tidak, ia tidak bisa memakan makanan sampah ini. Tapi jika tidak maka…
"Heeh dasar anj*ng." Yuan Yu menjatuhkan satu mantou dan menginjaknya sampai hancur.
Mata Ryu terbelalak melihat itu. Ia langsung berdiri ingin menonjok wajah Yuan Yu.
Duak
"Ugh!?" namun malah dirinya yang kena pukul.
"Dasar sampah!? Kau berani pada tuan muda hah?!"
Buk buk buk
Duak duak
Yuan Yu tersenyum senang melihat pemandangan yang indah dihadapannya. Seseorang yang berada di atas orang lain itu, sangat menyenangkan. Hierarki, seperti itulah. "Aku akan memaafkan tindakan tidak sopanmu barusan adik Ryu. Sebagai gantinya kau harus menghabiskan makanan di mangkuk itu tanpa dimuntahkan. Bukankah, kau ingin sampah ini kembali?" ujar Yuan Yu menggoyang goyangkan roti kukus di tangannya.
Wajah Ryu sudah babak belur. Ia menatap kembali makanan sampah itu. Kembali, ia kembali memakannya. Kali ini ia menahannya hingga memasuki perut.
"Aha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha…" gelak tawa mereka terdengar jelas.
"Ha ha ha ha ha dia benar benar memakannya!? Anj*ng ini sangat penurut dan bodoh!? Ha ha ha ha ha…"
Kata kata penuh umpatan dengan gelak tawa yang menjijikan. Ryu menahan tangisnya yang keluar sembari memakan makanan anjing.
"Ayo sekarang kau harus mengangkat tanganmu dan menggonggong seperti Anjing!?" suruh Yuan Yu kembali.
Tangan Ryu terangkat mengepal dan menggonggong, "Guk!? Guk!?" gong gongnya persis seperti anjing yang penurut.
"Aha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha hebat!? Hebat!? Anjing ini melakukannya dengan baik!?" serunya dengan senyum lebar penuh keangkuhan. "Ini aku kembalikan!? Ayo kita kembali." Yuan Yu melempar dua manyou yang tersisa. Dia dan kawan kawannya kembali dengan tawa yang masih terdengar di mulut mereka.
Ketika mereka pergi, Ryu menatap tajam kepergian mereka. Tatapan penuh tekad akan membalas perbuatan mereka suatu hari nanti. Meskipun ia sendiri tidak tahu kapan, tapi apapun caranya ia akan mencari cara untuk mendapatkan kehormatan dan kekuatan untuknya dan ibunya. Dan mempermalukan mereka suatu hari nanti.
...***...
Ryu membasuk wajahnya yang kotor. Tentunya ia juga membasuh mulutnya setelah memuntahkan kembali makanan sampah itu. Setelah membuat dirinya bersih, ia memasuki kediaman tua yang disediakan keluarga Ji untuknya dan ibunya. Di dalam kediaman tua tersebut tentunya hanya ada dirinya dan ibunya seorang. Untuk rakyat biasa, mendapatkan kediaman saja sudah berlebihan. Apalagi mendapatkan pelayan.
Tugas melakukan bersih bersih dilakukan oleh Ryu setelah ibunya jatuh sakit. Sejak melahirkan Ryu, ibunya memang sering sakit. Bertambahnya usia sakit itu bertambah parah hingga membuatnya tak bisa bergerak karena saraf saraf kakinya yang sudah mati.
Ryu memasuki sebuah kamar paling besar di kediaman, yaitu kamar ibunya. "Ibu, aku membawakan mantou untukmu!?" ujar Ryu dengan senyum tipis.
"Ryu!? Astaga, kenapa dengan wajahmu, nak?" tanya Shi Xuan, ibu Ryu.
"Ah, ini, ibu jangan khawatir. Aku berkelahi dengan anak anak nakal itu lagi. Tapi aku berhasil memukul balik mereka." ujarnya yang tentu saja bohong. Memukul balik apanya, dirinya malah harus memakan makanan sampah. Semua kebohongan itu ia lakukan demi membuat ibunya tenang.
"Syukurlah kalau kau baik baik saja. Itu benar, kau harus memukul balik anak anak nakal itu. Beri mereka pelajaran!? Jangan mau dianggap remeh oleh mereka, Ryu mengerti?!" ujar Shi Xuan memberi semangat.
"Iya!?" jawabnya dengan senyum lebar. Sejujurnya, Ryu merasa sangat bersalah di hatinya. Seandainya saja ia bisa melakukan itu.
Shi Xuan merasa heran, biasanya Ryu akan membawa tiga makanan. Satu untuk Ryu dan dua untuknya. Tapi yang Ryu bawa hanya dua yang mana semua itu Ryu berikan untuk dirinya. "Ryu, dimana makananmu?" tanya Shi Xuan.
"Oh, aku membawa sambil berlari. Jadi aku tidak sengaja menjatuhkan satu. Tapi tidak apa apa, aku bisa makan nanti." ujarnya sembari menutup jendela karena langit sudah mulai gelap.
"Ambillah satu, ibu tidak bisa memakan semuanya sendiri." Shi Xuan melihat Ryu terdiam melihatnya. "Kenapa? Apa kau akan bilang 'Tidak, terima kasih' dengan nada yang dingin? Kalau kau tidak mau, ibu juga tidak mau makan!?" rajuk Shi Xuan seperti anak kecil.
"Kenapa ibu seperti anak kecil?" ujar Ryu tidak habis pikir. Ibunya sangat keras kepala. Jika tidak dituruti pasti akan merajuk seperti ini. "Baiklah, aku akan memakannya. Lihat? Aku memakannya!?" unjuknya sembari memakan mantou di mulutnya. Tidak terasa mantounya tidak tersisa.
Terlihat senyum di wajah Shi Xuan. "Iya iya, ibu lihat." Shi Xhuan mengambil mantou yang tersisa. Dia beruntung memiliki anak yang sebaik Ryu.
...****************...
Dua tahun kemudian
"Gilaaa!? Aku berhasil menembus Zhuji puncak!?" seru Ryu senang bukan kepalang. "Ibu pasti akan senang!? Aku harus memberitahunya!?" Ryu berdiri mengibaskan bajunya yang kotor. Ia berlari sambil membawa beberapa mantou didalam kantong kertas.
Beberapa ranah awal kultivator pemula dan menengah:
Lianqi
Juyuan
Zhuji
Bigu
Jindan
Yuanying
Chuqiong, dan terakhir…
Dujie
Semua itu di awali dengan awal, menengah dan puncak. Sedangkan batas batas yang melewati dujie sudah bukan tingkatan yang bisa di capai manusia biasa. Perlu bakat sejati dan keberuntungan besar mencapainya. Ranah yang tiga terakhir sangat sulit di capai. Bahkan mencapai satu ranah sebelum mati adalah sebuah keberuntungan.
Transcended
Legendary of transcended
Grande transcended
Saat seseorang mencapai ranah transcended, dia akan merasa ranah ini tidak ada ujung untuk di capai. Sebab setiap naik dan menembus tingkat, makan akan ada tingkat lain yang lebih tinggi. Tidak ada ujung dan tidak terbatas. Karena itu biasanya kultivator hanya bisa mencapai transcended sampai akhir hayat mereka. Karena dua ranah lainnya sudah pasti tidak akan mungkin dicapai.
Ji Meng Ryu berhasil menembus ranah Zhuji hari ini, tepat di usianya yang ke empat belas tahun. Itu usia yang sangat muda untuk menembus ranah Zhuji. Jika dunia seni bela diri tahu, sudah pasti mereka akan menyebutnya jenius bela diri. Tapi tidak, ia tidak mengatakan pada siapapun tentang bakatnya ini. Karena Ryu tidak menyukai hal yang merepotkan.
Ia tahu, kalau ia mengatakan bakatnya pada keluarga Ji mereka akan menyanjung serta mendukung sepenuhnya. Dirinya akan di junjung menjadi salah satu putra terhormat keluarga Ji. Semua orang akan memujinya dan mendekatinya. Harta kekayaan tidak perlu diragukan.
Tapi Ryu tidak membutuhkan kepalsuan. Ia akan mendapatkan semua itu dengan caranya sendiri. Meskipun orang lain mencelanya sebagai orang bodoh, tapi ia akan tetap berjalan di jalannya sendiri.
"Ibu? Aku punya kabar gembira!?" seru Ryu memasuki kamar ibunya. "Ibu?" namun ibunya masih tidur. Tidak biasanya ibunya masih terlelap di jam segini. Ryu menggoncang sedikit tubuh ibunya, "Ibu, apa ibu baik baik saja?" tanya Ryu lembut.
"Ah, Ryu kau sudah pulang? Apa ibu ketiduran?" ujar Shi Xuan bangun.
"Ya." Ryu tersenyum lega, ternyata ibunya hanya ketiduran.
"Ibu aku punya kabar gembira, hari ini aku berhasil menembus Zhuji !? Apa ibu senang?" ujar Ryu penuh semangat.
"Benarkah? Ya ampun, di usiamu sekarang kau sangat berbakat Ryu. Ibu sangat senang mendengarnya."
Ryu tersenyum senang mendengar ibunya senang.
"Ryu, tadi ibu bermimpi." ujar Shi Xuan.
"Mimpi?"
"Ya, mimpi yang indah. Ibu bermimpi berada di padang bunga yang cantik. Di sana kaki ibu masih bisa berjalan, dan disana ibu menjadi gadis yang cantik. Kau tahu Ryu, itu adalah mimpi yang indah. Ayo kita ke padang bunga sekali kali. Disana…"
Ryu hanya mendengarkan ibunya bercerita. Hari ini ibunya sangat suka bicara. Tidak biasanya dia bicara panjang lebar begini.
"Ryu…" panggil ibunya. Dia tersenyum sangat cantik. Mata birunya, dan rambut hitamnya, kulit putihnya, dia membelai pipi Ji Meng Ryu dengan sangat lembut. "Kau adalah anak laki laki ku yang paling kusayangi. Aku sangat beruntung dapat melahirkanmu ke dunia ini. Ryu…tetaplah berjalan di jalanmu meskipun orang lain menggapmu bodoh. Jadilah orang baik yang tidak mudah dibodohi Ryu…" Shi Xuan mendekatkan kepala Ryu padanya.
Cup
Dia mengecup kening putranya. Senyumnya sangat lembut, tapi Ryu bingung mengapa Shi Xuan bersikap seperti ini.
"Ibu, apa terjadi sesuatu?" tanya Ryu khawatir.
"Tidak ada apapun yang terjadi."
"Lalu kenapa…tunggu!? Aku dengar seseorang yang akan meninggal banyak bicara. Apa jangan jangan…"
bletak!?
Shi Xuan menjitak kepala Ryu keras. "Anak ini, apa kau pikir ibu akan segera meninggal?" tanya Shi Xuan kesal.
"Uugh, Tidak, maksudku………ya." sejujurnya dirinya memang berpikir begitu. Karena itu ia takut sendirian. Karena seseorang yang meninggal pastinya tidak akan kembali lagi.
Shi Xuan tersenyum tipis melihat wajah murung Ryu, "Jangan khawatir, Ryu. Meskipun ibu meninggal, ibu yakin kau tidak akan sendirian." ujarnya.
Ryu menatap Shi Xuan yang bicara enteng tentang kematian, "Jangan bicara hal menyeramkan bu." ujarnya.
Sepertinya takdir sedang mempermainkannya. Pada saat malam hari yang dipenuhi hujan petir, Ryu berdiri menghadap kuburan yang baru selesai dibuat. Dirinya baru saja selesai memakamkan ibunya yang meninggal. Ibunya adalah orang yang baik, dan orang baik akan selalu lebih mendahului. Di hari pemakaman ini, tidak satupun dari keluarganya yang datang untuk berbela sungkawa.
Semuanya Ryu yang menyiapkan. Untunya ia ada sedikit uang, tidak apa apa kelaparan beberapa hari asalkan ia bisa memakamkan ibunya. Keluarga ini busuk, mereka busuk dari akar akarnya. Ryu bahkan ragu ayahnya yang baj*ngan itu tahu istrinya meninggal. Melihat tidak ada satupun dari mereka yang datang. Dirinya juga tidak mengharapkan kedatangan mereka.
"Mati saja kalian!?" gerutunya mengandung kebencian. Ryu ambruk ke bawah, mengelus tanah makam dengan pandangan sayu. Tidak, ia tidak ingin menangis sambil berteriak teriak. Dirinya juga tidak ingin menjadi sosok kesepian hanya karena ditinggal orang terkasih.
Tangannya mengepal erat, bohong jika ia tidak sedih. Sekarangpun air matanya bercampur air hujan yang membasahi wajahnya. Ia menjatuhkan wajahnya ke atas tanah, menahan tangis yang terisak.
...***...
Dalam keadaan basah kuyup, Ryu pulang ke rumahnya yang gelap gulita. Rasanya tidak ada semangat untuk menyalakan satu pelita pun. Tapi bagaimana lagi, ia tidak bisa berjalan sambil menabrak tiang setiap kali melangkah, kan?
Setelah selesai menyalakan pelita, Ryu mengganti baju basahnya dengan yang kering. Ia duduk duduk di kamar ibunya, mengingat setiap kenangan bersama yang mereka lakukan. Ibunya meninggal di umur yang sangat muda, 29 tahun. "Sial, kenapa tidak orang orang brengsek itu saja yang mati? Aku yakin sekarang mereka sedang menikmati miras dan wanita di kamar mereka." gerutunya.
Ryu berbaring merasakan kehangatan yang tersisa di tempat tidur Shi Xuan. "Meskipun aku berbakat, tapi tidak ada siapapun guru atau master terkenal yang ingin mengangkatku sebagai murid. Mereka lebih mementingkan uang dan reputasi dari pada bakat. Kurasa aku akan mati sendirian sebagai pecundang." ujarnya sembari menatap langit langit kamar. Mengingat dua tahun ini ia sudah banyak mengajukan diri sebagai murid dan menunjukkan kultivasinya pada master ternama, mereka hanya berkata 'Aku tidak menerima sampah.' bahkan ada yang tidak mengatakan apapun dan langsung pergi tanpa melihat keberadaan Ryu.
"Aku berharap orang orang brengsek itu mati tersambar petir bersama miras miras mereka." sambungnya mengutuk keluarga Ji dan orang orang yang menganggapnya tidak ada.
Yah, setiap hari Ryu selalu mengutuk keluarga Ji. Tapi tidak ada apapun yang terjadi tuh? Mungkin ia perlu belajar menjadi dukun di perguruan hitam. Tentu saja ia tidak ada niat untuk itu.
Melepaskan penatnya, Ryu menutup matanya. Pas sekali malam ini hujan, ia jadi lebih mudah tidur dengan adanya suara hujan dan petir. Dirinya memang agak lain.
Hanya dalam hitungan detik Ryu sudah terlelap tidur. Mungkin dengan banyaknya kegiatannya hari ini mengurus pemakaman Shi Xuan ia sangat kelelahan.
Ketika memasuki alam mimpi, Ryu mendengar suara seorang wanita bersuara datar.
...[Nama host: Ji Meng Ryu...
...Umur: 14 tahun...
...Pengalaman travel: Tidak ada...
...Host Ji Meng Ryu selamat datang di sistem mimpi. Minimnya pengalaman host akan di transfer ke dunia kecil...
...Mengundi dunia kecil…...
...Mendapatkan dunia kecil...
...Host akan di transfer ke dunia kecil Yinyang]...
...****************...
"Sayang~ ayo bangun~"
"Tuan Ryu sayang~"
"Hi hi hi hi Tuan Ryu sayang~"
'Duh berisik!?' Ryu mengernyit mendengar panggilan 'sayang' terus menerus. 'Sayang?' sejak kapan di kamar ibunya ada orang lain? Dan mereka memanggilnya sayang? Ryu membuka matanya lebar lebar melihat siapa orangnya yang memanggil anak empat belas tahun dengan sebutan sayang.
Tepat saat membuka matanya ia melihat tiga wanita cantik bak bidadari tersenyum padanya. Wanita cantik dengan dada kecil maupun besar ada juga yang sedang. "Ini pasti mimpi." jadi Ryu menutup kembali matanya berharap saat dibuka tidak ada lagi wanita cantik didepannya.
"Loh, Tuan Ryu kenapa tidur lagi?"
"Ayo bangun~"
Tidak, ini bukan mimpi!? Ryu segera bangun memisahkan diri dari mereka. Ia melihat mereka bertiga memanggilnya sayang, "Siapa kalian? Apa kalian pencuri yang berkomplot dengan keluarga Ji? Hah, aku tidak akan takluk dengan kalian meskipun kalian cantik dan berdada besar!?" ujarnya was was.
"Keluarga Ji? Siapa itu? Sayang pasti masih bermimpi~" ujar seorang gadis berambut putih keabu abuan.
"Sayang~ayo bangun!? Kita bisa bertemu keluarga Ji nanti setelah sarapan." ujar perempuan berambut hitam potongan bob.
"Ayolah~aku lapar~" ujar seorang gadis berkuncir dua berambut pirang.
Mereka semua memang cantik, tapi ada yang aneh. Wajah mereka semua pucat seperti mayat. Dan pakaian mereka semuanya mewah seperti pakaian bangsawan.
Ryu masih bingung dengan situasinya. 'Apa ini? Apa yang terjadi? Aku pikir aku tidur di kamar ibu. Kalau dilihat lihat ini bukan kamar ibu. Apa ada seseorang yang memindahkanku ke tempat lain dan membuat drama kekanak kanakan seperti ini? Apa mereka keluarga Ji yang sengaja membuat drama dengan aku yang sebagai leluconnya?' pikir Ryu. Ia melirik ke sebelahnya yang mana terdapat cermin.
Sungguh kaget bukan kepalang sebab yang ada didalam cermin adalah seorang pria dewasa berambut pendek, berdada bidang, dan terlihat cukup tampan. 'Siapa dia? Apa itu aku? Bagaimana bisa?' Ryu menggerak gerakkan tangannya memastikan itu dirinya. Sangat berbeda dengan dirinya yang kurus dan berambut panjang. 'Tidak, ini pasti bukan tubuhku. Tapi tubuh orang lain.'
Ting
...[Selamat!? Host telah berhasil travel ke dunia Yinyang]...
"Hm?! A apa ini?" tanya Ryu sedikit berteriak menunjuk layar biru di depannya.
Tapi gadis berambut putih keabu abuan menutupi dadanya malu karena di balik layar biru adalah dadanya.
"Ti tidak!? Maksudku bukan itu!? Maksudku kotak biru di depan kalian!?" seru Ryu bersikeras. "Kalian tidak melihatnya?" tanya Ryu heran. Tapi ketiga wanita itu hanya saling pandang bingung dengan apa yang Ryu bicarakan.
"Tidak, apa Tuan Ryu melihat sesuatu?" tanya gadis berambut bob balik.
'Mereka tidak lihat, tapi aku lihat? Ini sedikit aneh.' Ryu melihat mereka satu bpersatu, "Kalian keluar dulu. Aku ingin ganti baju." ujar Ryu.
"Baik~" jawab mereka serempak.
Tyu menghela nafas lega, tapi hanya sesaat. Karena saat ia melihat ketiga kaki gadis cantik itu, mereka semua melayang dan tubuh bagian bawah mereka transparan. Mata Ryu terbelalak terkejut dengan yang ia lihat.
Krreeeet
brak!
"……" Ryu tak bisa berkata apa apa. Ia mematung ditempatnya duduk. "Makhluk apa itu?" ujarnya. Seumur umur, tidak pernah ia melihat hal yang begitu. Takut? Tidak, ia tidak takut. Ia hanya merasa aneh melihatnya. Karena di tempatnya tidak pernah membahas hal seperti hantu. Baginya manusia lebih menakutkan.
Ting!?
Perhatian Ryu langsung teralihkan ke layar biru didepannya.
...[Misi: Temukan harta karun Yin!?...
...Dikatakan harta karun Yin menyimpan senjata penumpas hantu terkuat yaitu pedang Yin. Pedang Yin ini dulu dimiliki oleh pertapa dao terkuat di zamannya. Di akhir hayat dia menyembunyikan senjata terkuatnya di suatu gua di lembah kematian....
...Hadiah: -Pedang Yin...
...-Elixir Qi tingkat rendah (2)]...
"Elixir? Apa aku benar benar akan mendapatkan elixir dan pedang? Heh, jawab!?"
...[Jawab host: Ya]...
"Hmm, aku mengerti. Jadi kau ini apa dan tubuh siapa ini?" tanya Ryu meminta penjelasan.
...[Sekarang host Ji Meng Ryu adalah pemilik dari sistem mimpi yang baru. Karena host sebelumnya sudah meninggal maka host Ji Meng Ryu akan menggantikannya secara otomatis. Peringatan, luka yang host dapat di dunia kecil juga akan host dapat di dunia utama.]...
Saat membaca ada pemilik lain sebelumnya, Ryu langsung terpikirkan seseorang. 'Apa itu ibu? Apa dia juga pernah menjadi pemilik sistem mimpi? ' hatinya jadi sedih jika mengingat Shi Xuan.
Ting!?
...[Sistem mimpi hanya akan bekerja saat host tertidur. Saat ini tubuh host ada di dunia utama. Host saat ini berada di dunia kecil bernama dunia Yinyang.]...
...[Dunia Yinyang adalah dunia hantu dan manusia. Orang orang yang memburu hantu di sebut pertapa dao. Kultivasi disini semuanya menggunakan kultivasi hantu. Semakin ganas hantu yang diburu, maka kultivasi akan meningkat.]...
...[Informasi pemilik tubuh...
...Nama: Feng Ryu...
...Usia: 27 tahun...
...Pekerjaan: Pertapa dao...
...Tingkat kultivasi hantu: Raja hantu (puncak)...
...Feng Ryu meski memiliki bakat dan wajah tampan, sayangnya memiliki alergi pada manusia. Karena itu dia memilih menikahi tiga hantu cantik. Kemanapun dia pergi selalu memakai sarung tangan serta masker.]...
Ryu melipat kedua tangannya, "Feng Ryu ini, dia konyol sekali." ujarnya. Ryu tidak percaya ada manusia yang alergi dengan manusia lain. Dimana mana manusia membutuhkan manusia lain untuk hidup.
"Tuan Ryu~ Apa anda sudah selesai?" tanya salah satu hantu cantik.
"Ah, iya iya!? Aku akan segera turun." jawab Ryu. "Sepertinya aku harus mengurus ketiga hantu dulu." ujarnya.
...***...
Di meja makan duduk Ryu bersama tiga hantu cantik. Ryu melirik bokong mereka, melayang. "Makhluk yang menarik." ujarnya tanpa sadar.
"Apa?" tanya hantu cantik berambut bob.
"Tidak, aku hanya bicara sendiri." ujarnya. Ia menatap ketiga piring hantu cantik. Kosong. Apa yang mereka makan kalau begitu?
Plok plok
Hantu cantik berambut putih abu abu bertepuk dua kali. Sepertinya dia memanggil sesuatu.
Datang satu hantu pelayan membawakan tiga hidangan. Saat dibuka ini ternyata ayam hidup. Masing masing mer mendapat satu ayam.
"Pok pok pok kok petok!?" ini benar benar ayam.
Ryu memperhatikan sembari makan. Ketiga hantu mulai memakan ayam dengan menghisap esensi kehidupan ayam tersebut. Perlahan ayam ayam itu membusuk, kemudian mengering.
"Hoek!?" Ryu menutup mulutnya, menahan isi perutnya yang akan keluar. Itu terjadi didepan matanya. 'Ini gila!? Bagaimana bisa Feng Ryu bertahan makan seperti ini setiap hari? Sudah kuduga dia tidak normal sejak mendengar dia alergi manusia.' pikir Ryu dengan wajah yang pucat pasi.
"Tuan Ryu, apa anda baik baik saja?" tanya salah satu hantu cantik berambut pirang.
"Y ya, aku baik baik saja." jawabnya berusaha untuk tenang. 'Baik kepalamu, aku begini karena kalian!?'
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!