NovelToon NovelToon

Time

episode 1

Episode 1

 

Seorang perempuan bernama Cia Bernadio yang sedang dibuat pening oleh kehidupannya sendiri yang tidak jelas arah jalan dan tujuannya.  Dirinya sibuk dengan mengirimkan segala macam bentuk resume untuk melamar sebuah pekerjaan.  Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan,  akan tetapi semangat yang ada di hidupnya tak pernah padam.  Panas terik matahari menyerangnya di setiap siangnya,  dingin dan sejuknya angin menusuk kulitnya di setiap malamnya. 

“Ini  resume terakhir yang kukirim hari ini,” ucapnya sambil menatap lekat map coklat ditangannya,  berharap keajaiban datang di kehidupannya.

“Semoga kali ini berhasil dan aku di terima,  meskipun bukan jabatan tinggi setidaknya masih mampu menghidupi keluarga. “ lanjutnya

Cia berjalan dengan langkah penuh harap dan percaya diri.  Jika dirasa firasatnya kali ini,  resumenya akan diterima,  wajah yang menampakan senyuman indah tanpa kepalsuan itu,  dirinya berjalan masuk ke dalam sebuah gedung tinggi menuju resepsionis.

“Permisi mbak,  saya mau melamar pekerjaan katanya kantor ini sedang membuka lamaran? “ tanya Cia

“Oh iya betul,  silakan anda menuju lantai 5 lalu belok kanan sampai ruang HRD ya, “ kata resepsionis itu.

“ Baiklah terimakasih mbak, “ ucap Cia lalu meninggalkan tempat.

Di depan lift yang ia tunggu,  dadanya dari tadi tidak berhenti berdetak kencang,  rasanya seperti dirinya akan melangkahkan kakinya ke neraka saja, sampai-sampai tak bisa mengontrol detakan jantungnya ini.

“Bisakah diriku bersikap biasa saja,  aku hanya akan menemui seorang manusia bukan penjaga pintu neraka, “ monolognya

Masih tetap meletakkan tangannya di dada sambil memasuki lift yang terbuka lebar untuknya,  bukannya tadi dia sangat percaya diri,  entah hilang kemana perasaan itu?

“Cia... Ayo kamu pasti bisa menjalani ini dengan lancar. “ ucapnya menyemangati diri sendiri.

Ting...

Dentingan lift terdengar,  pintunya pun terbuka,  Cia masuk ke dalam lift dan tibalah di lantai 5, ia berbelok ke kanan sesuai intruksi resepsionis tadi lalu mencari ruangan yang ditujukan.

“Mana panjang lagi nih koridor,  dikira terowongan jalan tol kali ya, “ keluhnya dengan menengok  ke kanan dan kiri mencari ruang HRD.

“Hey kamu... Sedang apa?  Mau apa kamu? “ seru seorang dari belakang.

Cia menoleh dan menunjuk dirinya yang tidak peka,  “ saya pak? “

“ Ya siapa lagi kalau bukan kamu sih? “

“ Ada apa ya pak? “

“ Apa yang kamu lakukan?  Mau mencuri atau bertindak jahat disini? “ tuduh orang itu

Cia yang dituduh seperti itu langsung menampilkan wajah kesalnya terhadap orang didepannya.

“Jangan asal menuduh dong pak,  tanya dulu napa sih? “ sungutnya

“Kan saya tadi tanya bukan nuduh,  makanya perhatian kalimat saya! “

“ iya deh pak iya,  saya ngalah aja sama yang tua. “ akhirnya Cia pun mengalah demi lelaki tak tahu diri itu.

“ Saya tidak tua, cermati muka tampan saya. Jadi sedang apa dirimu?  Kamu sangat mencurigakan sekali, “ wajah lelaki itu sudah  menatap menyelidik.

“Aduh pak,  saya disini mau mencari ruang HRD pak,  tuh mata kalo lihat orang biasa aja kali pak! “ ucap Cia

“ Ooohhh... Ruang HRD ada di 2 ruangan setelah ini,  jadi jangan macam-macam  kamu disini! “ katanya langsung pergi begitu saja.

Cia memutar bola matanya malas,  lelaki itu membuang waktunya hanya penyataan tuduhan terhadapnya. Tersadar bahwa dirinya telah lupa tujuannya datang ke kantor  ini,  buru -buru dia berlari kecil untuk tiba dengan cepat.

Saat di depan pintu HRD,  Cia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu itu dengan penuh yakin.

Tok.. Tok.. Tok..

“Masuk “

Cia mendorong pintu itu dan berjalan memasuki ruangan

“Kamu orang yang ingin memberikan surat lamaran kerja? “ tanya orang berjas itu.

“ I... Iya Pak,  saya orangnya, “ jawabnya gugup

“Silakan duduk dulu, “ katanya sambil menunjuk sofa panjang yang lembut dan nyaman dilihatnya.

“Kau lulusan pendidikan apa? “ tanyanya tiba-tiba,  jantung yang tadinya sudah terkontrol malah menjadi dan semakin bertalu-talu.

“Sa.. Saya lulusan S1 pak,  a.. Ada apa ya pak? “

“Kebanyakan karyawan disini adalah S2 saya harap,  jika kau lulus resume dan lanjut wawancara,  kau harus bisa mengambil hati CEO disini. “ Cia merasakan bahwa ini sebuah kode keras untuknya supaya dirinya bisa lolos dan bisa bekerja di kantor ini.

“Pak,  apa ini kode untuk saya?! “

“Bukan hanya kode tapi peringatan untuk kau,  jika kau benar-benar ingin bekerja,  lakukan yang terbaik dan semampu kau. “ Cia mengangguk keras agar terlihat menyakinkan,  padahal sebaliknya.

Hatinya sudah berbicara sendiri sedangkan otaknya mulai berkelana yang tidak- tidak.  Usainya mengurusi semua persyaratan lamaran,  Cia pamit undur diri dan ingin segera keluar dari ruangan kurang udara itu.  Sesak sekali rasanya dada.

“ Ini baru melamar masa sudah terintimidasi duluan sih,” gerutunya

“ jarang banget akunya kayak gini,” ucapnya,  keluar dari loby dan menatap sekilas gedung mewah yang akan menjadi calon pekerjaannya.

*

Di satu sisi seorang lelaki yang sama sibuknya bahkan lebih sibuk dari yang lainnya.  Rasanya jemari tangannya ingin terlepas dari tempatnya,  hampir setengah hari dirinya berkutik dengan penanya dan terus bergerak menggoreskan tanda tangannya itu.

“Bisakah aku berlibur dan menghindar dari kertas-kertas ini? “ ia menggeram kesal sambil memijit kecil pelipisnya.

“Bos,  jika anda ingin cepat selesai,  kerjakan lagi saja,  biarkan saya buatkan teh papermint untuk anda, “ jawab asistennya yang telah lama mengabdikan diri sekitar 7 tahunan.

“Kau mana tahu rasanya otakku?  Asal jawab saja dirimu,  heh! “ Leon mendengus tak lupa dengan manyunnya bibir seksi itu.

“Kita  memiliki kapasitas otak yang sama bos,  kalau anda mau tahu,  jadi biarkan saya membuatkan sesuatu agar anda rileks. “ asisten itu pergi dari hadapan Leon.

Begitu langit sore menjelang,  Leon senang bukan main,  buru-buru dirinya membereskan semua barang bawaannya dan bergegas pulang untuk berubah manja.

“ Fan ini waktunya pulang,  jadi aku bebas dari kerjaan okeh, “ katanya tersenyum miring puas.

“ Hah... baik bos, silakan istirahat dan sampai berjumpa besok.”

“Bisakah kau tidak mengingatnya, “ Afan sang asisten membuat Leon badmood untuk yang kesekian kalinya.

Tanpa melirik Afan,  dirinya keluar dari ruangannya menuju parkiran dimana mobilnya berada. Sikap terbuka dan ramahnya  akan muncul saat dia berada di dekat orang terdekatnya.  Berbeda saat di luar dia akan memunculkan sikap diam dan bijaksana,  bisakah Leon dikatakan kuudere dan dandere?

(Kuudere:  anti menunjukkan kelemahan dirinya

Dandere:  anti sosial /pendiam jarang berbicara)

*

Cia yang sedari lamanya menunggu bus tapi tidak kunjung tiba,  bisa-bisa ia mati kedinginan sebab langit malam telah menggelapkan sebagian bumi.

“Sial,  kemana semua buat di kota?  Apa mereka libur berjamaah sekarang ini? “ ujarnya geram

“ bagaimana jika ada apa-apa denganku? “

Halte  tempatnya berada memang terang benderang karena beberapa layar iklan terus menampilkan promosinya. Bahkan halte nya disediakan papan informasi terkini.

Cia membaca sekilas apa yang dipaparkan pada papan informasi itu,  matanya membelalak tajam,  bagaimana bisa dirinya lupa akan hal penting seperti ini!

“Kenapa akunya pelupa banget sih!  Gak ketulungan banget juga, “ ia memukuli kepalanya pelan layaknya menegur dirinya sendiri.

Ternyata oh ternyata,  semua kendaraan bus di kota sedang diberhentikan sementara karena jalan raya yang biasanya dijadikan jalan utama bus digunakan demo besar-besaran oleh masyarakat.

“Terus,  bagaimana nasib hambamu ini ya Allah! “ keluhan dari mulut Cia bukannya menjadikan suatu keuntungan malah jadi buntung untuknya.  Ramalan cuaca mengatakan hari ini tidak akan hujan tapi buktinya sekarang hujan gerimis deras mengguyur jalan aspal didepannya.

“Ya Allah dosa apa yang hamba lakukan hari ini? “ gumamnya

Matanya tak lepas dari butiran air hujan.  Cia mengeratkan jas kerja barunya itu,  agar tidak kedinginan.  Semua pengendara bahkan melaju kencang,  pasti mereka tak sabar mau pulang

Tiba-tiba,  sebuah mobil berhenti di depan halte,  Cia mengerutkan dahi.

“mengapa mobilnya berhenti? “ batinnya

Jendela mobil terbuka setengah dan sosok tak asing dilihatnya,  ternyata pegawai yang menuduhnya tadi.

“Kau kenapa belum pulang juga? “ teriaknya

“Kau berbicara denganku? “ dibalas teriakan oleh Cia

“Lalu jika bukan kau siapa lagi bodoh! “ kesalnya

Cia menengok ke belakang dan tidak ada siapapun,  “ benar juga ya! “ gumamnya

“Oiy...  Malah bengong,  buruan masuk aku antar kau pulang, “

“Kau siapa?  Tiba-tiba menawarkan aku tumpangan, “

“jangan macam-macam kau ya! “ imbuhnya

“Ya sudah,  kalau  kau banyak bacot,  aku pergi! “ lelaki itu menaikan jendela mobil akan tetapi Cia yang tidak tahu malunya mengetuk keras kacanya.

“Baik -baiklah,  aku terima tawaran kau,  awas saja kau macam-macam denganku! “ ancam nya lalu langsung masuk ke dalam mobilnya.

Lelaki itu,  menggeleng heran,  baru kali pertama dia menemukan seseorang yang di tolong nya tapi dibalas ancaman seperti ini.  Ingin rasanya dia satu macam dengan wanita ini!

Panjangnya perjalanan,  sampailah Cia di tempat tinggalnya yang tidak seberapa besar itu. Dengan gerakan cepat,  dia turun dari mobil lalu mengucapkan terimakasih dan maaf kepada lelaki yang membantunya.

“Aku harap ini terakhir kalinya bertemu dengan orang seperti dirimu, “ kata lelaki itu

“ Aku juga,  semoga tidak bertemu dengan lelaki mencurigakan sepertimu lagi kedepannya. “ ujarnya dan pergi meninggalkan mobil itu.

.

.

.

.

.

.

Hallo readers selamat datang di ceritaku...

suka dengan ini, jangan lupa like, komen dan vote... kalian

 

episode 2

Episode 2

Seminggu kemudian...

Sambil menunggu panggilan wawancara kerja,  Cia mencari kerja sampingan untuk menambah pemasukan.  Bertambahnya usia semakin bertambah pula pengeluaran seharian,  untung saja dia sudah wisuda sarjana,  kalau tidak cuma-cuma  dia lulus kuliah bukan?

Kini,  Cia bekerja di sebuah cafe yang cukup lumayan ramai pengunjung. Gaji dibayar perhari jadi,  bisa kapan saja Cia mengundurkan diri dari pekerjaan ini.  Berlari kesana kemari sambil berteriak memang menguras tenaga sekaligus mudah cepat lelah. 

“Yuk Bang...satu es teh sama ayam geprek super pedes! “ teriak Cia membacakan pesanan pelanggannya.  Hari ini cafe sedang sepi-sepinya jadi semua pekerjaan tidak dilanda kesibukan.

“Tunggu sebentar ya masnya,  pesenan sedang dibuatkan, “ ucapnya lebih lembut terhadap pelanggan disampingnya.

“I.. Iya mbak. “ Jawab pelanggan itu,  dia tersentak kaget saat mendengar teriakan wanita cantik itu.  Dia kira wajah cantik akan berkelakuan cantik dan anggun namun ekspetasi berbeda dari kenyataan.

Usainya bekerja seharian,  badan Cia berasa lengket dan tak nyaman,  dia ingin lekas mandi dan mengistirahatkan tubuhnya agar segar kembali.

“Kenapa aku belum ada pemberitahuan apapun ya?  Biasanya juga meskipun kena gak kena tetep ada pemberitahuan, “ matanya memandangi langit-langit atap kamarnya.  Ia menerawang masa depannya yang tak jelas bagaimana jadinya, hidupnya ini!

“Moga-moga aku bisa lolos dan cepat -cepat kerja. “ Cia pun tertidur pulas.

*

Leon yang meneliti semua biodata bahkan resume dari para pelamar kerja,  wajahnya sekarang ini terkadang menunjukkan ekspresi puas kadang pula tidak puas.

“Ini mau ngelamar kerja di kantor apa mau jadi model fashion sih! “

“Mukanya pada cemong semua bikin risih diliatnya,  Fan... Afan! “ Leon yang berniat ingin protes tentang para pelamar kali ini.

“Ada apa bos?  Ada yang bisa saya bantu? “ Afan berdiri sigap dan akan selalu sigap dimana bosnya butuh dirinya.

“Bagaimana bisa pelamar kerja kantor banyak modelan lo*te gini sih?! “ wajahnya menampakkan ketidaksukaan mendalam.

“Kalau itu saya tidak tahu bos,  bahkan di persyaratan untuk melamar kerja tidak ada peraturan bahwa tidak diperbolehkan merias wajah. “ kata Afan

“Kenapa kau tidak merevisi persyaratan lamarannya? “ lagi-lagi kekesalan seorang Leon tertumpahkan kepada Afan.

“Maafkan saya bos yang kurang memperhatikan hal ini. “ sesal Afan yang sedang merutuki keteledorannya akan hal ini.

“Sialan,  karena kerjaan yang menumpuk jadi kurang ngeh sama masalah ini,  ampun dah! “ Batinnya

“udahlah nanti biar aku langsung turun tangan saat wawancara. “ keputusan sudah diambil oleh Leon,  dia tidak mau semua pegawai kantornya menjadi tempat berkumpulnya para lo*te tak jelas.

Banyaknya pekerjaan hari ini, menjadikan waktu terundur  begitu sehari sehingga, baru keesokannya bisa dilaksanakan wawancara bagi yang lolos resume.

*

Ting...

Dentingan suara pesan ponsel terdengar,  Cia buru-buru membuka ponselnya,  ia juga dibuat menunggu oleh pihak kantor itu,  sekian lamanya akhirnya dirinya tidak digantungkan.

“Nah yang ditunggu muncul juga, “

Bola matanya bergerak mengikuti rangkaian kalimat di layar ponselnya.  Selesainya membaca isi pesan,  Cia meloncat bahagia penantian yang mendebarkan,  terbalas dengan rasa puas oleh respon isi pesan.

Selamat anda diterima pada penentuan seleksi resume, dan akan berlanjut pada tahap wawancara yang diadakan:  Selasa,  jam 7 pagi di aula kantor,  berpakaian kemeja dan celana kain atau rok dibawah lutut,  sekian terimakasih...

“Bu.. ibu... Cia keterima seleksi resume,  Aaaaa....  Seneng banget Cia bu! “ suara menggelegar memenuhi setiap celah rumah Cia.

“Kamu tuh Cia,  bisa ngak sih kalau gak usah teriak-teriak gitu,  bikin telinga ibu tuli nih, “

“Udah budeg,  bisa tambah budeg nanti.“ imbuhnya

“hehehe maap atuh... “ Cia menggaruk kepalanya pada bagian yang gatal.

“Kutuan kamu?  garuk-garuk kayak gitu?! “ tuduh ibunya

“Enak aja asal nuduh,  sorry ya bu,  wanita cantik macam Cia ya ngak kutuanlah,  jijik kali... “ Cia bergidik ngeri membayangkan kutu menempel di rambutnya.

“Terus ada apa kamu teriak gak jelas tadi?! “ tanya ibunya yang mendudukkan diri di kursi.

Cia yang bahagia gak kentungan itu,  juga ikut duduk di dekat ibunya.

“Gini lihat bu,  Cia akhirnya keterima seleksi resume di kantor yang terkenal itu loh! “ Cia sangat bersemangat atas hal ini, ia memperlihatkan bukti pesan di ponselnya.

“Beneran nih Ci? “ ibu Cia terkejut akan berita ini.

“ Ya iyalah bu,  masa bohong sih Cia, “ Cia memutar bola matanya malas

“Wihhh.... Hebat kamu Cinta,  selamat ya Nak,  bangga deh ibu jadinya, “ ucap ibunya

“Ohh... Jadi selama ini ibu gak bangga sama Cia ya? “ Cia yang menyadari ucapan ibunya malah kesal sendiri.

“Ya nggak gitu toh Cia,  canda ah ibu! “ Ibu Cia pun mengelus puncak kepala Cia penuh sayang,  bagaimana bisa dirinya tak bangga dengan anaknya ini,  apapun yang ia lakukan untuk keluarga,  begitu membanggakan sekali jika itu yang baik.

“ya udah sekarang kamu siapkan keperluan untuk besok ya! “ hitam ibu langsung terlaksana cepat jika dengan Cia.

*

Keesokannya...

Di pagi hari,  sebuah kamar yang luas nan megah serta mewah,  Leon yang bersiap akan pergi ke kantor.  Ia ingin menyambut langsung para calon pegawainya,  yang pasti dia harus tampak gagah dan bijak di mata orang luar.

“Dahlah,  udah cakep kayak gini mau diapain aja tetep cakep. “ ujarnya lalu keluar dari kamarnya.

“Pagi mam,  gimana paginya mami?” Leon sangat menyayangi anggota keluarganya,  ia tidak akan mensia-siakan setiap kesempatan yang ada. 

Prinsip yang dia tanamkan adalah waktu kematian tidak ada yang mengetahui selain Tuhan,  kesempatan memang selalu ada jika kita gunakan sebaik mungkin.

“Pagi anak mami,  seperti biasa pagi mami selalu sama melayani suami dan anak mami injak. “ katanya

“Aduh... Mam,  jangan ngegombal pagi-pagi kayak gini deh! “

“Aku jadi berbunga-bunga kan. “ lanjutnya sambil tersenyum cerah.

“Bisa aja kamu itu Le! “ Mami Leon sudah siap dengan sarapan dan terakhir memanggil suami kesayangannya itu.

“Papi... sarapan udah siap loh! “ teriak Maminya

“Iya Mam, otw turun nih! “ jawab Papi

Akhirnya mereka sarapan bersama dengan tentram,  membiasakan diri makan dalam diam jika tidak ada hal penting untuk dibicarakan. Semuanya pun disibukkan kembali dengan rutinitas sehari-hari.

Leon yang menatap setiap bangunan yang ia lewati dari dalam mobilnya,  tidak sadar jika ia sudah tiba di halaman kantornya.

“Bos... Bos... Boss Leon!! “ supir yang bertugas bahkan dibuat kesal,  namun dia tidak menampakkan kekesalannya,  jika ketahuan makan buyar sudah kehidupan keluarganya.

“Oh ya,  maaf saya ngelamun pak! “ ucapnya lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung kantor menuju ruangan pribadinya.

Jadwal selanjutnya,  Leon akan mengurus semua para pelamar yang ia seleksi dengan cermat termasuk dengan firasatnya yang ikut serta menyeleksi.

“Fan,  kamu persiapan dan giring semua calon karyawan ke aula,  aku akan menyusul kesananya. “ kata Leon lalu fokus lagi ke monitor komputer di mejanya.

“Baik bos. “ jawabnya berlalu pergi.

*

Di aula kantor yang luasnya melebihi luas kamplingan rumahnya sendiri,  mulutnya tak berhenti menganga lebar akan tempat itu.

“Gila,  luas banget nih,  kalah nih rumah aku yang gak seberapa. “

“Aku tahu apa yang kamu pikirkan, “ ujar seseorang mengagetkan Cia yang tenggelam dalam pikirannya.

“Astaga!!,  ya Allah mbak-mbak jangan bikin orang jantungan bisa gak sih! “ sungut Cia yang masih mengelus dada.

“Hahahah... Maafin aku,  pasti kali pertamanya kamu ya,  lihat beginian?! “ tanyanya,  Cia menggangguku membenarkan hal itu.

“ Aku udah biasa sih,  karena kerjanya di hotel melulu! “ ujarnya

“oh gitu mbak, “

“Gak usah panggil mbak segelalah, geli aku ndengerinnya, “

Tiba-tiba,  suara menginterupsi obrolan keduanya,  menampakkan seorang pengantin yang tidak kalah tampan nan mapan itu.

“Selamat pagi menjelang siang,  saya disini akan memberi pengumuman untuk wawancara kali ini,  disini kalian semua akan menunggu giliran sebelum di wawancara,  bos kami sendiri yang akan turun tangan,  dan tahun ini akan berbeda dari tahun yang lakukan,  jadi persiapkan diri anda sekalian. “

Ucapnya kemudian turun dari panggung di depan sana,  Hal sama dirasakan oleh calon karyawan di aula,  jantung yang tak berhenti berdetak,  berhenti pun kita akan mati di tempat.

“Kau deg-degan? “ tanya wanita itu?

“Hmm,  sangat, aku harap aku bisa lolos dan segera bekerja disini. “ ucap Cia

“Aku pun begitu juga, “

.

.

.

.

.

jika suka jangan lupa like, komen, dan vote kalian ya...

biar tambah semangat up aku😅

episode 3

Episode 3

Sekian banyaknya yang di wawancara,  hingga tibalah giliran Cia yang akan segera dipanggil.

“Aku harap ini bukan termasuk ajal yang menjemputku, “ gumamnya sambil mengaitkan kedua telapak tangannya untuk berdoa.

“Jangan sampai mati kutu di dalam sana Cia. “ Ujarnya sambil merapikan setiap detail pakaiannya.

“Cia Bernadio.. “panggil seseorang dari dalam ruangan itu.

Deg... Deg... Deg...

“Bismillah... “ batinnya

Ceklek...

Hawa dingin dari dalam ruangan itu langsung menyambut Cia yang menegang dan terpaku di posisinya.

“Hei kau sedang apa diam disitu saja? Segera duduk, saya akan mulai wawancaranya. “ titah Leon

“Bisakah kau tidak melamun? Tidak sopan sekali kau, “ ucap lelaki paruh baya di sebelah Leon.

“Eh... Ma.. Maaf Pak, saya gerogi nih! “ gagap Cia, ini masalah yang bersangkutan dengan hidupnya pantas saja Cia menjadi gugup.

“Ya sudah, saya mulai saja biar cepat. “ Leon heran dengan peserta  ini, sesi wawancara hanyalah mengajukan jawaban atas pertanyaan nanti, entahlah kenapa Cia seperti akan ditanya oleh malaikat di alam kuburan.

“Apa motivasi kau saat mau melamar pekerjaan? “

“Sudah pasti saya ingin mencari uang untuk keluarga, kenapa bertanya hal sepele sih pak? “

“Ya terserah saya, “ ujar Leon, Cia hanya menghela nafas pasrah.

“Bagaimana kau bisa tahu mengenai lamaran kerja ini? Dan apa yang dapat kau berikan sebagai kontribusi untuk perusahaan? “ tanya Leon

“Kalau untuk darimana saya tahu, sudah pastilah dari internet, untuk kontribusi saya kepada perusahaan, dengan tenaga saya saat bekerja, bukankah saya akan mengabdikan diri pada perusahaan?! “

“Ya kau benar, seorang pegawai kantoran sudah semestinya kau berkontribusi dalam hal tenaga dan tanggungjawab dalam tugas nantinya. “

“Berarti saya diterima dong pak? Anda bilang nantinya, “ wajah yang tadinya biasa saja kini malah berseri-seri.

“Ya belum tentu juga saya menerima kau, masih ada seseorang yang lebih baik dari kau nantinya, mungkin!” sanggah Leon

“Oh gitu ya pak. “ lesu sudah Cia, wajah cerah hilang seketika mendengar tuturan itu.

“Baiklah cukup untuk kau, silakan keluar. “ Cia mengangguk tanpa berkomentar apapun, kini dirinya tidak bersemangat sekali.

*

 

Usainya wawancara, perut Cia berbunyi keras, ia mengelus permukaan perutnya dari luar.

“Laparnya aku, mau makan semua makanan rasanya, pengen ini itu juga. “ ujarnya, di sekelilingnya banyak sekali pedagang makanan dan minuman, Cia yang melihat itu menelan ludah.

“Gini ini kalau dah lapar, jadi rakus aku! “ Cia lanjut berjalan menghampiri salah satu pedagang yang menjual gado-gado, di sampingannya pun ada yang berjualan es degan kelapa, tambah merembes ludahnya di dalam mulutnya.

“pak gado-gado satu pedes ya! “ ucapnya yang diangguki sang penjual.

“Okeh mbak! “ jawabnya

Tak lama kemudian, gado-gado Cia sudah di hadapannya, porsi yang sangat banyak hingga menggunung di atas piring, serta segelas es degan berukuran sedang dengan campuran kelapa.

“Happ... “ Cia pun mencaplok sesuap gado-gado itu, mengunyah perlahan-lahan agar rasa dari saus kacang yang menyatu dengan komponen isi gado-gado bisa terasa di mulutnya.

“Nikmat mana yang engkau dustai Tuhan, ini mah enak banget! “ batinnya memejamkan mata

“Gleg...Sruppp.. “ begitu menelan makanannya, Cia berganti dengan menyeruput air degan yang tampak segar dipandang mata.

“Apalagi yang ini tambah mantaplah! “

Cia menhirup udara banyak-banyak, lega rasanya setelah makan, perutnya terisi penuh dan kini waktunya pulang, sebelum dirinya tidak menemukan bus seperti kemarin lagi.

...

Di kamarnya, Cia merasa gabut tidak ada kerjaan, tapi ia malas juga untuk bergerak turun dari kasurnya itu. Kemudian, terlintas sosok tampan ketika Cia wawancara. Tepat di depannya, wajah yang sekilas tadi melihatkan senyuman tipis, hampir membuatnya terlena dan lupa daratan.

“Baru pertamanya aku nemu cowok ganteng, pantes aja tadi deg-degan banget. “ gumamnya

“Gak nyangka aku, bisa lihat cowok itu, juga dia  calon bos aku. “ imbuhnya

Lamanya Cia sibuk dengan pikirannya, sampai dia terlelap.

*

Leon sudah mengambil keputusan dari limapuluh calon karyawan tadi, ia menerima tiga puluh enam orang, perusahaannya jujur saja sedang kekurangan karyawan meskipun tak banyak. Kantor akhir-akhir ini sangat padat akan proyek serta kerja sama dengan perusahaan lainnya. Semakin baik juga, sebab sejak perusahaan diambil alih oleh dirinya, jadi bertambah sukses dan membentangkan sayapnya hingga mendunia.

“Kayaknya kantor lagi sibuk banget ya Leon? “ tanya papinya

“Ya gitu lah Pa, alhamdulillah makin berkembang pesat, “ ujar Leon

“Okelah dengan masa karirmu  terus gimana dengan masa depan dan asmaramu Le? “

“Kamu gak berencana ngebujang lapuk kan? “ tatapan selidik muncul dari wajah papinya.

“Ya nggak kali Pa, masih belum nemu, juga Leon gak asal milih cewek, apalagi sangkut pautnya sama masa depan Leon. “ sanggah Leon

“Ya sudah, penting kamu berusaha mencari bukan menunggu pendamping menghampiri kamu. “

“Papi tenang aja deh, serahin sama Leon, Papi bantu do'a supaya Leon gak salah milih nantinya. “

“Sudah pasti kami sebagai orang tua akan mengiringi do'a buat kamu Leon. “ ujar Papinya lalu pergi menuju kamar menemani sang istri.

*

Sejak pelaksanaan wawancara, semua calon yang telah diterima sudah menerima pesan dari pihak perusahaan. Senang bukan main, akhirnya masa depan Cia terlihat jelas dan cerah, tidak seperti dulu yang lagi surup-surupnya.

“Bu, MasyaAllah, Cia keterima loh, besok bisa langsung mulai kerja, Bu! “ jeritnya

“Ya bagus kalau gitu Ci, Ibu ikut senang dan berikan kesan yang baik saat hari pertama kerja ya! “ ucap Ibunya

“Pastilah bu... “ Cia kembali ke kamarnya untuk mencari kemeja kerjanya yang baru. Cia ini wanita yang suka sekali dengan model celana ketimbang memakai rok spanduk, membuatnya susah jalan dan tak nyaman.

Hingga sinar mentari tertib menelusupkan cahayanya di sela gorden kamarnya. Matanya tampak ringan dan badannya sangat segar. Semangat muncul membara-bara, Cia melangkah gesit masuk ke kamar mandi dan segera sarapan sebelum berangkat kerja.

“Bu, Cia  Mau berangkat kerja dulu ya! “

“Kamu itu kalau makan ditelan dululah, masa sambil masang kaus kaki, gak bagus cewek kayak gitu,” tegur Ibunya

“Aduh bu, gak sempat nanti kalo gak sekali kerja selesai dua kerjaan, Assalamualaikum, “ pamitnya lalu pergi menjauh dari rumahnya.

Cia berlari dengan cepat menggunakan sepatu fantofel wanita, melupakan sakitnya tumit yang dirasakannya. Hingga sampailah di Halte bus, bertepatan dengan datangnya bus, buru- buru lekas masuk ke dalam agar mendapatkan tempat duduk dekat pintu keluar.

“hutff... Capek banget lari pakek sepatu kayak gini,” ucap Cia sambil memijat pelan kakinya. Digeledah tas kerjanya, mencari headset waktu selingan seperti ini sangatlah pas untuk mendengarkan musik sebagai menyambut aktivitas paginya.

*

Setelah, melaksanakan brifing pagi kemudian kembali menuju meja kerja masing-masing. Ketika di meja kerja tadi, hari pertama mereka bekerja sangat memberikan kesan mengenaskan, tumpukan kertas sudah di sediakan di setiap meja karyawan baru.

“Hiks... Ekspetasiku di luar apa yang ku pikirkan, bekerja tidak sesuai porsi karyawan baru dan pemula, “ batinnya dalam hati menatap nanar kertas itu.

Bagaimana lagi, semua sudah diperjuangkan oleh Cia dan jangan disia-siakan, akhirnya Cia memulai pekerjaan dengan cermat dan cepat.

Tak terasa waktu makan siang tiba, kurang satu tumpukan yang perlu ia selesaikan lalu memanjakan perut laparnya.

“Kenapa jamnya cepet banget sih? Kurang dikit lagi nih aku, mana tumpukan satu tebalnya udah kayak buku novel sih! “ gerutunya yang terus fokus pada layar komputer dan kertas itu.

Beberapa menit setelahnya, Cia meregangkan kedua tanganya untuk melemaskan otot tegangnya.

“Yosh... Waktunya makan, “ ujarnya namun matanya mendelik tajam ketika waktu makan siangnya hampir habis kurang 10 menit sebelum berakhir.

Cia melangkah cepat menuju kantin kantor, segera mencari nampan dan piring untuk menaruh lauk pauknya.

“Dahlah, ambil sembarang saja, enak gaknya pokok aku makan, “ Cia mendudukan pantatnya di kursi kosong dan melahap makanannya.

Seret itulah yang dia rasakan pada kerongkongannya saat ini, dirinya lupa mengambil air putih untuk membantunya menelan makanan ini. Namun...

Tekk...

Leon yang tak sengaja melihat karyawannya kesusahan menelan itu, berinisiatif membantu mengambilkan segelas air.

“Pelan makannya,” ucap seseorang, Cia reflek mendangakkan kepala dan ia melihat malaikat tampan di depannya kini.

“Tampan juga dia, “ batinnya

Leon hanya memandangi wajah karyawan perempuan itu, lalu melenggang pergi. Tersadar kalau lelaki itu pergi Cia pun, “Terimakasih sudah mengambilkan air Bos, “.

Leon hanya mengangguk dan memasuki lift khusus. Sementara Cia, pikirannya sudah sibuk dengan pesona yang tak terhindarkan oleh iris matanya.

.

.

.

.

.

.

jika suka jangan lupa like, komen, dan vote kalian ya...

biar aku tambah semangat up ke depannya

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!