NovelToon NovelToon

Om Buah Hatiku

Kehilangan

Bagas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kota Bandung. Beberapa menit yang lalu ia mendapati kabar jika mobil yang dikendarai oleh bagus adik semata wayangnya mengalami kecelakaan di ruas tol cipularang.

Kepanikan jelas terlihat diwajah dinginnya, karena didalam mobil itu juga ada kedua putranya.

Tadi pagi Nakula dan Sadewa putra kembarnya yang berusia tujuh tahun memaksa ingin ikut dengan om nya yang akan ke Bandung mengunjungi rumah nenek Felisha pacarnya.

"Jangan nanti kamu repot. Kamu tau sendiri Nakula dan Sadewa itu tidak bisa diam " Bagas melarang adiknya membawa kedua putranya ikut.

"Kan ada Felisha mas, jadi tidak masalah bawa dua anak " ujar Bagus.

Bagus berusaha membujuk kakaknya agar mengijinkan membawa si kembar, ia tidak tega melihat kedua keponakannya merengek ingin ikut dengannya.

Bagas tampak berpikir sejenak. Kedua putranya memang sangat dekat dengan adik semata wayangnya itu juga Felisha pacarnya.

Kemanapun Bagus pergi kedua bocah itu selalu ingin ikut.Bahkan acara ngapel malam minggu ke rumah Felisha pun kedua anak itu selalu ingin ikut.

Untungnya Felisha pun termasuk penyayang anak-anak sama seperti Bagus. Jadi gadis itu sama sekali tidak keberatan jika kencannya direcoki oleh si kembar.

"Ya sudah kalian boleh ikut om Bagus " akhirnya Bagas mengijinkan.Sikembar pun berteriak kegirangan.

Kini Bagas merasa menyesal telah mengijinkan mereka pergi ke Bandung.Sepanjang perjalanan ia tidak berhenti berdoa semoga semuanya baik-baik saja.

Tiga jam perjalanan Jakarta-Bandung Bagas lewati.Kini kaki panjangnya melangkah cepat menyusuri koridor sebuah rumah sakit di Bandung tempat semua korban kecelakaan dirawat.

Bagas akhirnya menemukan Felisha dan kedua putranya di ruang perawatan.Mereka hanya mendapat luka ringan. Hanya kondisi Felisha saja yang masih belum sadarkan diri.

Bagas mencari informasi mengenai keberadaan Bagus adik semata wayangnya. Kaki Bagas mendadak lemas begitu mendapat kabar jika Bagus termasuk dari salah satu korban meninggal dalam kecelakaan beruntun itu.

"Kenapa kamu tega meninggalkan mas Bagas dek?..kamu tau mas Bagas hanya punya kamu dan si kembar didunia ini " Lirih Bagas didepan jenazah adik semata wayangnya.

Dua tahun yang lalu Bagas harus kehilangan istri dan kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakaan pesawat, kini ia juga harus kehilangan adik dan om kesayangan kedua putranya.

Keesokannya jenazah Bagus dibawa ke Jakarta untuk dikebumikan di pemakaman keluarga berdampingan dengan makam kedua orangtuanya dan kinara istri Bagas.

Felisha dan si kembar tidak dapat menghadiri pemakaman Bagus karena masih dalam perawatan di Bandung.

Disana si kembar dijaga oleh kedua pengasuh mereka. Sementara Felisha sudah ada orangtuanya yang menjaga.

Keesokannya Bagas kembali ke Bandung. Kondisi si kembar sudah membaik dan dokter sudah mengijinkan pulang. Sebelum pulang ke Jakarta,Bagas menyempatkan pamit kepada orangtua Felisha.

Bagas sangat prihatin melihat kondisi Felisha, wanita itu terlihat depresi atas meninggalnya Bagus.Kabut duka yang mendalam terlihat dari tatapan matanya yang kosong.

"Nak Bagas bisa kita bicara sebentar? " ucap ayah Felisha lirih. Bagas mengangguk.

Ayah membawa Bagas keluar dari ruang perawatan Felisha. Mereka duduk dibangku koridor rumah sakit.

"Dokter masih belum mengijinkan Felisha pulang, ia masih harus mendapatkan perawatan lanjutan .. " ayah Felisha tidak melanjutkan ucapannya.

Bagas terdiam, menunggu ayah Felisha melanjutkan ucapannya. Pria paruhbaya itu terlihat menyusut matanya yang basah.

"Dokter baru akan mengijinkan Felisha pulang jika.. kandungannya sudah benar-benar aman" lanjutnya.

"Kandungan.. maksudnya Felisha sedang mengandung? " tanya Bagas, Ayah Felisha mengangguk.

"Maaf.. saya terpaksa mengatakan ini pada nak Bagas, karena saya tidak tau harus bagaimana lagi. Orang yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilan Felisha telah meninggal dunia " ucap ayah Felisha sendu.

Bagas terhenyak, cobaan seakan datang silih berganti.kabar kehamilan Felisha menambah beban pikiran dikepalanya.

"Akan saya pikirkan dan coba bantu cari jalan keluarnya ! " ujar Bagas lirih.

Jujur sekarang ini ia tidak dapat memutuskan apapun.Pikirannya benar-benar buntu. Kehilangan Bagus saja sudah membuat dirinya terpuruk.

"Saya mengerti.. Nak Bagas masih dalam suasana berkabung. Saya mengatakan ini hanya sekedar memberitahu saja " ucap ayah Felisha bijak.Bagas mengangguk.

**********

Bagas melajukan mobilnya meninggalkan kota Bandung membawa kedua buah hatinya pulang ke Jakarta.

Si kembar terlihat murung, mereka masih dilanda kesedihan karena kehilangan om kesayangan mereka.

"Daddy.. aku mau ke makam om Bagus " rengek si kembar.

"Nanti ya kalau kalian sudah benar-benar sembuh " jawab Bagas.Kedua anak itu kembali murung. Bahkan hingga mobil yang Bagas kendarai mulai memasuki halaman rumah mereka pun keduanya masih terlihat murung.

Bagas membawa kedua putranya ke kamar mereka dengan dibantu oleh dua pengasuh yang mengurus mereka sedari bayi

"Sekarang kalian istirahat, besok daddy ajak kalian ke makam om Bagus " Janji Bagas. Si kembar pun mengangguk patuh.

Setelah memastikan si kembar tidur, ia pun Keluar dari kamar si kembar, Bagas melangkah kan kakinya menuju ke kamar Bagus. Kamar itu terlihat dingin karena ditinggalkan oleh penghuninya dan tak akan pernah kembali.

Semua dinding kamar Bagus dihiasi oleh banyak photo Bagus dan Felisha.Seolah Felisha adalah satu-satunya objek foto yang ada di dunia ini.

Diantara sekian banyak photo Bagus dan Felisha, Bagas tertarik pada sebuah Photo dimana Bagus dan Felisha sedang berciuman mesra didepan sebuah rumah mungil yang asri, sepertinya rumah itu baru selesai dibangun. Entah rumah milik siapa.. setaunya itu bukan rumah orangtua Felisha.

Diatas meja kerja Bagus, ia menemukan lebih banyak photo Bagus dan Felisha dengan berbagai fose yang lucu, juga beberapa photo kebersamaan mereka dengan si kembar.

Didalam laci Bagas menemukan beberapa berkas dan passport milik Bagus, juga sebuah buku tabungan dengan saldo yang lumayan besar.

Selain kuliah Bagus juga menekuni dunia Fotografi. Dari hobby nya itu Bagus mempunyai penghasilan yang lumayan dan selalu ia tabung

Sebulan yang lalu, Bagus mengutarakan keinginannya untuk menikah muda yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Bagas.

Bagas ingin agar Adiknya dapat menyelesaikan kuliah nya dulu yang memasuki semester akhir, kemudian membantu dirinya di perusahaan.

Selain itu usia Felisha yang masih muda dan baru lulus SMA menjadi pertimbangan Bagas melarang adiknya menikah dalam waktu dekat ini.

Sekarang Bagas menyesal telah melarang keinginan adik kesayangannya itu. Jika saja ia tau itu adalah keinginan terakhirnya sudah pasti Bagas tidak akan melarang dan segera menikahkan Adiknya dengan Felisha.

Bagas mengusap sudut matanya yang basah dengan ujung jarinya. Kini Bagas mengerti kenapa adiknya itu ingin segera menikahi Felisha, rupanya itu adalah bentuk sebuah pertanggungjawaban atas kekhilapan yang sudah mereka berdua lakukan.

Seandainya pada saat itu Bagus jujur, tentu ia akan mendukung sepenuhnya apa yang seharusnya Bagus lakukan sebagai lelaki yang bertanggung jawab.

Jika suka tolong tinggalkan jejak ya readers

Happy reading😘😘😘😘

Sebuah Keputusan

Keesokannya Bagas memenuhi janjinya untuk membawa si kembar mengunjungi makam Bagus. Isak tangis dari kedua putranya mengiringi lantunan doa yang Bagas panjatkan untuk adik tersayangnya.

Ketika matahari mulai naik, Bagas pun menuntun kedua putranya meninggalkan tempat pemakaman keluarga.

"Opa, Oma, mommy, dan om Bagus sudah tenang disana, kalau kalian rindu cukup kirim doa untuk mereka " nasehat Bagas sambil melajukan mobilnya meninggalkan area pemakaman

"Iya dad " jawab si kembar.

Dari pemakaman, Bagas tidak langsung pulang ke rumah, tapi Ia membawa kedua putranya makan di restoran kesukaan mereka.

Bagas memperhatikan kedua putranya yang makan dengan tidak semangat. Wajah keduanya masih terlihat murung.

"Om Bagus sama kaka Feli juga sering ngajak kita makan disini " ujar Nakula lirih.

"Biasanya kita suka duduk disana " Sadewa menunjuk ke arah kursi dekat dinding kaca yang hari itu sudah ada yang mengisi.

Bagas menelan ludah getir, niat hati ingin menghibur kedua putranya dengan mengajak makan ditempat pavoritnya malah justru membangkitkan kenangan yang sudah terlanjur terpatri di ingatan kedua putranya.

Nakula dan Sadewa menjauhkan piring dari hadapannya, mereka tidak ingin melanjutkan makannya apalagi menghabiskannya.

"Ya sudah kita pulang " Akhirnya Bagas membawa Nakula dan Sadewa pulang.

Sepanjang perjalanan pulang, mereka membisu.Dua tahun yang lalu saat kehilangan mommy nya mereka juga seperti ini, tapi saat itu ada Bagus yang selalu setia menghibur sehingga kedua putranya itu tidak terlalu lama larut dalam kesedihan. Berbeda dengan sekarang.. Bagas harus berjuang sendiri agar Nakula dan Sadewa kembali menjadi anak-anak yang ceria.

******************

Sebulan berlalu.. meski kabut duka belum sepenuhnya sirna,tapi Bagas dan anak-anak sudah kembali beraktifitas seperti biasa.Nakula dan Sadewa sudah kembali masuk sekolah sejak dua minggu yang lalu.

Hari ini Bagas pergi ke kantor lebih siang dari biasanya, Ia akan mengunjungi makam orang-orang terkasihnya sebelum pergi ke kantor.

Sinar matahari yang mulai naik menghangatkan tubuhnya. Langkah kaki panjangnya menyusuri area pemakaman yang hampir setiap jumat pagi Ia kunjungi.

Namun langkah kaki Bagas langsung terhenti ketika matanya menangkap sosok gadis berpakaian hitam tengah melantunkan doa diantara tangisnya didepan pusara Bagus.

Bagas langsung mengenali sosok gadis berbalut gamis hitam itu... Felisha.

Tak ingin mengganggu kekhusyuan nya, Bagas pun memilih menunggu ditempat yang tak jauh dari sana.

Hampir setengah jam menunggu, akhirnya Bagas melihat gadis itu menyelesaikan doanya dan bangkit. Namun sedetik kemudian Felisha ambruk diatas pusara Bagus.

Bagas yang berada tak jauh dari sana langsung memburu gadis itu yang tampak terlihat sangat pucat dan lemah.

"Fe.. bangun " Bagas mencoba menyadarkan gadis itu tapi tidak berhasil. Akhirnya Bagas mengangkat tubuh Felisha dan membawa kedalam mobilnya.

Bagas melajukan mobilnya menuju rumah Felisha.Sesampainya di rumah Felisha Ia kembali mengangkat tubuh Felisha yang masih tak sadarkan diri ke kamarnya.

"Felisha pingsan di pemakaman " Bagas berusaha menjelaskan. Ayah Felisha mengangguk sendu.

"Kami melarang dia pergi karena kondisi tubuhnya yang masih lemah.. rupanya tadi pagi dia pergi diam-diam " ujar ayah Felisha lirih.

Kedua lelaki itu sama-sama terdiam. Sampai akhirnya ayah Felisha membuka suara

"Nak Bagas.. apakah sudah ada solusi untuk Felisha? " tanya lelaki paruhbaya itu hati-hati

"Saya sebetulnya tidak tega jika harus melibatkan masalah ini pada nak Bagas.Tapi saya khawatir dengan nasib bayi dalam perut Felisha kelak "

Bagas termenung.Tentu saja itu juga sudah ada dalam kepalanya. Keponakannya akan terlahir tanpa ayah.. Ia tau betul betapa beratnya beban mental yang akan keponakannya tanggung kelak.

"Saya yang akan menikahi Felisha " Ucap Bagas lirih.

Ini adalah satu-satunya jalan. Bagas tidak mau kelak keponakannya mendapat ejekan karena lahir tanpa ayah.

Meski berat Bagas terpaksa mengambil keputusan ini, karena walau bagaimana pun janin dalam kandungan Felisha adalah darah daging Bagus adik kesayangannya. Darah keluarga Hadipranoto mengalir dalam darah nya.

"Jika nak Bagas sudah yakin, saya akan bicarakan pelan-pelan pada Feli " ujar ayah Felisha. Ada kelegaan dalam wajah tuanya.

"Baiklah kalau begitu saya pamit " Bagas pun pamit karena Ia harus ke kantor. Ayah Felisha mengantar Bagas sampai teras.

Sesampainya di kantor, Bagas langsung menjatuhkan tubuhnya dikursi kerjanya. Ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Sejurus kemudian tangannya terulur meraih sebuah photo yang selama bertahun-tahun menghiasi meja kerjanya.

"Maafkan mas Bagas sayang " ibu jarinya mengusap lembut photo seraut wajah cantik yang selama dua tahun ini begitu Ia rindukan..Yang selama dua tahun ini hanya bisa Ia temui dalam mimpi....Kinara

Selama dua tahun sejak meninggalnya Kinara, Bagas bertekad untuk membesarkan kedua putra mereka seorang diri. Ia ingin kembali dipertemukan dengan istrinya kelak, namun sebuah tanggung jawab mengharuskan Bagas mengambil keputusan terberat dalam hidupnya yaitu menikahi Felisha.

"Pak.. rapat direksi akan segera dimulai.Semua menunggu bapak disana " Suara lembut sekertarisnya membuyarkan semua lamunannya akan sosok istri tercintanya.

"Iya saya akan segera kesana " Bagas meletakan kembali photo kinara ketempat semula,kemudian Ia pun bergegas menuju meeting room.

Sepulang dari kantor Bagas kembali mendatangi kediaman Felisha atas permintaan ayah gadis itu. Bagas diminta datang untuk membahas pernikahan mereka yang akan dilaksanakan sesegera mungkin.

Bagas menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga Felisha. Mau konsep bagaimanapun Ia tidak akan turut campur karena kalau boleh jujur ia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini dan Bagas yakin jika Felisha pun sama seperti dirinya.

Pembahasan pernikahan selesai, dengan point utama adalah pernikahan akan dilaksanakan minggu depan. Waktu seminggu ayah Felisha rasa cukup untuk melengkapi semua berkas persyaratan pernikahan mereka.

Acara pernikahan pun akan dilaksanakan dengan sederhana di kediaman Felisha sesuai keinginan Felisha sendiri.

Seminggu kemudian...

"Saya terima nikah dan kawinnya Felisha binti irawan dengan maskawin seperangkat perhiasan emas dibayar tunai "

"Bagaimana saksi.. sah? "

"SAH "

Setelah acara ijab kabul, keesokannya Bagas memboyong Felisha pulang ke rumah nya.

"Jika sekiranya nak Bagas sudah tidak sanggup memikul tanggung jawab ini.. ayah minta tolong kembalikan Feli kepada kami secara baik-baik. kami akan selalu siap menerima kembali Felisha dengan tangan terbuka " ucapan ayah Felisha ketika melepas kepergian mereka begitu menohok perasaan Bagas. Pria paruhbaya itu seakan bisa membaca isi hati Bagas.

"Kami pamit " Bagas mencium punggung tangan ayah dan bunda Felisha yang kini sudah resmi menjadi mertuanya.

Bagas memasukan koper berisi pakaian Felisha kedalam mobilnya. Hanya sebuah koper berukuran kecil.. Sepertinya Felisha hanya membawa sedikit baju, padahal ia akan tinggal di rumah Bagas bukan untuk satu atau dua hari.

**Jika suka tolong tinggalkan jejak ya readers

Happy reading 😘😘😘😘😘😘**

Laki-laki tidak boleh menangis

Bagas melajukan mobilnya meninggalkan rumah Felisha, sepanjang perjalanan keduanya membisu. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing tanpa ada yang ingin memulai percakapan.

Sekilas Bagas melirik jemari Felisha yang kini sudah tersemat cincin pernikahan mereka.

"Kamu mau sesuatu? " tanya Bagas mencoba membuka komunikasi. Felisha menggeleng.

Bagas pun kembali fokus pada jalan didepan nya.

"Berapa usia kandunganmu sekarang? " tanya Bagas lagi

"Sepuluh minggu " jawab Felisha lirih,

Sudah hampir tiga bulan, pantas sudah mulai menonjol diantara tubuh kurusnya.Padahal sebelum kecelakaan Felisha tidak sekurus itu batin Bagas.Mungkin Felisha dilanda depresi dengan kehamilannya.

Mobil Bagas perlahan mulai memasuki halaman rumahnya yang megah.Setelah Mobil berhenti sempurna, Bagas mencegah Felisha untuk turun.

"Kita bicara sebentar " ucapnya. Felisha membisu menunggu apa yang akan Bagas bicarakan.

"Kamu tau kenapa saya menikahi kamu? " tanya Bagas. Felisha mengangguk. Ayahnya sudah menjelaskan jika Bagas menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab atas apa yang seharusnya adiknya lakukan.

"Jadi kita tau posisi kita masing-masing.. meski sekarang kita suami istri, tapi saya tidak akan menuntut hak saya sebagai suami... dan kamu tidak perlu melakukan kewajiban kamu seperti seorang istri pada umumnya.Saya hanya minta kamu menjadi ibu untuk kedua putra saya. Tapi saya tetap akan memenuhi kewajiban saya untuk menafkahi kamu....itu saja! Apa kamu keberatan? " tanya Bagas. Felisha menggeleng

"Saya tidak keberatan menjadi ibu bagi Nakula dan Sadewa " ucap Felisha lirih.

"Baiklah.. dan satu lagi.. Saya membebaskan kamu untuk tidur terpisah " ujar Bagas

"Baik.. Saya akan tidur dikamar mas Bagus " jawab Felisha.

Felisha cukup mengerti dengan ucapan terakhir Bagas, intinya Bagas menginginkan mereka tidur terpisah. Dan Felisha sama sekali tidak keberatan.

Setelah pembicaraan mereka selesai, keduanya pun turun dari mobil.Bagas menurunkan koper milik Felisha kemudian membawa ke kamar Bagus dilantai atas bersebelahan dengan kamar kedua putranya. Sementara Bagas menempati kamar utama dilantai bawah.

"Kakak Feli...!! " Si kembar Nakula dan Sadewa berhamburan memeluk Felisha.

Tubuh kurus Felisha nyaris terhuyung tidak dapat menahan beban tubuh kedua bocah itu yang memeluknya secara bersamaan.

"Kakak Feli mau nginap disini? " tanya Nakula

"Kakak Feli akan tinggal disini, menggantikan om Bagus menjaga kalian " jawab Feli

Kedua bocah itu semakin mengeratkan pelukan nya ditubuh kurus Felisha. Mereka saling ber pelukan dalam tangis.

"Laki-laki tidak boleh menangis! " ujar Felisha sambil mengusap kepala kedua bocah itu.

"Kakak Feli juga menangis " ujar Sadewa

"Kakak Feli kan perempuan "

"Kenapa laki-laki tidak boleh menangis? " tanya Nakula

"Karena jika laki-laki menangis lalu siapa yang akan menghentikan perempuan menangis? " ujar Felisha

"Kalau begitu kita tidak akan menangis karena kita yang akan membuat kakak Feli berhenti menangis " ujar Sadewa.

Setelah menemani si kembar belajar, Felisha kembali ke kamar Bagus yang sekarang menjadi kamarnya. Semua baju-baju nya sudah tersusun rapi didalam walk in closet bersama baju-baju Bagus.

Sebelum naik ke atas ranjang, Felisha memakai kaos milik Bagus,dihirupnya dalam-dalam aroma khas milik kekasihnya itu. Lembut dan menenangkan.Akhirnya Felisha tertidur.

Keesokannya, Bagas sudah siap di meja makan untuk sarapan pagi. Tak lama kemudian Nakula dan Sadewa turun sudah dengan seragam lengkapnya, disusul oleh Felisha.

Bagas melirik sekilas kearah Felisha.kaos gombrang yang dipakainya begitu menyita perhatian Bagas. Karena kaos yang Felisha kenakan adalah kaos milik Bagus.

Mereka berempat sarapan dengan hening. Setelah si kembar selesai sarapan, mobil jemputan sekolah si kembar pun datang. Mereka mencium punggung tangan Bagas dan Felisha bergantian sebelum pergi.

Setelah Nakula dan Sadewa pergi, Felisha bangkit dan hendak kembali ke kamarnya. Namun Bagas memintanya untuk tidak pergi.

"Ini untuk keperluan kamu dan anak-anak. Jadi kamu tidak perlu minta kepada saya jika ada keperluan " Bagas memberikan sebuah kartu kepada Felisha.

"Jika kamu ingin keluar, kamu bisa pakai mobil yang ada di garasi. Terserah yang mana yang mau kamu pakai. Saya tidak akan melarang. Karena apa yang saya punya berarti punya kamu juga " ujar Bagas.

Felisha mengangguk dan menyimpan kartu pemberian dari Bagas kedalam saku bajunya.

"Terimakasih " ucap Felisha lirih

Setelah mengatakan semuanya Bagas pun pergi ke kantor... tanpa pamit.

Sepeninggalan Bagas, Felisha mengganti bajunya dengan gamis hitam. Di garasi berjajar mobil milik Bagas.Dari beberapa koleksi mobil mewah milik Bagas tak ada satupun yang menarik perhatian Felisha. Gadis itu lebih tertarik pergi dengan mengendarai motor milik Bagus. Motor yang selalu Bagus pakai untuk mengantar jemput Felisha ke sekolah setiap hari.

Felisha memarkirkan motornya diarea parkir pemakaman. Langkah kakinya menuntun menuju makam Bagus. seikat bunga mawar merah Ia letakan diatas pusara. kemudian lantunan doa Ia panjatkan diantara isak tangis yang tertahan. Ketika matahari mulai naik, gadis itupun mulai beranjak dan meninggalkan area pemakaman.

Keluar dari area pemakaman, Felisha melajukan motornya menuju sebuah supermarket. Disana gadis itu membeli beberapa kotak susu untuk ibu hamil dan makanan ringan untuk si kembar. Ia bertekad harus menjaga kehamilannya, karena didalam perutnya sedang tumbuh bakal janin buah cinta dengan orang terkasihnya. Dan sore nanti ia akan memeriksakan kandungannya ke dokter obgyn anjuran bundanya.

Setelah selesai belanja, Felix melajukan motor matic nya menuju rumah Bagas.Kedatangan Felisha disambut oleh Nakula dan Sadewa yang baru pulang dari sekolah.

"Loh tumben sudah pulang jam segini,biasanya sudah duhur? " tanya Felisha

"Semua gurunya ada rapat jadi kita pulang lebih cepat " jawab si kembar

Kehadiran Felisha dirumah Bagas membawa pengaruh yang baik kepada si kembar, mereka tidak terlalu murung, begitu juga dengan Felisha.

Felisha pun sudah mulai terbiasa dengan situasi keseharian dirumah Bagas. Mereka hanya bertemu dengan Bagas hanya pada saat sarapan pagi saja, karena setiap hari Bagas pulang pada saat anak-anak sudah tidur. Sedangkan sabtu dan minggu Bagas lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di kamar. Pantas saja jika selama ini Nakula dan Sadewa sangat dekat dengan Bagus.

Jam 3 sore Felisha sudah bersikap untuk pergi ke dokter.Mengetahui Felisha akan pergi si kembar merengek ingin ikut.

"Kakak mau pergi ke dokter, perginya juga pake motor " Felisha berusaha menjelaskan tujuannya

"Tidak apa-apa, om Bagus juga sering mengajak kita pergi pake motor " jawab Nakula

"Nanti daddy kalian marah " ujar Felisha

"Daddy tidak akan tau kan kerja " jawab Sadewa kekeh.

Karena keduanya memaksa akhirnya Felisha membawa kedua putra sambungnya ikut.

Nakula dan Sadewa sudah siap duduk diboncengan, keduanya memakai helmet sesuai perintah Felisha.

Karena jarak dokter kandungan yang Felisha kunjungi tidak terlalu jauh dari rumah Bagas, sepuluh menit kemudian mereka pun sampai.

Felisha beruntung sore itu tidak terlalu banyak pasen, jadi ia lebih cepat diperiksa.

"Janinnya sehat Fe.. harus stabil begini ya.ini sudah memasuki 12 minggu. Perhatikan asupan gizi makanan kamu dan jangan stress.. itu sangat berpengaruh pada pertumbuhan janin dalam kandungan kamu " nasehat dokter

"Iya dok " jawab Felisha

Dokter memberikan selembar resep yang harus ia tebus. Felisha pun menuntun si kembar menuju apotik yang ada dibagian depan.

"Apakah di perut kak Feli ada bayinya? " tanya Nakula. Feli mengangguk.

"Apakah itu adik kami? " tanya Sadewa. Felisha terhenyak, ia tidak tau harus menjawab apa

"Anggap saja begitu " jawab Felisha akhirnya

Setelah mendapat obat yang dimaksud, Felisha pun membawa si kembar pulang.Di jalan ia dibuat kaget ketika mobil Bagas memepet motornya dan menyuruhnya menepi.

"Kakak.. kita ketauan daddy " Nakula dan Sadewa terlihat panik.

Setelah berhasil membuat motor felisha menepi, Bagas pun turun dari mobil. Terlihat jelas kalau Bagas tidak suka jika Felisha membawa kedua putranya naik motor.

"Berani kamu bawa kedua putra saya naik motor " hardiknya.

Felisha menunduk, ia hanya menatap nanar ketika Bagas menggiring Nakula dan Sadewa masuk ke dalam mobilnya. Satu bulir air mata lolos dari matanya ketika mobil Bagas melaju meninggalkannya sendiri bersama motornya di bahu jalan.

Felisha kembali melajukan motornya menyusuri jalanan menuju rumah Bagas. Gadis itu sama sekali tidak peduli jika hujan mulai turun dan membasahi sekujur tubuhnya.

Sesampainya di rumah. Ia mendapati Bagas sedang berdiri di teras. Felisha berjalan masuk melewati Bagas yang terus menatap tajam kearahnya.

**Masih pengenalan karakter tokoh ya readers

Happy reading 😘😘😘😘😘**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!