NovelToon NovelToon

Menikah Karena Hutang

Hutang 200 juta

Diskripsi Author : 🌺🌺🌺🌺

Nama asli. : Lusiani

Nama Pena. : Lusiani_Mw

IG. : @Rafizqi0202

________________________________________

...🌺 Happy Reading 🌺...

🌺Hutang 200 juta

Disebuah ruangan kecil, dengan ukuran 2x3 m³. Seorang wanita dengan pakaian mewahnya sedang duduk disebuah bangku rotan yang ada dirumahku, dengan ditemani dua orang pengawal yang selalu mengikutinya kemana pun dia pergi.

"Apa ibu sudah menyiapkan uang untuk membayar hutang ibu?" Tanya wanita itu dengan gayanya yang angkuh, itu terlihat jelas dari gaya tubuhnya. Sebut saja namanya Buk Sonia.

"Maaf nyonya, saya......" Buk Rosa menghentikan kata-katanya ketika seseorang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum buk"

"Waalaikumsalam" Balas Buk Rosa, aku yang baru datang dari kampus, masuk kedalam rumah dan menyalami tangan ibuku. Aku juga tidak lupa menyapa serta menyalami tangan seorang wanita yang sedang mengobrol dengan ibuku itu.

"Buk aku masuk dulu ya, mau ganti baju" Ucap ku dengan ramah.

"Iya" Balas ibuku.

"Jadi bagaimana buk, apa uangnya sudah siap" Tanya Buk Sonia lagi, seketika wajah ibuku menjadi pucat pasi. Hal itu membuat aku terheran-heran.

Aku yang baru ingin masuk kedalam kamar, seketika menghentikan langkah ku dan menajamkan pendengaran ku.

"Apa yang ibu bicarakan, uang apa?" Tanyaku dalam hati, dengan perasaan ingin tahu. Aku pura-pura berjalan menuju dapur yang jaraknya tidak terlalu jauh dan cukup untukku mendengar kan percakapan kedua wanita paruh baya itu.

Ibuku nampak sedikit menoleh kebelakang, melihat apakah aku sudah masuk kamar apa belum. Dia melihat kamarku sudah tertutup, pikirnya aku sudah masuk, namun ternyata aku berada tepat dibalik dinding dibelakangnya.

"Maaf buk Sonia, saya belum punya uang untuk membayar semuanya" Ucap ibuku dengan sedikit nada pelan, aku semakin penasaran uang apa yang sedang ibuku bicarakan. Aku kembali mendekatkan telingaku sedikit lebih dekat agar aku dapat mendengar dengan jelas.

"Apa maksud kamu, bukankah perjanjian kita bahwa hari ini kamu siap membayar dan melunasi semua hutang-hutang mu itu" Bentak Buk Sonia dengan geram.

"Tapi saya benar-benar belum punya uangnya buk. Apalagi dengan jumlah 200 juta" Seketika aku menganga tidak menyangka dengan menutup mulut ku dengan kedua tanganku agar tidak mengeluarkan suara. Uang 200 juta, untuk apa? Kenapa aku tidak tau? Begitulah pertanyaan yang muncul didalam benakku.

"Perjanjian tetaplah perjanjian, jika ibu tidak ingin membayar hari ini juga maka rumah dan juga kebun karet ibu saya sita sebagai jaminan hutang ibu" Bentak Buk Sonia lagi.

"Jangan buk, jangan. Jika ibu mengambilnya, maka kami mau tinggal dimana, dan kebun itu adalah peninggalan almarhum suami saya buk" Ibuku menangis di kaki buk Sonia, berharap belas kasihan darinya.

Tidak terasa, air mataku menetes begitu saja melihat ibuku berlutut di kaki buk Sonia. Apakah serendah itu kedudukan kami sebagai orang miskin, walaupun aku tidak tau perihal hutang 200 juta itu.

"Itu terserah kamu, saya tidak peduli" Ucap Buk Sonia dengan sombong.

"Tolong buk, jangan usir kami" Ibuku masih saja berlutut memohon kepada buk Sonia.

"Ada satu syarat, jika kamu tidak ingin rumah ini disita" Ucap Buk Sonia. Ibuku menengadah, menatap buk Sonia penuh harap. Berharap syarat itu tidak terlalu mempersulit dirinya.

"Apa syarat itu buk?" Tanya ibuku.

Aku yang berada dibalik dinding semakin mempertajam pendengaran ku.

"Apakah yang tadi itu anakmu?" Tanya Buk Sonia. Aku menjadi curiga ketika buk Sonia menanyakan tentang diriku.

"Apa dia ingin aku menjadi budaknya?" Batinku penuh tanya.

"Iya buk, itu anak saya satu-satunya" Balas ibuku.

"Cantik dan sopan" Puji buk Sonia.

"Terimakasih buk" Balas ibuku. Entah karena apa tiba-tiba saja buk Sonia memujiku.

"Aku ingin dia menjadi menantu ku, dengan begitu hutan mu aku anggap lunas"

Ibuku menganga tidak menyangka, disatu sisi dia tidak ingin rumah dan tanah milik almarhum suaminya di sita, namun disisi lain dia tidak ingin menghancurkan masa depan Melly dengan menikahkan Melly dengan orang yang tidak Melly kenal.

Bruakkk

Seketika keseimbangan ku goyah, aku hampir saja terjatuh ketika aku mendengar perkataan buk Sonia.

Ibuku sedikit berlari kebelakang , menuju arah suara yang terjatuh.

"Melly" Ucap ibuku dengan lirih.

Air mata yang sejak tadi ku tahan, seketika luruh begitu saja. Tangis ku pun pecah, rasa kecewa bercampur aduk didalamnya.

"Ibu jahat, kenapa ibu tidak jujur sama Melly. Jika ibu punya hutang, Melly gak akan kuliah buk" Ucap ku dengan di iringi tangisan ku.

"Melly, bukan maksud ibu begitu"

"Melly gak mau mendengarkan penjelasan ibu" Aku berlari menuju kamar, ku banting kasar pintu kamarku dan ku kunci dari dalam.

Terlihat ibuku menghela nafas berat, dan kembali berjalan menghampiri buk Sonia yang masih duduk dibangku tamu yang ada diluar.

"Begini saja, saya beri kamu waktu 3 hari untuk menentukan keputusan kamu. Kamu tidak akan rugi jika anakmu itu mau menjadi menantu saya. Ini foto anak saya. Saya hanya ingin Melly mengurus segala keperluan anak saya. Jujur, keadaan anak saya sekarang sedang lumpuh, jadi pikirkan saja" Buk Sonia berlalu pergi setelah memberikan beberapa foto anaknya kepada ibuku.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung,,,,,,,

Please jangan lupa vote, komen dan Like ya. 🥰🥰

Baca juga novel aku yang lainnya,

-Menikahi CEO Yang Kejam 1

-Menikahi CEO Yang Kejam 2

Keputusan Terberat

"Begini saja, saya beri kamu waktu 3 hari untuk menentukan keputusan kamu. Kamu tidak akan rugi jika anakmu itu mau menjadi menantu saya. Ini foto anak saya. Saya hanya ingin Melly mengurus segala keperluan anak saya. Jujur, keadaan anak saya sekarang sedang lumpuh, jadi pikirkan saja" Buk Sonia berlalu pergi setelah memberikan beberapa foto anaknya kepada ibuku.

Tok

Tok

Tok

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar ku.

"Mell, keluarlah nak. Ibu ingin bicara" Seru ibuku. Aku masih diam, tanpa ingin menjawab atau membukakan pintu kamar itu.

Sudah sekian kalinya ibuku mengetuk pintu, namun aku masih tidak ingin membukanya. Rasanya aku ingin pergi saja dari rumah ini, aku begitu marah dan kecewa ketika tau ibuku memiliki hutang tanpa sepengetahuan ku, apalagi sekarang ibu Sonia menginginkan aku sebagai jaminan hutang ibu.

Sudah dua hari aku mendiamkan ibu, aku hanya pulang dan pergi dari rumah. Ketika sudah pulang dari kampus, aku mengunci diriku di dalam kamar.

Uhuk Uhuk

Aku menghentikan langkah ku yang ingin masuk kedalam kamar. Aku berjalan menuju dapur, ku lihat ibu sedang membuat gorengan seperti biasa setelah pulang bekerja di kebun karet.

Wajahnya yang pucat, disertai batuk, sungguh membuatku tidak tega terlalu lama mendiamkan ibu. Apalagi dengan tubuhnya yang sudah semakin tua.

Aku kembali berjalan menuju kamarku, dengan perasaan bersalah. Bukankah sebagai anak, sudah seharusnya membantu setiap masalah yang dihadapi orang tuannya. Begitulah pikir Melly.

Sesampainya di kamar, ku pandang foto kenangan kami bertiga. Yaitu, foto ayah, ibu dan aku yang sedang bermain di taman sebelum ayah meninggal.

Air mataku menetes begitu saja, memang benar, selama ini ibu tidak pernah membebankan segala masalahnya padaku, rasanya terlalu egois jika aku marah sama ibu seperti ini dan tidak mendengarkan penjelasan sedikitpun.

Ku letakkan tas yang ada di tanganku, dan aku berlari menuju dapur. Rasanya aku ingin memeluk ibu saat ini.

Didepan pintu dapur, aku berdiri dengan mata yang sudah sembab. Ibuku menatap heran sekaligus khawatir.

"Melly, ada apa?" Tanya Ibuku dengan wajah khawatirnya.

"Maafkan aku bu, maafkan Melly" Ku peluk tubuh ibuku dengan erat, dan ibuku membalas pelukan ku.

"Kenapa kamu minta maaf sayang" Tanyanya.

"Maafkan Melly, karena Melly terlalu egois. Seharusnya Melly mendengarkan ibu terlebih dahulu" Jelas ku dengan suara isakkan tangis ku.

"Duduklah dulu" Ibu membawaku duduk.

"Seharusnya ibu yang meminta maaf, ibu menyembunyikan semuanya dari mu" Ucap ibuku ketika aku sudah mulai tenang.

"Jelaskan sama Melly bu, sebenarnya untuk apa uang itu?" Tanya ku.

"Uang itu ibu gunakan untuk membayar biaya pengobatan ayah kamu. Hutang itu pun sudah hampir lima tahun yang lalu, ibu pikir, ibu bisa membayarnya dengan hasil karet almarhum ayahmu. Namun ternyata, harga karet semakin turun dan ibu kewalahan untuk membayarnya. Ditambah lagi uang biaya kuliah kamu, jadi ibu tidak bisa membayarnya lagi" Jelas ibu dengan wajah sedihnya.

"Jika ibu memberitahuku, aku tidak akan kuliah bu" Ucap ku dengan penuh penyesalan.

"Ibu tidak ingin mengecewakan kamu Mell, apalagi kamu begitu semangat ingin kuliah" Ucap ibuku.

Aku semakin merasa bersalah kepada ibu, aku tidak pernah tau pemasukan ibu berapa selama ini dan pengeluarannya berapa.

"Bu, yang kemarin itu siapa namanya?" Tanyaku kepada ibu.

"Itu ibu Sonia, tempat ibu meminjam uang" Balas ibuku.

"Apa dia menginginkan aku menjadi menjadi menantunya? Kenapa dia menginginkan aku bu?" Tanyaku lagi pada ibu.

"Dia bilang, dia ingin kamu menjadi menantunya. Dengan begitu hutang ibu lunas, dan dia ingin kamu mengurus segala keperluan anaknya yang akan menikah dengan mu, karena anaknya sedang lumpuh saat ini" Jelas ibuku

"Tapi setelah ibu pikir, lebih baik ibu kehilangan rumah dan tanah kita dari pada ibu menjual anak ibu sendiri" Sambung ibuku lagi.

Aku memeluk tubuh ibuku lagi, "Jangan bu, aku bersedia menjadi menantu buk Sonia" Ucap ku, rasanya ini hanya mimpi bersedia menikahi pria yang sama sekali tidak aku kenal, entah apa yang akan terjadi setelah itu.

Ibuku terkejut mendengar keputusanku, "Nak, ibu tidak ingin kamu mengorbankan masa depanmu karena hutang" Ucap ibuku dengan panik.

"Tidak apa bu, ini tidak sebanding dengan pengorbanan ibu selama ini untuk Melly" Ucap ku.

"Tapi nak" Bantah ibuku.

"Ibu jangan khawatirkan masa depan Melly lagi. Bagi Melly, ibu adalah segalanya melebihi masa depan Melly sendiri"

Ibuku menangis, dan memeluk tubuhku dengan erat. Tubuh yang sudah rentan ini, menangis didalam pelukan ku sehingga aku tidak kuasa menahan tangis.

"Ibu jangan menangis lagi ya, Melly janji akan membahagiakan ibu" Ucap ku dengan di iringi suara isakkan tangis ku.

Keesokan harinya, aku sudah mempersiapkan diri untuk menjalankan keputusan yang sudah aku ambil.

Dengan tubuh yang gemetar, aku duduk di kasur empuk ku. Tempat biasa aku mengistirahatkan tubuh dan jiwaku, setelah seharian beraktifitas.

"Ya allah beri aku kekuatan" Ucap ku dalam hati, berharap keputusanku ini adalah yang terbaik.

Tidak berapa lama, suara mobil terdengar dari arah depan.

Aku semakin gemetar, rasanya belum siap jika harus menikah diwaktu sekarang.

Namun, keadaan mendesak ku. Dan ibu adalah segalanya untukku.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung,,,,,,,

Please jangan lupa vote, komen dan Like ya. 🥰🥰

Baca juga novel aku yang lainnya,

-Menikahi CEO Yang Kejam 1

-Menikahi CEO Yang Kejam 2

Surat Perjanjian

Aku semakin gemetar, rasanya belum siap jika harus menikah diwaktu sekarang.

Namun, keadaan mendesak ku. Dan ibu adalah segalanya untukku.

Diruang tamu, aku sudah duduk tepat disamping ibu dengan saling berhadapan dengan Buk Sonia dan juga seorang pemuda tampan disampingnya.

"Buk Rosa, kenalin ini Dayat Iskandar anak sulung saya yang akan menikah dengan anak ibu. Panggil saja Dayat" Buk Sonia memperkenalkan anaknya. Nampak Dayat hanya diam dengan tatapan dingin tanpa ekspresi.

Hatiku menjadi bertanya-tanya, apa dia juga terpaksa menikahi ku?

"Dayat, ini Melly anaknya buk Rosa yang mama ceritain sama kamu dirumah" Ucap Buk Sonia.

Lagi-lagi Dayat hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun. Aku dan ibu saling menatap satu sama lain, dengan perasaan penuh tanya. Sebenarnya apa yang terjadi pada Dayat.

"Maaf ya buk, Dayat memang seperti ini. Dia sangat jarang berkomukasi dengan orang asing" Ucap Buk Sonia yang nampak mengerti akan ekspresi wajah ku dan ibu yang nampak ragu.

"Baik buk, tidak apa-apa" Balas ibuku dengan ramah.

"Saya langsung pada intinya saja ya, karena Dayat tidak akan betah berada diluar lama-lama. Begini, sebelum melakukan pernikahan, ibu dan Melly harus menanda tangani surat perjanjian ini dulu. Silahkan dibaca terlebih dahulu" Jelas Buk Sonia

Aku mengambil surat itu dengan ragu, dan membacanya satu persatu poin-poin yang disebutkan di surat perjanjian itu.

Poin pertama, disebutkan bahwa pihak pertama (Dayat) berhak atas segalanya dari Melly.

Poin kedua, disebutkan Bahwa Pihak kedua (Melly) tidak di ijinkan pergi dari rumah tanpa seijin pihak Pertama (Dayat) dan dilarang mengajukan gugatan cerai, apabila itu terjadi maka hutang 200 juta akan kembali kepada pihak kedua (Melly) dan pihak Kedua wajib melunasi/membayar hutang tersebut.

Poin ketiga, disebutkan Bahwa Pihak kedua (Melly) harus melayani pihak pertama (Dayat) dengan sungguh-sungguh.

Dan Blaaa Blaaa Blaaa

Sungguh sesak dada ini, membaca satu persatu poin-poin perjanjian itu seakan telah memutuskan tujuan hidupku serta merenggut masadepanku.

"Melly, saya tidak punya banyak waktu. Kapan kamu akan menanda tangani surat perjanjian itu" Suara buk Sonia sukses membuatku terperanjat dari lamunan ku yang entah sudah berapa lama aku terdiam dihadapan mereka.

"Ba-baik buk" Balas ku dengan ragu-ragu.

Ku lihat wajah Dayat semakin masam, dengan tatapan yang semakin tajam. Membuatku semakin gemetar, bukan karena takut. Lebih tepatnya, membayangkan hidup ku setelahnya. Menanda tangani surat perjanjian ini maka hidup ku dan juga ragaku bukan lagi miliki ku.

Ku coret kertas perjanjian itu dengan asal sebagai tanda tangan ku. Tak kuasa menahan, tangan yang sejak tadi sudah gemetar.

Dayat terlihat tersenyum miris, walau pun terlihat mengejek, namun senyuman nya sungguh manis dipadu dengan lesung pipi nya sebelah kanan.

Entah apa yang akan terjadi setelah ini, melihat Dayat yang misterius dengan tingkahnya yang susah ditebak membuatku begitu khawatir.

Semoga saja dia baik dan bisa menerima ku apa adanya sebagai istrinya. Begitulah harapanku, walaupun sangat tipis kemungkinannya.

Tidak berapa lama, buk Sonia dan Dayat pun berpamitan untuk pulang.

Pernikahan pun sudah ditetapkan, kebanyakan wanita bahagia dengan pernikahannya. Namun berbeda denganku, hidupku terasa sudah hancur setelah surat itu aku tanda tangani.

Dua hari kedepan, aku akan menikah dengan seorang tuan muda dari keluarga terpandang. Apakah aku harus merasa bahagia atau malah sebaliknya. Hanya tuhan yang tau.

Ku pasrahkan hidupku kepada yang maha kuasa, jika takdir ku berjodoh dengan nya maka aku ikhlas, karena aku yakin apapun yang allah tetapkan untukku maka itu baik untukku.

Tidak terasa, waktu dua hari itu terasa sangat cepat.

Bahkan hingga saat ini jiwa dan ragaku masih belum siap menerima bahwa diriku akan menikah dengan seorang yang bahkan tidak aku kenal.

Proses pernikahan kami lakukan dikantor urusan agama, karena ini permintaan Dayat.

Aku hanya bisa mengikuti, karena seluruh hidupku sepenuhnya sudah menjadi milik mereka.

Pak penghulu sudah siap, dengan didampingi dua orang saksi disisi kanan dan sisi kirinya. Karena ayahku sudah meninggal dan aku tidak memiliki Kakak kandung laki-laki maka aku hanya memakai wali hakim sebagai ahli nikah ku.

"Saya terima, nikahnya Melly Fransisca binti Ali Jaet dengan mas kawin sebentuk cincin emas dibayar tunai" Ucap Dayat lantang, kala mengucapkan ijab kabul.

Dan para saksi pun nampak tersenyum, dengan berkata.

"Sah" Ucap mereka serentak.

Deg.

Jiwaku terasa melayang tanpa arah, ku paksakan bibir ku untuk melukiskan senyuman kepalsuan. Sekarang aku resmi menjadi istri tuan muda Dayat. Terima atau tidak terima, tetap saja jawabannya sama. Budak didalam pernikahan. Itulah kata-kata yang pantas menggambarkan diriku saat ini.

Setelah prosesi pernikahan selesai, aku langsung berpamitan kepada ibu. Karena setelah ini, aku akan dibawa kerumah Dayat yang sekarang sudah menjadi suamiku.

Sangat sedih rasanya meninggalkan ibu sendirian di rumah, lantas bagaimana lagi? Mertuaku tidak mengijinkan ibuku untuk ikut bersamaku.

"Bu, jaga diri baik-baik ya. Jaga kesehatan juga. Melly pergi dulu, ibu jangan lupa makan dan minum obat yang rutin" Ucap ku berpamitan, dengan diiringi suara isakkan tangis ku.

Ibuku juga menangis kala aku akan pergi.

"Iya nak, kamu juga ya" Balas ibu.

Tidak berapa lama, dua orang pengawal menghampiriku didepan rumah.

"Nona, Tuan Dayat menyuruh nona cepat" Ucapnya

Ku lihat dengan tajam wajah Dayat yang ada dibalik kaca mobil mewah itu, bahkan dia tidak mengijinkan aku berlama-lama bersama ibuku, laki-laki kejam. Hardik ku didalam hati.

Dengan langkah terpaksa, aku mengikuti para pengawal itu yang sudah membawa barang-barang ku menuju mobil Dayat.

Sesekali aku menoleh kebelakang, menatap ibu ku dari kejauhan. Apakah aku akan menjadi anak durhaka, meninggalkan ibuku sendirian dirumah. Namun aku sudah menikah, dan perintah suamiku juga tidak bisa aku bantah.

Ya tuhan, jagalah ibuku. Dimanapun dia berada. Doaku didalam hati sembari menyeka air mataku yang sejak tadi tidak mau berhenti keluar.

Seorang pengawal membukakan pintu mobil untuk ku, dan aku masuk ke dalamnya dan duduk di samping Dayat.

Selama didalam perjalanan, kami tidak saling bicara. Aura yang begitu dingin, itulah yang aku rasakan.

Sekarang mobil mewah yang aku tumpangi itu sudah membelah jalan raya yang semakin ramai.

Ku lihat kearah jendela mobil, dan ku tatap lurus menyusuri jalan yang aku lewati.

Rasanya tidak ada semangat lagi saat ini. Berada jauh dari ibu rasanya sangat sakit, lebih sakit dari pernikahan yang tidak aku inginkan ini.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung,,,,,,,

Please jangan lupa vote, komen dan Like ya. 🥰🥰

Baca juga novel aku yang lainnya,

-Menikahi CEO Yang Kejam 1

-Menikahi CEO Yang Kejam 2

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!