Rumah sakit Indah
"gimana A, apa benar itu ayah?,"tanya mama yg berdiri lesu menyandar di dinding rumah sakit depan pintu kamar jenazah dengan mata yang masih sembab.
"iya ma, itu ayah. ayah uadah meninggal ma. AA udah konfirmasi mah."setelah mengatak kalimat itu aku langsung berlari ke arah Ama yg tubuhnya langsung lirih dan berhasil ku tangkap
"aaargghh....,kenapa begini A,gak mungkin ayah pergi. ayah udah janji sama mama mau pulang lebih awal, AA..."mama menangis histeris dgn wajah sendu dan tubuh lemas tak bertenaga.
aku hanya bisa memeluk mama sambil menangis sesak dada ini.
" Aa,...."ku toleh wajahku mengarah ke suara yg memanggilku.kulihat kakak ala, dan kedua adik kembar ku berlari menghampiriku sambil terisak menangis.
" udah ada laporan dari polisi tentang kecelakaan ini a?,tanya kakak ala.
"belum kak. aku juga belum ngapa ngapain.mama dari tadi nangis mulu,bisa kakak jagain mama.aku mau cari info."
"ok.aku jagin.kamu sana gih cari info."
" dengan keluarga bapak Zein,?"seorang dari pihak rumah sakit datang menghampiri kami.
" iya mbakkami keluarganya."jawab ku
"mas bisa ikut kami kebagian informasi mengenai bapak Zein ?"
"ok. mari mbak."aku berjalan mengikuti langkah mbak petugas itu sambil beristigfar dalam hati.
" Ini mas, ada petugas dari kepolisian yg akan mengkonfirmasi tentang bapak Zein,"jelasnya ketika kami sampai di suatu ruangan yang kukira sebagai ruang informasi.
ku lihat dua petugas polisi berdiri menghadap kami dengan mengulurkan tangan padaku
"mari mas duduk dulu.saya Irawan dan ini Hendra rekan saya.kami yang menangani kasus kecelakaan ini."jelas pak polisi yang berdiri disebelah kanan rekannya.
"boleh saya tahu apa penyebab meninggalnya ayah say pak?"sambarku langsung pada mereka.aku terlalu letih dan syok.teru terang aku masih kosong pikiran tentang hal ini.
"baiklah,tapi sebelumnya saya ingin memastikan kebenaran data biadata korban dulu..nama Zein Abidin, usia lima puluh tahun,pekerjaan guru beralamat.,.."tidak kudengar lagi pertanyaan pak polisi itu aku hanya menjawab iya saja tuk semu pertanyaan biodata itu toh aku sudah lihat sendiri mayat ayahku tadi.
"sekarang ke intinya ya.bapak mas korban dari kecelakaan lalulintas yang berakibat meninggalnya korban."
"siapa pelakunya?" apa ia tertangkap?"
"pelakunya Hito Henrawan,sekarang ia ada di kantor polisi."
"oohh..begitu.saya ingin bertemu dengannya. saya pikir say boleh bertemu dengannya kan pak?!"
"boleh, tapi besok sekarang bersangkutan masih dalam pemeriksaan kepolisian.
"baiklah besok saya akan ke kantor polisi."
"baiklah.dan ini barang barang yang ada bersama korban waktu peristiwa terjadi."ku melihat barang barang yang ayah biasa bawa ketika kerja dari pak polisi yg bernama Hendra itu.
"saya terima pak.barang ini. terimakasih atas kerjasamanya pak."
"itu sudah tugas kami.baiklah kami permisi. kami harap keluarga sabar dan tabah ya mas."
"baik terimakasih pak ."setelah selesai pertemuan itu kami keluar dari ruang informasi tersebut.
"maaf saya mengganggu,tapi mas bisa langsung ke ruang administrasi tuk mengurus segala hal yang terkait kepengurusan jenazah bapak Zein?"
"baik mbak mari kita langsung urus aja mbak saya ingin ini cepat tuntas."ucapku loyo
"jadi dengan ini semua administrasinya selesai ya mas.kami turut berdukacita atas musibah ini.
"iya mabk terimakasih atas kerjasamanya." setelah aku menyelesaikan urusan rumah sakit. diantar dengan mobil jenazah rumah sakit kami sekeluarga langsung ke tempat pemakan ayah tuk mengkebumikan ayah yang sebelumnya sudah diurus oleh teman temanku
kediaman Alm bapak Zein
setelah selesai prosesi pemakaman, selepas shalat isya dibantu tetangga dikeluarga kami saat ini mengadakan tahlilan. meski badan lelah, namun ini harus dijalani aku dibantu sahabat sahabat ku sekarang sedang menjamu para tetangga guna pengajian. tak berapa lama hp ku bergetar.kuluhat si penelpon dan kuangkat
aku:"ya hallo bell,kenapa?"yang menelpon ku adalah Bella seorang gadis teman sekolah yang sekarang berstatus sebagai pacarku
bella:*mum bisa jemput aku ga di mall sekarang?"
"maaf bell kayaknya ga bisa.dirumah lagi rame.lagi ngadain pengajian buat..""
" jadi kamu ga mau jemput aku ni ceritanya."potong Bella
"bukan ga mau bell,tapi lagi g bisa sekarang aku minta kamu ngerti ya bell. aku lagi.."
"ok.kalokamu g mau.ga guna kamu jadi pacar aku.aku marah sama kamu."
"ya Allah bell. ok, ok aku jemput.sekarang kamu LG dimana shareloc y.ni aku otw."ucapku jengah ga mau memperpanjang.
"gitu dong jadi by pacar.ok aku shareloc.aku tunggu jangan pake L ya."
"hmmm"
Mall
tak lama aku sampai tempat menjemput Bella
Derrrt... derrrt...
mumtaz mengambil hape dikantong celan. dia melihat id penelpon dengan menghela nafas
" hallo iya Jim ada apa?" Jimmy salah satu sahabat mumtaz menelpon
" eh Lo Dimana dah ni orang rumah pada nyariin Lo."
" kan tadi gw udah nitip omong ma kalo gw keluar bentar elah Lo mah."
" bukan apa ege. ini dirumah Li ada perwakilan dari keluarga pelaku. kayaknya pengacaranya dah. cepet Lo balik. mamah Lo nyariin Lo."
mumtaz tertegun mendengar omongan Jimmy. dengan tergesa gesa dia mematikan sambungan dan langsung menelpon Bella tuk mengabarkan kalo dia sudah ada ditempat
" hallo bell. kamu dimana? aku udah ada didepan ni
" kamu masuk aja mum ini aku lagi nanggung."
" bell jangan bercanda. tadi kamu bilang udah nungguin didepan. aku buru buru ni. kalo kamu masih lama aku pergi."
" ihh kamu kok gitu. ga ikhlas banget. ini aku lagi nanggung."
" bell, kalo kamu belum bisa keluar sekarang aku tinggal. aku lagi sibuk ini juga sempet sempetin .keluar sekarang aku ga bercanda." kesal mumtaz
tak lam Bella keluar mall dengan raut wajah jutek dan marah
" kamu apa apaan sih mum. aku sebel ma kamu." judesnya
" terserah. cepat naik aku langsung Anyer pulang."
bukannya Bella bergegas naik motor, dia tetep berdiri sambil menanggalkan wajah seakan menantang mumtaz
" kalo aku ga mau. kamu mau apa?" tanya Bella songong
" (mumtaz menghela nafas sambil menutup mata sebentar tuk meredam emosi). maka aku tinggal kamu." saut mumtaz tajam. melihat raut wajah mumtaz Bella terkaget. pasalnya baru ingat mumtaz memperlihatkan wajah dengan sarat emosi. biasanya dia sesebal apapun tingkah Bella mumtaz akan sabar dengan waja tenangnya.
Bella bergerak naik keatas motor mumtaz. setelah memastika Bella duduk aman mumtaz langsung mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. sampai Bella memeluk erat pinggang mumtaz dan menutup mata karena ngeri
sampai depan rumah Bella
" ni helmnya. lain kali kalo ga mau jemput jangan jemput." ucap sebel Bella
" hmm."jawab mumtaz yang langsung pergi dari halaman rumah Bella tanpa meladeni ambekan bella
melihat itu Bella marah dan beersungut sungut sambil berjalan kedalam rumah.
****
sampai rumah. mumtaz langsung masuk ke ruang keluarga yang ternyata sudah kumpul banyak orang di ruangan itu
melihat mumtaz, mamah mumtaz langsung menarik tangan mumtaz
" pak pengacara ini anal laki laki sulung saya. segala hal tentang kepergian almarhum dia yang mengurusnya
seorang laki laki dewasa dengan memakai kemeja putih dasi hitam dan celan pangjang hitam menatap mumtaz
"hai.. saya Ruben. pengacara keluarga hartadraja. korban dari kecelakaan lalulintas yang melibatkan ayah anda.
mendengar kata 'korban' dan ' mmelibatkan' darah mumtaz langsung panas. ia sangat sadar kalo pengacara itu senga mencoba memprovokasi emosinya
" bapak bilang pengacara korban?" mumtaz menekan kan kata terakhir. " apakah ia meninggal seperti ayah saya?" tanya tazam mumtaz dengan tatapan menghunus langsung sang pengacara
pengacara itu terkesiap sesaat mendengar intonasi bicara mumtaz. tapi dia langsung memasang wajah tenang tuk menyembunyikan kekagetannya
" maaf maksud saya klien say juga terluka akibat kecelakaan itu."
" tapi dia tidak meninggalkan." sarkas mumtaz " siapa yang menabrak dia?" yang pasti bukan ayah saya. saya sudah menyelidiki peristiwa dan para saksi mengatakan bahwa ayah saya ditabrak oleh kendaraan mobil yang sedang melaju kencang dan tidak terkontrol oleh seseorang yang bernama Hito Arven hartadraja." mumtaz berbicara dengan menekankan setiap kata yg keluar dengan raut wajah tegang dan tatapan menajam
sedangkan suasana ruangan mendadak hening mencekam mendenga amarah tertahan mumtaz dari setiap katanya
" maaf saya datang kesini sebagai perwakilan keluarga hartadraja ingin menyelesaikan perkara denga cara kekeluargaan." ujar suara pelan dan tenang pengacara
" maksud cara kekeluargaan apa yang dimaksud klien anda?" saut mumtaz tak kalah tenang
" kami siap bertanggung jawab dengan denagn membayar ganti rugi segala keperluan sekitar meninggalnya almarhum dan membayar tanggungan jawab sebesar lima ratus juta rupiah. saya kira itu sudah biaya yang besar untuk keluarga anda." ucap pengacara dengan kepercayaan diri bahwa keluarga korban akan menerima tawaran penyelesaian perkara tersebut.
" segala biaya kepentingan seputar meninggalnya ayah saya dapat kami urus tanpa klien anda. nilai pertanggungan jawab klien anda saya anggap klien anda dan keluarga melakukan penghinaan terhadap sosok ayah saya. dan kami tidak menerima itu." jawab tegas mumtaz
" kalo anda tidak dapat menerima tawaran kami, kami akan membawa kasus ini ke pengadilan dan bisa jadi dipengadilan ayah anda dinyatakan bersalah dan keluarga anda menanggung malu. dan tidak mendapat apa apa." ucap sang pengacara dengan mencoba mengintimidasi keluarga korban.
" tak jadi masalah dengan hal itu. baik mari kita bawa kasus ini ke pengadilan. tapi saya ingin memperingatkan anda dan kelurga klien bahwa nama mereka akan tercemar. saya tahu siapa hartadraja. salah satu orang terkaya diindonesia. kalo anda pikir kami takut pada mereka. anda salah. saya sudah mengumpulkan bukti yang valid dari TKP temtang kondisi pelaku ketika kecelakaan itu terjadi." tegas peringatan mumtaz
mendengar perkataan mumtaz sang pengacara kaget. walau dengan cepat ia menormalkan raut wajah, atapi mumtaz dan para sahabatnya yang memang berada di ruangan itu sempat melihat kekagetan itu
"jadi simpan uang penghinaan klien anda dan mari kita bertemu dipengadilan."
" kami biak bermaksud menghina ayah anda hanya itu sebagai iktikad baik dari klien kalo klien saya bertanggung jawab atas kecelakaan ini."
" jika memang itu maksud klien anda, maka kami sekeluarga menghendaki mereka langsung yang datang kepada kami tanpa melalui pihak ketiga sebagai perwakilan. saya rasa pembicaraan ini sampai disinilah saj. anda lihat sendiri sekarang dirumah ini sedang mengadakan tahlilan.
" baiklah kapan kira kira waktu yang tepat tuk bertemu?"
" sehari setelah tujuh hari tahlilan ayah saya." saut mumtaz
" baiklah kami akan datang kemari saat itu. saya dan klien mengucapkan mohon maaf sebesar besarnya atas tragedi ini." udah mengucapkan kalimat itu pengacara keluar dari rumah dianter oleh perwakilan keluarga.
saat ini diruang keluarga tersisa anggota keluarga saudara dan para sahabat mumtaz.
" A, gimana kalo apa yang mereka omongin benar terjadi adanya kalo perkara inh dibawa ke pengadilan nama ayah yang akan tercoreng." mamah AIDA, mamanya mumtaz membuka keheningan yang terjadi setelah pertemuan dengan pengacara."
" tenang mah. itu ga bakal terjadi Mumuy dan temen sudah melakukan penyelidikan. dan mamah tau penemuan awal kita mendapati bahwa pelaku kemungkinan dalam keadaan mabuk berat mah." ucap mumtaz menenangkan mamah Aida. mendengar itu orang orang yang berada dalam ruangan itu terhenyak kaget. terkecuali mumtaz dan para sahabatnya. yang melakukan penyelidikan tersebut
" sudah. sudah. Mama dan para paman dan para bibi sekarang harus beristirahat aja dl. udah malem juga." ujar mumtaz membubarkan orang orang yang masih berada diruang keluarga tersebut.
baiklah mama dan yang lain masuk kamar dulu. kamu juga istirahat muy. sejak kabar kecelakaan ayah kamu belum istirahat.
" iya mah. Mumuy istirahat."
hari ketiga meninggalnya ayah, mumtaz ditemani Ibnu sahabatnya bertandang ke kantor polisi untuk bertemu pelaku penabrak ayahnya. disinilah mereka didepan kantor polisi
" muy, yakin Lo mau ketemu dia? Lo kalo ketemu dia jangan pake marah ya. jangan bikin ribet." cerocos Ibnu yang terkenal pendiam sekarang menjadi cerewet.
" iya diem Lo ah dari tadi ngomong mulu kayak emak emak daster Lo." ucap jengah mumtaz.
" dikasih nasihat malah ngeyel. kalo emang iya. ayo masuk. kenapa kita dari tadi berdiri disini udah tiga puluh menit ini. kayak mau ketemu camer aja Lo.". sewot Ibnu
" iya ini juga mau masuk. tapi gw mau tarik nafas dulu. mau penenangan gw."
" alah pake penenangan segala bilang kalo Lo jiper duluan. ayo ah masuk panas ini." saut ibiu sambil menarik tangan maumtaz. d ngan pasrah mumtaz mengikuti langkah ibnu.
" assalamu,Alaikum pak. ini saya Ibnu dan teman saya mumtaz mau ketemu Hito pelaku penbrakan yang terjadi tiga hari yang lalu dengan korban Alm. bapak Zein." ucap Ibnu to the poin ketika sampe dipos lapor kantor polisi
sang polisi langsung siap badan mendengar perkataan itu. maklum peristiwa kecelakaan lalulintas yang melibatkan seorang Hito Arven hartadraja sudah menjadi pemberitaan utama mengingat ia adalah anak dari salah satu orang terkaya diindonesia.
" kamu siapanya yang bersangkutan.?" tanya pak polisi.
" ini saya mengantar teman saya mumtaz. anak dari korban meninggal kecelakaan tersebut."
pak polisi mengalihkan penglihatan kearah mumtaz
" kepentingan apa?"
" konfirmasi pak."
" yang bersangkutan harus disertai kuasa hukumnya dek kalo mau bertamu kepada dia."
" pak. bukan maksud tidak menghormati keinginan beliau, tapi bisa tidak bapak tanyakan dulu kepadanya bahwa keluarga korban ingin bertemu? ini penting pak demi kemaslahatan bersama" ujar Ibnu berdrama.
" tunggu disini." tegas pak polisi sambil melangkah kedalam
" baik pak.mita ga bakal kemana mana."
*****
dua orang bersitatap berhadapan diruang temu tamu yang satu pria dengan memakai baju tahanan berwajahkan menunduk nansendu. dan satu lelaki muda memakai seragam sekolah SMA dengan berwajahkan tegang
" kemarin lusa keluarga anda mendatangkan seorang pengacara sebagai wakil keluarga menawarkan kompensasi tanggung jawab sebesar lima ratus juta kepada keluarga kami. apa itu atas perintah anda?" mum AZ membuka hening
" siapa namanya?" Hito menegakan kepala mendengar hal itu
" bapak ruben."
" itu bukan atas perintah saya. dan saya tidak tahu sama sekali tentang hal itu?"
" benarkah, ini anda bukan sedang sok meras tidak tahukan!? apa anda hendak menghina ayah saya?" tanya sarkas mumtaz
" tidaak. sungguh demi Tuhan saya tidak tahu sama sekali. saya akan berbicara dengan pak Ruben atau keluarga saya." yakin Hito.
" saya minta maaf atas tragedi ini. saya memastikan akan menyelesaikan perkara ini dengan bijaksana." ucap Hito
" apa maksud anda tentang itu? hal apa yang dimaksud bijaksana? saya dan saudara saya sudah menjadi yatim. ibu saya sudah menjadi janda. jadi dengan apa anda akanmenyelsaikan perkara dengan cara bijaksana?" ucap tenang nan tegas mumtaz
.......
mendengar perkataan mumtaz Hito menundukkan kepala dan mulai terdengar isakan tangis dari dirinya
" maaf...maaf ...maaf..." sesal Hito ditengah isakannya
" sudahlah. lusa sehari setelah tujuh hari tahlilan ayah saya, kedua belah pihak akan bertemu lagi. saya harap anda memberitahukan kepada p ngacara dan keluarga anda untuk tidak melakukan hal hal yang kami pandang menghinakan kami. dimohon kerjasamanya."
tak lama pintu terbuka dan menampilkan seorang penjaga
" waktu lima belas menit telah habis." penjaga membawa Hito kembali ketahanan sedangkan mumtaz menatap nanar sosok Hito didepannya. entah apa yang dipikirnya. saat hendak sampai pintu aku berucap " om jangan coba melakukan hal bodoh untuk mengakhiri hidup anda. anda harus bertanggung jawab atas keluargaku. kau harus melihat keadaan kami dan menyembuhkan kesakitan kami. kuharap kau bukan benar benar pengecut. saya dan keluarga menunggu anda." entah mengapa aku mengatakan demikian, tapi ada kekhawatiran dalam diriku tentang om Hito akan melakukan sesuatu yang lebih menyakitkan. ada keputusasaan tatapannnya yang kosong
mendengar perkataan mumtaz hito tertegun. dia mengangkat kepala dan menghadap mumtaz. " tentu saya akan bertanggung jawab atas semua tindakan saya. terimakasih atas kesempatannya. dan sekali lagi saya mohon maaf atas semuanya." selepas mengatakan itu om Hito pun masuk dan lenyap dari pandangan mumtaz dan meninggalkan mumtaz dengan seribu keheningan.
*****
sekarang mumtaz dan Ibnu di warung pingur sebrang kantor polisi. seusai maumtaz bertemu hito. sudah tiga puluh menit mumtaz diam. dan Ibnu tak bertanya.
dreettt ......dreett.....
" siapa muy.?" tanya Ibnu
" Bella.." Hela mumtaz
" masih Lo sama cewek itu?"
" masih. kenapa? kayaknya Lo ga suka banget ma Bella." tanya mumtaz tajam
" semua anak ga suka hubungan Lo ma bella. toxic tau ga. gw harap Lo ga sampe punya penyesalan pada akhirnya tentang Lo dan Bella."
".........,..." entahlah mumtaz tak tahu harus jawab apa
" kalo Lo harus jemput dia. pergi dah."
" Lo gimana. gw anterin Lo dulu lah."
" gampang mah itu. gw panggil Danil atau Jimmy bisa. Sono Lo pergi. males gw entar lihat Lo dimarahin dia."
" oke. gw pergi ya. nu, makasih ya udah temenin gw."
" hmmm. kayak ma siapa aja."
mumtaz pergi karena mendapat telpon dari Bella kekasihnya. Ibnu memandangi kepergian Bella dengan bergumam " gw barharap Lo berpikiran waras muy. Lo putusin tu cewek akhlakless." sambil Ibnu menghela nafas dengan berat
*****
" kamu darimana aja si tax. dari tadi hubungi susah. aku lama loh telpon kamu." cecar Bella jengkelketika mumtaz sampai dicafe tempat Bella minta jemput tadi.
"sorry tadi ada urusan."jawab tenang mumtaz
" urusannya lebih penting daripada aku pacar kamu?" jengah Bella
".... sorry.ya udah ayok pulang. katanya mau pulang." mumtaz menjawab to the point. sekarang dia malas berdebat dengan bella yang mumtaz anggap seakan tiada akhir
" bentar lagi. lagi nanggung ni"
" Bell, ini udah sore. ayo pulang. aku buru buru ni."
"kenpa sih perasaan belakngan ini kamu sibuk mulu. setiap aku minta jemput kamu pasti ngomongnya buru-buru mulu. kamu sibuk apa?"
" yakin kamu mau tahu?"
" gak sih. aku ga peduli kamu sibuk apa. tapi aku ga suka kamu buru-buru gitu. kamu pikir cuma kamu yang sibuk. aku juga."Bella marah
" ya udah kalo kamu sibuk dan aku sibuk. sekarang kita pulang." mumtaz masih tenang
" ih sebel aku tuh sama kamu. ayo pulang." titah Bella dan beranjak pergi dari cafe menuju tempat parkir cafe
" tas kapan sih kamu jemput aku pake mobil? panas tau. malu lagi."
mendengar itu mumtaz menghela nafas " aku ga punya mobil Bell."
" ya gimana kek caranya supaya kamu jemput aku tuh pake mobil."
tanpa menjawab Bella, mumtaz memakaikan helm Bella helm dan naik motor
" ayo cepat naik. kita pulang."
dengan kaki dihentakan Bella naikotor. dan mereka pergi dari cafe
*******
saat ini waktu pertemuan antara keluarga mumtaz dan hito. mereka sepakat bertemu dirumah Hito mengingat mama AIDA masih dalam keadaan berkabung dan belum sehat
sekarang kedua belah pihak keluarga berkumpul diruang tamu. keluarga mumtaz dihadiri keluarga inti beserta paman sepupu dan beberapa bibi dan paman dari pihak ayah dan mama, sedangkan dari kelurga Hito dihadiri oleh keluarga inti Hito yaitu kakek dan nenek Hito Fatio' hartadraja dan Sri hartadraja, orang tua Hito Aznan hartadraja dan Dewi hartadraja kakak laki-laki Hito, Damar Arjun hartadraja dan kakak perempuan Hito Julia Arnet Hartadraja beserta team kuasa hukum keluarga. dan Heru wakil Hito pribadi
" dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim. mari kita mulai pembicaraan ini. diharapkan pertemuan berlangsung baik dan damai tiada marah dan merasa dirugikan." ucap kakak sepupu mama Aida om Samsul
" Aida, apa ada yang ingin kamu sampaikan dek?" tanya om Syamsul ke mama Aida
dengan tenang mama Aida berkata " lusa kemari sudah menghadap kami atas nama perwakilan kelurga Hartadraja dan mengajukan penawaran dijumlah dana yang kami indikasikan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas meninggalnya kepala keluarga kami yaitu Zein Abidin sebesar lima ratus juta rupiah. dan saya selaku isteri dan ibu dari anak anak. menolak penawaran tersebut."
" sudah saya duga anda akan menolaknya." nenek Hito yang menjawab ucapan mama Aida dengan dengusan dan cibiran
" sudah saya duga anda dan keluga pasti akan memanfaatkan keadaan ini tuk memeras kami. sekarang sebutkan berapa jumlah yang anda minta?" cecar nenek Sri
" ma"
" nenek."
" Sri"
panggilan protes kelurga Hartadraja mendengar ucapan sang nyonya tertinggi
menanggapi dengan tenang mama Aida " menurut anda berapa yang bisa setara dengan peran suami dan ayah dari anak anak kami?"
" harga lima ratus juta itu cukup." anda tidak akan mendapat ganti rugi yang sebesar itu dari keluarga yang lain jika mereka yang jadi penanggung jawab anda dan keluarga." masih nenek hartadraja yang berbicara.
mendengar perkataan itu keluarga mumtaz menhan kesal dan marah karena merasa direndahkan sedangkan keluarga Hartadraja malu
" seperti dugaan saya mendengar perkataan anda dapat saya simpulkan keluarga anda tidak ada iktikad baik terhadap kelurga saya. anda dan keluarga hanya ingin keuntungan pribadi diatas penderitaan keluarga kami." mama Aida mulai bicara dengan tegas meski masih tetap menampilkan ketenangan
"heh" bentak nenek Hito marah
" mama" tegur ayah Hito atas perilaku nenek Sri. " maaf kami tidak bermaksud demikian. baiklah mulai saat ini dengan segala kerendahan hati mari kita bersama menyelesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin. maaf Bu. saya selaku ayah dari Hito yang telah melakukan kesalahan yang mungkin tidak dapat dimaafkan akan bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan dari peristiwa ini. apa ada yang ingin ibu dan keluarga sampaikan kepada kami!?"
dengan menghela nafas menghilangkan emosi yang sempat tersulut mama Aida berujar " Mungin bagi kalian almarhum hanya salah satu orang yang tidak ada artinya. tapi bagi kami beliau adalah bagian terpenting. kami memang keluarga sederhana, tapi sebagai orang tua saya dan beliau punya mimpi yang banyak dengan jangka waktu panjang. kami punya mimpi membangun rumah yang layak untuk keluarga kami, kami ingin anak anak kami menempuh pendidikan sampai yang tertinggi, kami ingin memastikan anak-anak kami hidup sejahtera dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya. sekarang beliau telah tiada dengan membawa segala mimpi itu. saya kehilangan pendamping hidup, anak-anak saya kehilangan ayahnya. sekarang beritahukan padaku bagaimana saya mewujudkan segala mimpi itu bapak Hartadraja?" ucap lantang mama Aida.
mendengar kata kata mama Aida seluruh orang yang berada di ruangan terdiam dengan sendu
" maaf. mungkin segala apa yang ngin kami berikan tidak akan mampu mangimbangi peran almarhum, tapi sungguh kami hendak mengurangi beban keluarga ibu." tutur ayah Hito
" terimakasih sebelumnya. mari kita to the point. perihal beban bathin akibat meninggalnya kepala keluarga kami, kalian dipastikan tidak akan bisa menggantinya. maka sebagai orang tua, disini saya akan menekan kan pertanggungan jawab perihal materi saja. saya ingin sekali mewujudkan mimpi-mimpi kami untuk masa depan keluarga kami.yang saat ini menjadi prioritas pikiran saya adalah biaya hidup keluarga dan pendidikan anak-anak kami.."
" apa sudah nenek duga pasti ujung ujungnya duit. sebutkan berapa yang kalian minta dan kita selesaikan ini segera." sela judes nenek Sri
" berapa kalian tawarkan" ucap dingin Kakak Zahra putri pertama almarhum
" satu milyar itu sudah cukup." congkak nenek Sri
dengan tersenyum smirk Kakak Zahra memandang nenek Sri dengan menekankan " pernyataan anda ini yang kami anggap penghinaan. menurut anda apa dengan satu milyar bisa mewujudkan mimpi orang tua kami?"
" lantas apa yang kamu inginkan hei anak tengil kemarin sore. saya ingin tahu seberapa besar nyali kamu untuk memperalat kami." masih dengan sombongnya nenek Sri berujar
"jangan menantang saya wahai nenek yang sudah tua yang mencoba memanipulasi penuaan dengan oplas. saya pastikan anda menerima segala konsekuensi kecongkakan anda." kak Zahra menyaut dengan lantang
" karena kalian adalah salah satu konglomerat di Indonesia, maka saya ingat n kalian memberikan sepuluh persen dari saham perusahaan penyiaran, tolong jangan disela dulu hai nenek.." tegur kak Zahra ketika melihat nenek hendak membuka mulut tuk menyela
"...saya ulangi sepuluh persen dari perusahan penyiaran, dua puluh lima juta biaya perbulan untuk sekeluarga. dan penambahan dana yang mumpuni tuk kebutuhan mendadak sekeluarga. saya kira itu tidak seberapa dibanding kekayaan kalian."
"heh orang miskin belagu," nenek Sri murka. " lancang sekali kalian ingin saham. itu terlalu tinggi tuk ganti ayah kalian." masih dengan menolaknya si nenek tersebut. sedangkan yang lain masih hanya mendengar."
" kami menginginkan saham karena kami tak yakin anda akan terus memberi biaya hidup kami.sekaeangnkalian menyatakan bersedia menanggung. tapi siapa jamin dimasa depan kalian akan berpura pura amnesia." skeptis kak Zahra
" kalian tidak percaya kami?, kami orang-orang terhormat akan memegang janji kami." masih dengan jengkel si nenek Sri
" tidak. kami tidak percaya kalian. itu keinginan kami.ni negosiasi nenek tua. take it or leave it." tekan kak Zahra mantap
ketika nenek hendak menjawab. ayah Hito langsung mengangkat tangan yang menandakan agar nenek Sri diam
" jika kami memenuhi keinginan kalian, apa kalian bersedia menyelesaikan perkara ini secara kekeluargaan. tidak akan membawa kasus ini ke jalur hukum?" tanya ayah Hito menegaskan
" sedari awal kami tidak pernah berpikir akan membawa hukum kasus ini. sebagai orang tua say paham kesedihan yang dirasakan oleh kalian. dan itu tidak ada gunanya buat kami." mama Aida berucap tenang
" heh kalian.."
" baiklah."
ayah dan nenek Hito berujar berbarengan dengan tanggapan berbeda.
" kalau boleh tahu kenapa kalian menginginkan saham?" sekarang kakek turut berujar
" karena kami skeptis kalian akan tetap bertanggung jawab dalam waktu panjang. sedangkan kebutuhan kami pasti pasti akan berlangsung lama. maaf kami berpikir apa yang kalian lakukan hanyalah pencitraan semata kepada publik."
" tapi apa itu tidak terlalu berlebihan? kalian bener-benar aji mumpung." mama Hito berucap jengah
" hal ini tidak berlebihan. bandingkan dengan apa yang anak kalian Hito lakukan kepada kami? baca itu." mumtaz melempar senundel dokumen kepada masing-masing perorang dari mereka
dengan heran mereka menerima dokumen yang disodorkan oleh para sahabat mumtaz
dengan tenang dan meyakinkan mumtaz " disana terdapat kondisi om Hito ketika kecelakaan. disana dinyatakan bahwa Hito Arven hartadraja sedang dalam keadaan mabuk berat dikarenakan putus cinta karena ditinggal kekasihnya yang bernama Silvia Hermawan. bagaimana jika data itu terungkap ke publik?"mumtaz berkata dengan sorot mata tajam yang tak ingin dibantah oleh siapapun
keluarga Hito terhenyak dengan mimik wajah terkaget dan bertanya mendapati hal ini.
" jangan tanya dari man dan bagaimana saya mendapatkan informasi ini. tapi saya pastikan semua data itu valid. jadi pilihan kalian hanya menerima keinginan mama saya. saya tidak peduli apa tanggapan kalian tentang kami. tapi jika kalian mempermudah kami, kami akan mempermudah kalian. sebagai seorang putra tugas saya adalah memastikan mama dan saudara saya tenang menjalani hidup ini."
hening, diam tak ada yang bersuara sampai;
" baiklah jika memang begitu adanya." kakek akhirnya menyetujui
" keputusan tepat. dan ini adalah draft MOU kita." masih mumtaz yang memegang kendali kesepakatan sambil menyerahkan beberapa kertas
*******
Hito memperhatikan rekaman pertemuan dua keluarga tersebut. saat ini Hito dan Heru selaku wakil Hito beserta kuasa hukum pribadi hito. dengan menghela nafas " Heru, berikan apa yang mereka inginkan. jika kelurgaku membantah jangan dengarkan mereka. semua tanggung jawab itu gunakan aset pribadiku. saya punya saham di perusahaan penyiaran tersebut sebesar tiga puluh lima. beri mereka lima belas persen sahamku, dan beri mereka tunjangan keluarga sebesar tiga puluh juta perbulan. dari rekening pribadiku."
" Hito aku paham kamu merasa bersalah dan bertanggung jawab terhadap kondisi sekarang, tapi itu berlebihan." Heru menjelaskan
" Ru, mereka kehilangan belah jiwa mereka, sedangkan aku hanya kehilangan sedikit dari asetku. sungguh hal ini tak seberapa bagiku. aku tak ingin ada bantahan lagi. ini titahku" tegas Hito tajam
" baiklah akan kami laksanakan."
" dan anda Davin, berikan akta pertanggungan jawab itu sebaik mungkin aku tak ingin ada kecacatan hukum yang mana kelurgaku dapat merubah kesepaktan." ujar Hito kepada Davin sahabat sekaligus kuasa hukum yang ditunjuk pribadi oleh Hito
" tentu To."
******
tempat kediaman keluarga almarhum Zein
saat ini sedang berhadapan Heru dan Davin selaku wakil dan kuasa hukum Hito dengan kelurga inti almarhum
" maaf bukan maksud menghina atau menyepelekan, tapi kami menolak pemberian dari tuan Hito yang berlebih dari ajuan kami. tolong jangan membebani kami. kamu terima iktikad baik tuan Hito, tapi beri kami sesuai ajuan kami." mama Aida menjelaskan setelah melihat draft MOU yang disodorkan pihak Hito
"... tapi..."
" tidak ada bantahan tuan. mohon lakukan seperti yang diinginkan mama kami." ujar mumtaz
******
Hito speechless melihat rekaman pertemuan kedua itu.dengan menyandarkan tubuh dipunggung kursi dan menengadahkan kepala menutup wajah dengan kedua telapak tangan. dia menegakkan tubuh dan duduk tegap
" Heru sampaikan permohonan maaf ku pada mereka dan berikan seluruh keinginan mereka tanpa bantahan dan pengurangan. dan pastikan semua itu dari aset pribadiku. jika kelurgaku ingin menjadi bagian dari pertanggungan jawab ini. tolak! tekankan kepada mereka ini keputusanku yang tidak bisa diganggu gugat!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!