NovelToon NovelToon

Suami Cicilan

Perjodohan

Yutasha Geraldin, gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun. Sedang merintis karirnya menjadi penulis di sebuah platform yang ada di Indonesia. Meski sibuk kuliah, ia masih bisa menyempatkan waktu untuk menyalurkan halusinasinya menjadi sebuah cerita, yang menurutnya menarik. Ia juga bercita-cita bahwa suatu saat bisa menerbitkan novelnya menjadi sebuah buku.

Seminggu sudah, Yuta berkuliah di Universitas yang berada di Jakarta. Pertemanan yang ia jalin dengan seorang gadis bernama Hilda, semakin hari bertambah akrab saja. Tidak hanya hobi yang sama, mereka juga merasa saling cocok dan nyambung satu sama lain. Membuat mereka semakin akrab.

Hari ini, Yuta langsung pulang setelah kelas usai. Ia tidak mampir ke perpustakaan terlebih dulu, seperti biasa. Yuta harus segera menyelesaikan deadline novel yang harus ia kirim malam ini juga. Seperti biasa, ia juga menolak disaat Hilda menawarkan bantuan untuk mengantarnya pulang. Dengan alasan, ia tidak mau merepotkan Hilda, karena arah rumah mereka yang berlawan arah.

Sampai rumah, Yuta segera membersihkan diri. Lalu ia menyempatkan makan terlebih dahulu, sebelum berpetualangan dengan dunia halusinasi. Saat ia tengah asyik dengan pikirannya, Yuta mendengar suara pintu kamarnya di ketok. Setelah itu, muncul lah sang Mama dari balik pintu.

"Belum selesai, Sayang?" tanya Mama Dina dengan nada lembut. Menatap sang putri dengan penuh kasih.

"Belum Ma...kurang sedikit lagi," jawab Yuta melihat Mama Dina sekilas. Lalu matanya kembali fokus pada layar laptop yang berada di pangkuan.

"Ya sudah kamu selesaikan dulu. Setelah itu, turunlah ke bawah. Kami menunggumu," ujar Mama Dina penuh dengan kelembutan. Dan di angguki oleh Yuta.

Yuta menyelesaikan deadline novel tepat waktu. Kemudian Ia melakukan kewajiban sholat isya'. Setelah itu, baru turun kebawah menuju ruang keluarga. Dimana, terdapat orang tuanya yang sedang menunggu Yuta untuk bergabung dengan mereka.

"Malam, Pa, Ma!" sapa Yuta sebelum duduk di sofa depan mereka.

"Sini, Sayang. Ada yang mau kami sampaikan pada kamu," ucap Mama Dina dengan hati-hati. Karena Yuta merupakan anak yang keras kepala dan mudah terenyuh.

"Ada apa Ma? Kelihatan serius banget," Yuta mencium ada aroma tidak beres dengan kedua orang tua nya.

"Begini sayang. Kamu tahu Pakdhe Ginanjar, 'kan? Yang punya showroom mobil di Surabaya?" tanya Mama Dina penuh dengan kelembutan di setiap kata yang terucap.

"Iya Ma. Kenapa?" tanya Yuta dengan perasaan tidak enak.

"Dia dulu sering membantu Papa saat dalam masa sulit...." ucapan Papa Arjun terjeda. Lalu menatap penuh pada sang istri, meminta untuk meneruskan ucapannya.

Karena Papa Arjun tidak kuasa, bila ia yang menyampaikan sesuatu yang ia sendiri merutuki kebodohannya dulu. Ia tidak rela, bila Yuta harus lepas dari genggaman tangannya secepat ini.

Dengan nafas yang berhembus kasar, Papa Arjun melanjutkan kata-kata yang sempat terjeda. Setelah mendapat anggukan dari sang istri. Sedangkan Yuta menatap Papanya dengan penuh tanda tanya.

"Kita dulu sepakat menjodohkan kalian, disaat kamu masih berumur satu tahun, dan Juno tujuh tahun ....," ucapan Papa Arjun berhenti sejenak, saat melihat genangan air di pelupuk mata indah milik putrinya itu.

"Lalu?" lanjut Yuta dengan suara tercekat.

Mama Dina menggenggam tangan Papa Arjun. Memberi dorongan kepada sang suami, untuk melanjutkan amanah yang harus di sampaikan kepada Yuta. Meskipun hatinya juga sakit, bila harus melepas putri penurut seperti Yuta secepat ini.

"Kemarin, Pakdhe Ginanjar menghubungi Papa. Mereka akan meminangmu minggu depan. Karena, Juno sabtu ini tiba dari Paris. Ia sudah menyelesaikan gelar doktor nya di usia muda. Dan Pakdhe Ginanjar meminta agar kalian segera menikah," jelas Papa Arjun seraya menahan rasa sakit di hati. Karena kini, pipi mulus putrinya itu basah oleh air mata.

"Yuta nggak bisa Pa!" tolak Yuta dengan tegas.

"Kenapa sayang? Lagian kamu juga tidak punya kekasih?" tanya Papa Arjun yang memang mengetahui, bila Yuta selama ini tidak pernah punya kekasih.

Hai Gaes ...! Ini karya ketiga aku, mohon dukungannya dengan cara like di setiap part nya😘

Mengingkari Janji

Jleb!

Kalimat terakhir sang Papa menusuk tajam, tepat di bagian jantungnya berada. Ayo Yutaaaa, pakek otak lo yang pintar itu untuk berpikir. Gimana caranya menolak perjodohan ini dengan kemenangan telak kepadamu. Ayo berpikir, wahai otak pintar ku. Batin Yuta dalam hati. Ia harus memutar otak untuk berfikir cepat dan tepat sasaran.

"Itu sudah tidak mungkin Pa! Karena Yuta sudah tidak virgin lagi!" ucap Yuta dengan sedikit keraguan. Ia terpaksa harus berbohong pada Papanya.

Papa Arjun dan Mama Dina, telinganya bagai tersambar petir di malam yang tenang dan dingin seperti sekarang. Ketika mendengar jawaban yang di lontarkan oleh putri sulungnya itu. Mereka tidak menyangka, bila pergaulan Yuta terlalu bebas di belakang pengawasan sang Papa yang terbilang ketat.

"Apa yang kamu katakan, Yuta!" sarkas Papa Arjun seraya memegang dada, seolah-olah jantungnya mau copot. Wajah Papa Arjun memerah, menahan amarah pada Yuta.

Yuta sedikit takut. Karena ini pertama kalinya ia melihat wajah Papa Arjun yang memerah menahan amarah seperti itu. Serta suara bentakan yang hampir tidak pernah ia dengar. Namun, ia berusaha memberanikan diri agar terbebas dari perjodohan yang tidak masuk akal ini.

"Itu benar adanya, Pa! Yuta memang sudah pernah melakukan itu, tepat di hari pertama Yuta kuliah di sini," ucap Yuta dengan tegas. Ia berusaha tidak menampilkan kegugupan di depan Papa Arjun, agar Papa Arjun percaya dengan semua yang ia ucapkan.

"Siapa dia?" tanya Papa Arjun dengan suara tertahan. Mama Dina pun menggenggam pergelangan tangan suaminya, untuk mencoba menenangkannya.

"Kakak senior Yuta, Pa," jawab Yuta cepat. Habis dah gue. Kenapa pakek bilang sama Kakak senior? Gue harus cari siapa yang mau jadi korban untuk pacar boongan. Yuta memukul pelan mulutnya yang nyerocos tanpa di saring terlebih dahulu.

Sedangkan, Papa Arjun tidak bisa menahan rasa sakit yang bersarang di kepala. Ia memijat pelipis yang terasa sakit, sambil menggeleng tidak percaya. Lalu ia menatap sang istri, memberi isyarat pada istrinya untuk menyidang Yuta.

"Apa kamu bisa membawanya ke sini, Sayang?" tanya Mama Dina dengan nada lembut. Meskipun ia juga ikut tersulut emosi, namun Mama Dina masih bisa mengontrol dengan aman.

"Kapan Ma?" tanya Yuta lirih. Ia kehabisan ide untuk mencari jalan keluar dari jurang yang telah ia gali.

"Besok hari sabtu, Kamu bawa dia ke sini. Mama ingin berkenalan sekaligus meminta dia untuk bertanggung jawab pada putri Mama," ujar Mama Dina tegas. Ia ingin mengambil tindakan yang tepat, sebelum semuanya terlambat.

Yuta semakin kicep, saat mendengar penuturan dari Mama Dina. Dirinya sekarang benar-benar berada di ujung tebing, dan bersiap untuk terjun bebas menyusuri terjalnya bebatuan yang berada di bawah sana. Ia harus mencari ide lagi, untuk mengulur waktu hingga ia mendapat calon korban. Korban untuk di jadikan suami sewaan atau bayaran.

"Baik, Ma. Akan Yuta sampaikan ke dia," ucap Yuta sedikit ragu. Karena ia tidak tahu, siapa yang akan di ajak ke rumah.

Kemudian Yuta pamit masuk kedalam kamar, meninggalkan orang tuanya yang terlihat masih syok dengan apa yang telah ia sampaikan. Terutama sang Papa, masih terlihat di wajahnya semburat amarah yang belum padam.

"Kita harus minta maaf pada Ginanjar, Ma. Aku sudah mengingkari janji yang kita sepakati dulu," ucap Papa Arjun sepeninggal Yuta. Ia merasa bersalah kepada teman di kampungnya itu.

"Iya, Pa. Kita hanya bisa berencana, namun tetaplah sang Khalik yang memutuskannya, Pa. Kita hanya bisa mengikuti alur yang sudah di gariskan buat putri sulung kita. Semoga saja Yuta tidak hamil, agar tetap bisa meneruskan kuliah meskipun kita nikahkan kelak," Mama Dina mencoba meredakan amarah yang menyelimuti hati Papa Arjun.

Sebenarnya, Mama Dina juga merasa marah dan juga kecewa pada Yuta. Namun, mau bagaimana lagi bila itu semua sudah terlanjur. Dia marah pun juga akan percuma. Nasi sudah menjadi bubur.

Jangan lupa, like bila kalian suka cerita yang aku tulis🤧

Pasangan Pura-Pura

"Kenapa wajahmu lesu begitu?" tanya Hilda seraya menyodorkan minuman yang ia beli dari kantin. Kini mereka tengah duduk di lorong dekat kantin.

"Bingung aku," jawab Yuta malas.

"Ada apa? Coba cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu," ucap Hilda mendesak Yuta, agar mau bercerita kepadanya.

"Kamu jangan tertawa ya?" Yuta menatap Hilda dengan intens. Hilda pun mengangguk mantap.

Kemudian Yuta bercerita dari awal hingga akhir, tanpa ada yang terlewat. Ia juga menceritakan jawabannya yang konyol, tanpa ia pikir terlebih dulu konsekuensi yang akan di hadapi.

Setelah mendengar cerita dari Yuta, Hilda tertawa terbahak-bahak hingga ia tidak bisa mengontrol. Alhasil, kini mereka mendapat tatapan dari berbagai mahasiswa yang berada di sekitar tempat mereka berada. Hilda langsung menutup mulut, saat Yuta mencubit lengannya dengan keras.

"Haha, lagian sih kenapa kamu langsung kepikiran tentang ide itu. 'Kan bisa jawab sudah punya kekasih, atau belum siap menikah karena masih kuliah. Nah, ini malah jawab sudah tidak virgin," Hilda kembali tertawa. Ia tidak habis pikir dengan teman barunya tersebut.

Yuta semakin kesal saja, ia ingin minta solusi untuk masalah baru yang ia buat. Tapi bukan solusi yang ia dapat. Namun, ejekan dari teman kurang ahklak itu. Yuta beranjak dari duduknya, ingin menenangkan pikiran. Agar bisa berpikir jernih, dan mendapat solusi dari masalah yang ia buat sendiri.

"Eh, mau kemana?" tanya Hilda saat melihat Yuta melangkah, mau meninggalkan dirinya.

"Perpus!" jawab Yuta singkat.

Hilda pun mengikuti langkah Yuta, mereka berjalan berdampingan menuju perpustakaan. Sesekali ada obrolan kecil di antara mereka. Terkadang, Yuta juga di buat tersenyum oleh candaan Hilda. Menurut Yuta, Hilda itu orangnya humble dan asyik banget. Nyambung lah sama dia, yang terkadang geser otaknya.

Banyak para senior maupun teman seangkatan, terpesona saat melihat Yuta secara langsung. Meski tidak ber-body seperti super model Sherinda Moreno. Namun, Yuta memiliki wajah yang mampu memikat siapa saja yang melihatnya. Mata yang sedikit besar, bibir ranum berwarna merah muda yang begitu menggoda, serta hidung kecil yang sangat mancung. Menambah nilai plus buat Yuta.

Mereka sama-sama menyukai tempat itu. Selain tempatnya yang nyaman, mereka juga sangat gila membaca. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang selalu mengikuti langkah mereka. Orang itu tersenyum tipis, saat melihat Yuta tersenyum manis dan memperlihatkan gigi gingsulnya.

Sesampainya di perpustakaan, mereka memilih buku yang membuat mereka penasaran. Lalu segera menuju tempat yang biasa mereka tempati. Kursi di dekat jendela, yang pemandangan mengarah ke taman dekat kampus. Dan juga mengarah ke lapangan basket. Semua pemandangan itu terlihat jelas, dengan letak perpustakaan yang terletak di lantai empat.

Di saat Yuta tengah khusuk membaca, Hilda mengirim pesan pada ponselnya.

"Lihat ke bawah, di lapangan basket!" isi pesan Hilda.

"Ada apa?" balas Yuta.

"Lo lihat Kak Dirga, yang pakai seragam basket dengan nomor tujuh. Lo bisa jadikan dia pasangan pura-pura, Lo."

Lalu Yuta menatap ke arah lapangan basket. Ia memperhatikan orang yang di maksud oleh Hilda. Orang itu terlihat lihai dalam mengarahkan bola. Dengan gestur tubuh yang tinggi, membuatnya sangat mudah untuk mengarahkan bola ke ring.

"Lo, jangan ngaco deh!" Yuta kembali mengirim pesan pada Hilda, setelah memperhatikan orang yang bernama Dirga.

Hal-hal.... jangan lupa like nya, ya! 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!