MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
Kelas baru hukuman baru
Hari ini, adalah hari pertama Clarisa ke sekolah dengan setatus yang sama. Namun, dengan kelas yang sudah berbeda. Seperti biasa Clarisa pasti akan terlambat lagi, sama seperti sewaktu dia masih kelas X dulu.
Clarisa berjalan dengan gaya santainya, meskipun ia tahu datang dalam keadaan terlambat lagi kali ini. Ia berjalan di tengah-tengah lorong sekolah yang sepi, karena sekarang adalah jam appel pagi di lapangan.
Prok! Prok! Prok!
Indra pendengaran Clarisa, menangkap tepukan tangan yang menggema dari seseorang di belakangnya.
"Clarisa Alnindita Wijaya," ujar orang tersebut menyebut namanya, dengan nada mengejek.
"Gadis pembuat onar di SMA HARAPAN BANGSA," sambung orang tersebut.
Clarisa hanya diam tak menanggapi perkataan orang tersebut. Lalu, dia bergegas untuk melanjutkan langkahnya menuju kelas tanpa memperdulikan orang tersebut. Namun, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal oleh orang di belakangnya tadi.
"Mau ke mana lo! Tau 'kan? Lo datang terlambat lagi," ucap orang tersebut dengan sinis.
"Bukan urusan lo, lepasin tangan gue!" pinta Clarisa, sambil menarik tangannya dari genggaman orang tersebut.
Ya, lelaki tersebut adalah Kenzo Dinata, seorang wakil ketua OSIS yang juga cukup populer di sekolah Harapan Bangsa ini. Kedudukannya hampir sama dengan sosok sang ketua OSIS, Brayn Alexander Atmaja, sama-sama memiliki karakter dingin. Namun, penuh pesona.
Hari itu Kenzo yang sedang bertugas berkeliling koridor mendapati sosok Clarisa yang tengah berjalan dengan santainya di lorong-lorong kelas.
"Lo itu gak ada bosannya, ya! Datang terlambat, buat masalah hampir tiap hari. Sebenarnya lo itu cewe beneran, atau bukan, sih," ucap Kenzo, yang mulai jengah dengan sikap Clarisa.
Clarisa hanya berdiri santai, dengan pandangan ke sana ke mari.
"Ikut gue!" titah Kenzo sambil kembali menarik tangan Clarisa.
"Enggak, gue gak mau!" sahut Clarisa ketus.
"Ada apa, sih, Ken? masih pagi ginih, lo udah marah-marah aja, ini cewe kenapa lagi?" tanya Satya yang baru datang kepada Kenzo. Satya melirik sekilas ke arah Clarisa.
Satya adalah salah satu dari anggota OSISI di sekolah tersebut, dirinya merupaksan sahabat dari Kenzo dan Brayn.
"Lo lihat aja sendiri, apa yang buat gue kesal sekarang," jawab Kenzo, sambil melirik sinis kearah Clarisa.
"Aduh, Dede Clarisa ... bisa gak, sih, sehari aja ... lo gak usah berurusan sama kita," ucap Satya malas. Sebenarnya ia cukup jengah, jika harus melihat kedua sohibnya terus marah-marah karena ulah gadis tersebut.
"Buruan lo ikut gue, lo harus dapat hukuman hari ini. Awas lo kabur!" ujar Kenzo sambil kembali menatap sinis Clarisa.
"Enggak! Kalau gue bilang enggak, ya, enggak dong!" jawab Clarisa penuh penekanan.
Suara sepatu yang beradu dengan lantai, semakin mendekat ke arah ketiganya. Membuat ketiganya menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Ada apa, ini?" Suara bariton tersebut berasal dari sosok yang baru saja datang.
Brayn Alexander Atmadja, sang ketua OSIS di SMA Harapan Bangsa. Kini berjalan dengan gaya cool ke arah mereka, terlihat wajahnya yang nyaris sempurna. Tatapan iris mata elangnya sangat tajam, dan rahang yang terlihat kokoh.
"Nih, lo lihat cewek, ini! Lo tau 'kan, siapa dia? Bosen gue," jawab Kenzo, tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Clarisa.
Tanpa bertanya lagi, Brayn cukup tau bahwa gadis di hadapannya ini, adalah siswi yang terlambat masuk hari ini. Oh, tidak! Bukan hanya hari ini. Namun, hampir setiap hari terlambat.
Brayn memandang lekat wajah Clarisa yang tampak terlihat santai itu, sama sekali tidak ada raut ketakutan terpancar di wajahnya.
"Ikut gue!" seru Brayn dengan nada datar, seraya membalikan badannya. Ia berjalan lebih dulu ke arah menuju ruang OSIS.
Seketika lamunan Clarisa buyar, saat mendengar suara bariton yang dingin, dan menusuk dari sang ketua OSIS di hadapannya itu.
Clarisa masih mematung di tempatnya, Brayn yang telah sedikit menjauh dari mereka, terpakasa harus kembali berbalik arah. Dengan langkah gontai dan tatapan tajamnya, Brayn kembali berjalan ke arah mereka.
Saat ini Brayn sudah kembali berdiri tepat di hadapan Clarisa, masih dengan pembawaan yang tenang, tanpa ada amarah terpancar di wajah sang ketua OSIS tersebut.
Jangan panggil Clarisa, kalau dia takut dengan lelaki yang tengah berdiri di hadapannya kali ini.
"Mau jalan sendiri, atau perlu paksaan?" tanya Brayn dengan suara santai. Namun, terkesan mengancam.
"Gue enggak mau berurusan sama kalian," jawab Clarisa dengan tatapan malas.
"Oke!" sahut Brayn singkat seraya memasukkan lengannya ke dalam saku celana.
"Ken, Sat, bawa dia ke ruangan OSIS. Kasih dia hukuman yang setimpal!" titah Brayn. Setelah mengatakan itu, ia melangkah pergi dari sana.
"Oke, siap," sahut Kenzo dan Satya bersamaan.
"Ayo ikut gue, cepat!" titah Kenzo, sambil kembali menarik tangan Clarisa. Satya berjalan di belakang keduanya, seraya memukul-mukul kaki Clarisa menggunakan kayu.
"Lepasin! Gue bisa jalan sendiri. Dan lo, ngapain pake bawa kayu segala, sih, gue ini bukan hewan ternak, ngerti!" ujar Clarisa seraya menarik kasar tangannya yang cekal oleh Kenzo. Setelahnya Clarisa menatap tajam Kenzo dan Satya bergantian.
"Heran gue, dia yang salah ... kok, jadi kita yang dimarahin sama dia," kata Satya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.
Di ruang OSIS, Clarisa diberi hukuman oleh Kenzo untuk membersihkan gudang sekolah sewaktu jam istirahat nanti. Berhubung gudang itu akan digunakan untuk penyimpanan material pembangunan gedung baru, jadi harus dibersihkan lebih dulu.
Setelah dari ruang OSIS, Clarisa berbegas masuk ke dalam kelas. Beruntung guru yang akan mengajar pelajaran hari ini belum masuk ke kelasnya.
"Huh ...!" dengus Clarisa, sambil menyimpan tasnya di atas meja.
"Lo kenapa, Sa? Jangan bilang lo cari masalah dan berurusan lagi sama pengurus OSIS?" tanya Caca sabahat Clarisa.
Sedangkan Clarisa yang ditanya, hanya diam sembari memainkan ponselnya.
"Ayo jawab, Sa!" desak Zaskia, yang juga merupakan sahabatnya.
"Biasalah," sahut Clarisa santai, tak lama kemudian, guru pun masuk ke ruang kelas untuk mengajar.
Teng! Teng! Teng!
Saat jam istirahat tiba, Clarisa langsung menuju ke arah gudang. Di mana dia harus menjalankan hukumannya dari Kenzo.
Tak lama setelah Clarisa selesai membersihkan gudang tersebut dan hampir selesai. Ia menangkap suara sepatu yang beadu dengan lantai, sepertinya ada beberapa orang yang datang ke arah gudang, pikir Clarisa.
"Dasar cewe pembuat onar! Emang enak dapat hukuman," ujar orang tersebut, dengan nada meremehkan.
Benar saja dugaannya, orang tersebut adalah Merry bersama dengan beberapa temannya.
Merry merupakan salah satu dari anggota OSIS di sekolah tersebut, dia memang tidak menyukai Clarisa sejak awal Clarisa masuk dulu. Pasalnya Clarisa adalah gadis pembuat masalah, tetapi memiliki penggemar yang banyak. Hampir semua murid laki-laki yang menurut Merry tampan, menyukai Clarisa.
"Iya, kasian deh, lo!" sambung teman Merry Widia.
Tak ada respon apa pun dari Clarisa, hingga akhirnya mereka memutusakan untuk pergi.
"Cabut guys! Bosen gue di sini, lihatin muka kampungan si pembuat onar, " ucap Merry.
"Dah ... selamat menikamati hukuman," ujar Merry dan teman-temannya, sambil tersenyum mengejek ke arah Clarisa.
"Woi! Lo kira gue mau lihat muka ondel-ondel lo itu, cih ... najis," ucap Clarisa sedikit berteriak.
Langkah Merry terhenti, saat mendengar Clarisa merespon ucapannya.
"Hei, cewe murahan ... kali ini gue lagi males berdebat sama lo," ucap Merry, yang hendak melanjutkan langkahnya untuk pergi
Perkataan Merry barusan, mampu menyulut emosi Clarisa yang sejak tadi ia tahan.
"Maksud lo apa, ngomong kaya gitu ha?" tanya Clarisa sambil menarik tangan Merry, alhasil Merry berbalik ke arahnya.
"Ya, tentu saja lo murahan, rela dihukum terus, hanya demi bisa dekat dengan para most wanted di sekolah ini. Udahlah! Gue udah tau kok, akal-akalan lo ini," ucap Merry, dengan senyum mengejek.
Clarisa sudah benar-benar tak bisa menahan emosinya lagi kali ini.
Brak!
"Jaga omongan lo! Jangan kurang ajar lo!" ujar Clarisa setengah berteriak, seraya menendang sebuah kursi di hadapannya.
Tanpa sengaja kursi yang ditendang olehnya, mengenai kaki Merry.
"Aws ... sa--sakit," ucap Merry meringis.
Sialnya, entah dari mana dan sejak kapan, sosok Brayn dan Kenzo, ternyata sudah berdiri tak jauh di belakang mereka semua saat itu.
'Duh, kenapa gue pake kepancing segala, sih! Kalau ginikan bisa repot urusannya,' ucap Clarisa dalam hati. Ia sudah yakin, setelah ini dirinya pasti akan mendapat hukuman lagi dari kedua lelaki yang kini tengah menatapnya tanpa ekspesi.
Bersambung ....
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
MOHON MAAF, CERITA INI SUDAH DI HAPUS DEMI KEPENTINGAN PRIBADI
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!