NovelToon NovelToon

Pudarnya Cinta

Prolog

Felisya Anastasya (30 tahun)

Seorang istri dan ibu beranak 2 putri, Felisya di masa gadisnya hidup dalam berkecukupan, dan di masa-masa kuliah walau Felisya seorang putri dari anak kalangan menengah ke atas dia sudah terbiasa bekerja mencari tambahan belanja untuk dirinya.

Felisya yang biasa di panggil Feli merupakan wanita yang ceria, ramah dan mudah bergaul dengan siapa pun. Dia tidak pernah membedakan siapa pun bahkan dia lebih suka bergaul dengan orang-orang yang kurang mampu. karena baginya lebih baik bergaul dengan orang-orang yang kirang mampu dari pada orang kaya.

Felisya wanita yang rajin dan gigih bekerja sehingha di masa-masa dia sekolah dia telah mampu membeli apa pun yang di butuhkannya dari penghasilannya sendiri.

Usaha uang di gelutinya tak hanya satu bidang. Sebagai seorang mahasiswa jurusan sastra inggris dia mampu menjadi seorang translator.

Semasa dia kuliah, dia sering menerjemahkan buku-buku pelajaran yang menggunakan bahasa inggris untuk para juniornya dan hal itu tak gratis.

Feli juga biasa berjualan susu kedelai keliling tempat-tempat wisata pada hari-hari liburnya. Walaupun orang tuanya sering melarang kebiasaan Feli tersebut, namun dia tetap melakukannya.

Selain itu, Feli juga seorang resseller online berbagai produk. Sehingga Feli telah biasa hidup dengan penghasilan sendiri. Walaupun di masa kuliah dia tak pernah kekurangan uang yang di berikan orang tuanya, namun lebih senang menggunakan uang hasil keringatnya sendiri ketimbang pemberian dari orang tuanya.

Rangga Fernando (35 tahun)

Rangga adalah suami dari Felisya, dia seorang guru honorer di sebuah Sekolah di kota mereka tinggal.

Rangga yang merupakan anak dari seorang petani, biasa hidup sederhana, bahkan dia selalu irit dalam masalah keuangan.

Bagi Felisya antara pelit dan irit itu tak jauh berbeda. Rangga sangat baik dan bertanggung jawab namun di umur 8 tahun pernikahan mereka, sikap Rangga berubah total.

Dia seolah hanya mengandalkan penghasilan dari istrinya. Walau pun dia memiliki penghasilan sendiri, walaupun penghasilannya tak seberapa, lebih banyak di gunakannya untuk kesenangan dirinya dari pada menafkahi istri dan anaknya.

Dia akan memberi belanja istrinya jika istrinya telah meminta uang belanja, selagi dia melihat Felisya memiliki uang dia akan menyimpan penghasilannya sendiri.

Satu tahun pernikahan, mereka tinggal di kota asal Felisya. Karena di kota A mereka telah memiliki tempat bekerja, walaupun hanya sebagai pegawai honorer.

Felisya yang bekerja sebagai operator di sebuah Sekolah, sedangkan Rangga bekerja sebagai guru honorer.

Rangga dan Felisya menjalin kasih semenjak mereka masih kuliah, di saat itu Rangga sangat mencintai Felisya, begitu juga dengan Felisya dia sangat mencintai Rangga.

Selama mereka berpacaran, tak pernah ada pertengkaran sedikit pun Rangga memperlakukan Felisya layaknya seorang ratu.

Apa pun yang di butuhkan atau di perlukan Felisya, Rangga akan menyanggupinya untuk membantu sang kekasih.

Sehingga di saat mereka menyelesaikan pendidikan mereka (wisuda). Mereka berniat akan menikah sesegera mungkin.

Pernikahan mereka berlandaskan cinta dan bermodalkan pekerjaan sebagai tenaga honerer.

Kedua orang tua Felisya, telah memperingati Felisya untuk bersabar, namun cinta yang telah membuncah tak dapat mereka tahan lagi.

Rangga pun menyampaikan niatnya kepada kedua orang tuanya untuk mempersunting kekasihnya.

Dengan berbagai pertimbangan orang tua Felisya dan Orang tua Rangga, akhirnya mereka memutuskan untuk menikahkan sepasang kekasih itu.

Di tahun pertama pernikahan mereka masih sangat romantis dan sangat harmonis terlebih di tahun pertama mereka langsung di karunia seorang putri.

Kebahagiaan semakin terpancar di dalam keluarga kecil mereka. Tanggung jawab yang di berikan Rangga untuk rumah tangganya membuat Felisya sangat bersyukur dengan tanggung jawab yang di berikan Rangga.

Walaupun mereka hidup sederhana, Felisya sangat bersyukur dengan kebahagiaan yang di dapatnya bersama orang yang di cintainya.

Felisya yang juga gigih dan rajin bekerja ikut membantu suaminya dalam mencari penghidupan.

Di samping mereka bekerja sebagai pegawai honorer dan guru honorer, Felisya dan Rangga mengajar privat sesuai bidang mereka masing-masing.

Semua kebutuhan dalam hidup mereka sama-sama mereka perjuangkan.

Gery Nugraha Santoso (34 tahun)

Seorang pengusaha muda yang dalam masa transisi untuk menjadi CEO sebuah perusahaan keluarga.

Kedua orang tuanya berjanji akan menjadikannya CEO perusahaan jika dia sudah menikah.

Untuk sementara waktu dia di tugaskan sebagai direktur utama di perusahaan cabang yangbyerletak di sebuah perkampungan yang jauh dari keramaian.

Perusahaan XX adalah satu-satunya perusahaan yang sangat membantu ekonomi masyarakat di sana, dengan adanya perusahaan XX maka semua penduduk di rekrut untuk bekerja di perusahaan sehingga perekonomian penduduk menjadi lebih baik.

Gery gagal menikah dengan kekasihnya karena pengkhianatan kekasihnya yang di ketahuinya seminggu sebelum hari pernikahannya.

Rasa sedih yang menyelimutinya seketika pudar saat dia berjumpa dengan Felisya yang merupakan seorang wanita yang telah memiliki dua orang putri.

Walaupun Gery tahu Felisya telah memiliki suami, namun dia yakin Felisya akan menerima cintanya karena rumah tangga Felisya yang sudah berantakkan.

1

PRRRAANKK....(Pecahan kaca)

Rangga menghempaska gelas yan ada di dekatnya.

"Apa maumu....???" Bentak Rangga pada Felisya yang dari tadi hanya diam tak mrnggubris perkataan suaminya karena dia kesal dengan sikap suaminya.

"Aku mau kamu tanggung jawab bang..." jawab Felisya nulai bersuara.

"Tanggung jawab apalagi??? semua gajiku sudah ku berikan padamu..." ujarnya dengan nada yang tinggi.

"Gaji yang abang berikan sama aku gak cukup bang...kebutuhan kita banyak...belum lagi jajan anak-anak..." bantah Felisya yang sangat kesal pada suaminya karena uang yang di berikan suaminya hanya tujuh ratus ribu tiap bulannya.

"Hanya itu yang ku dapat..." jawab Rangga santai.

"justru karena gajimu yang tidak cukup buat kebutuhan kita kamu coba dunkz cari pemasukkan tambahan...." Felisya memberikan masukan pada suaminya.

"Mau cari tambahan apa??? hidup di desa gak sama dengan di kota...disini susah cari masukkan..." jawab Rangha memberi alasan.

"Apa saja kek...yang penting menghasilkan..." jawab Felisya.

"Ku gak tahu mau usaha apa lagi... seharusnya kamu harus pandai berhemat..." bentak Rangga membuat Felisya tak tahan lagi menahan emosinya.

"Berhemat kamu bilang....??? kalau begitu berhentilah abang merokok..." Felisya mulai mengeluarkan sesak di dadanya.

Rangga yang sangat marah mencengkram lengan Zahra, "Jangan pernah kamu mengurusi tentang rokokku..." bentak Rangga lalu pergi meninggalkan Felisya yang kini terisak menangis.

Kedua putrinya yang berumur 6 tahun dan 5 tahun, memeluk tubuh Felisya yang terlihat semakin kurus karena memikirkan penghidupan untuk dirinya, 2 putrinya serta kedua orang tua suaminya.

Mereka ikut menangis seolah merasakan pedih yang tengah di rasakan oleh bundanya.

3 tahun yang lalu Felisya dan Rangga memutuskan untuk pindah ke kampung Rangga karena Zahra pun telah berhenti bekerja.

Flash back On....

Sebelum tidur Rangga dan Felisya berbincang-bincang setelah kedua putrinya tertidur

"Fel....menurut abang lebih baik kamu berhenti bekerja karena biaya pengasuh anak-anak terlalu besar..."

"Iya bang...Feli juga berfikir seperti itu, tapi... Feli mau usaha apa bang??" ujarnya yang seakan belum rela berhenti bekerja.

"Kalau kamu berhenti bekerja, abang akan cari pemasukkan yang lain untuk kalian...lagian kasihan Aida dan Aiza mereka membutuhkan kasih sayangmu sebagai ibunya...." ujar Rangga yang mempertimbangkan tumbuh kembang kedia putrinya yang besar di tangan pengasuh.

Rangga ingin kedua putrinya mendapatkan kasih sayang yang utuh dari ibunya.

Sebenarnya Felisya juga merasakan lelah bekerja dengan jadwal yang padat sebagai seorang operator. Bahkan dia sering menitipkan Kedua putrinya pada pengasuh dengan alasan menyelesaikan tugas-tugas dadakan.

Mendengar ucapan Rangga yang berjanji akan memenuhi kebutuhan keluarga, Felisya pun mengalah hingga akhirnya dia pun berhenti bekerja.

Awalnya hari-hari Felisya sebagai ibu rumah tangga di nikmatinya bersama anak-anaknya.

Namun di karenakan penghasilan Rangga yang tak mencukupi kebutuhan keluarga membuat Felisya berfikir mencari jalan agar dia mempunyai penghasilan.

Akhirnya Felisya mencari ide-ide menghasilkan uang dari internet, Felisya pun membuat makanan untuk di jual di warung-warung.

Setiap hari dia membuat makanan lalu mengantarkannya ke beberapa warung di dekat rumahnya.

Alhamdulillah berkat kerja kerasnya jualannya laris dan dapat membantu ekonomi keluarganya.

tiba suatu hari Rangga dan temannya berencana membuka usaha yang modalnya lumayan besar, Rangga membujuk Felisya untuk mencari pinjaman agar dia bisa membangun usahanya bersama temannya.

"Feli...abang sama teman abang mau buka usaha ikan hias...tapi...abang gak ada modalnya..." Cerita Rangga pada istrinya setelah makan malam.

"Feli juga gak ada uang bang...Feli juga gak tahu harus cari pinjaman kemana..." ujar Felisya.

"Bagaimana kalau kita ambil pinjaman bank aja Fel..." usul Rangga.

Rangga menceritakan usaha yang akan di jalaninya, dan keuntungan yang akan di hasilkan dari usaha itu.

"Kalau kita ambil pinjaman bank...harus pake jaminan bang...sementara itu apa yang akan kita jadikan jaminan...???" tanya Felisya yang merasa keberatan dengan usulan suaminya.

"Rumah ini kan sudah warisan dari ibumu untukmu...bagaimana surat rumah ini jadi jaminannya...??" Rangga memberi usulan.

"Tapi bang...ini harta warisan...kalau nanti kita tidak sanggup membayarnya otomatis rumah ini di ambil bank...semua keluarga Feli akan marah sama Feli...pasti keluarga Feli tidak setuju..." bantak Felisya.

"Maka dari itu kamu gak usah bilang-bilang sam keluargamu...Abang yakin...abang sanggup membayarnya..." Rangga berusaha menyakinkan Felisya hingga akhirnya Felisya lukuh dan menjadikan surat rumah pemberian orang tuanya sebagai jaminan.

3 bulan berjalan setelah dana dari bank Cair namun belum ada tanda-tanda usaha yang akan di lakukan Rangga di mulai. Sementara itu Felisya terus berusaha mencari uang untuk membayar angsuran bank setiap bulannya.

Terdengar kabar, teman Rangga menghilang membawa uang yang di berikan Rangga padanya untuk usaha yang akan mereka jalani.

Rangga panik dan stress, Apalagi Felisya dia sangat marah dan kesal pada suaminya.

"Ini salah kamu bang...bisa-bisanya kasih uang begitu saja pada teman kamu itu..." bentak Felisya karena dia sangat kecewa dengan kebodohan suaminya.

"Aku juga gak tahu dia bakalan menipu aku..." Rangga yang panik di buat panik mendengar amukan dari istrinya.

Sejak hari itu Felisya tidak tahu harus berusaha apalagi untuk membayar angsuran bank sehingga pihak bank datang menagih angsuran ke rumah Felisya yang pada saat itu kakak Felisya sedang berkunjung ke rumahnya.

"Kamu pinjam uang ke Bank Feli??" tanya Kak Raisya penuh selidik.

Felisya pun mengangguk pelan merasa bersalah.

"Apa yang kamu jadikan jaminannya Feli???" tanya Raisya yang curiga Felisya menggunakan surat rumah yang telah di berikan orang tuanya padanya.

Felisya hanya diam dia bingung harus berbuat apa.

"Jawab kakak Feli...!!!" Raisya mulai meninggikan suaranya karena Felisya tidak menjawab pertanyaannya.

Akhirnya Felisya menceritakan semuanya pada Raisya. Raisya sangat marah akan hal itu, dia pergi dari rumah Felisya dan lnagsung memberitahukan hal itu kepada saudara yang lainnya.

Felisya merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. dua orang perempuan dan dua orang laki-laki.

Raisya sebagai kakak tertua murka dengan kelakuan Felisya hingga akhirnya Felisya pun di aidang oleh seluruh keluarganya termasuk Ayah dan Ibunya .

Dari persidangan keluarga itu, Felisya dinusir daribrumah itu dan masalah hutangnya harus tetap di bayar Felisya pada Raisya, karena Raisya yang akan membayar hutang-hutang Felisya pada bank dan Felisya harus membayarnya langsung pada Raisya.

Sejak peristiwa itu, Rangga mengajak Felisya untuk tinggal di kampungnya beraama kedua orang tua Rangga.

Keluarga Felisya tidak mengizinkan hal itu, namun berharap Rangga akan bertanggung jawab atas perbuatannya merwka pun membiarkan Felisya pindah ke kampung Rangga.

Flash back Off....

Bersambung...

Hai readera jangan lupa tinggalkan jejak ya...

**Rate...

Favorite...

Like...

Koment...

Hadiah...

serta Vote...

di tunggu ya...biar semakin semangat...

Terima kasih🙏🙏🙏🙏🙏**

2

Felisya duduk terdiam di dalam kamar memikirkan kata-kata Rangga. Felisya merasa semenjak Rangga mengajak dirinya tinggal bersama orang tuanya, sikapnya banyak berubah.

Aiza sebagai putri sulung ikut merasakan resah dan gundah yang dibrasakan bundanya.

Aiza memeluk bundanya, lalu mengusap air mata yang teris mengalir di pipi bundanya.

"Bunda...jangan nangis..." pinta Aiza yang ikut bersedih melihat bundanya.

Felisya langsung merengkuh tubuh mungil putri sulungnya, sedangkan Aida sebagai adik dan belum mengerti dengan apa yang terjadi hanya bisa diam memperhatikan kakak dan bundanya menangis.

"Bun...Aiza sama Aida sayang bunda...bunda jangan nagis lagi ya..." Aiza memohon pada Felisya.

Akhirnya Felisya berusaha tersenyum, agar Aiza tak lagi bersedih. Felisya mengajak kedua putrinya untuk berbaring di atas kasur sederhana yang di berikan oleh kedua orang tua Rangga.

Di rumah orang tua Rangga, mereka di izinkan menggunakan sebuah kamar kecil dan dipan kecil yang hanya cukup untuk Aiza dan Aida. Terkadang Felisya dan Rangga tidur di lantai karna tak muat di atas dipan.

Felisya mencoba menenangkan hatinya, dia pun tertidur bersama anak-anaknya. Sehingga dia pun tidakntahu kapan suaminya pulang. Tau-taunya di pagi hari Rangga telah tertidur di lantai beralaskan tikar plastik.

******

Waktu subuh, Felisya telah bangun dari tidurnya. Dia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah mandi Felisya menyiapkan sarapan buat selurihbkeluarga, setelah selesai memasak Felisya langsung membereskan dapur serta rumah semua pekerjaan di kerjakannya.

"Bunda....bunda..." panggil Aiza yang baru saja bangun dari tidurnya.

Felisya menghentikan pekerjaannya lalu masuk ke kamar melihat Aiza yang baru bangun.

Tak berapa lama Aiza sudah bangun, Aida pun terbangun dari tidurnya.

"Bundaa..." teriak Aida sambil nangis, Aida lebih cengeng dari pada Aiza.

Felisya memeluk putrinya lalu memberikan sebuah kecupan di pagi hari untuk kedua putrinya.

"Feli...ayuk kita makan..." ajak Fatimah ibu mertua Felisya.

"Iya buk...ibuk makan duluan saja...Feli mau mandikan Aiza dan Aida terlebih dahulu..." ucap Felisya sambil menggendong Aida dan menggandeng tangan putri sulungnya memuju kamar mandi.

Felisya memandikan kedua putrinya, setelah selesai memandikan kedua putrinya Felisya menyuapi makan dua putrinya.

Walaupun hidup susah dan pas-pasan Felisya selalu memperhatikan makanan kedua putrinya ini.

Jam 8.00 pagi, Fatimah dan Rangga berangkat ke kebun. Di samping menjadi guru honorer, semenjak pindah ke kampung Rangga, Rangga selalu menemani ibunya ke kebun untuk mengisi hari-harinya yang kosong.

Entah apa yang di lakukan mereka di kebun Felisya tak pernah tahu, yang Felisya tahu, kehidupan di kampung adalah bertani, 90 persen penduduk kampung bekerja sebagai petani.

Felisya tidak memiliki pekerjaan tetap, akhirnya Felisya mencoba berjualan, Walaupun hasil penjualan di kampung jauh berbeda dengan di kota. Minat warga pada makanan masak tak terlalu banyak sehingga jualan Felisya tak menghasilkan namun hanya rugi, bahkan makanan yang di bikin Felisya banyak yang bersisa sehingga dia pun membagi-bagikannya pada tetangga agar tidak mubazir.

Setelah selesai membersihkan rumah, Felisya hanya diam di rumah, tidak melakukan apa-apa. Hanya memperhatikan kedua putrinya yang bermain bersama teman-temannya di luar rumah.

Hari-hari di lewati Felisya tanpa kesibukkan yang menghasilkan, hingga akhirnya. Felisya berusaha mencari-cari pekerjaan.

"Bang...aku bosan setiap hari hanya diam di rumah..." Keluh Felisya pada Rangga malam hari setelah makan malam, kebetulan Rangga yang biasa pergi ke warung berkumpul dengan teman-temannya, kali ini masih di rumah.

Rangga menyantikkan korek apinya lalu membakar sebatang rokok di tangannya.

"Kalau kamu bosan...ya udah ayo kita kerja ke kebun...di kebun banyak kerjaan..." jawab Rangga tanpa beefikir.

"Ya udah mulai besok aku ikut ke kebun..." ucap Felisya.

"Udahlah jangan bercanda...apa sich yang kamu bisa kerja di kebun??? kamu itu gak akan bisa apa-apa..." ketus Rangga.

"Trus apa dunkz yang harus aku lakukan disini...???" tanya Felisya lagi pada Rangga.

"Terserah kamu...mau kamu bongkar isi rumah ini trus di susun lagi juga boleh..." jawab Rangga asal, membuat Felisya jadi kesal.

"Percuma aja ngomong sama kamu bang... kamu itu udah gak sayang lagi sama aku..." Felisya merajuk.

"Sayang itu gak harus di ucapkan harus di lakukan dengan perbuatan..." ujar Rangga lalu pergi ke luar rumah meninggalkan Felisya yang masih kesal.

Felisya pun hanya bisa menitikkan air matanya. Dia merasa Rangga semakin banyak berubah. Sikapnya yang selalu perhatian dan penuh kasih sayang pada Felisya kini seakan hilang begitu saja.

"Feli..." panggil Fatimah yang mendengar isakkan tangis Felisya dari luar kamar.

"iya buk..." sahut Felisya dan mengusap air matanya.

Felisya pun keluar dari kamarnya, dan menemui ibu Fatimah di luar kamar.

Di rumah sederhana itu, ada beberapa bangku yang di gunakan jika ada tamu yang datang. Felisya duduk disana bersama ibu mertuanya.

"Ada apa Feli...???" tanya Ibu Fatimah heran melihat mata menantunya memerah seperti orang yang baru saja menangis.

"Gak apa-apa buk..." jawab Feli berbohong.

Selama ini, ibu mertua Felisya selalu baik pada Felisya, bahkan mereka bagaikan ibuk dan anak bukan Ibu mertua dan menantu.

Ibu Fatimah sangat menyayangi Felisya, karena Felisya berbeda dengan menantunya yang lain.

Felisya selalu menganggap ibu Fatimah sebagai ibu kandungnya, sedangkan menantu yang lainnya hanya menganggap ibu Fatimah sebatas ibu mertua dan mereka selalu menjelek-jelekkan ibu Fatimah pada orang-orang.

Rangga adalah putra bungsu, dari tiga bersaudara. Ibu Rangga hanya memiliki anak laki-laki. Kedua putranya yang lain selalu di kuasai oleh istrinya sehingga, Kedua putranya yang lain itu jarang membantu kedua orang tuanya walau mereka tinggal di kampung yang sama.

"Jujurlah Feli...ibuk gak tahu kamu pasti lagi ada masalah..." Ibu Fatimah membujuk Felisya untuk menceritakan apa yang terjadi.

"Mhm...gak apa-apa buk...Hanya bertengkar sedikit sama bang Rangga..." Ucap Felisya jujur namun dia tak ingin menceritakannya dengan jelas.

"Apa yang di lakukan Rangga...???" tanya ibuk Fatimah yang belum puas dengan jawaban yang di berikan Felisya.

"Gak apa-apa buk...biasalah yang namanya rumah tangga pasti ada masalah buk...wajar kalau kami bertengkar..." jawab Felisya.

Karena Felisya tak ingin bercerita, ibu Fatimah tidak lagi memaksa Felisya untuk bercerita.

"Ya udah...kalau kamu memang tak ingin bercerita...ibuk harap dewasalah dalam menyelesaikan masalah...biasa nak...kalau kita hidup susah seperti ini, pertengkaran itu akan selalu datang...yang penting bersabarlah...ibuk yakin suatu saat nanti kalian akan keluar dari masa-masa yang sukit ini..." ibu Fatimah memasehati Felisya.

Felisya mengangguk, dia akan berusaha bersabar dengan kehidupan yang kini tengah di jalaninya.

Bersambung...

Hai reader jangan lupa tinggalkan jejak ya...

**Rate...

Favorite...

Like...

Koment...

Hadiah...

serta Vote...

di tunggu ya...biar semakin semangat...

Terima kasih🙏🙏🙏🙏🙏**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!