BRAAAK!!
Sebuah kecelakaan terjadi antara sebuah motor sport dengan sebuah mobil mewah berwarna hitam. Sang pengemudi motor itupun jatuh terjungkal di atas jalan sedangkan seseorang dibalik kemudi mobil langsung keluar dan mengecek body mobil Tuannya. Matanya membelalak saat melihat ada sebuah goresan kecil namun memanjang yang terlihat di body bagian depan mobil itu. Seorang Pria ber jas keluar dari balik kursi penumpang dan berjalan mendekati Asistennya itu.
"Apa mobilnya baik baik saja, Jo?" tanya Davin setelah melihat Asisten Jo diam dengan muka gugup.
"Tuan....." ucap Asisten Jo tanpa berani meneruskan kata-katanya. Melihat Asisten Jo diam, Davin lantas berjalan lebih mendekat untuk melihat body mobilnya karena dia tau, pasti ada yang tidak beres.
"ASTAGA! Bagaimana mobil kesayanganku bisa lecet gini sih?" teriak Davin Marah.
Tentu saja bisa Tuan, kan habis bersenggolan. Namun sang Asisten hanya berani membatin.
Davin berjalan mendekati Aluna yang sedang berusaha mengangkat motornya.
"Eh! Elo bisa jalan pake mata enggak sih?! " Aluna terkaget mendengar seseorang berteriak di depannya, karena dia sedang fokus mengangkat motornya sehingga dia tidak menyadari ada orang berdiri di depannya. Merasa di bentak, Aluna lantas berdiri dan menatap Davin tajam. Sambil berkacak pinggang dia berjalan mendekat ke tempat Davin.
"B*GO loe ya? Di mana-mana mata tuh buat ngelihat bukan buat jalan! Kalau mau jalan tuh pake kaki! Nihh kaki!" teriak Aluna sambil mengangkat kakinya dan satu tangannya menunjuk-nunjuk kakinya untuk menunjukkan pada Davin. Akan tetapi, detik berikutnya dia menurunkan kakinya karena merasa nyeri di bagian lutut. Dia lantas menunduk, melihat celananya yang sudah robek dengan lutut lecet yang mengeluarkan darah dari luka itu.
"Pantes aja perih ternyata luka, nih celana pake bolong segala. Habis ini ada acara penyambutan dan semua harus rapi. Mampus gue kalau sampe ketahuan si mata sipit," gerutu Aluna.
"Ehem!" Suara deheman membuat Aluna menegakkan tubuhnya kembali kemudian menatap tajam pada Davin dan Asisten Jo bergantian.
"Gue gak mau basa-basi, pokoknya elo harus ganti rugi kerusakan mobil gue," ucap Davin dengan nada mengintimidasi. Aluna semakin menatap tajam ke arah Davin.
"Ganti rugi? Apa mata loe buta?! Yang harusnya ganti rugi itu elo bukan gue!"
"Terserah apa kata loe dan asal loe tau, GUE ITU SELALU BENAR!" Aluna membuka matanya lebar-lebar karena terkejut mendengar ucapan Davin tapi kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Davin dan Asisten Jo yang mendengar Aluna tertawa hanya menautkan alisnya karena bingung.
"Apa elo gak salah? cewek itu yang selalu benar. Bukannya loe cowok tulen yaa?apa jangan-jangan.... " Aluna tak meneruskan kata-katanya. Dia berjalan lebih mendekati Davin kemudian berbisik di samping Davin.
"Ada apem tersembunyi di balik celana elo," bisik Aluna pelan namun masih bisa di dengar Asisten Jo. Davin yang mendengar ucapan Aluna hanya mengepalkan tangannya karena menahan emosi. Sedangkan sang asisten hanya berusaha menahan tawanya.
Berani sekali anda nona. Sepertinya anda tidak tahu sedang berurusan dengan siapa. Batin Asisten Jo.
"Jo, kamu urus cewek gila ini. Dia harus membayar ganti rugi yang setimpal atas kerusakan mobil kesayangan aku ini dan kelancangannya. Agar dia tahu dia sedang berurusan dengan siapa," titah Davin kemudian dia masuk ke dalam mobilnya sambil menahan amarah.
"Nona, anda harus membayar ganti rugi kerusakan mobil Tuan saya sebesar sepuluh juta dan kelancangan anda sebesar sepuluh juta jadi total dua puluh juta,"
Aluna melongo mendengar ucapan Asisten Jo yang tanpa basa-basi. Dia menepuk pipinya untuk memastikan bahwa ini hanyalah sebuah mimpi.
"Anda juga harus membayar ganti rugi itu dalam waktu satu bulan di hitung mulai detik ini,"
Aluna semakin melototkan matanya tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Apakah aku sedang berurusan dengan orang orang gila? Aluna bertanya dalam hati.
"Apakah anda gila, Tuan? Seharusnya yang ganti rugi itu Tuan anda, bukan saya. Apakah anda tidak melihat kerusakan motor saya? Anda lihat bahkan lutut cantik saya harus terluka!" sewot Aluna. Namun, Asisten Jo tidak menanggapi. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama kemudian menyerahkannya kepada Aluna.
"Silahkan Nona, jika anda sudah bisa melunasi biayanya, anda bisa menghubungi nomer saya di kartu itu. Saya permisi Nona," pamit Asisten Jo sambil berjalan kembali ke mobil.
"Hey! Apa kalian berdua bodoh? Aku bisa melaporkan kalian atas kasus pemerasan!" ancam Aluna. Namun, Asisten Jo hanya menanggapi dengan senyum tipis kemudian membuka pintu mobil.
"Silahkan kalau anda mau melapor Nona, tapi anda harus tahu bahwa bukan Tuan saya yang akan di penjara tapi anda sendiri karena Tuan saya selalu benar," ucapan Asisten Jo semakin membuat Aluna melongo. Asisten Jo melajukan mobilnya meninggalkan Aluna yang masih setia dengan ketidakpercayaannya, hingga suara klakson berhasil mengagetkannya.
"Eh buset!" Aluna tersadar Davin dan Asisten Jo sudah pergi meninggalkan dia sendiri. Aluna mengepalkan tangan sambil menendang udara karena marah.
"Dasar orang orang gila! Majikan dengan apem tersembunyi dan asisten yang bucin sama tuannya!" umpat Aluna.
Tunggu dulu, apa jangan jangan mereka pasangan g*y ya? Badan otot kekar macho gitu tapi sama-sama suka pisang. Aluna menggelengkan kepalanya mengusir pikiran aneh yang bersarang di otaknya.
"Kenapa aku malah jadi mikirin mereka sih? Yang ada nanti gue ikutan gila lagi," Gerutu Aluna sambil mengangkat motornya. Kemudian, dia melihat jam di pergelangan tangannya. Dia terkejut saat melihat jam sudah menunjukan pukul 07.50.
"Ya Ampun. Tinggal waktu sepuluh menit lagi. Telat bisa kena ceramah lagi sama si mata sipit, harus gerak cepat ini mah," kata Aluna sambil menstarter motornya dan melajukannya dengan kencang menuju kantornya.
---------@@@@@@----------------
"Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Asisten Jo karena melihat Tuan Davin sedari tadi memijat pelipisnya sambil memejamkan matanya.
"Menurut kamu?" Davin balik bertanya.
"Maafkan saya Tuan," ucap Asisten Jo karena dia tahu ketika Tuan Davin balik bertanya itu artinya dia sedang tidak baik-baik saja. Suasana di mobil seketika menjadi hening kembali.
Sepuluh menit kemudian mobil sampai di depan Perusahaan Alexander Group. Asisten Jo turun dari mobil dan membuka pintu belakang mobil, mempersilahkan Tuan Davin keluar.
"Jo, acara penyambutan di mulai jam berapa?" tanya Davin saat turun dari mobil.
"Jam sembilan Tuan. Nanti jam setengah sembilan seluruh karyawan sudah di wajibkan berkumpul di Aula," jelas Asisten Jo sambil mengekor sang majikan dari belakang. Tuan Davin hanya diam tidak menanggapi penjelasan Asisten Jo.
Saat mereka berdua masuk ke dalam kantor, semua mata tertuju kepada mereka berdua. Banyak mata gadis maupun wanita yang menatap takjub ke arah mereka berdua. Banyak yang penasaran siapa mereka tapi mereka tidak berani bertanya karena aura mengintimidasi dari Tuan Davin apalagi mereka masuk ke dalam lift khusus petinggi perusahaan.
Banyak bisik-bisik yang mulai terdengar di lantai bawah sesaat setelah lift yang di naiki Tuan Davin dan Asisten Jo itu bergerak naik.
"Apa itu bos kita yang baru? Ternyata ganteng banget," Mila berteriak heboh.
"Iya ya, kalau ganteng macho gitu mah aku mau dong jadi istrinya," tambah Citra
"Ye, gue juga mau kalau gitu mah," Nia tak mau kalah.
"Yaelah, bocah-bocah pada kesambet apa sih pagi-pagi gini pada ngerumpi disini. Gak takut pada di marahi si mata sipit apa?" Aluna datang membuyarkan ke haluan mereka bertiga. Mereka bertiga lalu menarik Aluna mendekat.
"Elo tau gak Lun? ternyata bos kita yang baru itu masih muda,macho ganteng banget lagi," kata Mila antusias.
"Iya Lun. Asistennya juga gak kalah ganteng, gue jadi istrinya gak cuma mau tapi mau bangeett "
"Astaga, anak-anak pagi hari udah pada halu aja. Ingat kita kerja woyy kerja!" Kata Aluna sambil berlalu pergi. Ketiga anak itu pun mengikuti Aluna dari belakang seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
"Elo sih Lun belum lihat orangnya. Coba kalau udah lihat dijamin klepek-klepek deh," Citra mengompori Aluna namun Aluna tidak menanggapi. Mereka berempat naik ke lantai lima di mana tempat mereka berempat bekerja.
"Haishh ganteng atau enggak sama aja. Yang penting cowok tuh tanggung jawab bukan cuma ganteng aja," kata Aluna kemudian duduk di kursi kerjanya. Namun ketika akan duduk dia merasa nyeri di lututnya.
kenapa gue bisa lupa kalau celana gue bolong dan lutut gue luka sih. Batin Aluna. Diamnya Aluna pun tak luput dari perhatian mereka bertiga.
"Kenapa Lun?" tanya Citra saat melihat Aluna tidak jadi duduk. Mereka bertiga pun kompak melihat ke lutut Aluna. Mereka kaget melihat celana Aluna yang bolong juga ada bekas darah yg telah kering di lututnya.
"Loe habis tabrakan?" tanya Nia khawatir.
"Masak pembalap jatuh si," Aluna menatap tajam Mila. Mila yang merasa ditatap tajam Aluna cuma nyengir sambil mengangkat tangannya sambil menunjukkan tanda peace.
"Elo pikir pembalap bukan manusia apa? Ini tuh gara-gara pasangan homo sialan!" umpat Aluna sambil meremas kertas yang di pegangnya.
"Pasangan homo?" tanya mereka bertiga bingung.
"Ya, sang majikan dengan apem tersembunyi dan sang asisten yang bucin sama tuannya," Aluna semakin meremas kertas yang sudah tak berbentuk itu. Ketiga temannya itu pun cuma diam karena belum paham dengan apa yang Aluna katakan.
"Kalau aja gue ketemu lagi pengen gue remas-remas itu mulutnya yang kaya cabe bubuk level dewa naga bonar," Aluna mengerutukkan giginya karena terlalu gemas juga menahan emosi.
"Terus gimana kelanjutannya?" tanya Mila, meski belum paham tapi dia mencoba mencari tahu.
dasar bocah-bocah kepo. Umpat Aluna dalam hati.
"Ya gue yang luka. Motor gue lecet tapi gue yang harus tanggung jawab padahal mobilnya cuma lecet seperti sehelai rambut doang,"
"Emang berapa sih ganti ruginya?" tanya mereka bertiga penasaran.
"Yaelah, kenapa kalian kalau lagi kepo, kompak gini sih," Aluna memejamkan matanya. Sebenarnya dia sangat lelah karena semalam dia harus begadang menunggu ibunya yang sedang dirawat dirumah sakit.
"Dua puluh... " Aluna menghentikan ucapannya karena dia mulai mengingat sesuatu.
"Dua puluh ribu?" tanya Nia yang mulai penasaran.
"Dua puluh ribu emang mau beli soto Mbok Jum sama gorengan dua biji sama es teh doang!" Sewot Aluna.
"Terus berapa?"
"Dua puluh juta," jawab Aluna santai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!