NovelToon NovelToon

Bayi Kembar Tuan AL

Pov Gea

Namaku Gea, usiaku genap 20 tahun di tahun ini. Aku seorang gadis yang biasa-biasa saja. Tidak cantik dan tidak jelek juga. Tubuhku berisi, tinggi cuma 160cm, wajahku bulat, mataku berwarna hitam terang, rambut lurus sepinggang namun keseringan di kuncir kuda dan berkulit kuning langsat. Jauhlah dari kata wanita idaman di novel-novel.

Aku adalah seorang gadis yang berasal dari sebuah perkampungan. Kedua orangtua ku sudah meninggalkan diriku untuk selama-lamanya. Setelah kepergian mereka, Aku mencoba mencari keberuntungan di kota besar dengan bermodalkan ijazah yang cuma lulusan SMA.

Untuk sekarang, aku bekerja sebagai asisten MUA pribadi super model ternama, Alessandro (Aley). Mami Angel, biasa aku menyebutnya, mahluk bertulang lunak yang sekarang menjadi Boss ku.

Mami Angel begitu baik padaku. Dia sangat menyayangiku seperti adiknya sendiri. Pertemuanku dengan Mami Angel tidak disengaja.

Aku yang saat itu baru lulus sekolah menengah atas, mencoba mencari pekerjaan di toko-toko besar di kotaku. Namun tidak ada lowongan pekerjaan di manapun. Aku lelah, aku ingin menangis kala itu.

Kemudian aku duduk disalah satu kursi taman sambil melepas lelah setelah seharian berkelana mencari lowongan pekerjaan. Aku melihat sekeliling ku, kota itu terlihat sangat sibuk. Semua orang berlalu-lalang, hanya aku yang diam tak melakukan apa-apa.

Tiba-tiba mataku tertuju pada sosok Mami yang sedang kesusahan membawa barang-barang bawaannya. Beberapa barang nya tercecer dijalan namun Mami tidak menyadarinya.

Aku bangkit dari tempat duduk ku dan berjalan kearah mami. Aku memungut barang-barang Mami yang tercecer dijalan dan membawanya kearah Mami.

"Nyonya..." sapaku kepada sosok Mami yang belum aku kenali itu.

Mami berpaling dan menatap ku dari ujung kaki hingga ujung rambut. "Ada apa ya, Non! Aku lagi sibuk." sahut Mami dengan suara gemulainya.

"Ini barang-barang anda tercecer, Nyonya." kataku lagi.

Tiba-tiba ponsel Mami berdering sebelum ia meraih barang-barang itu dari tanganku. Kulihat ia kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah studio pemotretan. Aku terdiam, aku bingung dengan barang-barang yang ada dikedua tanganku sekarang.

"Hei, Non... mari sini ikuti aku!" ucap Mami sambil menjetikkan jarinya agar aku mengikutinya masuk kedalam gedung yang sangat besar itu.

Dengan setengah berlari aku mengejar langkah kaki Mami. Aku lihat Mami memasuki sebuah lift dan aku pun ikut masuk bersamanya. Didalam lift, Mami terus saja berbicara dengan ponselnya. Hingga aku benar-benar merasa di kacangin saat itu.

Setelah beberapa saat, akhirnya lift itu berhenti di lantai paling atas. Dengan tergesa-gesa aku melangkahkan kakiku keluar lift. Aku mengikuti langkah kaki Mami yang sangat cepat itu. Aku berhenti disebuah ruangan yang lain dari ruangan lainnya. Ruangan itu terlihat lebih istimewa.

Aku memasuki ruangan itu setelah Mami. Aku melihat beberapa orang tengah sibuk mengerumuni seorang lelaki. Aku penasaran, aku mengintip sosok itu.

"Oh Tuhan..." batin ku, Aku terpesona melihat sosok lelaki tampan yang tengah dikerumuni orang-orang itu. Ada yang merapihkan pakaiannya, ada yang mengenakan sepatunya sedangkan Mami, iapun segera melakukan tugasnya. Mendandani lelaki itu.

Saat itu aku tahu, Mami adalah seorang MUA profesional. Ia bekerja sebagai MUA pribadi lelaki yang disapa Aley itu.

"Non, ambilkan ini... ambilkan itu!" perintahnya kepadaku. Aku tidak tahu dengan nama-nama peralatan yang ada dimeja rias, Aku sangat kebingungan saat itu.

Beruntung Mami begitu sabar menghadapi kebodohan. Mami terus tersenyum kepadaku, walaupun aku sudah membuatnya kesusahan.

Setelah beberapa saat akhirnya aku pun selesai membantu Mami. Sedangkan Tuan Aley, ia sudah siap untuk melakukan pemotretan.

Dia begitu tampan, mataku bahkan tidak bisa berkedip saat memandangnya. Tubuhku yang mungil, mungkin hanya sebatas dadanya jika kami berdiri berdampingan. Wajahnya terlihat tegas, bibirnya seksi, matanya berwarna abu-abu indah sekali, bulu halus yang menghiasi wajahnya begitu mempesona dan tubuhnya itu begitu sempurna sebagai seorang Model.

Disaat aku tengah asyik memperhatikannya, ia membalas tatapan ku. Membuat aku menjadi gemetar. Dengan cepat, ku tundukkan kepalaku, aku tidak tahan menatap matanya yang sangat tajam menusuk mataku.

"Siapa dia, Mi? Orang baru mu, ya?" tanya Lelaki itu kepada Mami Angel

"Bukan, tapi sepertinya aku perlu dia deh..." sahut Mami Angel.

Kulihat Lelaki itu tersenyum tipis kemudian melangkah pergi dari ruangan itu. Setelah kepergian super model itu, aku melihat Mami mendekat kearah ku.

"Non, siapa namamu?" tanya Mami kepadaku,

"Gea, Nyonya." sahut ku,

"Sebenarnya Kamu mau kemana bawa surat-menyurat itu?" ucapnya sambil menunjuk berkas surat lamaran yang sedang aku pegang.

"Aku ingin melamar pekerjaan, Nyonya." sahut ku lagi.

Mami Angel tersenyum kepadaku, "Sebaiknya kamu ikut Mami saja. Gak usah pake lamaran-lamaran udah Mami terima, Cin. And jangan panggil Mami dengan sebutan Nyonya, panggil saja Mami, Mami Angel." ucap Mami kepadaku.

"Benarkah, Mami? Aku bisa bekerja bersama Mami?" tanyaku dengan sangat antusias. Karena saat itu aku sangat bahagia mendengarnya.

"Hooh, Yu ikut Mami aja. Bantuin Mami ngedandanin tuh Aley." ucapnya dengan sangat gemulai.

Setelah pertemuan kami yang tidak disengaja itu, akhirnya aku bekerja bersama Mami hingga sekarang. Sekarang aku sudah mulai mengenali nama-nama peralatan make up yang biasa dipake oleh Mami dan juga fungsinya.

Semakin hari, aku semakin mengenali sosok Tuan Alessandro atau yang biasa disapa Aley itu. Dia sangat baik juga ramah. Dia adalah seorang Model untuk Merk pakaian yang sudah sangat terkenal diseluruh dunia.

Aku sering membantunya bersiap-siap untuk pemotretan. Seperti hari ini, aku membantunya memakaikan setelan jas yang akan dikenakannya.

Dia memberikan senyuman nya kepadaku. Mata abu-abu nya begitu indah, dua alis tebalnya semakin mempertegas alur wajahnya. Aku tidak sanggup melihat ke arahnya. Aku hanya bisa menunduk sambil melaksanakan tugasku.

Disaat aku ingin merapikan bagian dasinya, ternyata tubuhku yang pendek ini tidak mampu meraihnya. Dia terkekeh sambil menundukkan badannya agar aku bisa meraih dasinya.

Deru nafasnya begitu jelas terdengar di telingaku. Aku pun sempat bertatap mata dengannya namun hanya sebentar, aku tidak berani menantang tatapan itu. Aku takut terjatuh pada perasaan yang tidak seharusnya tumbuh.

Aku sadar posisi aku dan dirinya, aku rakyat jelata yang tidak menarik sama sekali dan dia seorang yang luar biasa, yang begitu digemari oleh banyak orang.

Perasaan ku kepadanya, ibarat burung pungguk merindukan bulan. Sekuat apapun usahaku, mustahil bagiku mendapatkan dirinya.

"Ge," itulah panggilan nya untuk ku,

Dadaku bergetar hebat dikala namaku diucapkan olehnya. Kakiku terasa ngilu, rasa tidak sanggup menopang berat tubuhku lagi. Tubuhku pun terasa panas dingin saat mendengar suara berat khas miliknya.

***

Bekerja bersama Tuan Aley

Aku menengadah ke wajahnya, "Ada apa, Tuan?" tanyaku kepada sosok lelaki yang berusia 29 tahun yang sedang berada di depanku. Aku gugup kala itu, jantung ini seakan hampir tak berdetak melihat ia membalas tatapan ku.

"Bagaimana kalau kamu menjadi asisten pribadi ku saja? Aku akan menggaji mu lebih besar daripada Mami Angel menggaji mu." ucapnya padaku.

Aku senang bukan main saat mendengarnya. Bukan hanya karena gaji yang lebih besar, yang ditawarkan olehnya. Namun karena dengan menjadi asisten pribadinya, aku bisa selalu dekat dengannya.

Memang terdengar sangat bodoh, Namun itulah yang ada di pikiranku saat ini. Aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan itu, kesempatan yang tidak mungkin datang dua kali kepadaku. Kepalaku dengan cepat mengangguk,

"Ya. Tuan Aley, aku setuju." sahut ku,

Dia terlihat senang, dia tersenyum padaku. "Ya Tuhan, aku meleleh" begitulah batinku ketika aku mendapatkan sebuah senyuman yang hanya tertuju kepadaku.

Hari ini hari yang paling membahagiakan untukku. Hari ini aku merasa, aku adalah wanita yang paling bahagia di dunia ini.

Sekarang yang harus aku lakukan adalah meminta izin kepada Mami Angel. Sosok paling baik yang pernah hadir dalam hidupku. Aku berjalan menghampiri Mami, ia terlihat masih sibuk dengan ponselnya.

"Mami..." sapaku, sebenarnya aku ragu untuk mengatakannya. Aku takut Mami kecewa setelah mendengar permintaan ku.

"Ya, Ge. Ada apa?" tanyanya dengan suara khas miliknya. Ia tersenyum manis sambil menatapku. Aku semakin tidak sanggup mengatakan keinginanku kepadanya.

"Bolehkah Ge menjadi asisten pribadi ku, Mami? Aku begitu menyukai pribadinya. Kamu masih bisa mencari orang baru, ya Mi!?"

Seseorang dibelakang ku menyambung pembicaraan ku dengan Mami. Aku berpaling, dia memberikan senyuman lagi untukku. "Ya, ampun Tuan Alessandro, aku meleleh lagi!" batinku

Lelaki itu merengkuh pundakku, rasanya pundak ini takkan aku bersihkan selama hidupku. Begitu tergila-gilanya aku pada sosok lelaki yang tengah berdiri disampingku. Biarlah aku menjadi bodoh, begitu bodohnya karena rasa cintaku kepadanya.

Kulihat wajah Mami Angel, ia sepertinya kecewa. Ia menatapku kemudian tersenyum, "Baiklah kalau ini kemauan kamu, Ge. Namun jika Tuan Aley macam-macam sama kamu, balik lagi aja sama Mami, ya! Mami selalu bersedia menerima kamu balik." sahutnya sambil mencubit pipiku.

"Ye... Memangnya Ge, mau aku apain?!" bantah Tuan Aley

Aku tersenyum puas, aku peluk tubuh Mami yang gemulai itu. Dan diapun membalas pelukan ku. "Terimakasih, Mami." ucapku.

"Nanti sore kamu ikut aku ya, Ge! Mulai sekarang kamu tinggal dirumahku. Tenang saja, disana juga ada Bi Marni yang akan menemani mu." ucap Tuan Aley sambil berlalu keluar dari ruangan itu.

Aku yang sempat berpaling kearah Tuan Aley, sekarang kembali menatap wajah Mami Angel.

"Kamu tenang saja, Tuan Aley itu baik. Dia gak bakalan ngapa-ngapain kamu, percaya deh sama Mami!"

Aku hanya bisa tersenyum sembari mengangguk kan kepalaku.

Sore menjelang,

Aku memasukkan semua barang-barang yang akan kubawa kedalam koper. Kulihat sekeliling ruanganku, takut ada barang yang tertinggal. Setelah memastikan semuanya sudah beres, akupun melangkahkan kakiku menuju halaman depan.

Kulihat Tuan Aley sudah menunggu ku didalam mobilnya. Dan disampingku sekarang ada Bu Linda, pemilik kos-kosan ini. Ku serahkan kunci kamarku, kemudian aku peluk Bu Lina yang selama ini begitu baik kepadaku.

"Terimakasih banyak, Bu Lina. Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas semua kebaikan mu..." ucapku,

Aku merasa sedih saat itu, aku harus meninggalkan kos-kosan yang selama ini menjadi tempat tinggal ku. Tak terasa, airmata ku pun jatuh. Bu Lina menyeka airmata ku sambil tersenyum, "Jangan lupakan Ibu ya, Gea!" ucap Bu Lina kepadaku.

Ku akhiri pertemuan kami sore itu dengan sebuah lambaian tangan untuk Bu Lina. Kini aku melangkah menuju mobil Tuan Aley. Lelaki itu keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untukku.

Kakiku kembali kumat, aku seakan tak menginjakkan kaki dibumi lagi. Aku gemetar, apalagi dia tersenyum seperti itu kepadaku.

"Masuklah," ucapnya kepadaku

Aku tidak sanggup berkata-kata, hanya senyuman yang mampu aku sunggingkan di bibir ini. Setelah lelaki itu masuk kedalam mobilnya, iapun melaju membawaku kerumahnya.

Kurang lebih 45 menit perjalanan, akhirnya mobil yang membawaku terparkir rapi di halaman rumahnya. Aku keluar dari mobil itu, kulihat Tuan Aley menghampiriku dan merengkuh pundak ku.

Walaupun aku gugup setengah mati, namun aku masih bisa menutupinya. Aku terus menyunggingkan senyuman, tidak peduli orang-orang melihatku seperti orang bodoh. Aku memang menjadi sangat bodoh setelah bertemu dengan Tuan Aley. Bahkan aku sendiri sadar dengan kebodohan ku itu.

Akhirnya kami tiba didalam rumahnya. Aku takjub dengan ruangan itu, terlihat sangat bersih dan rapi.

"Mari sini!" ajak Tuan Aley,

Akupun mengikuti langkah kakinya hingga menuju kamar baruku.

"Semoga kamu senang tinggal bersamaku, ya."

Tuan Aley mencubit dagu ku sambil tersenyum kemudian meninggalkan ku.

"Ya Tuhan, jangan kau biarkan rasa ini semakin tumbuh. Aku tidak ingin kecewa, aku tidak ingin sakit setelahnya." itulah doa ku.

Aku mulai merapikan semua barang bawaan ku. Setelah selesai, aku pun berjalan menuju dapur dengan membawa handuk di tanganku. Kulihat seorang wanita paruh baya sedang berkutat dengan pekerjaannya.

"Bi Marni?" sapaku,

Wanita paruh baya itu menoleh kemudian ia tersenyum kepadaku. "Nona Gea, ya?" tanyanya

"Gea saja, Bu. Jangan pake Nona." sahut ku sambil terkekeh pelan.

"Kamu mau mandi ya, Nak? Kalau ya, kamar mandinya ada disana." ucap Bi Marni sambil menunjukan sebuah kamar mandi. Mungkin dia melihat handuk yang sedang kupegang.

"Oh ya. Terimakasih, Bu Minah." Aku memanggilnya dengan sebutan Ibu, entah kenapa dengan sebutan seperti itu terasa lebih nyaman daripada aku harus menyebutnya dengan sebutan Bibi.

Akupun melangkah menuju kamar mandi dan segera melakukan ritual mandi ku. Selesai mandi, aku kembali ke kamarku dan berpakaian.

Setelah berpakaian, aku merias wajahku senatural mungkin namun lip tint yang ku pakai sekarang terlihat lebih mencolok daripada warna bibir ku yang sebenarnya. Tapi ya sudahlah...

Aku melangkahkan kakiku, menjelajahi semua sudut ruangan rumah Tuan Aley. Hingga akhirnya kakiku terhenti karena melihat sesuatu yang seharusnya tidak ku lihat.

"Oh Tuhan, inilah yang aku takutkan. Alasanku selalu berdoa agar rasa ini tidak tertancap terlalu dalam dihatiku." batinku

Hatiku sakit, sakit sekali. Ingin rasanya aku menangis lirih. Namun aku malu, benar-benar memalukan. Aku melihat Tuan Aley dan seorang wanita cantik tengah berciuman dengan liarnya diruangan itu.

"Ge!" seru Tuan Aley setelah sadar aku berdiri tepat dibelakang mereka.

Ya, Tuan Aley dan kekasihnya. Seorang wanita cantik, berkulit eksotis, rambut pirang dan tubuh yang aduhai. Akupun menyukai bentuk tubuhnya yang sempurna itu.

"Ge, kemarilah..." titahnya kepadaku

Aku yang bodoh ini maunya saja menurut semua keinginannya. Aku mendekat kearah pasangan itu dan berdiri tepat didepan mereka.

"Ge, kenalkan ini Sarra Carmelia. Kekasihku." ucapnya,

"Sayang, ini Ge. Gadis yang aku ceritakan itu. Sekarang ia menjadi asisten pribadiku." ucapnya kepada kekasihnya,

Aku hanya bisa nyengir menahan rasa sakit di hatiku. "Ya Tuhan, segera hapus rasa ini, sebelum aku benar-benar jatuh cinta kepada Tuan Aley." doaku lagi.

***

Ciuman Pertama Ku dengan Tuan Aley

"Hai Ge, Aku Sarra!" ucap Kekasih Tuan Aley sambil mengulurkan tangannya kepadaku.

"Gea." sahut ku singkat. Ku raih tangan mulusnya dan dia memberikan senyuman nya kepadaku.

"Bagaimana, Ge? Sarra cantik, kan?" sambung Tuan Aley,

Aku pun mengangguk sambil tersenyum kepada pasangan itu.

"Oh ya Ge, foto in kami donk!" ucap Sarra kepadaku,

Dengan gemetar, aku meraih ponsel milik Sarra dan mulai membidik kemesraan mereka dengan kamera ponsel itu.

Oh Tuhan, Apalagi ini? Aku harus melihat kemesraan mereka dengan kedua mataku. Bahkan sekarang aku adalah sesosok yang akan menjadi saksi setiap momen indah yang mereka ciptakan.

Tidak, aku rasa aku tidak sanggup. Bisa hancur tiada rupa hatiku ini kalau terus-terusan melihat adegan demi adegan indah mereka.

Tapi ya, mau bagaimana lagi. Semua ini adalah pilihanku, pilihan yang seharusnya tidak pernah aku pilih.

"Ini..." ku serahkan ponsel itu kembali kepada Sarra. Sarra menyunggingkan sebuah senyuman di wajahnya. Wanita itu memperlihatkan foto-foto yang ku ambil kepada Tuan Aley.

Tuan Aley juga tersenyum saat melihat foto-foto itu. Kemudian dia menatap kearah ku, Entah kenapa aku merasa tatapan Tuan Aley terlihat berbeda.

Aku jadi serba salah dibuatnya, apakah saat itu aku terlihat jelek, cantik, atau aneh. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh lelaki itu ketika memandangi ku.

"Ehm... bolehkah aku permisi? Aku ingin ke kamar kecil," ucap ku. Itu hanya alasanku saja, aku ingin menghindar dari mereka.

Sarra dan Tuan Aley mengangguk, aku pun segera menjauhi pasangan itu. Aku berjalan gontai menuju kamar ku dan segera merebahkan tubuhku setibanya aku disana.

Keesokan paginya,

Aku membantu Bi Marni menyiapkan sarapan untuk Tuan Aley.

"Bu, apa Tuan Aley sudah bangun?" tanyaku

"Biasanya sih belum, Nak. Soalnya dia itu susah dibangunin. Walau alarm senyaring Toa pun berbunyi disampingnya, dia tidak akan bangun kecuali tubuhnya digoyang-goyangkan. Coba deh kamu cek..." sahut Bi Marni.

"Kalau dia belum bangun juga, dia bisa terlambat, Bu... hari ini ada jadwal pemotretan yang lebih pagi dari biasanya." ucap ku cemas.

"Bangunkan saja, Nak. Tidak apa-apa kok, Tuan Aley tidak akan marah. Malah dia akan senang kalau dibangunin tepat waktu." sahut Bi Marni lagi.

Aku sempat berpikir, aku takut dia akan marah kepadaku karena sudah mengganggu tidurnya. Tapi mau tidak mau, aku harus segera membangunkannya.

Aku melangkah menuju kamarnya. Sesampainya disana, kubuka pintu kamar itu. Aku mengintip kedalam kamarnya, ternyata benar. Lelaki itu masih tertidur pulas dengan memeluk selimutnya.

Aku berjalan mendekati lelaki itu. Ku tatap wajah tampannya yang asli tanpa polesan. Aku tersenyum bahagia walaupun aku tidak memilikinya. Aku semakin gila, ku dekati wajah itu hingga benar-benar dekat bahkan aku bisa mendengar deru nafasnya yang mengalun begitu indah di telingaku.

Dan tanpa aku sadari, Tuan Aley meraih wajahku, melabuhkan ciuman di bibirku. Bahkan dia semakin menggila, ia terus merajai bibir dan lidah ku.

Oh Tuhan, ini ciuman pertamaku. Bahkan aku merasa beruntung, ciuman pertama ku dengan seorang super model terkenal seperti dirinya.

Ah, biarlah... walaupun dia belum mandi, apalagi sikat gigi tapi aku bahagia. Namun itu hanya sekejap, lelaki itu tersadar dan bangun dari tidurnya.

Aku terperanjat begitupula dirinya. Aku bahkan sampai jatuh dari tempat tidurnya hingga bokong ku terasa sangat sakit. Aku mengelus bokong ku yang sakit itu, sedangkan dia, dia sepertinya masih shok dengan kejadian yang tidak disengaja itu.

Dia terus menatapku bahkan tanpa berkedip sama sekali. Aku pun menjadi serba salah, aku juga takut ia akan marah padaku.

"Apa yang aku lakukan padamu, Ge?" tanyanya

"Maafkan aku, Tuan Aley. Aku kesini cuma ingin membangunkan mu, kejadian itu sama sekali tidak disengaja. Sungguh, aku tidak bohong." ucap ku terbata-bata

Tuan Aley terus saja menatapku dengan tatapan misteriusnya. Entah apa yang dipikirkannya tentang diriku, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

"Maaf, Tuan Aley... aku permisi dulu!" ucapku

Aku meninggalkan lelaki itu tanpa menoleh sedikitpun. Aku tidak tahu apakah dia terus menatapku atau tidak. Aku terus melangkah hingga menuju dapur. Kulihat Bi Marni masih saja bergelut dengan pekerjaannya.

Aku pun ikut membantunya hingga sajian itu tertata rapi dimeja makan.

"Bagaimana, Nak. Apa Tuan Aley sudah bangun?" tanya Bi Marni tiba-tiba.

"Iya. Sudah, Bu..." sahut ku,

Menyebut nama Tuan Aley, aku jadi teringat ciuman pertama ku tadi. Aku jadi tersenyum-senyum sendiri ketika membayangkan ciuman tak disengaja itu.

"Ge, apa yang kau lamunkan?" tiba-tiba suara berat itu menegur ku dari belakang.

Aku benar-benar terkejut, lamunanku buyar seketika. Apakah sejak tadi Tuan Aley memperhatikan ku, hingga ia tahu aku sedang melamun? Ya Tuhan, aku malu... sangat malu.

Ingin rasanya aku berlari ke kamarku dan menyembunyikan wajahku yang tidak tahu malu ini ke kolong tempat tidur.

Aku menoleh ke arahnya, aku tersenyum tipis dan kulihat iapun menyunggingkan sebuah senyuman kecil untukku.

Tuan Aley menarik kursinya dan duduk dengan santainya sambil menikmati sarapan yang dibuat oleh Bi Marni.

"Apa kau hanya ingin menatapku, Ge?! Duduklah, kita sarapan bersama." ucapnya,

Aku terkejut saat dia mengatakan hal itu. Rasa tidak percaya namun itulah kenyataannya. Dengan malu-malu, aku ikut duduk dan menyantap sarapan bersamanya. Aku terus menundukkan kepalaku, aku tidak peduli walaupun dia melihat kearah ku.

Akhirnya sarapan kami yang hening itupun selesai. Kini aku sudah berada di mobilnya, Tuan Aley sudah bersiap melajukannya ke studio pemotretan.

Di perjalanan, tatapan Tuan Aley tetap fokus kearah jalan. Sedangkan aku tetap fokus pada sosok lelaki yang telah mengambil ciuman pertama ku itu.

"Ge, jujurlah...apakah aku mencium mu tadi pagi?" tanyanya,

Kulihat wajahnya begitu serius, ia menatapku dengan tatapan tajamnya.

Aku yang sudah terlanjur bodoh ini hanya bisa menganggukkan kepalaku.

Dia terlihat kecewa, apakah dia kecewa padaku? Aku terus bertanya-tanya dalam hati.

"Maafkan aku, Ge! Saat itu aku bermimpi sedang mencium Sarra dan aku tidak tahu kalau aku sedang mencium mu. Sekali lagi maafkan aku ya..." ucapnya lirih.

Aku merasa bersalah, seharusnya aku membangunkannya saat itu. Bukan malah membiarkan dia mencium ku dan ikut menikmatinya.

"Tidak apa-apa, Tuan. Sebenarnya kejadian itu terjadi begitu cepat hingga aku tidak bisa menghindarinya."

Astaga... aku telah berbohong kepadanya. Maafkan aku, Tuan Aley.

Akhirnya mobil Tuan Aley sudah terparkir rapi ditempat parkir studio pemotretan terbesar itu. Aku dan Tuan Aley melangkah bersama menuju ruangan pribadinya.

Sesampainya disana, semua orang-orangnya segera membantunya untuk bersiap-siap. Aku pun tidak kalah sibuk, aku ikut membantu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkannya untuk pemotretan kali ini.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!