Hidup
bukan melulu tentang mencari kekuasaan. Karena semakin kau terobsesi
mendapatkannya. Malah obsesi yang akan menguasai hidupmu ....
Elang Rayan Garindra
***
Kantin adalah tempat yang paling menyenangkan untuk anak sekolah melepas lelah setelah berkutat dengan soal-soal pelajaran.
Pada jam istirahat begini kantin adalah tempat yang paling banyak dikunjungi oleh siswa-siswi SMA Garindra.
Sebelum kita masuk terlalu jauh ke sma Garindra. Mari kita berkenalan dahulu dengan empat siswa dan satu siswi yang paling disegani di SMA Garindra ini.
Mereka bukan hanya disegani di SMA Garindra ini, tapi juga di sekolah-sekolah lain. Bahkan, di seluruh antero Jakarta, mengenal siapa mereka. Mereka tergabung dalam geng yang bernama Arakata.
Geng mereka dikenal bukan karena biang masalah atau perusuh. Mereka kebalikan dari itu semua.
Seperti arti namanya. Dalam bahasa sansekerta Arakata berarti pelindung. Merekamelindungi orang-orang yang ditindas oleh orang yang lebih kuat. Namun, mempunyai otak kerdil yang bisanya hanya membuat rusuh.
Dengan orang lain pun mereka sopan. Mereka juga mempunyai otak yang cerdas. Jangan samakan mereka dengan brandal sok kuat yang menyepelekan sekolah. Bagi mereka, pendidikan nomor satu. Jadi, mereka tidak pernah bolos sekolah untuk urusan yang tidak penting.
Cap-cus, mari kita berkenalan dengan anggota inti Arakata. Ada pepatah bilang tak kenal maka tak sayang. Jadi ayo berkenalan biar kalian sayang.
Elang Rayan Garindra, cowok pendiam yang irit bicara ini adalah ketua Arakata. Jika dengan orang yang belum dikenalnya dia akan sangat irit bicara. Namun, kalau sudah bergabung dengan keempat temannya dia bisa menjadi sangat cerewet.
Gaung Armando, cowok cool dan agak sangar ini adalah wakil dari Elang. Sifat Gaung agak sedikit tempramental. Jadi jika emosinya sedang naik, dia lebih memilih menyingkir daripada semuanya ia hancurkan.
Valerie Livia Laksmono, cewek berambut pendek ini adalah panglima perang Arakata. Semua taktik penyerangan, gadis itulah otaknya. Gadis tomboy nan manis ini adalah moodbooster semua anggota Arakata. Karena sifat periangnya dapat menular kesemua orang di dekatnya.
Gandi Cokro wibowo, cowok ceplas-ceplos dan agak gesrek ini adalah bendahara Arakata. Arakata memiliki uang kas yang akan digunakan untuk bakti sosial atau kegiatan amal lainnya. Bahkan mereka mempunyai donatur tetap
dari berbagai kalangan, untuk memberikan beasiswa bagi pelajar yang kurang mampu.
Bagus Setya Aji, cowok agak kemayu ini adalah Humas Arakata. Karena Bagus orangnya pandai bicara dan bergaul, dia dipercaya untuk menjadi HUMAS. Entah untuk anggota sekolah lain atau untuk para donatur. Walau Bagus agak kemayu, untuk urusan beladiri, jangan diragukan lagi. Lihat saja lengan kekar dan perut kotak-kotaknya. Coba saja buat masalah kalau mau merasakan kekuatannya.
"Eri kemana sih? Perasaan kalau urusan makan dia gak pernah ngaret?" tanya Bagus sambil membersihkan sendok dan garpunya dengan tisu. Selain kemayu cowok ini juga super steril jadi apa-apa ya harus bersih.
"Tadi chat gue, katanya lagi diculik sama Tama. Tuh si ketua eskul karate belum nyerah buat minta Eri gabung sama mereka. Dia nitip mesenin bakso dulu, biar nanti sampe sini langsung makan. Kayak biasanya gak pake bawang goreng," jawab Elang sambil memainkan HP-nya.
"Pake aja gak papa, nanti biar gue yang makan bawang gorengnya," sahut Gaung yang memainkan rubiknya. Gaung memang selalu menghabiskan makanan yang disisihkan gadis itu. Entah mengapa. "Gue ajalah yang pesen bakso buat Eri. Gue juga lagi pengen makan bakso." Gaung meletakkan rubik di meja dan berlalu menuju bakso pak No.
"Ya udah, gue pesen batagor dulu buat kita bertiga kalau gitu, pedas semua kan? Minumnya es teh semua aja ya." Pertanyaan Gandi di jawab anggukan Elang dan Bagus. "Jagain kursi gue jangan sampe didudukin orang lain.
Gue gak mau posisi gue digantiin orang ketiga." Cowok itu langsung melenggang menuju batagor pak Gik. Perkataan ambigu Gandi membuat Bagus dan Elang geleng-geleng kepala.
"Gak jelas tuh temen jomlo lo. Lama-lama geser beneran tuh gara-gara kurang belaian," ujar Bagus dengan logat kemayunya.
"Nyadar woy, situ juga jomblo. Perlu gue tempeleng kepala lo biar nyadar," omelElang yang tidak terima dikatain jomblo. Padahal kenyataannya memang mereka berlima masih jomblo.
"Ish, Bang Elang ganas deh jadi pengen gigit, arrgg." Bagus menggertakkan giginya seakan ingin menggigit Elang. Membuat Elang merinding disko.
"Anjir, homo lo. Ogah gue belok sama lo ...."
Pletak
"Yang kamu lakuin ke aku itu zahat bhang ...." Bagus mengelus kepalanya yang kena getokan sendok dari Elang.
"Jijik gue njir, malu sama otot perut lo yang kayak roti sobek. Pergi gak lo, gue congkel mata lo kalau kedip-kedip gitu terus." Elang menyingkirkan wajah Bagus yang terlalu dekat dengan wajahnya, sambil mengedip-ngedipkan matanya minta di colok.
"Elo berdua kalau mau mesum jangan di kantin. Aib itu ditutup, jangan malah diumbar. Dasar pasangan homo." Valerie mendudukan bokongnya di kursi sebelah Elang.
"Mulut lo mau gue ketok pake sendok sekalian." Elang mengarahkan sendok kearah mulut Valerie.
"Coba aja kalau berani. Gue tebas abis anu lo. Biar gak laku seumur hidup."
"Emang lo berani? Paling baru liat anu gue langsung jejeritan." Elang menaik turunkan alisnya menggoda Valerie. "Mau gue bukain di sini sekalian" Elang memegang ujung resletingcelananya.
"Sialan lo ...." Valerie menutup kedua matanya, padahal Elang tidak melakukan apapun.
"Kenapamuka lo ditutup, Er?" tanya Gaung sambil meletakkan dua mangkok bakso di meja mereka. Gaung duduk di sebelah Valerie. Sehingga Valerie duduk diapit Elang dan Gaung. Gandi duduk di sebelah Bagus.
"Dia sok-sok'an mau nebas anu gue. Baru mau gue bukain resleting udah kalang kabut gitu." Elang terbahak melihat wajah Valerie yang merah sampai ke kuping-kupingnya.
"Maugue wakilin buat ngebiri tuh cowok? Sampai ludes juga gak masalah." Elang refleks langsung menutup senjatanya. Ngeri kalau Gaung benar-benar melaksanakan niat jahatnya. Seluruh Arakata tahu, sang wakil ketuanya tak pernah main-main dengan perkataannya. Bisa hilang masa depan Elang.
"Mampus, mules kan lo bayanginnya." Valerie menjulurkan lidahnya yang dibalas pelototan mata oleh Elang.
"Tadi ngapain lo sama Tama?" tanya Gaung sambil menyendok bawang goreng yang ada di mangkok Valerie. Membuat gadis itu menggerakkan mulutnya membentuk kata makasih tanpa suara, yang dijawab Gaung dengan anggukkan kepala.
Elang memperhatikan gerak-gerik Gaung yang terlihat lebih perhatian dengan
Valerie. Apakah wakilnya itu menyimpan perasaan untuk panglima perangnya.
"Tama ngajak gue gabung sama ESKUL-nya. Bulan depan ada turnamen, mereka kekurangan anggota cewek buat tanding."
"Terus lo mau?" Sekarang giliran Bagus yang bertanya.
"Mau gue coba sih. Lagian kata Tama kalau gue menang mau ditraktir makan sama es krim sepuasnya gue." Valerie tersenyum bangga.
"Receh bener sogokan lo." Sekarang Gandi yang ikut menimpali. "Bisa bener tuh kampret modusnya. Emang dianya aja yang pengen ngajak lo dinner."
"Kliatan banget tuh kutu kupret naksir lo Er. Lo nya aja yang gak peka. Kelihatannya cuma elo cewek di dunia ini yang gak punya rasa peka. Makanya waktu Tuhan bagi peka jangan malah main cebong di got," cerocos Bagus sambil memasukkan potongan kentang ke mulutnya.
"Elo tuh cebong nya. Gak mungkin Tama suka sama gue, lagian dia juga anggota Arakata kan? Jadi gue wajib bantu dia."
"Kita selalu dukung lo Er ...," Gaung menyingkirkan mangkoknya yang telah tandas kepojok meja. "Kalau sampe terjadi sesuatu sama lo. Tama orang pertama yang bakal gue habisin."
"Sadis," sahut Elang, Gandi, Bagus secara bersamaan dan Valerie hanya terkekeh melihat kelakuan teman-temannya.
Mereka memang sedekat itu. Jika satu orang mengalami masalah semua ikut merasakan. Itulah Arakata. Bukan sekedar geng, tapi adalah rumah tempat mereka selalu kembali. Sejauh apapun mereka pergi. Arakata adalah jalan
untuk mereka kembali.
Siang ini Elang dan kawan-kawan mengerjakan tugas sekolah di rumah Bagus. Valerie sih hanya ikut-ikutan, karena dia berbeda kelas sendiri dengan teman-temannya.
Elang, Gaung, Gandi dan Bagus di kelas 12 ipa 1, sedangkan Valerie di kelas 12 ips 1. Valerie hanya ikut nimbrung atau sekali waktu menjadi perusuh yang mengganggu konsentrasi belajar mereka.
"Er, kalo elo terus-terusan gak bisa diem gitu, kapan kita bisa konsentrasinya." Elang melemparkan bukunya kearah Valerie yang tengah asyik sendiri. Entah itu goyang ngebor, patah-patah, ngecor, sampai gelinding-gelinding gak karuan.
"Elah, bilang aja elo tergoda ama goyangan gue kan. Udah kayak Dewi Persik kan gue?" Valerie menggoyang-goyangkan pinggulnya bak Dewi Persik.
"Elo bukannya kayak Dewi Persik, tapi kayak Dewi Pete." Gandi meletakkan bukunya. Ambyar sudah konsentrasinya. "Badan depan belakang rata aja sok-sok'an goyang. Gak ada seksi-seksinya."
"Tauk tuh ." Bagus ikut menimpali. Dia menutup bukunya dan beranjak mendekati Valerie. "Gue jadi pengen ikutan goyang kan, asyek." Bagus menaikkan kaosnya sedikit dan membuat simpul ikatan, sehingga sekarang roti sobeknya terpampang nyata. Dia bergoyang bak dewi ular.
"Anjir, woee, mual gue liat lo gitu Gus!" teriak Elang sambil mengambil buku yang dia lemparkan ke Valerie tadi.
"Apha sich bhang, sini deketan eneng bhang." Bagus meraih tangan Elang dan menariknya. "Abhang mau eneng ghoyang," goda Bagus dengan genitnya, sambil menggerayangi dada bidang Elang.
"Najis, minggir gak lo Gus. Geli gue." Elang menyingkirkan jari-jari Bagus di dadanya dengan ekspresi jijik.
"Ih, abhang mah, belum diapa-apain eneng udhah geli. Gimana kalau udah eneng goyang, bisa ngegelepar abhangnya. Ih, lagian ini dada apa tembok sih. Keras bener, gemesh dech." Bagus menoel-noel dada Elang. Membuat cowok itu tambah blingsatan.
Bukannya menolong Elang yang wajahnya sudah merah padam. Valerie, Gandi dan Gaung malah asik menonton sambil terbahak puas. Bahkan, valerie sampai ngakak ngesot-ngesot.
"Gasss terosss Gus!!" teriak Gandi menyemangati. "Masukin kamar, goyang teros sampai mampos, huahahaha." Gandi menggebrak-gebrak meja saking gelinya. Sebenarnya dia sudah merasa iba, melihat wajah Elang yang sudah pucat begitu. Tapi kapan lagi bisa melihat Elang sang ketua Arakata yang sangar mati kutu kayak begitu.
"Gue tabok mulut lo ampe dower Gan!" umpat Elang sambil menunjuk Gandi dengan melotot. Setelah lolos dari Bagus, cowok itu langsung bersembunyi di belakang tubuh Valerie, mencari perlindungan.
"Sekarang lo harus nyelametin gue dari tuh uler kadut. Entar gue kasih lo es krim, sampai klenger kalau perlu." Elang melingkarkan tangannya di pinggang ramping Valerie membuat gadis itu kegelian.
"Huahahaha, geli Lang. Minggirin tangan lo." Valerie mencoba melepaskan pelukan tangan Elang,
tapi percuma. Pelukan cowok itu terlalu kuat.
Pletak ...
"Waduhhh." Elang mengaduh kesakitan sambil mengusap kepala yang mendapat tabokan buku yang tebalnya gak tanggung-tanggung. Pelakunya adalah Gaung.
"Eh oncom, gak usah modus juga buat meluk Eri. Buruan bawa kamar Gus, langsung eksekusi. Kalau gak kuat ngangkat tuh karung beras, gue bantu." Gaung melipat lengan kaosnya hingga terpampang lengannya yang errrrr, kekar.
"Gue juga ikhlas bantu kok." Gandi ikut beranjak mendekati sahabatnya yang lain, membuat Elang tambah histeris.
"Anjir lo semua., gue laporin kak Seto lo pada!!" teriak Elang histeris kayak mau diperkosa.
Kepanikan Elang membuat keempat temannya tambah senang. Bahkan Bagus melanjutkan goyang ulernya
sambil menjulurkan lidah. Entah apa salah Elang, hingga mempunyai sahabat yang begini-begini amat.
"Astaghfirullah, Bagus, kok baju kamu digituin?" Kedatangan Melati yang tidak lain adalah ibu dari seorang Bagus Setya Aji, membuat kelimanya diam mematung.
Mereka menjadi tidak enak hati, kalau ibunya Bagus menjadi tahu jika anaknya gesrek. Kasihan tuh ....
"Nah lho, gue gak ikut-ikutan ya kalau mamahnya Bagus sampai ngambek. Itu urusan elo berempat," celetuk Elang setelah melihat Melati langsung masuk kamar.
"Enak aja lo cuci tangan. Kita hadapi barengan dong. Kita rayu mamah Melati, biar gak ngambek ke Bagus," omel Valerie pada Elang.
"Eh tai, sekarang aja lo bilang kita hadapi barengan. Tadi waktu gue disiksa Bagus kemana aja lo!!" Elang menjitak pelan kepala Valerie.
"Tadi kan kita juga hadapi barengan. Bareng-bareng nyiksa elo, wlekkk." Valerie
menjulurkan lidahnya mengejek Elang. Gadis itu langsung bersembunyi di balik tubuh Gaung, sebelum Elang murka padanya.
"Udah, sekarang yang perlu kita lakuin, kita cari cara agar Mamah Melati tidak ngambek," ujar Gaung.
"Iya," timpal Gandi, "pasti mamah Melati kecewa tuh, punya anak yang badannya binaragawan tapi kelakuannya acakkadulan.
Tak berselang lama Melati keluar lagi dari kamarnya sambil membawa sesuatu, entah apa itu.
"Harusnya tuh di tambah ini sama ini biar tambah syantik. Melati meletakkan bandana bermotif bunga di kepala Bagus dan melingkarkan selendang motif ular ke leher putranya itu. "Nah, selesai, ayo goyang lagi, bibik sini bik ... ikut goyang bareng-bareng!!" teriak Melati yang memanggil asisten rumah tangganya untuk ikut bergabung dengannya.
Hal itu membuat Elang, Valerie, Gandi dan Gaung melongo kaku. Dia lupa kalau kelakuan emaknya Bagus itu sebelas dua belas sama anaknya.
Gak heran kelakuan Bagus absurd, orang emaknya aja begitu. Ini bukan lagi buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tapi sudah buah jatuh sepohon-pohonnya.
Lebih baik merasakan sakit karena luka yang tertoreh ditubuhku. Dari pada melihat mu merintih menahan sakit, itu lebih menyiksa ku...
***
Sepi dan tenang, hanya suara kasak-kusuk murid membahas soal yang tertulis di papan. Itulah suasana kelas 12 Ipa1.
Suasana tenang itu bertahan sampai Gandi berteriak membuat seisi kelas menoleh kearahnya.
"******, ngapa tuh Eri jongkok sambil dikerumunin gitu." Gandi menunjuk ke lapangan basket. Dimana Valerie tengah jongkok dengan wajah pucat dan dikelilingi teman-teman sekelasnya.
"Pucat banget mukanya." Elang bangkit dari kursinya dan bergegas menemui gadis itu disusul ketiga temannya yang lain. "Bu Endang maaf, kami mau ijin sebentar. Kelihatannya Valerie sakit."
"Iya silahkan." Dengan mudah guru kimia itu mengijinkan Elang dan yang lain keluar kelas. Bukan karena pilih kasih atau bagaimana. Beliau memberi ijin, karena tahu bahwa Elang dan yang lain pasti bertanggung jawab atas
segala tindakan mereka. Prestasi akademik mereka juga tidak perlu diragukan lagi.
Keempat cowok ganteng itu berlari sepanjang koridor menuju lapangan. Raut khawatir terlihat jelas pada wajah mereka.
"Eri kenapa, Pak?" tanya Elang pada pak Joko, guru olahraga mereka begitu mereka berada di dekat Valerie.
"Bapak juga tidak tahu. Tiba-tiba Valerie mengeluh sakit perut. Dibawa ke UKS ,saja Lang." Tanpa banyak bertanya lagi, Elang langsung membopong Valerie menuju UKS diikuti ketiga temannya yang lain.
"Sakit, Lang ...," rintih Valerie sambil menyerukkan kepalanya di dada bidang Elang, mencari kenyamanan.
"Stttt, sabar Er, kita cari obat di UKS," lirih Elang menenangkan Valerie.
Brakkkk
Gaung membuka pintu UKS dengan tidak santai, membuat dokter jaga di dalam sana berjengkit terkejut.
Elang meletakkan Valerie di salah satu ranjang di sana.
"Kalian keluar dulu. Biar saya periksa Valerie!" perintah dokter muda yang bernama Yoga itu.
"Kenapa harus keluar? Kita mau nemenin Valerie disini, Dok," protes Elang yang diangguki tiga pemuda yang lain.
"Kalian kan cowok, masa mau lihat saya meriksa Valerie," geram Yoga karena sikap posesif keempat sahabat gadis yang terlihat pucat itu.
"Emang dokter bukan cowok? Gak baik kalau cowok-cewek berduaan saja di ruanganbegini." Bagus mengangkat wajahnya, menatap Yoga dengan pandangan songong.
"Kalau saya ikut keluar, terus yang periksa Valerie siapa?" Yoga berusaha bersabar menghadapi keempat murid ganteng nan cerdas itu. Tapi entah kemana kecerdasan mereka sekarang.
"Buruan keluar cumi!!!" geram Valerie yang mulai jengah dengan kelakuan sahabatnya itu, "sakit ini." Pelototan mata Valerie, ampuh membuat keempat cowok itu kicep dan langsung berlalu dari tempat itu. Walau mereka keluar dengan mulut manyun dan ngedumel tidak jelas.
Selang beberapa waktu, dokter Yoga membuka tirai pembatas meja jaga dan ranjang pasien. Dokter Yoga menghampiri empat cowok yang berdiri bersender di tembok dengan wajah yang masih ditekuk.
"Udah, biasa aja muka nya. Gak saya apa-apain Valerie nya." Yoga ikut bersandar di sana. "Cuma saya pegang dikit." Goda Yoga, yang langsung mendapat tatapan murka dari empat cowok most wanted SMA Garindra itu.
"Dokter mau saya bikin mencong tuh hidung gedenya!" Ucapan Gaung membuat Yoga terkekeh geli. Ternyata mudah menyulut emosi cowok-cowok yang biasanya bersikap tenang dan penuh perhitungan ini. Tinggal usik gadis manis kesayangan mereka, langsung Bummm, meledak emosi yang biasanya terkontrol baik itu.
Tapi Yoga masih waras dan sayang dengan nyawanya. Dia tidak akan mau mencari perkara dengan keempat inti Arakata itu. Bisa habis dia dikeroyok anak Arakata se-Jakarta kalau sampai berani mengusik panglima perangnya.
"Kalau saya gak pegang Valerie gimana saya periksanya?" Yoga menaik turunkan alisnya. Merasa puas berhasil menggoda mereka.
"Dokter tengil," gumam Elang membuat cengiran Yoga tambah lebar.
"Valerie gak papa. Perutnya kram karena kedatangan tamu bulanan." Yoga duduk bersandar di kursinya.
"Tamu dari mana tuh berani bikin Eri sampe kram begitu. Di tonjok tuh pasti perutnya."
Yoga menggelengkan kepala mendengar penuturan Gandi. Dia heran, kok bisa cowok-cowok di hadapannya ini selalu mendapat peringkat teratas dalam akademiknya.
"Bukan itu yang saya maksut.." Yoga masih mencoba bersabar. "Perut Valerie kram karena dia datang bulan." Yoga memijat pelipisnya, melihat keempat cowok itu masih melongo belum paham. Yoga mulai menyerah, dia pusing. "Valerie menstruasi, penyakit bulanannya wanita. Udah paham?" Yoga menghembuskan napas lega, melihat akhirnya keempat cowok itu mengangguk paham.
"Ini obat penahan nyeri." Yoga memberikan obat itu pada Elang. "Kebetulan persediaan pembalut di UKS habis. Jadi kalian tolong beliin buat Valerie." Yoga membuka pintu UKS dan beranjak keluar.
"Dokter Yoga mau kemana?" tanya Gandi yang melihat dokter muda itu akan beranjak dari sana.
"Saya mau keluar dulu cari udara segar. Pening kepala saya, ngadepin cowok gak jelas kayak kalian."
"Dokter kok baperan," gerutu Bagus begitu Yoga sudah tidak terlihat lagi.
"Er,
minum dulu obatnya." Elang memberikan obat dan minuman pada Valerie.
Gadis itu duduk bersandar pada dada bidang Gaung. Tubuhnya masih lemas,
karena menahan sakit pada perutnya.
"Ya udah kalau gitu gue sama Gandi ke toko depan dulu ya, buat beli pembalut," pamit Bagus pada Valerie. Valerie menganggukkan kepalanya
"Pembalutnya yang ada sayapnya ya," ucap Valerie sebelum duo gesrek itu pergi.
"Lhah, kalau ada sayapnya terbang dong Er. Gue bawanya gimana?" ucapan bodoh Bagus membuat Valerie menggelengkan kepalanya. "Tanya saja sama penjaga tokonya, bilang kalau mau cari pembalut yang ada sayapnya." Bagus dan Gandi menganguk, entah paham atau tidak. "Sekalian gue titip minuman kesehatan wanita ya. Entar kirimin gambarnya lewat chat."
"Siap." Gandi dan Bagus bergaya sok memberi hormat pada Valerie. Semoga duo gesrek tidak membuat ulah. Sudah cukup dokter Yoga yang terkena migrain gara-gara ulah mereka, jangan sampai ada korban lagi.
***
"Ada yang bisa saya bantu,Mas?" sapa penjaga toko yang melihat dua pemuda tampan celingak-celinguk tidak jelas.
"Eh, ada embak cantik." Gandi cengengesan sambil mengusap tengkuknya. Dia bingung bagaimana caranya bertanya soal pembalut itu. Sejujurnya dia malu kalau harus membeli kebutuhan pribadi khusus wanita itu. Tapi, demi sahabat tersayangnya itu, Gandi rela jika harus menahan malunya.
"Ini mbak anu," lanjut Gandi.
"Anu lo napa Gan? Bengkong? Sini gue injek, siapa tahu bisa lempeng." Tawaran Bagus membuat Gandi meringis ngilu.
"Mulut lo minta ditabok.." Pelototan Gandi hanya dijawab cengiran oleh Bagus. "Begini mbak, saya cari yang bersayap tapi bukan malaikat." Ucapan ambigu Gandi membuat mbak-mbak penjaga tokonya tersipu, dikira merayu dia.
"Ah, mas ganteng bisa aja ngerayunya. Saya kan jadi mau, eh malu." Mbak-mbak menor itu memukul-mukul lengan kekar Gandi, sambil berkedip genit membuat cowok itu bergidik ngeri.
"Mampus lo, huahaha. Mamam mbak, bawa pulang. Isep ubun-ubunnya sampai kering mbak. Hahaha." Bagus terbahak melihat muka pucat Gandi.
"Teman bangsat lo." Gandi mencoba menendang Bagus. Tapi gagal, karena pemuda itu masih di gelendotin mbak-mbak pramuniaganya. "Begini ya mbak, saya jelaskan biar tidak tambah salah paham."
"Aduh, mas ganteng romantis deh mau bicara berdua ya." Ucapan itu membuat Gandi bertambah pusing dan Bagus tambah terbahak bahagia. Emang teman sialan, jangan lupa ingatkan Gandi buat nampol Bagus setelah ini.
"Saya kesini cari pembalut yang ada sayapnya mbak. Bukan mau ngerayu embak..."
"Oh, saya kira mas nya mau ngerayu saya kayak di tv-tv. Ini mas pembalut
yang ada sayapnya." Penjaga toko itu menyerahkan sebungkus pembalut yang
dimaksut Gandi.
"Thanks mbak. Yuk balik ke sekolah, kasihan Eri nunggu kelamaan. Minuman yang
dimaksud Eri udah lo ambilin kan?" Gandi dan Bagus berjalan menuju kasir.
"Udah, tenang aja."
"Lo yang bayar ke kasir ya. Gue tunggu di depan. Kepala gue mendadak migrain gara-gara mbak itu," tunjuk Gandi pada mbak menor tadi, yang masih melihat ke arahnya sambil memberikan ciuman jarak jauh. Mungkin cowok
itu kualat karena sudah membuat dokter Yoga menjadi migrain. Sekarang, giliran cowok itu yang migrain. Karma yang dibayar tunai tidak pakai hutang.
***
"Nih Er pembalut sama minumannya." Bagus memberikan kantung kresek pada Valerie.
"Makasih, ya." Valerie melongo membuka kresek yang berisi minuman pesannya. "Elo berdua beli minuman segini banyak buat apa? Buka warung?"
"Gak tahu gue, yang bagian ambil minuman tuh makhluk astral," tunjuk Gandi pada Bagus.
"Emang elu aja yang haus Er. Gue juga haus kali. Karena gue lihat tuh minuman kelihatannya seger banget, ya gue beli banyak buat gue, Bagus, Gaung sama Elang juga."
"Eh kampret, kan tadi gue udah bilang kalau itu minuman buat kesehatan wanita." Valerie memijit pelipisnya, pusing dengan kelakuan antik satu temannya ini.
"Emang wanita aja yang boleh sehat. Lelaki kayak gue ini juga pengen sehat kalik, " protes Bagus masih tidak terima disalahkan.
"Maksut gue, ini tuh minuman khusus buat perempuan yang lagi datang bulan." Bagus melongo mendengar penjelasan dari Valerie. Emosi Valerie yang tidak stabil karena datang bulan, menjadi tambah tidak terkontrol karena ulah Bagus. "Ish, terserah elo ah, gue jadi pusing. Pokoknya gue gak mau tahu, elo harus habisin itu semua minumannya. Gue ambil satu saja." Valerie langsung ngacir ke toilet untuk memakai pembalutnya. Yang kata
Gandi bersayap tapi bukan malaikat itu.
Bagus masih shock melihat kresek berisi minuman yang menurutnya segar itu.
"Bantuin gue ngabisin ini dong," pinta Bagus memelas sambil mengangkat kresek itu.
"Ogah,elo sendiri aja yang ngabisin. Kita kan jalannya masih ngangkang, elo yang jalannya rapet, yang musti nelen tuh minuman," jawab Gaung cuek sambil berlalu pergi meninggalkan UKS.
"Sorrybro, gue pipis nya masih berdiri. Jadi, elo aja yang pipisnya jongkok yang ngabisin." Elang menepuk pundak Bagus, seakan memberi dukungan pada sobatnya itu.
"Gan, bantuin gue."
"Ogah, salah sendiri tadi elo malah ngetawain waktu gue di ganggu mbak-mbak genit. Mamam tuh semua..." Gandi berjalan menyusul kedua temannya yang sudah keluar UKS duluan.
Bagus melongo di tempat meratapi nasibnya, sampai terdengar suara langkah kaki masuk ke ruangan itu.
"Bagus, kamu masih dìsini?" tanya dokter Yoga yang baru kembali dari kegiatannya mencari udara segar.
"Alhamdulillah ada dokter ganteng." Bagus membulatkan matanya bahagia, berharap orang di hadapannya itu mau membantunya. "Bantu Bagus dok, Bagus sudah tidak sanggup dengan semua ini," ucap Bagus sok teraniaya, membuat orang yang mendengarnya langsung meriang.
"Waduh, perasaan gue gak enak ini." Yoga memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar. Dokter muda itu menyesal karena telah berangkat kerja hari ini. Kalau tahu bakal bernasib seperti ini, dia lebih memilih diam di rumah.
Tidak masalah jika gajinya dipotong. Dari pada dia harus mengalami hal seperti ini.
Yang sabar ya dokter ganteng.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!