"Liam Ang, model sekaligus calon pengusaha muda yang selain berparas tampan ternyata juga berhati mulia. Baru-baru ini, sebuah video amatir yang menangkap gambar Liam yang rela turun dari mobilnya dan membantu seorang ibu tua yang hendak menyeberang jalan, ramai beredar di media sosial. Tentu saja hal itu semakin membuat nama Liam Ang melambung ke permukaan. Model berusia 21 tahun-"
"Semuanya dua puluh lima ribu," ucap seorang kasir yang langsung membuat Yumi mengalihkan perhatiannya dari layar televisi empat belas inchi yang menampilkan berita tentang seorang model yang tengah naik daun, Liam Ang.
Yumi mengeluarkan lembaran uang berwarna biru yang tinggal satu-satunya dari dalam tas selempang yang ia bawa dan mengangsurkannya pada kasir tadi. Setelah menerima kembalian dan menenteng kantung berisi barang belanjaannya, bergegas Yumi keluar dari minimarket dua puluh empat jam itu dan menuju ke halaman parkir, dimana hanya ada motornya yang terparkir di halaman tersebut.
Jam memang sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Dan Yumi baru pulang dari kerja part time-nya di Rainer's Resto. Biasanya jam sepuluh malam Yumi sudah sampai di kost-nya. Namun karena malam ini ada acara penting di Rainer's Resto, jadilah Yumi terpaksa harus lembur.
Yumi Arishta, gadis berusia sembilan belas tahun yang berasal dari sebuah kota kecil yang baru beberapa bulan merantau ke kota metropolitan ini demi melanjutkan kuliahnya. Yumi yang hanya seorang putri dari pemilik toko sembako di pasar, harus hidup sederhana dan berhemat. Beruntung Yumi berkenalan dengan Valeria saat baru masuk di Universitas.
Valeria gadis yang baik dan tak sombong, meskipun ia adalah putri dari pemilik Rainer's Resto tempat Yumi bekerja. Valeria juga yang membantu Yumi mendapatkan pekerjaan part time di restorant sang papa.
Yumi menyusuri jalan kota yang mulai lengang. Hanya ada satu dua kendaraan yang berlalu lalang mendahului motor matic Yumi yang hanya melaju 40 km/jam. Mulut Yumi tak berhenti komat-kamit merapalkan doa dan kadang bersenandung kecil demi mengusir rasa sepi yang mendadak terasa mencekam malam ini.
Ouh, ya ampun!
Kost-an Yumi masih lumayan jauh.
Tepat setelah lampu merah, Yumi membelokkan motor matic-nya ke sebelah kiri. Jalan yang akan Yumi lalui ini selalu sepi saat malam. Terlebih kiri kanannya yang hanya terdapat tanah kosong serta pencahayaan yang minim membuatnya kian mencekam.
Tapi ini satu-satunya jalan tercepat menuju ke arah kost-an Yumi.
Bisa saja, Yumi memutar dan melalui jalan lain yang lebih ramai. Namun itu cukup jauh dan akan memakan waktu lumayan lama. Sedangkan malam semakin larut dan Yumi hanya ingin cepat sampai di kost-nya.
Yumi tak berhenti bersenandung kecil sepanjang perjalanan. Jalanan gelap yang kini Yumi lalui kenapa terasa begitu panjang malam ini? Padahal kalau siang rasanya biasa saja.
Praaang!
Suara kaca pecah yang terkena hantaman benda berat membuat jantung Yumi nyaris menggelinding dari rongganya.
Ada sebuah mobil sedan yang berhenti di tepi jalan. Beberapa orang tampak mengelilingi mobil seraya mengacungkan golok dan benda tajam lainnya.
Astaga!
Apa itu begal?
Yumi memperlambat laju motornya.
Tidak! Seharusnya Yumi tancap gas saja dan pura-pura tak melihat aksi para begal tersebut.
Atau Yumi putar arah saja?
Tapi ini sudah terlau dekat dan rasanya sudah terlambat untuk putar arah. Yumi bersiap untuk menarik gas, saat sebuah tubuh tinggi tegap melompat ke jok belakang motor Yumi dan membuat Yumi nyaris kehilangan keseimbangan.
"Cepat tancap gas!" Suara seorang pria sontak membuat Yumi gelagapan dan kehilangan konsentrasi.
"Apa? Kau siapa?" Tanya Yumi tergagap.
"Nanti saja aku jelaskan. Cepat pergi dari sini!" Perintah pria itu yang tangannya sudah menggenggam tangan Yumi yang masih berada di atas stang gas.
"Cepat! Cepat!" Pria itu menarik gas hingga membuat Yumi kaget dan memekik ketakutan.
"Kendarai motormu dengan benar!" Pria itu ganti menepuk-nepuk pundak Yumi yang sontak membuat darah Yumi berdesir tak karuan. Jantung Yumi benar-benar ingin jatuh ke perut sekarang.
Sekuat tenaga, Yumi berusaha menguasai dirinya sendiri. Yumi terus melajukan motornya masih sambil membonceng pria asing yang entah siapa ini.
Ya ampun!
Jangan sampai setelah ini Yumi menjadi korban pemerkosaan yang mayatnya dibuang ke semak-semak.
Yumi kembali begidik ngeri membayangkan semua hal buruk yang mungkin saja menimpanya, karena membonceng seorang pria asing.
"Ki-kita mau ke-kemana?" Tanya Yumi tergagap-gagap.
"Aku tidak dengar suaramu! Bisa berhenti dulu di tempat yang agak ramai?" Pria asing itu menyandarkan dagunya di pundak Yumi dan sedikit berteriak di dekat telinga Yumi.
Yumi sedang memakai helm, jadi suara pria ini tak terlalu menyakiti telinganya, Namun sikapnya yang dengan sangat santai menempelkan dagunya di pundak Yumi, yang membuat jantung Yumi melompat-lompat tak karuan sekarang.
Yumi menghentikan motornya di dekat sebuah angkringan yang cukup ramai pengunjung. Begal yang tadi merampas mobil pria asing ini tak terlihat sama sekali. Sepertinya memang mereka tidak mengejar Yumi dan pria asing ini.
"Terima kasih karena sudah menyelamatkan nyawaku!" Pria asing tadi sudah turun dari motor Yumi, dan kini berdiri seraya merengkuh kedua pundak gadis tersebut.
Hah, apa?
Entah mendapat keberanian darimana, Yumi malah mendongakkan kepalanya dan menatap wajah pria asing tersebut.
Tunggu!
Wajahnya tidak asing.
Rahang tegas itu,
Hidung mancung itu,
Wajah maskulin yang beberapa hari terakhir sering Yumi lihat wira-wiri di layar televisi.
Wajah yang ada di poster yang dibawa dan dielu-elukan oleh banyak kaum hawa di kampusnya.
Liam Ang!
"Kau-" pekik Yumi yang suaranya langsung tertahan karena Liam buru-buru membungkam mulut gadis itu.
"Jangan lebay!" Bisik Liam seraya mengacak rambutnya sendiri demi menyembunyikan wajahnya yang sedikit memar.
"Rumahmu dimana?" Tanya Liam selanjutnya.
"Aku nge-kost," jawab Yumi masih tergagap.
"Boleh aku numpang di kost-mu malam ini? Aku janji tidak akan berbuat hal aneh-aneh!" Pinta Liam sedikit memaksa.
"Tidak!" Jawab Yumi tegas dan setengah berteriak.
Sontak Liam kembali membungkam mulut gadis yang berperawakan gemuk tersebut.
Meskipun kost-an Yumi adalah kost-an bebas dimana penghuninya campuran pria dan wanita. Namun tidak berarti juga Yumi bisa membawa pria asing ini ke kost-nya dan menginap semalaman. Yumi bukan wanita murahan sejenis itu.
Ya meskipun pria asing ini adalah model terkenal yang sedang naik daun itu, tetap saja pria ini adalah orang asing bagi Yumi.
Jangan tanya kenapa Yumi memilih untuk menempati kost-an bebas ini ketimbang kost khusus putri. Harganya yang lebih murah dan letaknya yang strategis serta dekat denagn kampus adalah beberapa alasan Yumi yang masuk akal. Bukankah Yumi harus berhemat?
Toh, Yumi juga merasa kalau dirinya bisa menjaga diri.
Lagipula, siapa orang iseng yang akan mengganggu atau tertarik pada gadis gendut pendek sejenis Yumi?
"Kenapa tidak pulang saja ke rumahmu?"
"Ini! Naik taksi sana!" Yumi memberikan sisa uang di tasnya pada Liam dan menyuruh pria itu naik taksi saja.
"Apa ini?" Liam menjembreng uang dua puluh ribuan dan lima ribuan yang tadi diangsurkan Yumi.
"Uangku tinggal itu," Yumi nyengir kuda.
"Dimana kost-mu?" Tanya Liam yang kini memaksa Yumi untuk geser ke jok bagian belakang. Pemuda itu ganti duduk di jok bagian depan dan mengambil alih kemudi motor Yumi.
"Aku tidak kan membawa pria asing ke kost-ku, sekalipun pria itu adalah seorang model terkenal!" Omel Yumi setengah berbisik pada Liam.
"Aku hanya menumpang malam ini! Besok pagi aku akan pulang!" Sahut Liam bersikeras.
"Cepat tunjukkan!" Paksa Liam yang kini sudah menyalakan mesin motor matic Yumi dan mulai melajukannya perlahan.
Yumi menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menunjukkan pada Liam arah kost-nya.
Mungkin tidak masalah, jika Yumi menampung seorang Liam Ang di kost-nya malam ini.
Yumi mungkin bisa mengambil foto pria ini diam-diam, lalu mencetaknya dalam jumlah banyak dan menjualnya pada para gadis yang tergila-gila pada Liam Ang. Pasti akan laku keras.
Jiwa bisnis yang bagus, Yumi!
.
.
.
Hai!
Kita ketemu sama Liam Halley Anggara disini.
Ini timingnya setelah Liam mengantar Anne dan Abi pulang dari acara pertunangan Thalia dan Zayn.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Liam Ang
Yumi Arishta
Liam menghentikan motor Yumi di depan bangunan berderet berbentuk U. Ada halaman yang cukup luas di depan banguan tersebut. Sepertinya dipakai untuk lahan parkir.
Yumi turun dari motor dan segera membuka pagar besi di depan bangunan tersebut.
"Masuk!" Perintah Yumi memberi kode pada Liam agar membawa motornya masuk ke halaman.
Setelah Liam masuk, Yumi segera menutup kembali pagar besi tadi.
Liam sudah turun dari motor dan memarkirkan motor Yumi di halaman.
"Jangan diparkir disitu! Nanti hilang!" Gerutu Yumi menunjuk ke arah motornya.
"Yang mana kamarmu?" Tanya Liam yang sudah mengambil kembali motor Yumi dan menuntunnya mengikuti langkah Yumi.
Gadis itu berhenti di depan pintu kost nomor tiga.
Yumi membuka kunci pintu kamar kost-nya, lalu membuka daun pintu itu dengan lebar, agar Liam bisa membawa motornya masuk ke dalam.
"Terus ke belakang!" Perintah Yumi sekali lagi menunjuk ke arah pintu belakang yang langsung tembus ke halaman belakang kost-an.
Halaman dimana terdapat kamar mandi yang sengaja dibuat terpisah dari bangunan utama.
Liam sudah selesai memarkirkan motor Yumi di halaman belakang. Pria itu kembali masuk dan menutup pintu.
Yumi sendiri sedang menggelar karpet kecil di ruangan yang entah disebut apa.
Mau menyebutnya ruang belajar, tapi ada kompor dan rak piring disana. Mau menyebutnya dapur, tapi kenapa ada meja belajar dan rak buku mini juga disana?
Membingungkan!
Kost-an Yumi memang hanya terdiri dari dua ruangan yang dipisahkan oleh sekat dari papan. Satu ruangan Yumi gunakan sebagai ruang belajar merangkap dapur, ruang makan, serta ruang tamu.
Dan satu ruangan lagi adalah kamar Yumi yang hanya berisi kasur busa ukuran paling kecil, dan satu lemari plastik tiga susun.
"Apa lukamu ada yang serius?" Tanya Yumi memecah keheningan diantara dirinya dan Liam Ang.
"Entahlah?" Liam mengendikkan bahunya.
"Kenapa tidak kau periksa dan kau obati?" Liam sudah duduk bersila di atas karpet dan bersandar di tembok.
"Merepotkan!" Gumam Yumi seraya berdecak sebal.
Yumi mengambil satu mangkuk dari rak piring mini miliknya dan mengisi mangkuk itu dengan air panas dari dispenser. Yumi duduk di depan Liam dan mulai memperhatikan dengan seksama bagian wajah Liam yang lebam.
Kenapa wajah ini terlihat lebih tampan ketimbang fotonya?
Oh ya ampun!
Yumi menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengusir semua pikiran tentang Liam Ang dari dalam otaknya.
"Ada apa denganmu?" Tanya Liam tak mengerti dengan sikap gadis di depannya tersebut.
"Tidak ada apa-apa!" Jawab Yumi seraya menarik nafas dalam-dalam.
Yumi mencelupkan handuk kecil ke air di mangkuk dan menyekakannya perlahan ke wajah Liam. Yumi juga menyingkirkan rambut Liam yang berserakan menutupi wajah pria itu. Semakin disibak, semakin terlihat saja wajah tampannya.
"Siapa namamu?" Tanya Liam memecah keheningan.
Sementara tangan Yumi masih membersihkan lebam di wajah Liam dengan sangat telaten.
"Yumi," jawab Yumi lirih.
"Yumi?"
"Iya Yumi!" Jawab Yumi lagi lebih tegas.
"Yumi siapa?" Tanya Liam pagi kepo.
"Apa urusanmu bertanya nama lengkapku?" Gertak Yumi galak.
"Aku kan hanya bertanya. Kenapa kau menyalak begitu?" Gumam Liam tak paham.
"Sudah selesai. Pulang sana!" Usir Yumi seraya bangkit berdiri dan mengangkat mangkuk berisi air tadi lalu membuang airnya ke wastafel.
"Kau tidak lihat?" Pertanyaan aneh dari Liam membuat Yumi menoleh dan memindai pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Melihat apa? Bentukmu masih terlihat dengan jelas." Yumi memutar bola matanya.
"Aku baru saja dibegal dan aku tidak membawa ponselku!" Ucap Liam dengan nada memelas.
Yumi meraih tas selempangnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, lalu menyodorkannya pada Liam.
"Kau ingat nomor telepon rumahmu, kan? Hubungi saja! Suruh jemput kesini!" Cecar Yumi dengan nada galak.
Liam menyambar ponsel Yumi dan segera menekan nomor telepon rumahnya.
Namun bukannya tersambung, justru operator yang menjawab panggilan Liam dan memberikan info kalau pulsa Yumi tidak cukup untuk melakukan panggilan.
"Ponselmu tidak ada pulsanya?" Tanya Liam mengernyitkan alisnya pada Yumi.
Yumi berpikir sejenak.
"Oh, aku lupa! Besok aku baru gajian, jadi aku belum mengisi pulsa!" Yumi kembali nyengir dan menyambar ponselnya dari tangan Liam.
"Kau kerja?" Tanya Liam lagi semakin penasaran pada gadis bertubuh subur itu.
"Kerja part time. Sambil kuliah," jawab Yumi yang kembali memasukkan ponsel jadulnya ke dalam tas selempang.
"Kuliah dimana?"
"Kenapa kau kepo sekali? Aku mau tidur!" Sahut Yumi dengan nada malas.
Gadis itu membuka pintu kamarnya saat Liam kembali melontarkan pertanyaan.
"Aku tidur dimana malam ini?" Tanya Liam pura-pura polos.
"Tidur saja disitu! Kenapa masih bertanya?"
"Kalau tidak mau kau bisa tidur di teras depan atau di halaman atau terserah!" Cerocos Yumi panjang lebar merasa kesal.
"Kau tidak memberiku bantal dan karpetmu ini keras sekali. Kepalaku sakit!" Keluh Liam kembali memelas.
Ya ampun!
Manja sekali pria ini.
Yumi masuk ke kamarnya dan mengambil satu bantal serta selimut untuk Liam, lalu melemparkannya sembarangan ke arah Liam.
"Apa kau tidak bisa lebih lembut sedikit?"
Braaak!
Pertanyaan Liam hanya dijawab dengan bantingan pintu dari Yumi.
Dasar gadis aneh!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Yumi baru tiba di kampus, saat gadis itu mendapati suasana kampus yang heboh. Hanya para mahasiswi sebenarnya yang heboh. Rata-rata dari mereka menampilkan raut wajah sedih yang begitu lebay. Apa ada patah hati massal di kampus?
"Hai, baru datang?" Sapa Valeria yang langsung menepuk punggung Yumi dan menyapa sahabatnya tersebut.
"Apa ada berita yang aku lewatkan? Kenapa cewek-cewek pada heboh begini, Va?" Tanya Yumi masih heran.
"Ya. Bang Liam menghilang dan beritanya langsung heboh menyebar di sosmed. Tahu sendiri bagaimana kelanjutannya," Valeria mengendikkan bahu dan wajah sahabat Yumi itu terlihat khawatir.
"Bang Liam?" Yumi mengerutkan kedua alisnya.
"Liam Ang! Model yang sedang naik daun itu," jelas Valeria pada Yumi.
"Kau memanggilnya Bang Liam barusan." Yumi semakin bingung.
"Kebetulan dia sepupuku," ucap Valeria sedikit berbisik pada Yumi. Sepertinya belum banyak yang tahu dan Valeria tidak mau ada orang lain yang mendengar fakta baru ini.
"Serius!" Pekik Yumi lebay.
"Kecilkan suaramu itu!" Sergah Valeria yang langsung membungkam mulut Yumi.
Yumi hanya berdecak dan berusaha melepaskan tangan Valeria yang membungkam mulutnya.
"Trus udah ada kabar dari Liam Ang?" Tanya Yumi selanjutnya pura-pura polos.
Padahal jelas-jelas Yumi tahu kalau Liam sedang tidur mendengkur sekarang di kost-nya.
Dasar tidak tahu diri!
Sudah menumpang, bangunnya siang, tidur mendengkur pula!
Valeria menggeleng sebelum menjawab pertanyaan Yumi,
"Hanya mobilnya yang ditemukan di sebuah jalan dan dalam kondisi berantakan. Bang Liam dan semua barang berharga miliknya raib tak tahu rimbanya," jelas Valeria dengan nada sendu.
"Perkiraan sementara dari pihak kepolisian, Bang Liam kena begal dan mungkin Bang Liam ikut diculik oleh para begal," sambung Valeria lagi yang hampir membuat tawa Yumi meledak.
Namun sekuat tenaga, Yumi menahan tawanya.
Apanya yang diculik begal?
Liam bahkan sedang tidur nyenyak sekarang.
Tapi, haruskah Yumi mengatakan pada Valeria keberadaan Liam saat ini?
Rasanya kasihan juga melihat wajah sedih Valeria. Keluarga Liam pasti sekarang juga sedang kebingungan mencari-cari Liam.
"Aku tahu dimana Liam Ang," bisik Yumi pada Valeria.
"Jangan bercanda, Yumi!" Gertak Valeria merasa tak percaya.
"Aku tidak bercanda! Aku akan menunjukkannya kepadamu dimana Liam sekarang," ucap Yumi bersungguh-sungguh, masih sambil berbisik tentu saja.
"Dimana?" Tanya Valeria tak sabaran.
"Di kost-an aku," jawab Yumi dengan raut wajah datar.
"Bagaimana bisa?" Tanya Valeria lagi merasa penasaran.
"Nanti aku ceritakan. Ayo masuk kelas!" Yumi menarik tangan Valeria masuk ke gedung kampus untuk mengikuti kelas hari ini.
Menjelang makan siang, Yumi dan Valeria sudah meninggalkan kawasan kampus dengan berboncengan sepeda motor. Mereka langsung menuju ke kost-an Yumi.
****
Liam bangun dari tidurnya dan sedikit menggeram karena sekujur tubuhnya terasa sakit
Ya ampun!
Liam tidur di atas lantai hanya beralaskan sebuah karpet plastik tipis. Pantas saja badan Liam terasa seperti habis digebuki.
Liam bangun dengan susah payah, dan meregangkan otot-ototnya yang terasa remuk redam. Sekarang Liam merasa kepanasan dan perutnya keroncongan.
Apa Yumi tidak punya kipas angin?
Kenapa kostan ini terasa seperti sebuah sauna?
Segera Liam membuka kemejanya yang memang belum ia ganti sejak semalam. Liam menatap jam dinding gambar doraemon yang sekarang menunjukkan hampir pukul dua belas siang.
Baru saja Liam hendak bangkit berdiri, tiba-tiba pintu depan sudah menjeblak terbuka dan ada dua orang gadis yang berdiri di ambang pintu.
"Abang Liam!" Pekik Valeria yang langsung mendekat ke arah Liam dan memeriksa sepupunya tersebut dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Abang baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Apa kita perlu ke rumah sakit?" Cecar Valeria bertubi-tubi.
"Aku baik-baik saja, Va!" Jawab Liam cepat memberi kode pada Valeria agar sedikit memberinya ruang untuk bergerak.
"Bagaimana kau bisa tahu aku disini?" Tanya Liam yang kembali duduk bersandar pada tembok.
Kost-an Yumi ini kecil sekali sampai Liam tidak bebas bergerak. Dan sekarang ada Yumi serta Valeria di ruangan sempit ini. Semakin membuat ruang gerak Liam menjadi terbatas.
"Yumi yang cerita tadi," ujar Valeria menjawab pertanyaan Liam.
"Mom dan Dad sudah tahu aku disini?" Tanya Liam lagi pada Valeria.
Gadis sembilan belas tahun itu menggeleng.
"Beritahu sendiri!" Ucap Valeria menyodorkan ponselnya pada Liam.
"Aku lapar, Yumi! Kau punya makanan?" Tanya Liam pada Yumi yang masih berdiri mematung di dekat pintu.
"Tidak ada! Kau ingin makan apa? Biar aku belikan," jawab Yumi sedikit tergagap.
"Apa saja," ucap Liam seraya mengendikkan kedua bahunya.
"Baiklah! Tunggu sebentar!" Yumi sudah berbalik dan hendak membuka pintu.
"Yumi!" Panggil Valeria yang sontak membuat Yumi kembali menoleh dan mengernyitkan kedua alisnya pada sahabatnya tersebut.
Valeria tak berucap apapun dan langsung mengangsurkan lembaran uang berwarna merah pada Yumi.
Ya,
Setidaknya Valeria paham kalau Yumi memang sedang tidak punya banyak uang sekarang.
"Aku akan segera kembali," pamit Yumi yang segera keluar dari kost-an dengan cepat.
"Panas!" Keluh Liam sebelum mulai menelepon nomor sang Mom memakai ponsel Valeria.
"Aku buka pintunya, ya?" Tawar Valeria pada Liam.
"Jangan! Diluar ramai. Bisa heboh nanti kalau ada yang lihat aku bertelanjang dada begini," sahut Liam sedikit terkekeh.
Valeria tak jadi membuka pintu dan kembali duduk bersandar pada tembok di dekat pintu masuk.
"Halo, Mom! Ini Liam," sapa Liam setelah teleponnya diangkat oleh Mom Belle.
"Liam! Kau dimana? Ini telepon pakai ponsel Valeria? Kamu di rumah Om Theo?" Cecar Mom Belle yang langsung membuat Liam sedikit meringis.
"Liam sedang bersama Valeria, Mom! Tapi bukan di rumah Om Theo. Liam di tempat aman pokoknya," jawab Liam santai.
"Di tempat aman dimana?" Tanya Mom Belle sekali lagi sedikit curiga pada sang putra.
"Sudah! Pokoknya Mom tak perlu khawatir! Liam akan pulang kalau berita tentang Liam sudah hilang ditelan bumi nanti," ujar Liam lagi mengusap keringat yang membanjiri wajahnya.
"Liam, jangan mengada-ada! Katakan pada Mom kamu dimana sekarang! Mom akan menjemputmu!" Gertak Mom Belle tegas.
"Liam baik-baik saja, Mom! Nanti Liam bakal pulang sendiri! Mom tidak usah menjemput Liam, oke!" Jawab Liam keras kepala.
"Liam Halley Anggara! Kenapa kau keras kepala sekali!" Suara Mom Belle terdengar geregetan.
"Baiklah, Liam tutup dulu teleponnya. Liam akan menelepon Mom lagi nanti, kalau Liam sudah membeli ponsel baru," pungkas Liam seraya mematikan sambungan teleponnya.
Tak berselang lama, ponsel Valeria kembali berdering dengan nama Mom Belle yang tertera jelas di layarnya.
"Ini! Kamu matikan saja ponselmu!" Perintah Liam seraya memberikan ponsel pada Valeria.
"Tapi ini aunty menelpon, Bang!"
"Jangan diangkat! Atau katakan saja kalau aku sudah pergi dan kita tadi bertemu di jalan!" Ucap Liam memberikan ide pada Valeria.
"Tapi, Bang-"
"Lakukan saja!" Perintah Liam seraya mendelik pada Valeria.
Ya ampun!
Sepupu macam apa sebenarnya Liam ini.
Kenapa sifatnya sebelas dua belas dengan Anne yang juga kerap menyuruh Valeria berbohong pada Uncle dan Aunty?
"Halo, Aunty!" Valeria akhirnya mengangkat telepon dari Mom Belle.
"Vale, Liam mana?" Tanya Mom Belle cepat.
"Su-sudah pergi, Aunty!" Sahut Valeria sedikit tergagap.
"Pergi? Pergi kemana? Kamu jangan bohong pada Aunty!" Cecar Mom Belle yang sontak membuat Valeria kian gelagapan.
"Vale tidak bohong, Aunty! Tadi Abang Liam tiba-tiba muncul di depan kampus Vale, lalu meminjam ponsel Vale untuk menghubungi Aunty. Setelah itu Abang Liam pergi lagi naik ojek," tutur Valeria mengarang indah.
"Anak itu!" Mom Belle terdengar sedang menggeram kesal.
"Baiklah, Vale! Nanti kalau Liam menemuimu lagi, kamu langsung hubungi Aunty, ya! Atau kamu suruh Liam pulang secepatnya," pesan Mom Belle sdbelum mengakhiri panggilannya pada Valeria.
"Iya, Aunty," jawab Valeria patuh.
Tuut tuut
Sambungan telepon terputus.
"Abang, ih!" Valeria memukul lengan Liam karena kesal.
Sekali lagi, Valeria terpaksa berbohong pada Mom Belle demi membantu Liam.
Sedangkan Liam tak sedikitpun merasa bersalah dan malah terkekeh, melihat Valeria yang mencebik.
"Kenapa sih, Abang tidak mau pulang? Abang suka sama Yumi?" Tanya Valeria yang langsung membuat Liam menganga tak percaya.
Baru saja Liam akan membantah pertanyaan Valeria, namun pintu depan sudah menjeblak terbuka dengan tiba-tiba.
"Aku sudah pulang!"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!