NovelToon NovelToon

Guru Galak Itu Suamiku

Bab 01

Pagi hari di sekolah nampak seorang siswi berjalan santai ke arah kelasnya dengan tas ransel tersampir di bahu sebelah kirinya. Memakai rok seragam di atas lutut, baju seragam di sengaja di keluarkan. Rambut lurus sebahu di biarkan tergerai melambai lambai di tiup angin.

Dia adalah Bunga Adelwis siswi tercantik urutan kesekian, memiliki IQ di bawah rata rata. Siswi terpopuler di kalangan Guru seantero sekolah SMA HARAPAN karna kebandelannya. Anak kedua dari pasangan Pak Fariq dan Mama Indah.

Baginya sekolah itu adalah bermain, memiliki banyak teman, Kalau belajar itu sampingannya bukan yang utamanya.

Para guru yang masuk mengajar di kelasnya semua sudah pada bosan memberikan hukuman kepada Bunga. Dari menyapu halaman, bersihin toilet, menghormat bendera, berdiri satu kaki di depan kelas, di suruh skotjang, pus up dan lain lain.

Tapi tidak dengan guru yang satu ini, dia adalah Pak Arya, guru paling galak seantero sekolah. Dia paling berani menyentuh muridnya. Eh! makasudnya bukan menyentu tanda kutip ya!. Maksudnya menyentuh seperti menjewer telinga, menginjak jempol kaki, sering menyentil kening para siswa siswi yang sering masuk terkambat dan tidak mengerjakan PR dan jenis kebandelan lainnya. Seperti yang sering di lakukan Bunga saat ini, terlambat masuk kelas dan tidak mengerjakan PR.

Tok tok tok !!!

Semua murid mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka. Meski mereka sudah tau yang datang terlambat itu adalah Bunga, mereka tetap ingin melihatnya . Ingin melihat Bunga di hukum tentunya.

"Masuk! dan silahkan berdiri satu kaki selama pelajaran saya berlangsung, dan PRmu kumpul kesini terlebih dahulu" tegas seorang guru yang mengajar di kelas Bunga.

"PR saya belum selesai Pak, otak minimalis saya tidak sanggup menjawab soalnya" jawab Bunga enteng seperti tidak ada beban di pundaknya.

Guru matematika yang bernama Arya itu pun melambaikan tangannya supaya Bunga mendekat. Seperti di tarik, Bunga pun langsung berjalan ke arah Guru tertampan berparas bak dewa, guru tergalak seantero sekolah SMA HARAPAN itu, meski ia sudah tau akan mendapat hukuman.

Takk !!

"Aw !"

Satu sentilan mendarat di kening Bunga, membuatnya meringis mengusap keningnya.

"Pegang kedua telinga dengan tangan menyilang, Angkat satu kaki dan silahkan berdiri di sudut sana" Perintah Pak Arya yang gantengnya kebangatan .

"Kudoain Bapak tidak dapat jodoh, tega berlaku kasar pada kaum hawa" gerutu Bunga berjalan ke sudut bagian depan kelas . Memegang telinganya lalu berdiri satu kaki.

Pak Arya hanya menggelengkan kepalanya melihat putri dari pemilik sekolah itu. Apa pun di kasih hukumannya, Bunga tidak ada efek jeranya. Mungkin kalau dia bukan putri dari pemilik sekolahn dia sudah di keluarkan.

Pak Fariq sebagai orang tua dan pemilik sekolah, hampir angkat tangan melihat tingkah putrinya. Dia pun mengatakan kepada para guru di sekolah untuk tidak segan memarahinya dan memberikan putrinya hukuman.

Sudah satu jam Bunga berdiri di depan kelas, entah sudah berapa kali ia menggonta ganti kedua kakinya berdiri. Tangannya yang menggantung memegang telinga pun sudah tarasa pegal dan kaku.

"Pak ! saya susah gak kuat" keluh Bunga .

Pak Arya tidak menjawab, ia menatap Bunga dengan sorot mata tajam.

"Pak !"

"Diam !!!" bentak Pak Arya membuat Bunga sedikit ciut .

Arya seorang guru matematika, berparas tampan, jarang senyum dan pastinya galak terhadap muridnya. Karna ketampanannya dia adalah idola para siswi dan guru. Hampir semua kaum hawa di sekolah SMA HARAPAN menggilai ketampanannya, kecuali Bunga yang memiliki kecantikan pas pasan meski sudah di poles dengan make up. Ia tidak suka dengan Pak guru yang satu itu, karna sudah berani menyentil keningnya .

Nama lengkapnya adalah Aaryan Dakhy Alfarizqi di panggil Arya , berusia 26 Tahun. Dulu dia adalah murid terpintar dan tercerdas di SMA HARAPAN. Seorang yatim piatu berasal dari keluarga sederhana, dia hanya tinggal bersama Kakek dan Neneknya dulu . Tapi sekarang dia hanya berdua dengan Nenek kesayangannya, karna Kakeknya sudah meninggal .

Dia bisa melanjutkan pendidikannya ke bangku perkuliahan karna mendapatkan bea siswa dari sekolah tempatnya mengajarnya sekarang. Selain jadi guru, sekarang dia juga mempunyai usaha lain. Dia memiliki beberapa counter penjualan HP di setiap Plaza dan Mall di kotanya. Bisa di bilang dia sekarang sudah sukses, meski tidak menjadi seorang pengusaha besar .

"Bunga ! silahkan kerjakan soal di papan tulis, jika kamu bisa mengerjakannya , kamu boleh

duduk. Jika tidak! silahkan berdiri lagi" suruh Pak Arya. Memberikan penawaran yang jelas bunga tidak akan bisa mengerjakannya .

"Saya gak bisa Pak, saya gak paham" jawab Bunga .

"Silahkan berdiri satu jam kedepan lagi" ucap Guru yang paling tidak di sukai Bunga itu .

Bunga memanyunkan bibirnya , benar benar guru yang satu ini, gak ada bosannya dia menghukumku.

Satu jam berlalu, bel istirahat pertama pun berbunyi .

"Besok tugasnya harus selesai, bagi siapa yang tidak mengerjakan PR. Besok silahkan berdiri satu kaki di depan bendera, paham ?" ucap Arya tegas .

"Paham Pak !" seru semua murid di kelas Dua5.

"Silahkan istirahat." Tanpa menegur Bunga , Arya pun keluar dari dalam kelas .

Bunga menghentak hentakkan kakinya berjalan ke arah bangku . Kakinya sudah terasa pegal karna guru matematika itu benar benar membiarkannya berdiri satu kaki selama dua jam.

"Al, kakiku sakit" rengek Bunga kepada Aldo sahabat dari kecilnya.

Aldo berdecak," kamu itu gak ada jeranya di hukum guru. Tadi malam di ajak ngerjain PR kamu malah sibuk main game. Sudah tau Pak Arya yang masuk di jam pertama, pake acara terlambat lagi" ujar Aldo .

"Kamu tau sendiri, aku gak suka belajar" balas Bunga.

"Trus ngapain kamu sekolah?"Aldo menggelengkan kepalanya .

"Gak tau, disuruh harus sekolah, ya udah aku sekolah aja" jawab Bunga sekenanya.

"Kamu benaran anak Om Fariq gak sih?, aku jadi ragu. Pak Farik sama kedua anaknya yang lain 'kan otaknya encer, yang ini" tunjuk Aldo ke kepala Bunga.

Bunga mencebikkan bibirnya," semua manusia itu di ciptakan memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing . Kakak sama adikku memang memiliki otak yang cerdas, tapi mereka tidak memiliki paras cantik sepertiku. Bukankah itu adil namanya? Sekarang Yuk ke kantin, aku lapar."

Bunga berdiri dari bangkunya menarik tangan Aldo keuar dari dalam kelas.

"Di bilang cantik juga pas pasan, cantikan juga tante Indah" cibir Aldo .

Sampai di kantin mereka pun langsung memesan makanan .

"Bubu, kamu mau makan apa ?" tanya Aldo

"Apa aja , yang penting buat perut kenyang dan tidak bikin gemuk" jawab Bunga . mendudukkan bokongnya di salah satu bangku kosong di kantin.

Aldo tidak menanggapi jawaban Bunga yang unfaedah jika di tanya, ia pun berjalan ke arah stan penjual bakso .Memesan dua mangkok bakso dan dua jus jeruk.

Setelah pesanan selesai disiapkan tukang kantin , Aldo langsung membawanya dengan menggunakan nampan ke meja dimana Bunga duduk.

"Nih! kamu makan kuahnya aja, biar kenyang dan dijamin tidak akan bikin gemuk" ucap Aldo sambil memindahkan bakso dari mangkok milik Bunga ke mangkoknya.

"Kamu mau buat aku seperti busung lapar?, perut besar dan badan tinggal tulang dibalut kulit. tega amat kamu sama calon istri kamu."

"Aku suapin makannya ya jeyeng !" Aldo mengedipkan sebelah matanya, tersenyum.

Siapa yang tau , kedekatan mereka dari bayi karna rumah mereka yang tetanggaan, sering bersama membuat mereka saling jatuh cinta. Tapi anehnya, mereka tidak terlihat seperti berpacaran. Atau karna para orang tua dan orang disekitar mereka sudah terbiasa melihat ke dekatan mereka, sehingga tidak ada yang curiga kalau mereka berpacaran.

Bab 02

"Hai Al! hai Bunga!" sapa Gandi teman satu geng mereka datang bersama yang lainnya ikut gabung di meja mereka.

"Hai juga Gandi!" balas Bunga terdengar kumur kumur karna berbicara dengan mulut penuh bakso.

"Telan dulu makanannya baru bicara" tegur Aldo.

Bunga menelan makanan di mulutnya kemudian menjawab" Iya jeyeng !."

"Kalian yakin hubungan kalian hanya sahabat?" tanya Gandi menelisik. Curiga dengan keromantisan Bunga dan Aldo. Begitu juga dengan teman mereka yang lain. Tari ,Vani dan Leo menganggukkan kepala mereka menyetujui pertanyaan Gandi.

"Yakinlah!" jawab Aldo dan Bunga kompak, terdengar begitu meyakinkan.

Mereka menyembunyikan hubungan berpacaran mereka dari siapa pun, karna takut ketahuan orang tua mereka yang melarang keras yang namanya hubungan pacaran.

"Seyakin itu?" tanya Gandi lagi tidak percaya .

Aldo dan Bunga hanya mengedikkan bahu mereka tak ingin menjawab lagi.

"Kalian ngaku aja, kami bisa jaga rahasia kok. Dan kami sudah punya buktinya , kalau..." Vani menghentikan bicaranya, lalu menoleh ke kekanan dan ke kiri melihat apakah ada orang lain lewat. Kemudian menunjukkan vidio di handphonnya kepada Bunga dan Aldo.

"Uhuk uhuk uhuk!" Bunga langsung tersedak kuah bakso yang pedasnya level lima , melihat vidio dirinya dengan Aldo sedang berciuman di taman belakang sekolah di balik pohon.

Dengan sigap Aldo langsung menepuk nepuk punggung Bunga dan memberikan Bunga minum.

"Apa kalian masih tidak mengaku?" tanya Gandi lagi .

Aldo tidak langsung menaggapi pertanyaan temannya itu. Lebih memilih mengurus Bunga yang masih kepedasan di rongga hidungnya.

Setelah rasa pedas yang mendera hidung dan tenggorokan Bunga mereda. Bunga mengalihkan tatapannya ke arah Aldo.Aldo menganggukkan kepalanya, mengatakan teman teman mereka bisa jaga rahasia.

"Ya! kami pacaran" jelas Aldo." Tapi tolong kalian rahasiakan" ucapnya lagi.

"Semenjak kapan? Semenjak bayi?." Leo yang bertanya, ia sudah tau kedekatan Bunga dan Aldo semenjak jaman dahulu kala mereka masih seperti kepongpong yang kedinginan.

"Mungkin ya! mungkin tidak!. kami juga tidak tau semenjak kapan, perasaan kami mengalir begitu saja. Dan orang tua kami melarang keras berpacaran, makanya kami menyembunyikan hubungan kami" jawab Aldo.

Mendengar kedua sahabat mereka berpacaran,Vani mengembangkan senyumnya dan menodongkan tangannya ke arah dua sijoli yang selalu nempel kaya prangko itu.

"Pajak pacaran" Vani menaik turunka alisnya ke arah Aldo dan Bunga.

"Ide bagus" timpal Tari.

"Kiyulah! kalau ingin rahasia kalian aman" sambung Gandi mengedipkan sebelah matanya.

"Bagaimana kalau kalian berdua nraktir kita di cafe gaul tempat biasa kita nongkrong?" usul Leo .

"Setuju!" ucap Vani .

"Jeyeng, yuk kita masuk kelas, biarkan mereka buat rencana sesuka mereka . Kalau kita gak ikut, mereka sudah di pastikan bayar makanan masing masing." Aldo menarik tangan Bunga supaya Bunga berdiri dari tempat duduknya. Berjalan meninggalkan ke empat sahabat mereka yang mengharapkan gratisan.

"Jeyeng, yakin mereka bisa jaga rahasia?" tanya Bunga bergelayut manja di lengan Aldo berjalan menuju kelas mereka.Tanpa mereka ketahui ada sepasang mata yang memperhatikannya.

Aldo menganggukkan kepalanya tersenyum, sambil satu tangannya mengacak acak ujung kepala Bunga dengan sayang" Aku rasa mereka bisa di percaya jeyeng."

"Aku takut ketahuan orang tua kita, pasti kita kena marah" ucap Bunga.

"Paling nanti kita di suruh nikah"ujar Aldo.

"Aku gak mau ah!, aku gak ada niat menikah muda" sanggah Bunga.

"Iya jeyeng, tenang saja, kalau gak mau nikah muda, kita kawin muda aja" gurau Aldo tersenyum.

"Ih jeyeng!" rengek Bunga manja , mengerucutkan bibirnya.

"Iya jeyeng, nanti kita nikah kalau babang sudah sukses oke!." Aldo menarik hidung Bunga, gemas dengan kekasih hati bodohnya itu.

"Sakit !" keluh Bunga , kemudian membalas menarik hidung Aldo dengan tarikan yang lebih kuat. Kemudian berlari masuk terlebih dahulu ke dalam kelas.

"Awas kamu ya jeyeng!" Aldo mengejar Bunga .

"Uwe !" Bunga memeletkan lidahnya menutup pintu kelas merekan berlari ke arah bangkunya.

Sampai di dalam kelas Aldo langsung mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di dekat Bunga, karna mereka memang duduk satu meja.

Tidak lama kemudian Gandi, Leo, Vani dan Tari pun menyusul mereka masuk ke dalam kelas, karna bel masuk juga sebentar lagi akan berbunyi.

"Pembicaraan belum selesai malah kalian kabur duluan" Gandi mencebikkan bibirnya.

Bunga dan Aldo hanya menanggapinya dengan mengedikkan bahu mereka.

"Jeyeng, ada PR ?" tanya Bunga.

"Semenjak kapan kamu peduli ada PR atau gak ?" tanya balik Aldo. Meski mereka pacaran, Aldo mencintai Bunga, tapi Aldo tidak pernah mau membantu Bunga mengerjakan PR. kecuali Bunga mau mengerjakan PR bersama.

Bunga mengerucutkan bibirnya," sekarang !."

"Ada"jawab Aldo singkat.

Wajah Bunga biasa aja menanggapinya, ia tidak peduli sama sekali. Toh guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas mereka sudah bosan menghukumnya, dan bahkan guru itu sudah menganggapnya tidak ada di dalam kelas meskipun dia ada.

"Selamat siang anak anak !" sapa Guru wanita tercantik seantero SMA HARAPAN sambil melangkah berjalan ke arah mejanya.

"Selamat siang Bu..!" seru semua murid serentak.

"Ketua kelas, kumpulkan semua PRnya , bawa ke meja Ibu" suruh Guru wanita yang bernama Frisilia Arcilla itu.

"Baik Bu" jawab Aldo yang menjabat sebagia ketua kelas , siswa yang selalu mendapat peringkat pertama semenjak duduk di bangku Taman Kanak kanak.

"Anak anak, silahkan buka bukunya halaman 42 , kita lanjut pelajarannya" ujar Ibu Frisil setelah Aldo meletakkan buku tugas mereka di mejanya. Ibu Frisil pun mulai menerangkan pelajaran bahasa Indonesia selanjutnya.

Bunga, ia hanya diam menopang dagu dengan tangan kirinya dan tangan kanannya sibuk mencoret coret buku tulisnya, entah apa yang dia tulis. Aldo yang duduk disampingnya pun tidak memperhatikannya dan tidak tertarik untuk melihatnya.

"Bunga !"

"I..iya Bu" gugub Bunga terlonjak kaget, karna tiba tiba Ibu Frisil menegurnya . Bunga mendongangkan kepalanya, mengarahkan tatapannya ke arah Ibu Frisil. Bunga tidak sadar kalau Ibu Frisil sudah selesai menjelaskan pelajaran.

" Mana PRmu?, Ibu yakin kamu tidak mengumpulnya" tegas Ibu Frisil.

"Saya lupa mengerjakannya Bu!."

"Sampai kapan kamu seperti ini Bunga?, ini kalian sudah simester dua, sebentar lagi kalian akan ujian kenaikan ke kelas tiga. Tapi sekalipun kamu tidak pernah mengerjaka PR atau tugas yang Ibu berikan. Entah angka berapa nanti yang akan Ibu tulis untuk mengisi nilai rapotmu?. Sedikit pun tidak ada niatmu untuk belajar. Ibu mendiamkanmu, Ibu pikir kamu akan koreksi diri, tapi ternyata Ibu salah. Kamu tidak peduli sama sekali. Ibu angkat tangan untuk mendidikmu" Ucap Ibu Frisil terdengar pasrah , menghadapi Bunga anak didiknya yang kelewat santai dan bandel.

Bunga, ia hanya biasa saja mendengarnya . Bagaimana pun belajar tidak masuk ke dalam pikirannya. Bukan dia bodoh, hanya saja malas belajar.

"Bunga! dengar gak Ibu bicara?" Ibu Frisil meninggikan suaranya.

Bunga menajamkan tatapannya ke arah Ibu Frisil dengan mata yang sudah berkaca kaca." Kenapa Ibu peduli dengan saya?, anggap saya tidak ada di kelas ini."

Bunga berdiri dari tempat duduknya berlari ke luar dari dalam kelas sambil menghapus air matanya yang sempat mengalir.

"Permisi Bu" pamit Aldo berlari menyusul Bunga keluar kelas.

Bab 03

"Bubu,kamu kenapa?" Aldo menyentuh bahu Bunga dari belakang, setelah menemukan Bunga berdiri di belakang taman sekolah.

Bunga menghapus air matanya, menarik kedua sudut bibirnya ke atas, memaksakan dirinya tersenyum.

"Aku gak apa apa, aku pengen nangis aja" jawab Bunga.

"Kamu jangan bohong!."

Bunga mengalihkan tatapannya ke arah Aldo, menatap Aldo dengan bibir di tekuk ke bawah. Kemudian menghamburkan tubuhnya memeluk Aldo.

"Kamu tau Al? Aku ini bukan anak kandung Mama sama Papa" ucap Bunga menangis terisak tidak dapat menahan kegundahan hatinya lagi.

"Kamu jangan bercanda deh Bubu" balas Aldo tidak percaya, ia pun membalas pelukan Bunga.

"Sepertinya aku anak pungut" lirih Bunga dengan bibir bergetar.

"Dari mana kamu tau?" tanya Aldo.

"Wajahku gak ada mirip miripnya dengan Mama ataupun Papa.Dan aku pernah mendengar pembicaraan Mama dan Papa" jawab Bunga.

Aldo melepaskan pelukan mereka, menjauhkan sedikit tubuh Bunga supaya ia bisa melihat wajahnya. Aldo melap lelehan bening yang membasahai pipi Bunga dengan jari tangannya, memandangi wajah itu lekat lekat.

"Apa yang kamu sedihkan?" tanya Aldo.

Bunga menajamkan tatapannya ke wajah pria di depannya itu." Apa kamu sudah mengetahuinya?."

"Kan! barusan kamu kasih tau." Aldo berdecak.

Bunga mengerucutkan bibirnya, dan menunduk sedih ."Aku ingin tau siapa orang tua kandungku" Air matanya menetes kembali.

Aldo menarik Bunga ke dalam pelukannya, kedua tangannya mengusap usap punggung Bunga dari belakang."Semenjak kapan kamu mengetahuinya?."

"Semenjak kita SD" jawab Bunga terisak di dalam pelukan Aldo.

"Selama itu kamu memendamnya sendiri?."

Bunga menganggukkan kepalanya," Awalnya aku gak percaya dengan apa yang kudengar . Aku selalu mencoba menyangkalnya , tapi berjalan seiringnya waktu , aku memperhatikan Mama dan Papa terlihat berbeda memperlakukanku dengan Kak Rania dan Sofia meski mereka memperlakukanku seperti anak kandung . Aku tetap merasa cara mereka menyayangiku berbeda" jawab Bunga.

Pantas saja Bunga berobah ternyata dia memiliki beban pikiran, batin Aldo.

Meski Bunga bukanlah orang yang memiliki IQ di atas rata rata, dulu Bunga adalah anak yang rajin belajar. Dan nilainya pun lumayan bagus meski tidak mendapat ranking lima besar. Setelah ia mendengar pembicaraan Papa dan Mamanya tanpa sengaja, mengatakan kalau dia bukanlah anak kandung dari orang tuanya, saat itu Bunga merasa terpukul, pikirannya kalut dan niat belajarnya hilang.

"Kamu gak ilfil denganku 'kan Al?. Karna aku anak pungut"tanya Bunga lagi.

"Kenapa aku harus ilfil?. siapa pun kamu, kamu tetaplah sahabatku selamanya dan kau adalah pacarku" jawab Aldo tersenyum.

"Kamu mau 'kan membantuku menyelidiki siapa orang tua kandungku yang sebenarnya?."

"Kenapa kamu gak bertanya langsung aja pada tante Indah dan Om Fariq?. Aku rasa mereka pasti memberitahumu."

Bunga menggelengkan kepalanya," Aku takut mereka kecewa samaku dan berpikir aku ini anak tidak tau terima kasih" jawab Bunga.

Aldo semakin mengeratkan pelukannya, memberi Bunga kekuatan, supaya Bunga tidak merasa sendiri . Aldo tidak bisa berkata apa apa , ia juga merasa kaget mendengar apa yang di katakan Bunga , ia juga tidak menyangka kalau Bunga bukanlah anak kandung orang tuanya . Melihat selama ini Bunga terlihat sangat disayangi kedua orang tuanya dan begitu juga kakak dan adik Bunga.

"Pulang sekolah jalan Yuk!" ajak Aldo untuk mengalihkan pikiran Bunga, ia ingin menghibur Bunga sahabat sekaligus kekasihnya itu.

Bunga menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Aldo."Kamu yang bayarin" ucap Bunga manja.

"Perasaan setiap kita jalan aku terus deh yang bayar" ujar Aldo.

Bunga mengerucutkan bibirnya," Kan kamu cowok, wajar dong kalau bayarin ceweknya."

Aldo mencebikkan bibirnya," sekali kali gantian yang bayar dong."

"Gak mau" ucap Bunga manja.

Begitulah Bunga, meski dia bandel di sekolah, tapi dia akan sangat berbeda sikap pada Aldo, dia akan berobah manja.

"Iya deh! aku yang bayarin . kita kembali ke kelas yuk!" ajak Aldo.

"Gak mau, aku mau bolos , aku lagi gak mood . Nanti bawain tasku ya."

Aldo menghela napasnya pasrah,ia tidak habis pikir dengan pemikiran Bunga yang tidak punya keinginan sedikitpun untuk belajar.

"Bunga, sampai kapan kamu seperti ini?. Apa kamu gak ingin memikirkan masa depanmu?. Apa kamu gak ingin pintar?. Apa kamu gak ingin sukses?. Apa kamu gak memiliki cita cita?" cerca Aldo setelah melepaskan pelukan mereka.

"Kamu sudah pintar, jadi aku gak perlu pintar. Aku yakin kamu nanti menjadi orang sukses, jadi aku tidak perlu sukses . Dan cita citaku adalah kamu, hidup bersamamu di masa depan " jawab Bunga dengan pikiran dangkalnya.

Aldo menghela napasnya lagi, kemudian mengangkat kedua tangannya, meletakkannya di kedua bahu Bunga. Aldo memandangi wajah Bunga dengan pandangan yang tak bisa di artikan, lalu berbicara."Aku memang mencintaimu Bunga, tidak peduli seperti apa dirimu dan bagaimana pun kamu . Aku juga ingin kamulah yang akan menjadi istriku di masa depan. Tapi Bunga... kita tidak tau apakah kita ditakdirkan berjodoh atau tidak.Kita hanya bisa berencana, tapi semua Tuhanlah yang menentukan, kita harus mengingat itu" terang Aldo.

Bunga terdiam menajamkan tatapannya ke wajah Aldo . Ia tidak pernah berpikir sejauh itu , ia berpikir orang yang saling mencintai tidak akan ada alasan untuk berpisah kecuali mati.

"Kita masih sangat muda untuk berpikir kesana . Sekarang yang perlu kita pikirkan adalah belajar supaya pintar, kalau sudah pintar kesuksesan lebih gampang di raih. Mulai sekarang kamu harus rajin belajar, kamu harus ubah cara berpikirmu. Dan sekarang Yuk! kita masuk ke dalam kelas lagi. Mulai sekarang kamu tidak boleh bolos lagi." Aldo menarik tangan Bunga, memaksanya ikut kembali masuk ke dalam kelas.

"Aku gak mau Al, aku lagi malas belajar" Bunga berusaha melepaskan tangannya.

Membuat Aldo menghentikan langkahnya, membalik badannya ke arah Bunga yang berusaha melepas pegangan tangannya.

"Mulai sekarang kalau kamu gak mau belajar dan masih ingin membolos, kita putus" ancam Aldo melepaskan tangan Bunga.

"Al" lirih Bunga, matanya berkaca kaca menatap Aldo.

Melihat Bunga tampak seperti wajah minta dikasihani, Aldo pun menyesal dengan kata kata yang telah diucapkannya . Dia tidak bermaksud untuk menyakiti hati Bunga, dia hanya ingin Bunga berubah.

"Ayo masuk!" Aldo mengulurkan tangannya supaya Bunga meraihnya.

lama Bunga berpikir, akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya, pelahan mengangkat tangan kanannya mengulurkan ke tangab Aldo .

Aldo mengembangkan senyumnya, ia pun menggenggam tangan Bunga erat, membawa kembali masuk ke dalam kelas.

Tok tok tok !

"Masuk!"

Mendengar sahutan dari dalam kelas, Aldo melangkah masuk di ikuti Bunga dari belakang.

"Maaf Bu!" ucap Aldo merasa melakukan kesalahan, karna keluar kelas saat jam pelajaran Ibu Frisil berlangsung.

"Silahkan kalian duduk, besok kalian jangan mengulangi lagi. Baik di jam pelajaran saya atau guru lainnya" ucap Ibu Frisil wali kelas mereka.

"Iya Bu" balas Aldo.

"Bunga hanya diam berjalan menunduk menyembunyikan wajah sembabnya.

"Seharusnya dari dulu kamu membujuk sahabatmu itu supaya mau belajar dan tidak membolos lagi" ujar Ibu Frisil lagi kepada Aldo.

"Maklum Bu, dia lahirnya prematur, jadi otaknya yang kurang matang saat di dalam kandungan, agak susah di ajak berpikir!" jawab Aldo bergurau. Membuat seisi kelas tertawa terbahak bahak.

Bunga pun langsung mencubit pinggangnya, gemas.

"Aw ! sakit jeyeng" keluh Aldo mengusap usap bekas cubitan Bunga di perutnya.

Ibu Frisil menggeleng gelengkan kepalanya.

Seluruh siswa siswi dan para guru sudah terbiasa melihat kedekatan sepasang kekasih yang berkedok sahabat dari orok itu. Sudah tidak heran lagi dengan kemesraan mereka setiap hari. mulai dari mereka menginjakkan kaki di Sekolah milik Keluarga Bunga itu.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!