Bintang pov
"Kita putus."" pekik seorang pria yang berwajah indo jerman kepada seorang gadis perpakaian seragam sekolah dengan rok berwarna maron ke coklat coklatan yang sederajat dengan seragam putih abu abu.
""Putus..."" ulang ku. Tapi anehnya aku tidak merasakan ada yang aneh di hati ku mendengarkan kata menyakitkan itu, bagi sebagian orang kata putus itu pasti menyedihkan, Namun bagiku itu biasa. udah jadi makanan ku di jalan kisah asmaraku.
""Ok..dengan senang hati."" sungut ku lalu pergi meninggalkan laki laki yang sudah menemani hari indah ku satu pekan ini, karena kami bertemu di taman dekat komplek rumah ku, jadi aku hanya berjalan sebentar untuk sampai ke rumah
""Bintang...woy...tunggu."" orang yang baru memutuskan hubungan itu berteriak memanggilku, sebut saja ia bernama Justien-tapi sayangnya bukan bieber
Aku berhenti dan berbalik, dengan cepatnya, Justien-tapi bukan-bieber itu sudah pas di hadapanku.
""Ada apa lagi? "" Ucapku biasa seperti tidak pernah terjadi apa apa.
Justien-Bukan-Bieber itu menarik tanganku menuju semak semak kembang yang seperti pagar taman.
""Berhenti?"" ketus ku lalu menarik tanganku yang di tariknya oleh Justien-sayangnya bukan Bieber
""Cup.."" sialan..! dia mencium pipi ku tanpa permisi.
""Bugh.."" spontan tonjokan ku melayang ke bibir yang sudah berani beraninya melecehkanku, secara dia kan sudah mantan kenapa dia masih berani melakukan itu.
""Bin? Kau galak amat sih ? itu kan hadiah yang selalu aku minta, lagian, aku hanya mencium pipimu bukan bibirmu."" protesnya panjang lebar dengan bibir sudah menyon memar biru, kenapa bisa biru, itu karena aku menonjok dengan jari menggunakan cincin berbatu merah gede kaya mbah dukun, dan itu pemberian sahabat gila ku.
Emang iya sih !..alasan kami putus itu karena dia selalu meminta bibir ku untuk menciumnya, Namun No besar, walaupun aku punya banyak mantan tapi firstkiss ku masih tersegel dan niat ku hanya akan ku berikan kepada suami ku kelak...eeeeaaa..hihihi...siapa kah gerangan,? aku pun tidak tau dan tidak mau mengambil pusing karena suatu saat pangeran berkuda putih itu akan datang sendiri menjemput ku. hihihi..
""Putus...itu artinya kau tidak berhak dengan itu."" sinis ku meninggalkan Justien-tapi-bukan Bieber seraya bergegas mengambil langkah panjang.
""Bintang.....! kau akan menyesal."" pekik Justien-tapi-bukan-Bieber, suaranya seperti menganjam namun aku bodoh amat.
""yaaaakkk...ku tunggu."" sahut ku cuek lalu aku menghilang di belokan jalan komplek rumah Mewah tapi sepi kaya komplek kuburan.
Disinilah tempat bermainku bersama sepupu serta sahabat gila yang memberikan cincin permata merah gede yang katanya jimat. emang iya sih jimat, buktinya tadi Justien-tapi-bukan-Bieber langsung memar sekali kena cincin itu.
""Dug..Dug..Dug.."" suara pantulan bola basket lapangan terdengar indah di pekarangan rumah yang berjejer tiga dengan rapih dan tenang untuk di lihat dari sedotan. hihii...orang kami tiap hari bikin keributan di pekarangan bagaimana bisa tenang.
""Bin, baru pulang?"" suara lembut itu menghipnotis ku, suara milik Biru, anak dari adik mama ku, Om Titan dan siapa lagi istrinya yang paling manja dari ibu ibu komplek kalau bukan tante Vane yang anggun jelita.
""eum..iya nih.."" sahut ku menghampiri Biru yang asyik mendrible bola. yaa..ampun... keren abis sepupuku yang satu ini, ciplakan om Titan persis, Tinggi, putih bersih, ototnya euuumm..gila sixpek.! jika bukan adik sepupu ku udah aku jadiin daftar listku jadi pacar. tapi walaupun bukan sepupu ku apa dia mau punya pacar yang lebih tua? secara umur ku lebih tua dua tahun dari dia.
""Tumben, pulang sendiri? biasanya di antar pake Moge.?"" kata Biru
Aku ngerti itu, Biru pasti nanyain Justien-tapi-bukan-Bieber
""Putus."" sahut ku santai.
""Lagiiiiii."" seru Biru panjang, seakan mengolok ku yang tak pernah punya hubungan bertahan sampai satu bulan, boro boro satu bulan dua minggu saja sudah syukur.
""iyaaaaaa..."" aku balas dengan seru yang lebih panjang membuat Biru terkikik. "waaaaak... ganteng..!"" Gumam ku.
""uda biasa! jadi tidak sakit hati dong."" ledeknya.
""No Besar."" sahut ku lalu terkikik bersama.
""Bruuuummm...bruuuummm..""
Adeeehhh...ini, nih, sahabat gilaku sudah sampai menggunakan Moge merah yang mengkilap seperti habis di siram minyak urut lima botol. lengkap dengan seragam sekolahnya yang berbeda dengan seragam yang aku pakai, karena kami beda sekolah, padahal kami seumuran, aku penginnya sih sekolah satu gedung.tapi entah dia tidak mau satu gedung bersamaku.
""Bin..baru pulang juga?"" tanyanya setelah menatapku dari atas sampai kebawa masih lengkap dengan seragam kebesaranku.
""iya nih."" sahutku.
""Oh.."" dia manggut manggut.
Dirgan anak dari Tante Fina dan Om polisi Gion. iyaaa..tante Fina yang itu, yang punya Beo.yang orang nya asik untuk di ajak bercanda, nyambung gila kalau sudah di ajak ngumpul bersama kami, Namun ada yang cemburu jika tante Fina ikutan nongkrong bersama anak muda.siapa lagi kalau bukan Dirgan. masa Mama sendiri di cemburuin karena merasa mamanya lebih seru dari pada dirinya, itu yang selalu aku seruin jadi cemburu buta deh.
Dirgan, playboy cap kurap, suka gonta ganti pasangan, rata rata hampir satu gedung sekolahnya pernah di deketin, tapi pilih pilih sih, hanya yang aduhai bohai yang di incarnya, jika berbody ramping kaya sapu lidih walaupun mukanya cakep abis, tetap saja Lewat. postur tubuhnya seperti om polisi yang atlet gila bodynya.
""Ya udah kita masuk yuk.."" Dirgan merangkul pundak ku seraya berjalan dengan sangat kuat membuatku berpekik kesakitan.
""Gila..sakit, kampreeet."" pekikku memiting pelan tangannya ke belakang.
"Haahaah.."" bukannya marah, Dirgan malah terpingkal.
""Tenaganya belum ada apa apanya.!"" ledeknya. ""Berlatih lagi, entar sore di tempat biasa.
""Sialan..dia meremehkan ku."" Aku piting tangannya lebih kuat..
""Awww..isshh.."" ringis Dirgan. ""Bin..iya..iya sakit."" pekiknya
""Katanya tidak ada tenaga."" ledek ku dengan suara menggoda.
""Iya...sakit..Maaf.""
""huuuu.."" aku lepas pitingan ku lalu ku rangkul keras masuk kedalam rumah ku.
Dirgan adalah korban ke galakkan ku dari semenjak kecil sampai sekarang, walaupun jarang sih sekarang.
""Bin baru pulang."" Suara merdu Mama ku yang selalu ku rindukan jika berada di luar rumah,Mama Meca, ciplakan wajah ku namun sifatnya berbanding terbalik dengan ku, sifatku lebih mirip dengan papa ku, yang jutek abis.
""Sama siapa, pulangnya.?"" suara Bariton papa Vero menimpali, Papa ku yang selalu berkarisma, Tegas tapi penyayang. Cita cita ku jika punya suami kelak nanti, yaaaa...harus 11 12 sama papa ku.
""Sendiri pa?"" seru ku dengan suara ku buat imut.
""Eumm..pasti kumat lagi tuh penyakit.""
yaaaak...anak kecil berumur 9 tahun tapi cerdasnya melibihi Dirgan ikutan bersuara. adik ku satu satunya, Gilang. aku tau maksud ucapannya, Dia meledekku yang baru putus. secara semua keluargaku tau semua sifatku seperti apa, dan aku pun tidak pernah merahasiakan masalah hidup ku baik pribadi maupun bukan, keluarga ku tahu semua.
Mama ku terkikik di sebelah papa ku, dengan gaya bergelayut manja di lengan papaku, isshh selalu romantis di mana pun mereka berada, bikin aku iriiiiii...!
""Diam anak kecil, atau aku potong burung mu.!"" Ancam ku ke Gilang. lalu kabur deh dia masuk ke kamar, secara itu ancaman yang paling dia takutin, takut di sunat.
Dirgan POV
""Gan..."" Suara merdu Bintang menyadar kan lamunan ku, suaranya mirip mama nya yang pintar menyanyi, Tante Meca yang cantik jelita, coba aja Bintang bukan sahabat ku, udah ku pastikan ia akan menjadi pelabuhan cinta ku, jika takdir berkehendak. tapi apa Bintang mau sama aku yang Playboy cap kurapan ini, dia selalu menamaiku seperti itu.
""Eum..ada apa?."" sahut ku setelah duduk menyilang di samping nya, aku sekarang ada di kamarnya, lebih tepatnya rumah sebelah kanan, milik Om Vero, rumah tengah di huni oleh Om Titan dan Tante Manjaku,Vane. sedangkan aku yaaaak..biasa rumah deretan ke tiga sebelah kiri.
""Aku bosen sekolah di tempat ku sekolah, tidak ada yang menarik."" curhat Bintang.
""Tinggal di tarik aja, pasti ke tarik."" seru ku bercanda. "" 1 2 3."" Gumam ku
""Bughh..."" tuh kan pasti aku di timpuk, emang dasar galak dia. sedari kecil aku selalu korban kegalakannya.
""Serius, dirgaaaaahayu..!"" Cibik nya, membuat nama keren ku berbelok haluan.
""terus.."" tanya ku.
""Aku mau pindah sekolah.""
""pindah aja, tapi jangan pindah ke sekolahan ku."" sahut ku takut, jika satu gedung, mati aku, secara kan dia galak, mau di taruh dimana muka ganteng ku jika Bintang kumat di depan teman temanku, kan nggak mungkin dong aku balas dia, kan sahabat ke sayangan ku.
""Kenapa ?"" tanyanya, lalu menyeringai setan.
Aku mulai takut jika dia sudah menyeringai, pasti otak koslet tapi pintar itu merencanakan sesuatu.
""yaaaak..tidak apa apa sih, di sekolahan ku tidak ada cowok cakep nya, hanya aku seorang."" bohong ku.
Bintang terkikik, ""Masa?""
""iya.."" sahut ku.
""Gitu?""
""iya..""
""Emangnya.. Lo jelek.""
""iya..eeeh ganteng."" sahut ku gelagapan.
""hahahaha..."" Bintang tertawa menambah kecantikannya.
""Bin.. kenapa bisa putus dengan Justien.?"" tanya ku, kepo.
""Justien-tapi-bukan-Beiber, itu? maksud mu?"" Seru Bintang.
""iya,itu,emang ada lagi mantan mu yang bernama justien.?""
Bintang menggeleng sedetik kemudian mengangguk membuat ku bingung.
""Aku lupa, ada nggak yah, yang lain.?!"" sahutnya seperti orang linglung.
ya iyalah... orang mantannya aja numpuk, jadi mana mungkin dia ingat semua nya.
""yang jelas aku di putusin gara gara biasa, kau pasti tau Dirgan.! lanjut Bintang.
Aku terkikik, seraya menggigit bibir bawah ku, aneh dan unik cewek satu ini, Bintang selalu menjaga ke sucian bibirnya, dan selalu berkata jika ciuman pertamanya harus di ambil oleh calon suaminya kelak nanti.
"" bagaimana jika aku saja yang jadi pacar mu, Gimana?"" Godaku, tapi aku berharap gitu.
""tch..ogah..Gueeeee.! plaaakk !!!""
Dia menabok pipi ku, yang lumayan sakit secara dia kan pintar bela diri, jadi tenaganya lumayan membuat pipiku memerah.
""Kenapa?"" aku pura pura memasang muka memelas.
""iiihhh...jijik Gue lihat muka jelek Lo."" ucapnya memutar topi ku kedepan yang tadinya sengaja ku buat memakai topi terbalik. ""karena kau sudah tidak suci lagi."" sambungnya.
""heeeeemm...segel suci atas memang sudah terlepas tapi segel suci bawah di jamin 100 persen masih tersegel rapih."" Goda ku memegang bibir lalu melirik ke bawah. ngerti kan.hihiihi...
""iiiihhhh...gila...jijik..., pergi nggak."" pekiknya seraya mengusirku dengan tangan memegang raket bulutangkis yang di ambil di pojok kami duduk.
""Hahahaha..."" aku tertawa keras, sambil melompat ke balkon tengah lalu melompat lagi ke balkon kiri.
""Dirgaaaaahayu..."" pekik Bintang berteriak seraya mengacungkan raket bulutangkis dan tangan satunya berkacak pinggang.
""Kampreeet..."" umpat Bintang kesal.
****
Biru keluar balkon tengah saat mendengar kehebohan Bintang. melirik ke balkon kanan. masih ada Bintang dengan tangan memegang raket bulutangkis.
""Kenapa, Bin."" tanya Biru
""Biasa, sih Dirgahayu, bikin aku kesal."" Ucap Bintang mengerucut kan Bibirnya.
Biru tersenyum manis, ia senang melihat muka cemberut Bintang, apalagi kalau sudah manyun begitu, minta di terkam. jika saja Bintang bukan kaka sepupunya, Biru sudah pasti khilaf.
""Kenapa lagi si Dirgan?"" Kepo Biru, lalu duduk di pinggiran balkon seraya mengayunkan kedua kakinya.
""Aaaaahhh... nyebelin pokoknya.!"" cemberut Bintang. masa aku harus menjelaskan ke Biru sih masalah segel,kan malu.belum cukup umur dia.
""Bintang."" panggil Biru.
""panggil kak Bintang."" protesku.
""Tidak, aku senangnya Bintang saja, jangan pake embel embel Kaka."" tolak Biru.
""Terserah."" ketus ku "apa?"
""Nanti sore di ajak berlatih menembak bersama."" ucap Biru.
"Seriusan.."" Antusias ku, ini nih, yang aku tunggu tunggu, belajar menembak, kan keren tuh, ciwi ciwi bisa menggunakan senjata bertimah panas.
""Serius."" sahut Biru seraya mengelap wajah nya yang terciprat air liur ku yang muncrat saking senangnya, aku bodo amat dengan wajah Brondong manis itu.
""Sama siapa?""
Biru langsung menutup wajahnya menggunakan kaos oblong hitam yang di pakainya. takut terkena gerimis dadakan dari ku. hihihi....jorok yah Gue... Bodoh lah.
Biru menurungkan kera kaos yang berbentuk O itu dari wajah brownies nya.
""Sama Om Gion lah, kan yang punya lapak pistol legal kan Om Gion."" terang Biru. aku sih manggut-manggut mau aja. lalu pergi meninggalkan Biru tanpa permisi.
""Bin, mau kemana?"" teriak Biru tidak terima di tinggal sendiri di balkon.
""Mau minta ijin sama papa mama."" sahut ku berteriak lebih kencang dari pada suara Biru.
****
Praaaaang....!
""Mampus..kena semprot ni... pasti ni.."" Gumam ku takut.
Vero menarik nafas dalam dalam, melirik anaknya dengan tatapan elangnya. menatap Naas botol pipa kecil hasil berkutat di laboratorium yang khusus di rancang di dalam rumahnya. merutuki kebodohannya, sudah tau punya anak gadis cantik tapi cerobohnya minta ampun, masih saja melupakan pintu untuk tidak di kunci.
""Bin.."" Geram Vero tertahan, menghembuskan napasnya perlahan.
""Maaf pa!"" sesal ku nyengir kuda seraya dua jariku, ku layangkan berbentuk huruf V yang artinya aku tidak akan melakukannya lagi.
Vero ingin marah tapi tak sanggup hanya gara gara botol pipa ingin menyakiti hati anaknya.
""Lihatlah Bin, botol papa kau sudah merusaknya sebanyak itu."" Cemberut papa menunjuk tong sampah kecil yang sudah penuh berisi beling botol tipis di pojok ruangan lab, suaranya terdengar halus, papaku selalu begitu tak tega mengomeli anak cantik ini, hihihi.. beruntungnya aku.
""iya...maaf pa.. Bintang bantu deh membersihkannya."" ucap ku tanggung jawab.
""eeehh..tidak boleh, kalau kau yang membersihkan itu,yang terjadi tangan mu yang akan terluka."" larangnya.
Emang iya sih.. karena kecerobohan ku ujung ujungnya yang jadi korban pasti tangan halus ku, kan sayang jika terluka aku tidak bisa berlatih menembak sore ini.
""Baiklah..! aku pergi. tapi pa! aku ingin minta izin mau berlatih sama Om Gion sore ini.""
""iya..sana pergilah, tapi jangan berlatih yang aneh aneh seperti menembak, tahu diri dengan kecerobohan mu, takut salah sasaran."" terang Vero mengingat kan anaknya agar sadar diri.
Aku keluar dengan bibir mengerucut akut, niat ku kan itu...tapi bodoh lah. kita lihat siapa yang akan terkena peluru kecerobohan ku. hihihi..
Dor..
Dor..
Dor..
Suara tembakan begitu nyaring terdengar memekikkan Indra pendengaran di sebuah tempat khusus pelatihan olahraga tembak menembak.
Bukan Hanya Gion, Bintang, Dirgan, dan Biru yang terlihat ada di situ. Banyak penembak lain pun terlihat di sana yang sudah mengoperasikan senapannya masing masing karena Gion merubah haluan ke tempat penyewaan khusus menembak bukan ke tempat khusus pelatihan para polisi untuk berlatih.
Gion yang sudah mengarah kan panjang lebar memberi penjelasan cara tehnik untuk membidik, di bikin kesal dengan Gadis cantik namun menyebalkan, Bintang.
Gimana Gion tidak kesal, Bintang hanya manggut manggut mengiyakan, entah di mengerti atau tidak oleh gadis itu. Bintang hanya duduk menyilam di tanah berumput menunduk memainkan handphone canggihnya.
Ludah Gion sudah muncrat muncrat memperingati Bintang untuk fokus dengan arahan yang di berikannya, namun tetap saja Gadis itu seakan akan tuli. Bintang hanya menjawab mengangguk, tanpa ingin menatap Gion. Dirgan dan Biru sudah mangap mangap ingin memarahin Bintang karena gara gara Gadis itu, praktek membidik belum juga di mulai.
""Pa."" Dirgan memerenggut ingin segera berlatih membidik, namun papanya dari tadi hanya berkicau.
""Ayo om..kita mulai, Biarkan saja Bintang bersama dengan handphone nya. kita tinggal aja."" Timpal Biru yang ikut sebal melihat kelakuan Bintang.
Lagian jika Bintang tidak bersungguh sungguh ingin berlatih kenapa harus ikut, Bukannya di rumah main handphone juga bisa kenapa harus di tempat yang berisik dengan suara tembakan.
Bintang mendongak merasa namanya di sebut yang terdengar di eluhkan.
""Enak saja! kenapa aku mau di tinggal, aku kan sudah siap dari tadi, Om Gion saja yang nyebelin terlalu membosan kan cara menjelaskannya."" Celetuk Bintang.
Aku bermain handphone kan bukan alasan lain melainkan melihat toterial cara membidik yang benar dari pada manatap Om Gion, yang ada aku kena gerimisnya.
""pfhuuuuu.."" Gion membuang nafas sebal, menatap Bintang. ""Ayo kita mulai."" lanjutnya sabar.
Cuma beberapa menit, Gion menemani anak remaja itu berlatih, Gion terpaksa harus meninggalkan mereka sebab istri tercintanya lagi bikin heboh dirumah, cuma gara gara bayi Beonya tidak mau makan, Fina menggemparkan seisi rumah Meca dan Vane.
""Bin..! peluruh terakhir jangan sampai meleset."" bisik Dirgan di belakang telinga ku, suaranya seakan akan meledek, mentang mentang sasaran bidikan ku meleset terus.
""iya.. diamlah atau.."" Aku berbalik badan mundur dua langkah dengan senapan melayang kedepan pas di wajah Dirgan.
""eits.. jangan macam macam."" gugupnya seraya angkat tangan.
Biru terkikik.""Bintang tidak akan berani melakukan itu."" Ucap Biru menahan tawa melihat Dirgan gugup ketakutan.
""Aku berani."" Aku sudah siap menarik pelatuk senapan nya. Mundur selangkah agar sedikit menjauh dari tempat Dirgan berdiri.
""Aahhh.. Bintang..! jangan atau aku cium."" Ancam Dirgan seraya berjalan ingin berlindung di belakang tubuh tinggi Biru.
""wah.. berani cium, aku tembak langsung.!""
Bintang yang hanya pura pura ingin menembak Dirgan, berubah pikiran karena mendengar ancaman Dirgan.
""Bin...! aku masih muda lho, belum Ingin mati."" Memelas Dirgan di belakang tubuh Biru seraya menunduk.
""Bodo..siapa suruh pake ngancam."Sahut ku menyeringai.
""Biru, jika sayang nyawa maka minggirlah.""
Biru tak bergeming, ia malah terkikik, maju dua langkah ke depan tubuh Bintang. meninggalkan tubuh Dirgan yang lagi meringkuk gemetaran. Dirgan yang selalu kena kegalakan Bintang sejak kecil sampai sekarang benar benar takut, jika saja orang lain yang melakukan itu, Dirgan dengan senang hati melawannya, Tapi ini Bintang, Bintang yang dari kecil bersamanya, Bintang yang sejak kecil, yang selalu di jaganya walaupun ia terkena imbasnya, Namun Dirgan tak mau membalas dan menyakitinya, paling... jika Bintang sudah keterlaluan ia cuma bisa diam dan tak mau Berbicara sampai berhari hari dengan sahabatnya itu.
""Dor.."" Bintang melangkah menyamping, menghindari tubuh Biru, pelatuk yang ditarik Bintang terlepas mengarah ke posisi Dirgan, Dirgan yang mendengar suara tembakan terperanjat kaget melemas, bahkan dengan joroknya, Dirgan sampai gemetar mengeluarkan pipis di celananya.
Biru pun tersentak tak percaya. apa yang di lakukan Bintang, Namun saat ia menoleh kebelakang, persisnya di belakang Dirgan, ada seseorang yang memakai Hoodie berlari kencang ke arah semak semak di lapangan terbuka itu, dengan tangan terluka terkena tembakan dari Bintang.
Biru yang sempat akan mengejar orang itu, tiba tiba berhenti karena seruan dari Bintang melarangnya.
Bahkan orang orang lain yang ada di sana tidak ada yang menyadari tembakan Bintang melukai orang. karena itu area khusus menembak maka itu hal wajar terdengar memikikkan.
Dirgan yang tidak merasakan reaksi sakit dari dirinya, meneliti setiap inci tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Tidak ada yang terluka, Namun di area terlarangnya, ada rasa risih yang basah basah bau. ia pun berjalan jijik ke arah kedua sahabatnya dengan cengir kudanya, bahkan ia belum tau apa yang sebenarnya terjadi.
""Apa? salah satu dari kita ada yang mempunyai musuh.? santai Bintang tidak terlalu perduli dengan orang yang misterius tadi.
Biru menggeleng tidak tahu, karena ia merasa hidup nya tidak pernah mengganggu orang, Biru termasuk tipe cinta damai dan kadang cuek dengan keadaan sekitar jika memang tidak perlu di perbesar. sedangkan Dirgan mangap mangap tidak mengerti apa yang Bintang tanyakan.
""Dirgaaaaahayu.?"" Bintang mengangkat satu alisnya minta jawaban.
""Memangnya ada apa?"" Bingung Dirgan tidak tahu apa apa.
""yaaaak...!"" kesal Bintang tidak habis pikir. ""Tadi ada yang ingin menembak salah satu dari kita, sayaaaaang."" Bintang menoyor jidat sahabatnya itu.
"" Hah? serius?"" pekik Dirgan tidak percaya.
Bintang mengangguk pasti, memang benar ia melihat orang misterius itu mengarahkan senjatanya lurus lurus di antara mereka bertiga namun Bintang tidak yakin pasti, siapa yang Orang itu incar karena posisi mereka bertiga pas sekali dengan bidikan orang itu.
Dirgan berpikir sejenak kira kira siapa tersangka yang akan mengganggu hidupnya. ""musuhku paling cewek cewek yang aku putusin semua kan menatap benci ke aku atau kalau bukan anak anak motor tempat----- "" Dirgan menjeda lalu melirik sekitar takut ada Papanya tiba tiba. "" Tempat aku balapan liar."" lanjutnya seperti berbisik.
Dirgan memang sering balapan liar dan tidak di ketahui oleh orang tuanya, hanya Biru dan Bintang yang tahu itu, Bahkan sebenarnya Bintang pun tidak suka jika sahabatnya itu ikut ikutan jadi pembalap liar.
Sekarang giliran Bintang yang di tatap tanya oleh kedua sahabatnya. Bahkan Dirgan sudah ber mode tegang, ia yakin jika orang misterius tadi adalah salah satu musuh Bintang, yang lebih tepatnya mantan Bintang yang sakit hati, mungkin.
""Kenapa menatapku begitu?"" elak Bintang tidak ingin berasumsi buruk hanya karena menebak nebak orang yang tidak pasti. sebenarnya ia pun mencurigai salah satu mantannya. tapi dia tidak terlalu perduli selagi sahabat, keluarga dan diri nya masih baik baik saja.
""Hussst..kalian mencium bau bau Pesing tidak.?"" Bintang mengendus endus kaya kucing lagi nyari makan. Biru pun ikutan ngendus dengan bodohnya Biru mengendus ngikutin arah dari mana bau menyeruak itu berasal, daaaaaaannn...stooop.. Hidung Biru berhenti di dekat area terlarang milik Dirgan yang di balut celana Levis hitam. Dirgan terpingkal geli dan juga merasa malu.
""Bluweeeekk..shittt..Dirgan pipis di celana."" Jijik Biru seraya ingin muntah muntah lebay.
Bintang melirik Dirgan dengan tatapan eneek ""iiiihhhh...Jijiiiiiiik...Gilaaaaaaa...badan gede tapi tukang ngompooooool kaya bayi...!"" maki Bintang lalu pergi menggandeng Biru untuk pulang bareng, yang sebenarnya ia lebih senang pulang bareng Dirgan tapi anak itu ngompol makanya Bintang lebih milih naik Moge Biru.
""Hahahaha.."" Dirgan yang di tinggal malah terpingkal, lalu mengedip lucu ke mba mba bohai yang baru lewat di depannya, namun bukannya mba itu tersenyum malah tutup hidung mencium aroma Pesing milik Dirgan.
""apa bau ya,?"" Dirgan mengendus pipis sendiri "" bluweeeekk..ihhh..jorok.""
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!