NovelToon NovelToon

Nicholas

Bab 1

Nicho melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kenyataan buruk itu seperti mimpi baginya, terjadi begitu saja tanpa ia duga.

Menjalin hubungan dengan wanita selama bertahun - tahun, tentu saja sudah banyak kenangan indah yang telah dia lewati bersama.

Begitu juga dengan perasaan cintanya yang bahkan sudah terpatri dalam hatinya.

Wanita cantik sederhana dan memiliki sifat yang jarang di miliki oleh wanita lain di luar sana adalah salah satu alasan kenapa dia sangat mencintainya.

Wanita yang selalu membuatnya teduh setiap kali menatapnya, wanita yang selalu memberikan kebahagiaan dengan cara yang sederhana, wanita itu sangat sempurna di mata.

Selama ini Nicho sangat menjaga dan menahan diri untuk tidak merenggut kesuciannya, menjadikan wanitanya agar tetap suci sampai dia berhasil menikahinya. Namun pada akhirnya takdir berkata lain, wanita yang selama ini dia jaga sudah lebih dulu dinodai oleh laki - laki lain.

Baru kemarin mereka menghabiskan waktu bersama, melakukan hal manis layaknya sepasang kekasih namun masih dalam batas wajar.

Rupanya hal itu akan menjadi keromantisan terakhir bagi mereka sebelum akhirnya hubungan itu berakhir.

Padahal selangkah lagi dia hampir menikahi wanita pujaannya itu. Pernikahan yang seharusnya bisa di gelar dalam waktu dekat, namun harus di tunda karena terganjal restu sang papa.

Nicho sudah bertekad untuk memohon, dan menurunkan egonya pada sang papa demi mendapatkan restu. Tapi nyatanya mereka memang tidak berjodoh.

Nicho memarkirkan mobilnya di basement apartemen. Rasa kesal dan sakit hatinya masih menggebu - gebu. Dia keluar dari mobil dan menutup pintu dengan membantingnya.

Apa lagi yang harus dia perjuangkan setelah cintanya pergi dengan meninggalkan luka di hatinya.

Semua usaha yang dia lakukan sampai memilih menentang sang papa dan keluar dari rumah, semua itu dia lakukan demi wanita yang sangat dia cintai.

Tapi lihat sekarang.? Semuanya sia - sia.

Kisah cintanya terlalu menyakitkan. Untuk kedua kalinya dia kehilangan wanita itu, dan kehilangan kali ini akan menjadi perpisahan untuk selamanya.

Nicho berjalan cepat dengan lakah kakinya yang lebar. Pandangan matanya terlihat tidak fokus, terkadang menerawang jauh dengan sorot mata penuh amarah.

"Ok mam, tidak perlu khawatir. Aku akan baik - baik saja di sini." Seorang wanita muncul dari arah yang berlawanan. Dia sibuk berbicara lewat telfon. Sementara itu satu tangannya sibuk merogoh tas kecilnya.

"Aku harus kerumah aunty sekarang,,"

"By mam, love u so much."

Jarak Nicho dan wanita itu semakin dekat, keduanya sama - sama tidak fokus pada jalanan di depannya karena wanita terburu - buru dan sibuk dengan ponsel serta tasnya, sementara Nicho sibuk dengan pikirannya yang sedang kacau.

"Aaaahh,,,,,"

Nicho yang berjalan cepat dengan perasaan yang sedang emosi, menyenggol wanita itu hingga membuat ponsel di tangannya terpental jauh di lantai. Tubuhnya yang kecil sampai terhuyung, namun Nicho dengan sigap menangkapnya.

"Maaf.!" Seru Nicho dengan suara tegasnya. Dia langsung melepaskan wanita itu dari dekapannya, lalu mengambil ponsel yang terpental sampai beberapa meter dari tempat mereka berdiri.

Nicho mendengus kesal sembari mengambil ponsel milik wanita itu. Dia terlihat semakin kesal karna mendapati layar ponsel itu retak.

Bagaimana tidak kesal, hatinya sedang tidak baik - baik saja saat ini, tapi harus dihadapkan dengan masalah baru dan harus berurusan dengan orang asing.

"Ponselmu rusak.!" Ujarnya sembari memberikan ponsel itu. Wanita di hadapan Nicho hanya diam, manik matanya tak beralih sedikitpun dari wajah Nicho.

"Berikan nomor rekeningmu. Biar aku ganti.!" Ujar Nicho sekali lagi, tapi wanita itu masih saja diam mematung.

"Kamu tidak bisa mendengarku.?!" Seru Nicho dengan mengencangkan suaranya, juga melebarkan matanya yang tajam.

"Ah,, iya iya,," Dia tersentak dan terlihat salah tingkah.

"Hanya retak sedikit, tidak masalah."

"Op,,pa,, emm kakak maksudku, tidak perlu menggantinya." Ucapnya gugup.

Nicho berdecak kesal.

"Tetap saja rusak.!"

"Berikan saja nomor rekeningmu, kita selesaikan disini."

Nicho mengambil ponsel dari saku celananya.

"Berapa nomornya.?!" Serunya, dia sudah membuka aplikasi internet banking di posnelnya.

"Tidak perlu kak,," Wanita itu masih saja menolak. Karna dia sadar kejadian tadi bukan sepenuhnya kesalahan laki - laki tampan itu. Dia juga ceroboh karna tidak memperhatikan jalan.

"Lagi pula aku juga salah,,"

"Aku tidak membahas siapa yang salah dan benar disini, aku hanya ingin meneyelsaikan urusan kita agar tidak ada permasalahan lagi di lain waktu.!"

"Sebutkan nomor rekeningnya. Aku tidak punya waktu untuk membelikan ponsel baru untukmu."

Suara Nicho terdengar semakin tegas dan tidak mau di bantah lagi. Dan hal itu berhasil membuat wanita di hadapannya mau memberikan nomor rekeningnya.

"Sudah." Ucap Nicho datar, sembari memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana. Lalu bergegas pergi begitu saja.

"Terima kasih kak.!" Serunya tulus. Dia terus diam di tempat, menatap kepergian Nicho sampai laki - laki itu masuk kedalam apartemen yang terletak tak jauh dari apartemen tempatnya tinggal.

Tiba - tiba saja dia mengulum senyum dengan pipi yang merona.

Sorot matanya terlihat mengagumi sosok laki - laki yang baru saja dia temui. Kagum dengan fisiknya yang memiliki tubuh serta wajah sempurna sebagai laki - laki.

Begitu masuk kedalam apartemen, Nicho mengambil rokok dan wine di meja barnya.

Rokok dan wine yang memang di siapkan oleh Nicho khusus untuk teman - temannya jika berkunjung ke apartemen. Dia hanya minum dan merokok sesekali karna tidak terlalu menyukainya.

Kali ini dia berniat menghabiskan 1 botol wine seorang diri. Dia berpikir setidaknya rasa sakit hatinya akan berkurang dengan menenggak minuman beralkohol itu.

Setelah duduk di balkon kamar, Nicho mulai menyalakan rokok dan mengisapnya dalam. Dia menghembusakan asap rokok itu dengan kasar. Seolah sedang melepaskan sesak yang mengganjal di hatinya. Dia terus melakukan kegiatan itu dengan diselingi meneguk wine, begitu seterusnya sampai menghabiskan 2 batang rokok dan 1 botol wine.

Bodoh.?! Ya bisa dibilang begitu. Nicho bahkan tidak keberatan jika dirinya disebut gila saat ini.

Kehilangan orang yang bertahun - tahun dia cintai, lebih sakit dari yang orang lain pikirkan.

Kisah percintaan terlalu sadis untuknya. Padahal apa kurangnya dia selama ini.? Dan kesalahan apa yang sudah pernah dia berbuat sampai kisah cintanya terlihat sangat menyedihkan.

Dia menjaga wanitanya dengan baik, selalu ada untuknya dan melindunginya layaknya seorang putri.

Nicho merogoh ponselnya yang berdering. Dia baru mendengarnya, padahal ponselnya sudah berdering beberapa kali sejak tadi.

Ada panggilan masuk dari Jeje, Nicho langsung menolak panggilan telfon dari adiknya itu.

Nicho tersenyum kecut saat melihat nama Fely tertera di layar ponselnya, rupanya wanita itu juga baru saja menghubunginya beberapa menit yang lalu.

"Breng-s*k.!!!" Teriak Nicho geram.

Dia merasa muak dengan apa yang sudah terjadi pada hidupnya.

Nicho langsung mematikan ponselnya, kemudian meletakan kasar di atas meja.

Siapapun pasti akan merasakan sakit yang serupa jika berada di posisi Nicho, bahkan mungkin akan menghajar laki - laki yang sudah tidur bersama kekasihnya.

Tidak heran jika saat ini Nicho lebih memilih untuk menyendiri di temani dengan rokok dan alkohol.

Sakit hati membuatnya hampir gila.

Bab 2

Nicho Pov

Kepulan asap sudah memenuhi ruang tamu. Ini rokok terakhir setelah aku menghabiskan 1 bungkus rokok. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, sampai detik ini aku belum beranjak dari apartemen sejak siang tadi. Perutku bahkan sudah mulai terasa perih karna belum memakan apapun sejak siang.

Permasalah ini hampir membuatku gila karena terus memikirkannya hingga memenuhi isi kepala dan terasa akan meledak.

Aku mungkin terlalu lemah sebagai laki - laki, atau mungkin aku terlalu mencintainya hingga membuatku merasa frustasi setelah kehilangannya untuk kedua kali.

Ada penyesalan besar dalam diriku setelah semua ini terjadi pada hubunganku dan Fely. Aku terlalu lamban dalam meresmikan hubungan kami sampai akhirnya seseorang lebih dulu mendapatkannya.

Seharusnya aku tidak menuruti perkataan orang tua Fely yang menyuruhku untuk meminta restu pada papa. Seharusnya aku menyakinkan orang tua Fely agar dia setuju untuk menikahkan kami tanpa harus menunggu restu dari papa.

Mungkin jika aku bergerak lebih cepat, ini tidak akan terjadi.

Ku buang putung rokok ke dalam asbak. Aku harus mandi dan keluar untuk makan. Bertindak bodoh seperti ini hanya akan membuatku semakin terpuruk. Sekalipun aku menyiksa diri sendiri sampai tidak lagi berdaya, keadaan tidak akan pernah berubah. Kenyataan bahwa hubungan kami sudah berakhir dan Fely akan menikah dengan orang sudah pasti akan terjadi. Aku hanya akan merugikan diri sendiri jika terus berada di titik ini.

Memang tidak akan mudah untuk melupakannya dan menghapus perasaan cinta ini, tapi setidaknya aku bisa mulai menjalani hidupku dengan baik.

Dibawah guyuran shower, aku tersenyum kecut mengingat kisah percintaanku yang terlalu tragis. Bertahun - tahun mencintai seseorang, selama itu pula aku menjaganya dan yakin bahwa dia adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendampingku. Kini semuanya hancur begitu saja dengan takdir yang menurutku seperti lelucon.

Keluar dari kamar mandi membuat pikiranku jauh lebih tenang. Guyuran air dingin tadi langsung mendinginkan isi kepalaku yang sempat panas.

Bodoh jika aku terus berlarut - larut memikirkannya, tapi tidak akan mudah untuk melupakannya begitu saja. Membiarkan berjalan seperti air yang mengalir adalah cara yang tepat. Aku tidak harus menuntut diriku sendiri untuk melupakannya, namun membiarkan perlahan mulai hilang dari ingatan dan hatiku.

Aku menyambar kunci mobil setelah memakai pakaian. Hal yang harus aku lakukan untuk membuat diriku jauh lebih baik adalah dengan mengisi perut yang sudah semakin perih. Meski sejak tadi siang aku tidak melakukan apapun, tapi memikirkan banyak hal hingga membuat kepala ku sakit, mampu menguras energi.

Begitu keluar dari apartemen, aku langsung mendapatkan seulas senyum tipis yang terlihat kaku dari seorang wanita yang tadi siang tidak sengaja aku tabrak sampai membuat ponselnya rusak.

Dia terlihat salah tingkah berdiri mematung tetap di depan pintu apartemenku.

"Malam kak,,," Sapanya ramah dengan membungkukan badan. Aku mengerutkan dahi, heran saja dengan sikapnya yang terlihat sok kenal. Padahal baru kali kedua kami bertatap muka.

"Permisi,,," Dia kembali membungkukan badan untuk kedua kalinya dan pergi dari hadapanku. Sepertinya dia malu karna aku tak kunjung membalas sapaannya.

Setelah menutup pintu, aku bergegas turun untuk makan di restoran cepat saji yang ada di seberang apartemen. Saat ini aku sedang tidak mood untuk mengendari mobil. Pikiranku masih kacau dan takut akan membahayakan pengguna jalan.

Suasana restoran cukup ramai. Aku bahkan tidak melihat ada meja yang kosong, semuanya sudah terisi. Aku memutuskan untuk tetap memesan makanan. Perutku sudah tidak bisa lagi di ajak kerjasama.

Selesai mendapatkan pesanan, aku belum juga mendapatkan meja. Hanya ada 1 meja yang di tempati oleh 1 orang, jika tidak bergabung dengannya, aku pastikan akan semakin lama untuk makan.

Aku menghela napas, takdir macam apa ini. Selalu saja wajah wanita itu yang aku temui. Dia tersenyum samar melihatku datang ke mejanya.

"Tidak ada meja lain yang kosong, aku hanya makan sebentar." Ucapku lalu duduk di depannya tanpa menunggu persetujuan darinya. Lagi pula ini restoran umum, aku bebas duduk dimana saja.

"Silahkan, duduk saja." Jawabnya sembari menggigit burger di tangannya.

"Telat.!" Sahutku. Dia terkekeh.

"Bukan telat, tapi kakak yang main duduk aja. Aku kan belum kasih ijin." Ujarnya.

Suaranya seperti orang yang banyak omong alias cerewet, mirip seperti Jeje.

"Memangnya siapa yang minta ijin sama kamu.? Ini restoran, pengunjung boleh duduk dimana saja asal kursinya kosong.!" Balasku sinis.

Aku mulai menyantap makananku dan tidak memperdulikan dia yang terus berbicara sambil terus mengunyah burger miliknya.

"Iya aku tau, tapi bukan asal duduk begitu saja karna masih ada orang lain di meja yang sama. Setidaknya minta ijin meski ada kursi yang kosong."

Aku hanya melirik cuek. Mulutnya penuh dengan burger tapi masih saja bersuara.

"Bye the way, kakak penghuni apartemen baru.? Aku baru liat kakak kemarin,,," Dia terlihat sok akrab padaku.

"Aku Prisilla,,," Tangannya di ulurkan ke arahku. Aku hanya menatapnya acuh tanpa membalas uluran tangannya.

"Sisil,, panggil saja Sisil." Ujarnya lagi sambil menarik kembali tangannya. Dia tersenyum meski aku tidak membalas uluran tangannya.

"Aku tinggal di kamar 145, beda 2 kamar saja sama,,,

"Dilarang makan sambil bicara.!" Ketusku memotong ucapannya. Lama - lama terasa semakin pusing mendengarnya terus berbicara panjang lebar dan seolah sudah sangat mengenalku.

"Maaf,,," Ucapnya.

"Makasih uang transferannya kemarin. Aku belum sempat beli ponsel baru,,"

Aku melihat sekilas dia memegang ponselnya yang sejak tadi ada di atas meja. Dia seolah sedang menunjukkan padaku.

"Padahal hanya retak sedikit, dan masih berfungsi." Aku langsung mengangkat wajah dan memberikan tatapan tajam padanya agar dia berhenti berbicara.

"Bisa diam tidak.!" Protesku.

"Wajahnya saja yang mirip, jangan harap sifatnya bisa sama,,," Gumamnya dengan suara lesu dan pelan. Aku masih bisa mendengarnya dengan jelas, namun memilih untuk tidak menghiraukannya. Sepertinya dia sedang melantur karna sejak tadi terus berbicara padaku.

"Sisil.!!" Seseorang menggebrak dengan satu tangan. Aku hampir saja tersedak mendengar teriakan dan gebrakan meja di hadapanku. Seorang kaki - laki dengan tampang yang jauh dari kata rapi, berdiri tetap menatap ku dan wanita itu.

"Apa - apaan kamu.?! Siapa laki - laki ini.?!" Serunya lagi. Matanya melotot tajam hingga menunjuk wajahku. Segera ku tepis kasar tangan yang tidak tahu sopan santun itu.

"Singkirkan tanganmu.!" Geramku.

Dia semakin tajam menatapku.

"Sayang apaan sih.! Kamu tuh ya bisanya cuma bikin masalah.!" Wanita itu berdiri dan menarik tangan laki - laki itu agar menjauh.

"Aku?!! Kamu nggak salah.?!" Dia membentak dan menepis kasar tangan pacarnya. Kau hanya menatap sinis kedua sejoli yang tidak tau malu itu, bertengkar di tempat umum sampai menjadi tontonan pengunjung resto.

"Bukannya kamu yang bikin masalah.?! Aku ajak kamu makan diluar, tapi kamu nolak dan ternyata makan sama cowok lain.!"

Aku mendengus kesal mendengar perdebatan mereka. Makanan yang belum habis terpaksa harus aku hentikan saat ini juga. Rasanya jadi tidak berselera lagi.

Aku beranjak dari sana dan membiarkan mereka terus berdebat.

Bab 3

"Cowok lain siapa.?! Jangan asal nuduh deh.! Kamu itu selalu berfikir buruk sama aku.!"

"Dia itu,,," Sisil menengok dan menunjuk ke arah tempat duduk Nicho, tapi dia mendapati Nicho sudah tidak ada di sana.

"Dasar nggak punya nyali tuh cowok.!" Cibir kekasih Sisil dengan sinis.

"Ganteng doang nyalinya ciut.!" Tambahnya lagi, seakan belum puas menjelekan Nicho di depan Sisil.

"Daripada nggak ganteng banyak ngatur,,," Gumam Sisil lirih. Dia juga meliriknya malas.

"Apa kamu bilang.?!"

"Apa.?!" Seru tak mau kalah.

"Sebaiknya kita keluar, aku malu di liatin orang."

"Kamu itu selalu aja bikin keributan."

Sisil mengambil ponsel dan tas miliknya yang ada di atas meja. Dia berjalan cepat meninggalkan kekasihnya.

Laki - laki itu terlihat mengepalkan kedua tangannya, juga menatap Sisil dengan penuh kekesalan. Setelah itu dia segera menyusul Sisil.

"Ikut aku, temani aku makan.!" Pintanya. Dia menarik paksa tangan Sisil saat baru keluar dari restoran.

Sisil mendengus kesal, dia berusaha menarik tangannya dari genggamannya namun cengkramannya terlalu kuat.

"Lepasin nggak.!" Pinta Sisil ketus.

"Kamu makan aja sendiri, aku males pengen balik.!"

Tolaknya kasar. Bagaimana tidak malas menemani kekasihnya yang sudah berkali - kali membuatnya naik darah akhir - akhir ini. Saat ini Sisil bahkan sedang berusaha untuk menghindarinya. Selalu punya seribu alasan untuk menolak bertemu dengannya.

Sisil merasa sudah muak dengan hubungan yang mulai tidak sehat ini. Dia merasa semakin tertekan dan terkekang setiap harinya.

"Sisil.!!" Bentaknya.

"Dave.!!" Tegur Sisil penuh amarah.

"Tolong berhenti bersikap gila seperti ini.! Kamu itu makin nggak terkendali."

"Aku lelah Dave,,,!" Keluh Sisil dengan wajah memelas. Rasanya ingin memutuskan hubungannya dengan laki - laki di hadapannya ini. Soalnya mereka sudah terikat perjodohan sejak 2 tahun yang lalu. Perjodohan yang dilakukan antara kedua orang tua mereka yang bersahabat sejak masih muda.

"Lelah.? Harusnya aku yang bicara seperti itu.!"

"Kamu nggak mau dengerin perkataanku, dan sekarang malah sering menghindar.!" Sanggah Dave tak mau kalah. Dia berusaha membela diri dengan menyudutkan Sisil.

"Dave please,,, aku mau pulang sekarang." Ujar Sisil memohon lirih dengan suara yang berat. Dia benar - benar tidak mau berdebat dengannya lagi.

"Besok kita bicara lagi. Kita makan siang di luar,,"

Sisil menyingkirkan pelan tangan Dave. Laki - laki itu mau melepaskan tangan Sisil dengan mudah.

"Oke, tapi aku antar kamu sampai apartemen. Jangan coba - coba nolak atau kamu harus nemenin aku makan malam.!" Ancamnya. Sisil langsung mengangguk pelan. Setidaknya dengan menyetujui permintaan Dave, laki - laki itu akan lebih cepat pergi dari hadapannya.

Satu kata saja dia mengeluarkan suara untuk menolak permintaan Dave, bisa dipastikan akan terjadi perdebatan yang tidak akan ada akhirnya.

"Lepas Dave, malu di liatin orang,," Sisil berusaha menyingkirkan tangan Dave yang melingkar di pinggangnya. Dia merasa risih karna berada di jalan yang saat ini sedang banyak orang lalu lalang.

"Ngapain malu, di luar negeri tuh orang ciuman di pinggir jalan juga udah biasa." Sahut Dave santai. Dia tak mau melepaskan tangannya dari pinggang Sisil.

"Kita bukan di luar negeri Dave.!"

"Itu juga biasa buat kamu, bukan buat aku.!" Ujar Sisil sinis. Dave selalu saja membanding - bandingkan kehidupan bebas di luar negeri. Laki - laki itu memang cukup lama tinggal di luar negeri, dan gaya hidupnya mulai terbawa.

Sisil bahkan sudah muak mengingatkan Dave untuk tidak pergi ke club malam.

"Terserahlah, cape ngomong sama kamu.!" Timpal Dave malas. Dia menarik tangannya dari pinggang Sisil dan hanya jalan beriringan.

...*****...

Nicho berjalan lamban menuju apartemennya. Kedua tangannya dia masukkan kedalam kantong jaketnya.

Jika dilihat dari kondisi dan raut wajah Nicho, tidak ada yang akan menyangka kalau saat ini dia sedang patah hati. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya kehilangan wanita yang bertahun - tahun kita cintai. Sakit dan kecewa sudah menjadi hal yang pasti. Dan hancur akan mengikutinya setelah itu.

Namun Nicho mampu mengatasi dan mampu mengontrol dirinya hingga membuatnya tidak berlarut - larut dalam kehancuran. Meski saat ini sakit hatinya tidak bisa di ungkapkan dengan kata.

kalaupun pada akhirnya Fely harus menikah dengan orang lain, itu artinya dia tidak berjodoh dengan Fely. Apa yang bisa dia lakukan kalau memang Tuhan tidak mentakdirkan dirinya bersatu dengan Fely.? Apa harus mencegah pernikahan itu dan menikahi Fely.? Hatinya juga tidak siap untuk menerima apa yang telah terjadi pada Fely.

Melihat banyak kiss mark di leher dan dada Fely saja membuat hatinya terasa terbakar sampai detik ini. Marah, kecewa, sakit hati dan jijik membayangkan bagaimana kedua manusia itu melakukannya meski tanpa sengaja.

Nicho tidak memungkiri jika selama menjalin hubungan dengan Fely, dia juga sering mencium dan mencumbunya. Tapi sampai detik terakhir Fely bersama laki - laki lain, Nicho tidak pernah meninggalkan jejak di tubuh Fely. Lalu bagaimana mungkin hatinya sanggup menerimanya setelah dia melihat dengan mata kepalanya sendiri.?

Nicho mengepalkan kedua tangannya, dia hampir melayangkan tinjuan ke dinding apartemennya. Namun seketika dia terdiam dan mengurungkan niatnya. Jarinya terlalu berharga untuk terluka hanya demi wanita yang tidak mau mendengarkan nasehatnya.

"Brengs*k...!!!" Teriaknya. Dia menghempaskan tinjuan ke udara untuk meluapkan kekesalannya setelah mengingat kembali hal menyakitkan itu.

Setelah membuka pintu apartemen, dia masuk dan membantingnya dengan keras.

Kenyataan ini terlalu sulit untuk diterima begitu saja. Akan sulit melupakan meski terluka dan kecewa.

Nicho duduk di ruang tamu. Kedua kalinya dia naikkan ke atas meja. Dan kedua tangan yang disilangkan.

Dia mulai memikirkan bagaimana menjalani hidupnya ke depan. Bagaimana dengan kuliahnya yang sudah terlanjur di pindahkan ke Universitas yang sama dengan Fely. Juga usaha yang akan dia buka di kota ini.

Rasanya tidak mungkin untuk pindah lagi ke universitas lain. Sepertinya Nicho harus menguatkan hatinya karna akan sering bertemu dengan Fely.

"Lepasin Dave.!! Jangan gila.!!! Aku nggak mau.!!!"

"Siapapun tolong..!!!"

Nicho langsung beranjak dari duduknya saat mendengar suara perempuan yang berteriak minta tolong. Tanpa pikir panjang, Nicho langsung keluar dari apartemennya. Dia menengok ke sisi kanan, tidak ada siapapun disana.

"Jangan Dave aku mohon.!!"

Suara itu langsung membuat Nicho menoleh ke sisi kiri. Tepat berjarak 2 pintu dari apartemennya, dia melihat Sisil yang sedang di seret masuk kedalam apartemen oleh laki - laki yang dia temui di restoran tadi.

Nicho langsung berlari menghampiri mereka. Dia mendorong kuat badan Dave hingga tubuhnya terpental ke lantai.

"Sial.!! Kau lagi.!!" Geram Dave.

Sementara itu Sisil langsung bersembunyi di balik tubuh Nicho. Isak tangisnya mulai terdengar. Nicho menoleh sekilas, namun langsung kembali menatap tajam pada Dave.

"Mau apa kamu.?!" Seru Nicho.

"Bukan urusanmu.! Dia kekasihku, aku berhak melakukan apapun padanya.!"

Dave berdiri dan menggeser kasar bahu Nicho.

"Ayo masuk.!" Dave menarik tangan Sisil.

"Dave.! Pergi aku mohon.!!" Teriak Sisil.

"Aku tidak mau melakukannya.!!"

"Buugghhh...!!!" Nicho meninju wajah Dave tanpa sungkan. Dia juga menarik tangan Sisil dan membawanya masuk ke dalam apartemen Sisil.

"Masuk dan kunci pintunya.!" Pinta Nicho.

"Tapi,,,"

"Masuk atau aku tidak akan menolongmu.!"

Mendengar ancaman Nicho, Sisil langsung menutup pintu dan menguncinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!