NovelToon NovelToon

Masih Kecil, Menikah

BAB 1 - 500 Juta

"Ruhi, menikahlah dengan cucuku dan aku akan memberikanmu harta yang berlimpah. Bagaimana? Mau tidak?”

Aku mengernyit bingung, memperhatikan kakek kakek ini secara lekat. Dia adalah pelanggan VIP di restoran padang tempat ku bekerja, sudah sering aku melihatnya kulu kilir keluar masuk restoran ini, tapi aku benar-benar tidak tahu siapa dia.

Kata pak Budi, bos ku, kakek ini adalah salah satu orang yang terkaya di Jakarta, katanya juga sebagian gedung-gedung besar di Jakarta ini adalah miliknya.

Tapi siapa dia? aku benar-benar tidak tahu, bahkan aku tidak pernah melihat wajahnya masuk di televisi.

Aku menggelengkan kepalaku pelan, menyangkal semua informasi yang sudah pak Budi berikan.

Menikahi cucunya?

Memberikan harta berlimpah?

Tidak, aku tidak akan percaya semudah itu semua ucapan kakek ini. Pasti dia memiliki maksud tersembunyi, mungkin kakek ini adalah sindikat mafia, penjual gadis-gadis cantik sepertiku.

Ya Allah, aku mulai merinding. Wajar saja jika dia mengiming-imingi aku dengan banyaknya harta, harga keperawanan ku ini memang sangat mahal.

“Maaf kek, saya tidak bisa," jawabku setelah cukup lama berpikir.

“Kenapa?”

“Karena saya masih menyayangi nyawa saya. Eh! Bukan, maksud saya, saya belum siap untuk menikah, saya masih terlalu muda kek, baru juga lulus SMA,” jelas ku dengan tersenyum kikuk.

“Yakin tidak mau? Aku tidak berniat menipumu, semua yang aku ucapkan adalah kebenaran. Dengan uang yang ku miliki kamu bisa mengobati adikmu, membantu ibumu dan melanjutkan kuliahmu, bagaimana? Masih tidak mau?”

Aku terperangah, sebenarnya siapa kakek ini? Dia bahkan sudah memeriksa latar belakangku, dia bahkan tahu tentang adikku Randu yang sedang sakit, dia juga tahu tentang ibu.

Jika diiming-imingi seperti itu bagaimana bisa aku tidak tergoda.

Tidak, tidak! Aku menggeleng cepat, ini pasti ada udang dibalik batu, jika dia bukan sindikat mafia, mungkin saja cucu yang akan dinikahkan denganku adalah orang penyakitan, penyakit menular hingga tidak ada seorang gadis pun yang mau menikah dengannya dan akulah yang dijadikan tumbal.

Wah! Jahat sekali!

“Maaf Kek, aku tidak bisa,” jawabku dengan wajah yang lebih serius.

“Benarkah?” tanya kakek itu sambil membuka koper yang sedari tadi tergeletak di atas meja.

Mataku membulat, ya Allah, benarkah itu semua uang asli? Koper itu penuh dengan uang 100 ribuan, berwarna merah dan terlihat berkilauan di mataku.

Glek! Aku benar-benar lemah dengan uang, dan kini aku sudah tergoda.

Di ruang VIP restoran ini, aku dan kakek membuat kesepakatan.

Kata kakek kesepakatan yang kami buat cukup secara lisan saja, tidak perlu tertulis ataupun pakai-pakai tanda tangan.

Kakek memintaku untuk menikah dengan cucunya yang bernama Asraf.

Kakek juga memintaku untuk selalu setia padanya, lebih patuh padanya dibanding kepada Asraf dan selalu menceritakan semua tentang Asraf ketika kami sudah menikah nanti.

Kakek hanya ingin, kehidupanku bahagia setelah menikah nanti. Karena itulah jika Asraf sampai berani KDRT, ataupun selingkuh kakek yang akan turun tangan sendiri.

Aku merasa bahagia, bahkan belum menikah saja kini kakek sudah sangat perhatian padaku.

“Kek, kenapa Kakek memintaku untuk menikah dengan Asraf? Apa dia penyakitan Kek?” tanyaku apa adanya, sesuai isi di kepala.

“Sembarangan, dia adalah pria tampan, sehat jasmani dan rohani. Hanya saja_”

“Hanya saja apa?” tanyaku cepat, kenapa pula kakek Bizar harus menggantung ucapannya.

“Hanya saja usianya sudah terlampau matang.”

Ck! Aku mencebik.

“Usia matang itu berapa kek?”

“34 tahun.”

Ha? Aku terperangah, 34 tahun? Aku menghitung-hitung dengan jariku sendiri. Usianya 34 sedangkan aku 18, 34-18\=16 tahun.

Hii! Mengerikan sekali.

Pedofil.

“Tidak tidak tidak! Aku tidak jadi menerima tawaran Kakek,” sanggahku dengan cepat, apa-apaan kakek Bizar, gadis belia sepertiku harus menikah dengan orang tua seperti itu.

Bukannya menjawab ucapan ku, kakek Bizar malah mengambil 1 koper lagi dibawah meja. Dan benar saja, isi koper itu adalah uang 100 ribuan dengan jumlah yang sama. 2 koper uang? Aku tidak lagi punya harga diri.

“Baiklah Kek, kita lanjutkan. Apa dia seorang duda?” tanyaku dengan mata yang tertuju pada 2 koper uang itu. Aku ingin sekali segera meraihnya, mendekap dan membawanya pulang.

“Bukan, dia belum menikah dan tidak memiliki kekasih. Selama ini dia hanya sibuk bekerja, karena itulah aku berinisiatif untuk mencarikannya seorang istri dan kamu adalah pilihanku,” jawab kakek dengan bangganya.

“Memangnya dia mau menikah denganku Kek?”

“Pasti mau, yang terpenting itu adalah persetujuan mu, soal Asraf biar jadi urusan kakek.”

“Mana bisa seperti itu, aku tidak mau dia terpaksa menikahi ku Kek. Banyak novel yang sudah ku baca, tiap pernikahan yang dipaksa pasti para istri yang akan menderita. Aku tidak mau seperti itu,” Jelas ku panjang lebar dan ku lihat kakek malah menertawakan ku.

“Tenanglah, ini di dunia nyata, bukan novel. Jika kamu dan Asraf benar-benar tidak bisa bersatu maka kalian bisa bercerai, tapi setidaknya bertahanlah selama 5 tahun, agar kamu bisa mendapatkan harta gono gini setelah perceraian. Bagaimana?”

Hatiku bersorak sorai, benar-benar tawaran yang sangat menarik. Bahkan aku bisa bercerai dan mendapatkan harta gono gini. Otak cerdas ku kembali berpikir, sekarang umurku 18, ditambah 5 tahun pernikahan, berarti usia 23 tahun aku kembali sendiri. Janda muda kaya raya, bukan suatu hal yang buruk.

“Baiklah, aku bersedia. Kapanpun kakek memintaku untuk menikah dengannya, aku siap. Jadi bolehkah aku mengambil uang itu?” tanyaku dengan wajah memelas dan kakek Bizar mengangguk seraya mendorong koper itu mendekat ke arahku.

Ya Allah, rejeki nomplok. Terima kasih ya Allah, aku pasti akan bersedekah.

Aku memeluk kedua koper uang itu dengan terharu biru.

Membayangkan nasib hidupku yang akan berubah menjadi lebih baik, seolah roda kehidupan mulai berputar dan kini aku berada di puncaknya.

Aku bisa membiayai pengobatan Randu, mewujudkan cita-cita ibu untuk menjadi ibu kos 30 pintu dan aku kembali melanjutkan sekolahku ke perguruan tinggi.

Ya Allah, nikmat mana lagi yang engkau dustakan Ruhi.

Eit! tunggu dulu. Bagaimana jika uang ini palsu?

Senyumku langsung pudar, ku tatap kakek Bizar dengan tatapan tajam ku.

"Ada apa lagi? masih kurang?" tanya kekek Bizar dengan wajah bingungnya.

"Aku tidak mau uang ini." Ku kembalikan 2 koper uang itu kepada kakek Bizar.

"Aku mau uang itu kakek transfer langsung saja ke nomor rekeningku dengan jumlah yang sama." Jelas ku sambil menyodorkan nomor rekening yang sudah tertera dilayar ponsel.

Ku lihat Kakek Bizar menghela napas, kemudian tersenyum dan mulai mengambil ponselnya.

Tak butuh waktu lama, ada notifikasi mobile banking masuk ke dalam ponselku. Dengan tak sabaran aku membuka pesan itu.

500juta, mata ku membulat, berbinar dengan bibir yang mengembang sempurna.

"Terima kasih Kek," ucapku tulus, meskipun aku sangat mencintai uang tapi aku tetaplah gadis baik yang selalu menghormati orang tua.

"Kakek yang seharusnya berterima kasih, karena kamu sudah mau menjadi istri cucu kakek, Asraf."

"Kakek tenang saja, aku akan menjadi istri yang baik untuknya. Aku akan bersungguh-sungguh, aku akan berusaha agar tidak ada perceraian diantara kami."

BAB 2 - Gadis Buduk

Pov Asraf

“Baiklah Kek, aku akan menuruti keinginanmu untuk menikah. Tapi izinkan aku sendiri yang memilih pengantin wanitaku.”

Ya, ini adalah satu-satunya jalan agar aku bisa terbebas dari kakek-kakek licik ini. Aku harus memelas dan mengambil simpatinya, seperti yang selama ini aku lakukan.

“Aku akan menikahi Lora Kek, aku sangat mencintainya.” Aku mulai memainkan peran, seorang pangeran yang tidak ingin dipisahkan dengan sang putri.

“Kakek bilang menikah itu harus dengan dasar cinta kan? Aku dan Lora saling mencintai Kek, karena itu izinkanlah aku menikahinya,” jelasku dengan wajah serius, namun hatiku menyeringai, setelah aku menikah dengan Lora seluruh harta kakek akan jatuh ke tanganku, dan disaat itu aku tidak perlu patuh lagi kepada kakek.

“Maaf As, mendiang kedua orang tua mu berpesan bahwa harus kakek sendirilah yang mencarikan mu pendamping hidup, dan kakek tidak menyukai Lora. Karena itu, kamu akan tetap menikah dengan gadis pilihan kakek.”

Ku lihat wajah kakek sendu, seolah merasa bersalah setelah mengatakan itu. Dasar pembohong, aku tahu didalam hatinya ia menertawakan aku.

"Memangnya kenapa dengan Lora kek? apa kurangnya dia?"

"Tidak ada, dia wanita yang baik dan juga cerdas. Aku hanya tidak menyukainya saja dan aku juga sudah memiliki calon ku sendiri, yaitu Ruhi."

Aku Mengepalkan tanganku kuat, menahan kesal. Berbicara dengan Kakek memang tidak akan membuahkan hasil. Selalu keputusannya lah yang menjadi penentu. Jadi sia-sia saja semua ucapan ku.

Sial!

Haruskah kali ini aku kembali menuruti kakek?

Lama aku berpikir dan ternyata tetap tidak ada jawaban.

“Baiklah, aku mengalah. Aku akan meninggalkan cintaku demi wasiat papa dan mama.”

“Bagus, kamu memang anak yang baik As.”

Setelah mengatakan itu kakek bangkit dari duduknya ia berlalu keluar meninggalkan aku duduk sendiri di sofa ini. Aku menoleh, melihat kearah kursi kebesaran ku, kursi wakil CEO.

Kursi kebesaran apanya? Jika aku bisa duduk di kursi CEO kenapa pula aku harus menjadi wakil?

Ini semua gara-gara kakek Bizar, gara-gara ia sangat menyayangi Aksa. Hingga aku cucu tertuanya dikesampingkan.

Siapa pula gadis pilihan kakek itu? aku tahu, sebenarnya kakek bukan mencari kan ku istri, melainkan seorang mata-mata.

Sial! sial! sial!

Apa kini aku juga harus berpura-pura baik didepan gadis itu?

Siapa namanya tadi? Ruhi? Bahkan Dari namanya saja terdengar kampungan sekali.

Tok tok tok

“Masuk!” perintahku, ku lihat Dion asisten pribadiku datang dengan tergesa, padahal aku hanya memintanya kesini untuk menyelidiki gadis pilihan kakek, bukan sesuatu yang penting.

“Ada apa Tuan?” tanyanya setelah menunduk memberi hormat.

“Dion, cari tahu wanita yang dipilih kakek untuk menikah denganku, cari semua informasi tentang wanita itu. Aku tidak ingin ada yang terlewat sedikitpun.”

“Baik Tuan.”

“Hem, pergilah.”

Dion pergi, setelah ia menutup pintu aku kembali berkutat dengan pikiranku sendiri. Jika aku tidak bisa membatalkan pernikahan ini, maka akan aku jadikan wanita bodoh itu sebagai sekutuku.

Ya, mana ada wanita yang tidak bertekuk lutut dengan pesonaku. Aku ini pria tampan dan mapan, aku pasti bisa menguasainya.

Drt drt drt

Ponselku di atas meja bergetar, ku lihat ada panggilan masuk dari Lora.

“Ada apa?” jawabku dengan ketus, aku paling tidak suka wanita yang menghubungi terlebih dulu, merepotkan.

“Sayang, bagaimana? Apa kakek setuju kamu menikah denganku?” tanyanya dengan suara manja, dan aku makin tak suka mendengarnya.

“Tidak! Karena itu berhenti memanggilku sayang dan berhenti menghubungiku. Hubungan kita sudah berakhir.”

Aku langsung memutuskan sambungan telepon itu, tidak peduli dengan jawaban yang akan diberikan oleh Lora, itu tidak penting.

Lora hanyalah salah satu dari wanita-wanita mainan ku, ku pikir dengan statusnya yang seorang pengusaha muda bisa mengambil hati kakek, ternyata tidak.

Karena itulah, tidak ada alasan untuk ku berhubungan lagi dengannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sore harinya Dion sudah kembali dengan membawa informasi yang ku minta.

Cepat-cepat ku buka amplop warna coklat itu.

"Pftt, hahahahaha!" Aku tertawa terbahak, sampai perutku terasa keram.

"Dion, apa kamu tidak salah memberikan informasi ini padaku?" tanyaku dengan sisa sisa kekehan, ku hapus air mata tawaku diujung mata.

"Tidak salah Tuan, Nona Ruhi memang gadis pilihan Tuan Bizar."

"Iya, aku tahu namanya Ruhi, tapi apa benar ini orangnya?" Aku menunjukkan foto gadis kucel ini pada Dion, dan dia malah mengangguk.

"Ha! benarkah? gadis jelek dan buduk ini yang namanya Ruhi? ya Allah, dimana mata kakek saat melihat bocah ini." Ku telisik setiap informasi yang tertulis dalam kertas putih ini.

Nama Ruhi, umur 18 tahun, baru lulus SMA, mempunyai seorang adik laki-laki bernama Randu berusia 15 tahun yang sedang sakit tumor otak. Ayahnya sudah meninggal sejak 3 tahun lalu, dan sang ibu yang bernama Rina membuka warung kecil di rumahnya.

Aku geleng-geleng kepala, selain jelek ternyata Ruhi juga gembel.

"Bagaimana bisa kakek memilih seorang bocah untuk menikah denganku? apa dia masih waras?" Ku banting berkas itu diatas meja, kesal.

Aku benar-benar marah dengan keputusan kakek kali ini. Ruhi lebih pantas diangkat menjadi cucu jika dia ingin membantu anak itu, kenapa pula malah harus menikah denganku?

Sial!

Aku tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi. Secepat kilat aku mengambil kunci mobil dan berlalu pergi, ingin menemui kakek dan membatalkan semuanya.

20 menit perjalanan akhirnya aku sampai di rumah Kakek, rumah besar yang lebih menyerupai mansion.

Aku berjalan tergesa, tidak peduli meski beberapa pelayan menunduk dan menyapa.

"Kakek!"

"Kakek!"

"Tuan, Tuan besar sedang beristirahat," ucap bunda Leni, beliau adalah kepala pelayan di rumah ini. Beliau juga yang mengasuhku sedari kecil.

Namun kini aku tidak peduli yang lainnya lagi, termasuk ucapan Bunda Leni, aku hanya ingin segera bertemu dengan kakek.

Sampai di lantai 2, aku langsung masuk ke kamar kakek Bizar. Aku tahu, kakek memang tidak pernah mengunci pintunya saat sedang beristirahat.

"Asraf," tegur kakek, ia langsung terbangun dan duduk diatas tempat tidur.

"Kek! apa maksud kakek memilih Ruhi untuk menikah denganku? dia itu masih anak-anak Kek, baru lulus SMA!" Aku sedikit membentak kakek, sumpah demi apapun, saat ini aku sangat kesal.

Ku lihat kakek malah menguap, seolah protesku ini bukanlah suatu hal yang penting, menyebalkan sekali.

"Kek!"

"Jangan teriak-teriak As, kakek belum tuli."

"Kalau begitu batalkan niat Kakek itu, aku akan menikah dengan wanita pilihan Kakek, tapi bukan dengan Ruhi ataupun gadis-gadis jelek lainnya. Kakek kan tahu seleraku seperti apa?" Aku mencoba bernegosiasi, setelah susah payah meredam emosi.

"Apa kamu lupa? kamu tidak punya hak untuk menawar, ini mutlak keputusan kakek dan tidak bisa diganggu gugat. Keluarlah, jangan ganggu kakek lagi."

Aku mengepalkan tangan kuat-kuat. Kakek Bizar!!!

Baiklah, aku sendiri yang akan membuat bocah jelek itu membatalkan pernikahan kami.

BAB 3 - Kesepakatan

POV Bizar

Huh! aku menghela napas kasar, setelah Asraf meninggalkan kamar aku memutuskan untuk turun dari ranjang.

Aku bergerak mengambil 2 buah foto di dalam laci nakas, 1 foto Asraf dan 1 lagi foto Ruhi.

Mulai darimana aku akan bercerita, baiklah, dari anak nakal ini dulu, Asraf.

Dia pikir aku tidak tahu kelakuannya selama ini, selalu menghambur-hamburkan uang, bersenang-senang dengan wanita dan berkerja seenaknya.

Aku memiliki 2 anak yaitu Rendra dan Rania. Rendra menikahi Ajeng dan kemudian memiliki seorang anak bernama Asraf. Sedangkan Rania menikah dengan Alex dan memiliki anak bernama Aksa.

Entah kutukan apa yang terjadi pada keluargaku, baik Rendra maupun Rania sudah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu, di usia muda mereka sudah meninggal. Rendra meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri, sedangkan Rania meninggal karena penyakit yang ia derita.

Kini keluargaku hanya tertinggal Alex sang menantu, juga Asraf dan Aksa cucu-cucuku.

Aku sadar umurku sudah tidak lama lagi, akhir-akhir inipun dadaku terasa amat sangat sesak.

Aku juga berniat untuk membagikan harta ini secara adil untuk Asraf dan Aksa. Tapi melihat peringai Asraf selama ini, para dewan direksi dan komisaris perusahaan menolak untuk menjadikan Asraf sebagai CEO. Mereka semua malah mendukung Aksa untuk menempati posisi itu.

Padahal tidak seperti itu, Asraf lebih berhak untuk menduduki kursi CEO. Selain dia cucu tertua, dulunya juga Renda lah yang mengembangkan perusahaan ini. Alex hanya membantu sekedarnya saja. Karena itu, kini aku ingin Asraf yang memimpin.

Namun aku tidak bisa semerta-merta menyerahkan kursi CEO ini sesukaku saja, aku harus mendapat dukungan dari dewan direksi dan juga dewan komisaris perusahaan.

Inilah tugasku yang paling berat, merubah Asraf agar bisa memenuhi standar pemimpin bagi semua pemegang saham.

Aku bingung harus bagaimana, bingung rasanya memikirkan cucuku 1 ini, andaikan sedikit saja ia bisa meniru Aksa.

Ya Allah, maafkan hamba karena selalu membandingkan mereka berdua.

Aku sadar, Asraf sebenarnya adalah anak yang sangat baik. Dia seperti ini karena Rendra dan Ajeng. Selama hidup Rendra hanya sibuk bekerja, sementara Ajeng selalu mabuk-mabukan setiap hari, terkadang pun ia pulang bersama laki-laki lain.

Asraf sepenuhnya diasuh oleh Leni.

Melihat itu semua, kini Asraf tumbuh tanpa ada rasa hormat kepada wanita. Baginya semua wanita sama saja, seperti ibunya.

Lagi, ku pandangi kedua foto ini lagi.

Asraf.

Ku lirik sebelah kiri, Ruhi.

Satu tahun terakhir ini aku selalu mengamati gadis kecil bernama Ruhi. Gadis kecil itu bekerja setelah pulang sekolah, siang dia bekerja di restoran padang, malamnya ia bekerja di restoran cepat saji, pagi sebelum berangkat sekolah ia membawa susu kedelai untuk dititipkan di warung-warung.

Aku tersenyum, mengingat pertemuan pertama kali aku dengannya.

Saat itu aku pura-pura menjatuhkan uang 10 juta, 1 gepok. Tidak ku sangka, Ruhi berlari mengejar ku untuk mengembalikan uang itu.

"Aku memang sangat menginginkan uang, tapi aku akan mencarinya dengan cara yang halal."

Setelah mengatakan itu, Ruhi pergi, mengejar angkot yang akan membawanya ke tempat kerja yang lain.

Semakin lama aku menguntitnya semakin kagum pula aku pada gadis kecil ini. Di balik sifat matrealistisnya ini Ruhi tetaplah anak yang sangat baik, berbakti kepada orang tua, sangat menyayangi sang adik, juga taat dalam beribadah.

Benar-benar cocok untuk dijadikan menantuku.

Tak ingin hilang kesempatan, beberapa hari setelah Ruhi lulus SMA, aku menemui dan memintanya untuk menikah dengan Asraf. Aku tahu, membujuk Ruhi bukanlah hal yang susah, hanya dengan uang maka ia akan setuju.

Aku sangat berharap, Ruhi bisa merubah sifat Asraf. Membawa Asraf kecilku yang dulu kembali lagi. Aku yakin Ruhi bisa, karena Ruhi tidak akan tergoda dengan ketampanan cucuku itu.

Bagi Ruhi, harta dulu baru tampang. Dan semboyannya itulah yang akan menguntungkan aku nanti.

Tok tok tok

"Tuan besar, bolehkah saya masuk?"

Ku dengar suara Leni di luar sana, kakiku sangat lemas untuk diajak berjalan. Hingga akhirnya aku hanya menyauti pertanyaan Leni itu, aku mempersilahkannya untuk masuk.

"Ada apa Len?" tanyaku saat Leni sudah berdiri tepat di hadapanku. Leni adalah wanita paruh baya yang sudah bertahun-tahun bekerja denganku, bisa dikatakan jika di rumah ini maka tangan kananku adalah Leni.

"Tuan besar, Nona Ruhi sudah datang."

Senyumku langsung mengembang ketika mendengar kabar itu, ya, aku memang memintanya untuk datang kesini.

Aku ingin menunjukkan pada Ruhi, jika aku ini benar-benar kaya. Bukan sekedar penipu seperti yang ia yakini selama ini. Bahkan aku meminta orang-orang ku untuk menjemput Ruhi menggunakan mobil limosin.

"Baiklah, aku akan segera turun. Layani dia dengan baik Len, dia adalah calon Nyonya muda rumah ini," ucapku dengan kekehan kecil.

Sangat tidak sabar menunggu Ruhi akan menikah dengan Asraf.

Aku menuruni anak tangga, melihat Ruhi yang duduk manis di sofa ruang tengah.

"Ruhi," sapa ku sambil duduk dihadapannya. Duh, pinggangku sakit sekali.

"Wah! ternyata kakek benar-benar orang kaya ya?" tanyanya dengan mata berbinar.

Aku melihat penampilannya dari atas sampai bawah, sepertinya Ruhi memanfaatkan uang pemberianku dengan sangat baik. Ia membeli pakaian dan juga merawat dirinya ke salon kecantikan.

Seminggu telah berlalu semenjak kesepakatan ku dengan Ruhi di restoran waktu itu, 2 hari yang lalu aku juga sudah menjelaskan semua maksudku pada ibu Ruhi.

Alhamdulilah, ibu Ruhi merestui niatan ku itu.

Dan malam ini aku berniat mengenalkan Ruhi dengan Asraf. Tapi anak nakal itu sore tadi malah marah-marah, dan sekarang entah dimana batang hidungnya.

"Aku sangat kaya, tidak usah kamu ragukan lagi. Jika kamu menikah dengan Asraf, ini semua akan menjadi milikmu."

Ruhi mengulum senyumnya, seolah bisa menyembunyikan kebahagiaan. Dia tidak tahu, jika kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah cantiknya.

"Kek, aku harus memanggil Asraf dengan sebutan apa? jika Kak terlalu muda, jika Om aku takut dia tersinggung. Masa calon istrinya memanggil dia Om?"

"Pfft, hahahaha." Aku terbahak mendengar pertanyaan Ruhi itu, aku juga sebenarnya bingung untuk menjelaskannya.

"Terserah mu saja, kakek tidak peduli," jawabku asal, dan ku lihat Ruhi sedikit kesal.

"Tapi Om lebih baik daripada Pak. Hahahaha." Aku tertawa keras, ternyata lucu juga jika Ruhi dan Asraf menikah. Mungkin Asraf akan dikira pedofil sedangkan Ruhi mata duitan.

"Berhentilah tertawa Kek, salah siapa memilihku menjadi calon cucu mantu." Ruhi cemberut.

"Harusnya Kakek mencari perempuan yang sedewasa om Asraf, bukannya gadis belia seperti aku," timpalnya lagi dan aku terpaksa menghentikan tawaku, meskipun masih sedikit merasa lucu.

"Jadi kamu mau membatalkan kesepakatan kita?" tanyaku dengan menatapnya tajam

"Kalau begitu kembalikan semua u_"

"Stop stop stop stop! iya iya Kek, aku hanya bercanda. Aku tidak akan menanyakan banyak hal. Aku hanya akan menikah dengan om Asraf. Titik."

"Bagus."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!