Lusi gadis yang cantik, pintar dan pekerja keras. Dia tinggal bersama sahabatnya yang bernama Dina, sejak sahabatnya yang bernama Miranda menikah. Lusi bekerja di hotel Golden milik keluarga sahabatnya yang bernama Miranda.
Dia bekerja di bagian keuangan. Di tempat dia bekerja Lusi tidak memiliki teman wanita sama sekali, karena mereka menganggap Lusi adalah saingan mereka. Karena sejak dia masuk bekerja di hotel itu, seluruh pegawai pria yang di hotel itu menyukai Lusi. Apalagi pria yang menjadi idola mereka juga ikut mengejar-ngejar Lusi.
Dalam satu ruangannya saja, tidak ada satupun pegawai wanita yang mau mendekatinya. Mereka sangat cemburu melihat bos mereka lebih mempercayai Lusi. Sangking cemburunya salah satu pegawai dalam satu ruangannya menyebarkan gosip kalau dia menjadi kekasih gelap bosnya.
Lusi tau siapa yang telah menyebabkan gosip itu, tapi dia mau ambil pusing. Karena menurutnya tidak terlalu penting untuk mengurusi mereka.
"Lus, sebentar lagi kita akan ada rapat dengan pak Renaldo. Tolong persiapan semuanya." ucap pak Sarif atasan Lusi dalam bagian keuangan.
"Baik, pak!" jawab Lusi dengan sopan.
Lusi langsung melakukan pekerjaan yang diperintahkan atasannya. Lusi tidak ingin membuat atasannya kecewa dengan hasil pekerjaan. Apalagi dia sangat tau untuk bekerja di hotel Golden bukanlah sangat gampang. Dia sangat beruntung bekerja di sana karena rekomendasi dari atasannya sewaktu dia di LA.
"CK...Sok cantik!" ucap Cinta salah satu pegawai satu ruangannya yang tidak pernah menyukai dirinya.
Lusi mendengar apa yang dikatakan temannya itu, tapi dia tidak ingin menanggapi. Dia lebih memilih fokus dengan pekerjaannya.
Setelah lima belas menit menyiapkan pekerjaannya, Lusi mendapatkan pesan dari sahabatnya Miranda.
"Lus, aku akan ke kantor mu jam makan siang nanti. Kita makan bareng ya. Aku lagi bosan dirumah Mulu!"
"Oke nyonya muda Felix..." Lusi langsung membalas pesan dari Miranda dengan perasaan bahagia.
"Semuanya ikut saya keruangan rapat sekarang!" ucap pak Sarif atasan mereka.
Seluruh pegawai keuangan itu langsung bangkit dan Lusi langsung mengambil berkas yang tadi di sudah diselesaikannya.
"Lusi, apa semuanya sudah kamu siapkan?" pak Sarif.
"Sudah, pak!" jawab Lusi dengan sopan.
"Baiklah." ucap Pria itu lagi.
Mereka masuk bersama kedalam ruangan yang akan diadakan rapat. Seperti biasa setiap bulannya bagian keuangan juga ikut rapat, dan mereka juga harus melaporkan dari hasil pekerjaan mereka.
Saat mereka masuk, Lusi melihat para petinggi dan beberapa orang dari divisi yang lainnya sudah berada di dalam. Bian yang sebagai manager hotel itu juga sudah ada, pria yang menjadi idola para pegawai wanita selain dari Mike. Bian langsung menarik kursi yang kosong disebelahnya untuk Lusi.
"Silahkan nona Lusi" ucap Bian dengan manis.
Lusi memperhatikan pegawai perempuan yang mengikuti rapat memperhatikan dirinya. Karena tidak ingin membuat dirinya semakin dibenci, Lusi memilih menolak Bian untuk duduk disamping Bian.
"Terimakasih, tapi maaf saya duduk di samping pak Sarif saja!" ucap Lusi dengan sopan.
Mendengar penolakan Lusi, membuat Bian tampak sangat kecewa. Apalagi sejak dia melihat Lusi bekerja di hotel, Bian selalu mengejar Lusi. Tapi Lusi selalu mengabaikannya dan malahan menjauh darinya. Hal itu yang membuat Bian sangat tertarik dengan Lusi. Lusi sangat berbeda dengan wanita yang ada disekitarnya. Meskipun selalu ditolak, tidak membuat Bian menyerah, malahan hal itu menjadi tantangan tersendiri baginya.
Acara rapat itu pun dimulai. Satu persatu dari setiap divisi memberikan laporan hasil pekerjaan mereka selama satu bulan. Disaat giliran bagian keuangan, Lusi dipercayakan pak Safir untuk menjelaskan hasil pekerjaan mereka.
Dengan gesitnya Lusi langsung membagikan kertas yang telah dipersiapkannya sebelumnya. Para petinggi hotel itu dapat melihat jelas laporan keuangan selama sebulan ini. Meskipun dia sudah membagikan kertas itu, Lusi tetap menjelaskan semuanya. Seluruh petinggi sangat menyukai kinerja Lusi apalagi melihat laporan yang diberikan Lusi pada mereka sangat rapi.
Semenjak Lusi maju sebagai perwakilan dari bagian keuangan, Mike terus memperhatikan Lusi. Mike tidak pernah berhenti memandang Lusi. Sesekali Mike tersenyum tipis mendengar penjelasan dari Lusi. Setelah Lusi menjelaskannya, semua petinggi memberikan apresiasi tepuk tangan kepada Lusi.
"Terimakasih!" ucap Lusi sambil membungkuk badannya kepada semua yang ada di dalam ruangan rapat.
Acara rapatnya berakhir saat waktunya mereka makan siang, rapatnya memakan waktu sekitar tiga jam, hingga membuat semua orang terlihat lelah.
"Lus, kamu memang paling bisa saya andalkan" ucap pak Sarif saat mereka semua bubar.
"Terimakasih pak. Ini semua berkat dari bimbingan bapak." jawab Lusi dengan sopan.
"Permisi pak saya permisi dulu. Karena saya ada janji dengan teman saya."
"Silahkan!" ucap pak Sarif mempersilahkan Lusi lebih dulu keluar.
Bian langsung menghampiri Lusi, saat Lusi lagi berjalan keluar dari ruangan rapat.
"Lusi" sapa Bian yang sudah berjalan sejajar dengan Lusi.
"Em, pak Bian. Maaf saya tadi tidak melihat bapak. Ada apa ya pak?" tanya Lusi dengan sopan karena mereka masih berada di dalam kantor.
"Kamu mau makan siang bersama saya?" ajak Bian
"Maaf, pak! Saya sudah ada janji. Permisi pak saya duluan dulu!" ucap Lusi dengan sopan.
"Oh, ya tidak apa-apa." Lagi-lagi Bian kecewa karena Lusi kembali menolak ajakannya.
Apalagi Lusi makin mempercepat langkahnya, untuk menjauh darinya. Bian sangat bingung dan penasaran kenapa Lusi selalu menghindar darinya.
****
Kini Lusi duduk dihadapan Mike, Lusi tidak menyangka kalau Miranda keluarga Miranda juga ikut makan siang bersama mereka. Apalagi acara makan siangnya di restoran yang di dalam hotel. Tentu saja hal ini membuat para pegawai yang di restoran menjadi bahan perbincangan.
"Ra, kenapa kamu tidak bilang sih kalau kamu mengajak keluarga mu untuk acara makan siang kita?" bisik Lusi pada Miranda yang duduk di sebelahnya, Lusi merasa sangat malu dengan keluarga Miranda.
"Kalau aku kasih tau, kamu pasti menolak" bisik Miranda dengan tersenyum, yang sangat mengenal bagaimana sifat sahabatnya itu.
"Lus, bagaimana dengan pekerjaannya mu? Apa kamu sangat senang dengan pekerjaan mu?" tanya Renaldo sambil menikmati makanannya.
"Senang, om!" jawab Lusi dengan gugup.
"Baguslah!" jawab Renaldo dengan tersenyum.
"Son, apa kamu besok jadi pergi ke Bogor untuk melihat hotel kita disana?" tanya Renaldo pada putranya yang masih asik makan.
"Ya, pa! Tapi seperti yang papa tahu, aku membutuhkan seorang sekretaris. Asisten ku masih fokus untuk memperhatikan pembangunan hotel kita yang di New Zealand" ucap Mike.
"Baiklah! Lusi untuk mulai sekarang kamu akan menjadi sekretaris nya Mike!" ucap Renaldo tiba-tiba.
Mike dan Lusi langsung saling memandang,. lalu mereka menatap kearah Renaldo.
"Om, maaf saya tidak bisa! Saya tidak akan mengerti tugas sebagai sekretaris" ucap Lusi dengan cepat.
Dia tidak ingin Mike akan kecewa kalau dia yang akan menjadi sekretarisnya, karena dia tidak memiliki pengalaman jadi sekertaris.
Sedangkan Mike tampak diam saja sambil memperhatikan Lusi yang menolak perintah dari papanya.
"Kamu bisa belajar. Kamu tenang saja, tugas kamu hanya memastikan apa saja yang diperlukan Mike dan mengingatnya apa saja jadwalnya" jelas Renaldo dengan lembut.
"Sudah Lus, kamu terima saja. Kak Mike tidak akan mempersulit kamu" sambung Miranda.
"Tapi, belum tentu Pak Mike..."
"Mulai sekarang kamu sudah bisa pindahkan barang kamu. Dan untuk atasan mu, saya yang akan memberi tahu kepadanya" ucap Mike sebelum Lusi selesai bicara.
Mike mengetahui apa yang akan dikatakan Lusi selanjutnya, jadi sebelum Lusi menyelesaikan ucapannya Mike langsung bersuara.
"Aku akan kembali ke ruangan ku" ucap Mike dengan tiba-tiba setelah mengatakannya pada Lusi.
Semuanya memperhatikan kepergian Mike yang tiba-tiba itu. Felix yang melihat tingkah sahabatnya yang sekaligus sebagai kakak iparnya ingin sekali ketawa. Karena dia sangat yakin kalau saat ini Mike merasa bahagia dengan keputusan papa mertuanya.
"Om, sepertinya pak Mike tidak setuju" ucap Lusi, yang berusaha membatalkan keinginan Renaldo.
"Tidak, nak. Kamu tenang saja, dia seperti itu bukan berarti dia tidak setuju" ucap Renaldo untuk menenangkan pikiran Lusi.
"Sayang, apa aku bisa keruangan Lusi? Aku ingin membantunya" ucap Miranda dengan manja pada Felix.
"Boleh, sayang. Tapi ingat jangan terlalu capek. Kebetulan aku mau keruangan Mike juga Aku akan menunggu kamu disana" ucap Felix yang memang dari tadi ingin bicara dengan sahabatnya itu.
***
Tok...tok...
Kini Felix berada di depan ruangan Mike. Walaupun dia sangat dekat dengan Mike, bukan berarti dia tidak memiliki sopan santun. Dia harus mengetok pintu ruangan Mike lebih dulu.
"Masuk" Teriak Mike dari dalam.
"Hai kakak ipar, apa aku mengganggu mu?" ledek Felix sambil melangkah masuk kedalam.
"Hahaha. Geli aku mendengar mu memanggil aku kakak ipar" ucap Mike sambil ketawa. Mike langsung bergabung duduk bersama Felix di sofa yang ada di ruangannya.
"Hei, bagaimana perasaan mu? Pasti kamu sangat bahagia karena kalian akan jadi sangat dekat" ucap Felix sambil tersenyum.
"Hahaha. Kamu memang sahabat yang terbaik. Tapi, sepertinya dia tidak ingin jadi sekertaris ku?" ucap Mike dengan lemah tiba-tiba, karena membayangkan ekspresi wajah Lusi saat papanya mengatakan kalau Luis akan menjadi Sekertarisnya.
"Hei, itu karena wajah mu! Wajah mu apa tidak bisa berubah? Siapa pun yang melihat wajah es mu, akan takut berdekatan dengan mu dan mereka beranggapan kalau kamu tidak menyukai mereka" ledek Felix karena jengah dengan sifat sahabatnya itu.
Felix selalu menasehati Mike untuk bersikap manis setiap dihadapan Lusi, gadis yang disukai Mike.
"Hei, walaupun wajah ku seperti es, aku tetap masih tampan" ucap Mike dengan membanggakan dirinya.
"Terserahlah. Yang, penting aku sudah kasih saran padamu! Kalau kamu ingin membuat dia nyaman dekat mu, kamu jangan galak-galak" nasehat Felix.
***
Kini Miranda dan Lusi berada di ruangan Lusi. Miranda membantu Lusi memasuki barang-barang milik Lusi ke dalam kardus. Semuanya yang melihat itu berpikir kalau Lusi telah dipecat. Cinta tentu saja sangat senang mendengarnya. Begitu juga yang lainnya, gosip tentang Lusi dipecat jadi trending topik di kalangan para pegawai. Teman satu ruangan Lusi tidak ada yang berani bicara dengan Lusi, karena ada Miranda. Anak dari pemilik hotel tempat mereka bekerja.
"Ra, kamu tunggu disini, ya. Aku harus permisi dulu dengan atasan ku" ucap Lusi. Miranda pun langsung mengangguk kepalanya.
Tok...tok...
"Masuk" teriak dari dalam ruangan.
"Maaf, pak saya boleh masuk?" ucap Lusi dengan sopan.
"Masuklah. Saya tahu kamu pasti mau minta ijin. Lus, sebenarnya saya berat untuk melepaskan kamu, karena kamu adalah pegawai saya yang sangat bisa saya andalkan. Kamu tidak pernah melakukan kesalahan, karena kamu selalu memeriksa pekerjaan kamu kembali dengan benar. Tapi, saya tidak mungkin membantah keinginan dari pemilik hotel kita, kan? Lagian, ini artinya kamu sangat diakui dalam pekerjaan kamu. Dan ini sebenarnya juga baik untuk jenjang karir kamu!" ucap Sarif atasan Lusi.
"Terimakasih, pak! Maaf kan saya jika selama ini saya ada melakukan kesalahan, pak!" ucap Lusi.
"Iya, Lus. Ingat lakukan pekerjaan kamu dengan baik saat menjadi sekretaris pak Mike, seperti kamu bekerja dengan saya" ucap Sarif.
"Iya, pak. Permisi, pak!" ucap Lusi sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormatnya kepada Sarif sebelum dia keluar dari ruangan Sarif.
Lusi keluar dari ruangan Sarif dengan wajah bahagia. Dia melihat Miranda duduk di kursinya.
"Hai, ibu bumil ayo kita pergi" ucap Lusi sambil mengangkat barang-barangnya.
"Jangan kamu yang angkat. Biar Andre saja yang angkat. Andre, kamu angkat kotak itu!" ucap Miranda.
Andre adalah bodyguard yang ditugaskan untuk menjaga Miranda kemanapun pergi. Meskipun masalah mereka sudah selesai, Felix tetap membuat bodyguard ada disamping Miranda. Felix tidak ingin seseorang akan menyakiti istrinya dan anak mereka yang masih berada dalam rahim Miranda.
"Wah, ibu bumil ini sangat perhatian" ucap Lusi sambil menggandeng sahabatnya itu dengan tersenyum manis.
"Hahaha. Memang kamu pikir aku sahabat yang jahat. Aku sangat ini sahabat yang pengertian tahu" ucap Miranda dengan bangga.
Lusi langsung berhenti berjalan, dan menundukkan kepalanya dia mengelus perut Miranda dan mensejajarkan kepalanya dengan perut buncitnya Miranda.
"Sayang aunty, kamu nanti jangan seperti mama kamu yang suka membanggakan diri, ya" ucap Lusi dengan lembut.
"AW..." Luis langsung mengelus kepalanya karena di jitak Miranda.
"Makanya, jangan mengatakan yang tidak-tidak pada anak ku!" ucap Miranda.
"Hahaha. Baiklah nyonya Felix." goda Lusi.
***
Sesampainya di atas, Miranda langsung membuka pintu ruangan kakaknya itu Dia melihat kakaknya dan suaminya sedang berbincang.
"Kak, ruangan mana yang akan dipakai Lusi?" tanya Miranda pada kakaknya.
"Meja yang ada di depan ruangan kakak sayang" ucap Mike dengan santainya, sambil melirik ke arah luar dari jendela kacanya. Dia melihat Lusi yang yang berdiri di luar tidak jauh dari pintu ruangannya.
"Baiklah" jawab Miranda, lalu dia keluar dari ruangan kakaknya dan langsung menutup pintunya kembali.
Miranda langsung membantu Lusi menyusun barang-barang Lusi. Sedangkan Mike dan Felix hanya memperhatikan dari dalam melalui jendela, para wanita yang telah mengisi di ruang hati mereka.
***
Setelah kepergian Miranda dan Felix, Mike langsung menyuruh Lusi untuk mempersiapkan keperluan mereka besok di Bogor.
"Lusi, apa semuanya sudah beres?" tanya Mike melalui telepon yang khusus untuk menyambungkan dengan sekretarisnya.
"Sudah, Pak!" jawab Lusi.
"Oke" Mike langsung mematikan sambungan teleponnya.
Setelah mengetahui pekerjaan Lusi beres, Mike langsung keluar sambil membawa tasnya. Mike langsung menghampiri Lusi yang lagi merapikan meja.
"Kamu sudah bisa pulang. Kamu harus mempersiapkan barang-barang mu untuk besok. Ingat kita disana tiga hari, jadi bawa keperluan mu dan jangan lupa berkasnya. Kita besok pagi berangkat jam lima pagi" ucap Mike.
Lusi langsung menghentikan kegiatannya, dan memberikan hormatnya pada atasannya yang kini lagi berbicara padanya.
"Baik, pak!" jawab Lusi dengan sopan.
"Kamu bawa mobil?" tanya Mike tiba-tiba.
"Tidak, Pak!" jawab Lusi dengan gugup.
"Cepat susun barang, mu. Saya akan antar kamu" ucap Mike tiba-tiba.
Lusi langsung menatap Mike, karena sangat heran Mike tiba-tiba mau memberikan tumpangan padanya. Lusi bingung apakah dia harus mengikuti apa yang dikatakan Mike atau menolaknya.
"Saya tidak suka ada penolakan" ucap Mike yang seperti tahu apa yang dipikirkan Lusi, Mike menatap Lusi dengan tajam.
Dengan cepat Lusi langsung masukin barang-barangnya kedalam tasnya, karena tatapan Mike yang tajam padanya. Dia juga tidak lupa membawa berkas-berkas yang akan mereka perlukan besok.
***
Bian pria yang selalu mengejar Lusi berlari ke ruangan Lusi dulu. Dia ingin memastikan apa yang didengarnya dari orang lain, kalau Lusi telah keluar.
"Wah, pak Bian datang" tanya Cinta dengan gaya genitnya.
"Cin, apa benar Lusi keluar?" tanya Bian dengan tutup poin.
"Iya, pak!" jawab Cinta yang berjalan mendekat ke arah Bian. Karena suasana kantor yang masih sepi, Cinta menarik Bian ke ruangan yang kosong.
"Pak, nanti malam sibuk tidak?" tanya Cinta sambil memainkan dasi Bian.
Bian yang merasakan sentuhan dari gadis cantik dan seksi tentu saja tidak akan melewatkannya. Dia melupakan tujuannya untuk bertanya tentang Lusi.
Cup..
Bian mengecup bibir Cinta. Kemudian dia menatap Cinta.
"Nanti malam kita ketemuan di tempat biasa. Kamu pasti tahu apa yang aku suka" ucap Bian.
Cinta langsung mengangguk kepalanya dengan tersenyum menggoda.
"Baiklah, aku keluar. Bisa gawat kalau bos, mu tiba-tiba datang" ucap Bian.
"Iya, pak. Bye pak" ucap Cinta dengan centil sambil melambaikan tangannya pada Bian.
***
Kini Mike dan Luis berada di dalam Lift. Keduanya hanya tampak diam saja, Mike yang ingat ucapan Felix berusaha mengajak Lusi untuk bicara. Mereka tidak langsung turun kebawah, mereka keruangan Renaldo yang berada satu tingkat di atas ruangan Mike.
"Kita keruangan papa ku dulu" ucap Mike sambil melirik Lusi.
Lusi hanya diam saja, menatap ke depan. Setelah mengatakan itu mereka kembali diam lagi. Lusi yang biasanya cerewet, saat berduaan dengan Mike dan jarak mereka sangat dekat membuat dirinya sangat gugup.
"Lus, apa tadi mengalami kesulitan?" tanya Mike untuk menghilangkan kecanggungan mereka berdua.
"Awalnya sih, pak. Tapi ketika saya mempelajarinya, pelan-pelan saya mulai mengerti" ucap Lusi yang berusaha untuk tidak tampak gugup dihadapan Mike.
"Baguslah. Kalau ada yang tidak kamu mengerti kamu boleh bertanya pada saya"
Tring (pintu lift langsung terbuka)
"Baik, pak" jawab Lusi dengan tersenyum.
Mereka berjalan bersama menuju ruangan Renaldo, sekertaris Renaldo yang melihat Mike berjalan bersama Lusi tampak bingung. Dia sangat penasaran kenapa Lusi bisa berjalan bersama dengan Mike. Perempuan itu menatap kearah Lusi dengan tatapan tidak suka.
"Jes, apa papa saya masih didalam?" tanya Mike dengan dingin.
"Ada, pak. Pak Renal lagi berbicara dengan pak Binsar" jawab sekertaris Renaldo itu yang bernama Jessie.
Mike langsung masuk kedalam tanpa mengetok pintu ruangan papanya. Dia melihat asisten Pribadi papanya yang sudah tampak beruban itu duduk bersama Papanya.
"Pa, om Binsar" sapa Mike dengan tersenyum.
Lusi memilih menunggu diluar ruangan Renaldo. Jessie selalu memperhatikan Lusi dari bawah sampai atas.
"Tuan muda" sapa Binsar sambil bangkit berdiri dan menundukkan kepalanya untuk Mike.
"Duduk saja om" ucap Mike dengan sopan.
"Pa, apa papa sudah selesai? Aku harus siap-siakan barang keperluan ku untuk ke Bogor" ucap Mike ketika sudah duduk dekat papanya.
"Sudah. Kalau begitu kita pulang saja" ucap Renaldo sambil bangkit berdiri.
Binsar dan Mike juga ikut langsung bangkit berdiri. Renaldo langsung berjalan keluar ruangannya dengan diikuti Mike dan Binsar. Saat Renaldo membuka pintunya dia melihat Lusi berdiri di depan ruangannya.
"Sore pak" sapa Lusi dengan sopan sambil menundukkan kepalanya. Renaldo langsung tersenyum dengan mengangguk kepalanya untuk membalas sapaan Lusi padanya. Lusi dan pak Binsar mengikuti pemilik hotel itu dari belakang.
Saat Lusi keluar dari dalam lift VIP bersama pemilik hotel membuat semua karyawan yang melihatnya bingung. Apalagi Lusi berjalan berdampingan dengan Binsar dibelakang Renaldo dan Mike. Tidak ada yang tahu kalau Lusi sebenarnya sudah menjadi sekretaris Mike.
"Bukan itu Lusi dari bagian keuangan? Bukankah dia sudah keluar?"
"Benar, itu Lusi"
"Kenapa dia keluar dari lift bersama pak Mike dan pak Renaldo?"
Begitulah banyak pertanyaan para pegawai yang melihatnya. Karena dari mereka tidak ada yang tahu kalau Lusi telah dipindahkan menjadi sekretaris Mike.
"Lus, masuklah! Saya akan mengantarkan mu!" ucap Mike ketika Mike mereka sampai di mobil Mike.
Lusi langsung melihat kearah Renaldo, karena dia merasa bingung akan duduk dimana. Kalau Binsar pulang dengan menggunakan mobilnya sendiri.
"Om, tahu kamu pasti bingung duduk di mana? Hahaha" ucap Renaldo karena mengerti tatapan Lusi padanya.
"Om, duduk di belakang saja. Kamu duduk di samping Mike" ucap Renaldo sambil membuka pintu belakang. Sedangkan Mike sudah masuk lebih dulu.
Dengan terpaksa Lusi duduk di samping Mike. Dia tidak punya pilihan, kalau dia duduk di belakang, itu menandakan bahwa dirinya tidak sopan terhadap Mike.
"Jam berapa besok kalian pergi, son?" tanya Renaldo sambil memainkan gawainya.
"Jam lima pagi pa" jawab Mike.
"Jadi kamu akan menjemput Lusi dari rumahnya?" tanya Renaldo lagi.
"Iya, pa"
Lusi tetap diam saja mendengar percakapan antara Mike dan Renaldo.
"Ingat kalian besok harus hati-hati" ucap Renaldo lagi.
"Apa Anda besok jadi menginap di rumah kan pa?" tanya Mike sambil fokus ke depan.
"Ya. Katanya dia akan tinggal di rumah, sampai kamu pulang" Mike hanya mengangguk kepalanya saja mendengar jawaban papanya.
"Lus, bagaimana pekerjaan mu hari ini nak? Apa kamu suka?" tanya Renaldo dengan tersenyum.
Lusi yang mendengar pertanyaan Renaldo, langsung melihat kearah belakangnya.
"Suka, om. Walaupun tadi sempat saya kurang mengerti, tapi saya akan berusaha untuk melakukan yang terbaik" jawab Lusi dengan tersenyum.
"Hahaha. Jangan terlalu memaksakan nak. Kalau ada yang tidak kamu mengerti kamu bisa bertanya dengan atasan mu."
"Iya om. Saya tidak mungkin tidak melakukan yang terbaik om, kalau saya asal-asalan bekerja saya yakin bos saya yang terkenal dingin itu akan memakan saya. hahaha" ucap Lusi dengan cengengesan tanpa bersalah.
Mike yang mendengar ucapan Lusi merasa tidak terima. Dia merasa kalau Lusi mengatakan dirinya adalah bos yang kejam dan dingin.
"Hei... Mana mungkin aku memakan mu! Dan siapa yang kamu bilang dingin?' tanya Mike dengan cemberut.
"Hahaha. Maaf, pak! Saya hanya bercanda saja." ucap Lusi dengan ketawa melihat wajah Mike yang langsung cemberut. Renaldo pun juga ikutan ketawa melihat tingkah Mike.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!