Hari senin, hari dimana awal semua aktivitas dijalani. Hari yang sangat dibenci oleh sebagian orang yang masih suka berleha-leha. Pagi hari yang cerah dengan warna langit biru bersih yang tak satupun terhalang awan. Angin sepoi-sepoi menghantam pepohonan yang ada dipinggir jalan. Udara sejuk tercium tak kala dihirup oleh seorang gadis yang berada didepan gerbang sekolah.
Juni yang sedang jongkok membenahi tali sepatunya yang lepas tepat digerbang sekolah.
Gadis yang masih menggunakan seragam sekolah pagi itu.
Gadis yang walaupun mempunyai badan yang bongsor tapi tetap terlihat masih sangat belia. Gadis dengan menggunakan tas selempang yang membuatnya sangat manis.
Bersepatu putih, dengan seragam yang berwarna putih abu dan dengan memakai rok sedengkul.
"Juni" teriak lelaki dibelakang punggungnya sambil berlari menuju juni yang masih tetap membenahi tali sepatunya.
Dengan tanpa mendapatkan jawaban dari Juni, yang saat itu sedang mendengarkan musik dari ponselnya sehingga suara orang yang memanggilnya tidak akan sampai pada telinganya.
Lelaki itu adalah bernama Trala, nama panjang lelaki itu sebenarnya adalah Putra Lakmana. Lelaki itu memang sangat suka kalau banyak orang memanggilnya dengan panggilan Trala, yang kalau diejek teman-temannya menjadi tralalala.
Trala adalah sahabat dari Juni, dia memang lebih kemayu dari pria pada umumnya. Trala sudah menemani Juni dan menjadi sahabat satu-satunya.
Trala berjalan menuju arah juni berada dan karena Juni tidak mendengar suaranya yang sedari tadi berteriak.
Dari belakang punggung juni, sontak Trala mengambil topi yang Juni memang gunakan pada saat itu.
Otomatis Juni merasa kaget karena ada seseorang yang dengan sengaja merampas topi yang dia gunakan pada saat itu.
"Hey!" Juni berteriak sambil mencari siapa sosok yang sudah mengganggunya itu. Juni menoleh arah kanan dan kiri dirinya tak dapat dia temukan karena sebenarnya pelakunya berada diarah depannya. Juni melihat arah depannya dan menemukan orang yang sudah menganggunya. Sosok yang sangat Juni kenal. Seseorang yang sangat jahil dengannya.
Dari arah depannya Trala sudah menjulurkan lidah dan sedang menggoda agar Juni marah dan mengejarnya.
Juni melihat Trala, orang yang telah mengganggunya Juni berkata, "Trala, udahlah aku lagi gak mau kamu ganggu."
"Siapa yang ganggu? habisan kamu aku panggil panggil tapi gak mau noleh," kata Trala sembari menyerah dan akan meberikan kembali topi yang memang sengaja dia ambil dari kepala Juni guna menjahili temannya.
Setelah topi itu diserahkan lagi kepada yang punya tiba-tiba Juni merebut boneka panda yang dibawa oleh Trala dan segera berlari menjauhi Trala.
Trala yang merasa jengkel karena boneka kesayangannya telah diambil oleh Juni dengan segera berlari mengejar Juni yang terus berlari sambil berkata "Ambil kalau bisa!"
"Sini mendekat! ambil boneka kamu kalau bisa siapa suruh pagi-pagi udah ngerjain aku." lanjut Juni berkata kepada Trala yang saat itu memang berlari sangat lambat.
Entah Trala berlari sangat lambat atau Juni yang berlari terlalu cepat karena pada dasarnya Juni adalah salah satu pelari terbaik disekolahnya. Juni sangat sering mendapatkan banyak medali saat mewakili sekolah atau pribadi.
Mungkin sudah ratusan medali terpangpang nyata diruangan kepala sekolah dari hasil kerja kerasnya yang ikut kejuaraan mewakili sekolahnya.
"Kamu larinya terlalu cepat oncom," kata Trala yang memang sudah merasa kecapekan.
"Bilang aja kamu gak bisa lari oncom," balas Juni sambil berteriak mengejek kalau sahabatnya itu memang lemah.
"Sama cewek aja kalah!" kata Juni lagi kepada Trala
Tralapun menghentikan langkahnya untuk berlari mengejar juni karena dia sudah sangat sadar kalau dia tidak bisa mengejar Juni.
Melihat sahabatnya itu sudah merasa frustasi karena tidak bisa mengejarnya junipun menghampiri Trala dan memberikan kembali boneka panda yang memang juni tahu bahwa boneka itu adalah kesayangan dari sahabatnya sembari berkata
"Makanya kalau sudah tahu gak bisa lawan aku lari, jangan coba-coba main bawa kabur topi orang," Juni menasehati Trala dengan senyum manisnya sembari membenahi rambut panjangnya dan kembali memakai topi yang junj pegang sedari tadi. Trala yang sudah mendapatkan boneka panda ditangannya lagi sambil tetap memasang wajah mengejek kearah Juni serta terus saja cemberut.
"Manyun aja itu bibir" Tangan Juni mengusap wajah Trala dari atas dahi hingga ke bibirnya, Tarikan tangan Juni beehasil mencubit bibir manyun Trala.
"Ihhhh Juni!" sambil mendekatkan badannya, " bibir artis ini, jangan coba macem- macem!"
"Hehee, berapa juta Trala. Boleh ditawarkah?" tanya Juni dengan nada bercandanya.
"Bolehlah, tapi ada ada uang gak situ?" jawab Trala juga dengan kembali memperlihatkan wajah manisnya.
"Lagi bokek, gak jadi nawar" kata Juni
"Cihhhh" suara desis dari Trala.
Trala mengambil permen lolipop disaku bajunya, dua permen lolipop yang Trala sudah siapkan untuk dirinya dan juga untuk Juni.
"Mau?" Trala menawarkan permen lolipop kesukaannya dengan sahabatnya.
Juni hanya mengangkat tangannya dan membuka telapak tangan yang Juni angkat sembari berkata, "Gak, aku gak suka makanan manis dipagi hari"
"Biasa juga doyan! " kata Trala yang membuka permen lolipop yang sudah dia bawa dan memakannya.
"Sekarang lagi gak pingin aja" jawab Juni
"Hey oncom, rambut kamu baru?" imbuh Juni yang menyentuh rambut sahabatnya.
"Ooops, jangan sentuh Juni" kata Trala
"Kenapa? " tanya Juni
"Belum lunas, masih nyicil" jawab Trala
"Sialan, aku kira apa" kata Juni
"Trala, potong rambut dimana?" tanya Juni sambil terus berjalan melangkah perlahan-lahan.
"Mau apa kamu? mau rambut pendek kayak gini?" tanya Trala mendengar perkatan Juni.
"Mau liat itu tukang cukur masih ada atau......." kata Juni
"Sialan kamu Juni, kamu kira rambut aku kramat apa" cemberut Trala kembali lagi terlihat.
Juni tertawa melihat sahabatnya memasang wajah yang sangat kesal.
"Aku bercanda Trala, jangan ngambek kayak gitu!" Juni memeluk sahabatnya "Cakep kok dengan rambut baru"
"Masak cakep Jun," Trala kembali tersenyum dan kembali menggandeng Juni.
"Nanti malam kita mau kemana?" tanya Trala kepada Juni yang sedang berjalan menuju kelas mereka.
"Mohon maaf Trala, aku gak bisa nemenin kamu malam ini," kata Juni sembari mencakupkan kedua telapak tangannya dan meletakkannya didepan dadanya.
"Why?" tanya Trala yang kecewa kalau malam ini temannya itu tidak ikut bermain dengannya.
"Aku ada pertemuan kelurga nanti malam," kata Juni kepada trala yang menghadap tepat didepannya itu.
"Pertemuan keluarga buat apa?" tanya Trala lagi kepada Juni yang penasaran akan pertemuan apa yang dilakukan oleh keluarga Juni dan dengan keluarga siapa kelurga Juni akan bertemu sembari menghentikan langkahnya dan menepuk pundak Juni.
"Kayaknya buat bahas pertunangan gitu" jawab Juni
"Buat siapa Juni? kok aku baru tahu" sahut lagi Trala
"Masak kamu kira buat aku yang nyatanya masih sekolah begini" kata Juni
"Buat kakak aku lah!" kata Juni sembari membesarkan intonasi nada suaranya didepan wajah Trala yang saat itu terfokus menatap wajah samping Juni.
"Oooo kakak tiri kamu yang sudah tuirrr itu," kata Trala sembari mengeluarkan mimik wajah tidak senang karena sudah mengingat-ingat saudara tiri Juni yang jahat baik pada adiknya juga pada dirinya.
Lisa adalah saudara tiri Juni. Mereka terpaut umur yang sangat jauh yaitu 12 tahun perbedaan umur mereka.
Kalau saat ini Juni berumur 18 tahun berarti kakaknya sekarang berumur 30 tahun, walaupun umur itu tidak terlalu tua tapi Trala sudah biasa mengolok-olok saudara tiri Juni dengan sebutan tuiiir.
Juni mendengar perkataan Trala tidak bisa membantah karena sikap kakak tirinya kepada dirinya memang seperti itu adanya.
Juni hanya bisa tersenyum pahit kalau harus mengingat cara kakaknya memperlakukannya selama ini. Juni mengingat lagi kenangan pahit saat Lisa bertemu dengan Juni disebuah Cafe disalah satu pusat perbelanjaan. Juni yang sudah menyapa kakaknya tidak sama sekali dipedulikan Lisa yang sedang bersama teman-temannya. Saat itu Juni sedang bersama Trala ingin sejenak beristirahan setelah terlalu lama berada disebuah Toko buku. Juni mengantar Trala mencari sebuah buku cerita remaja dengan judul "Aku Cinta Om Saga". Di cafe Juni menyapa kakaknya yang juga sedang berada disana. Lisa hanya melihat Juni yang menegur dirinya, tapi tak membalas teguran seorang Juni. Lisa tidak menganggap Juni sebagai adik. Lisa malah membicarakan seorang teman yang mempunyai ibu seorang pelakor seolah pembahasan Lisa dan kawan-kawannya disengaja diperuntukan untuk adiknya si Juni yang tepat berada di samping mejanya. Trala yang mendengar Lisa sedang menyindir Juni merasa geram, dan tidak mau ikut terpancing dengan Lisa mengajak Juni untuk lebih baik mereka tidak berisitirahan di Cafe tempat Lisa dan kawan-kawannya berada.
Juni dan Trala tahu bahwa yang Lisa bicarakan sebenarnya untuk menyindir Juni karena setiap Lisa dan Juni bertemeu dibeberapa tempat yang tidak mereka sengaja Lisa selalu saja menceritakan tentang kisah pelakor.
Juni hanya bisa diam dan menjauh kala Lisa sedang menjahati hatinya, dia tidak mau melawan Lisa yang memang sudah seperti itu sedari dulu. Beda dengan Juni, Trala yang kalau tahi Lisa sedang menjahati Juni ingin sekali mengambil bibir Lisa untuk dia jadikan sambel balado karena perkataan yang keluar dari mulut Lisa sangat pedas dan menyakitkan.
"Juni" panggil Trala
"Juni" panggil lagi Trala kesekian kali.
"Apa?" Juni kembali melihat Trala yang menatapnya
"Emang dalam rangka apa pakai ngadain acara keluarga gitu?" tanya Trala lagi yang masih berusaha untuk tahu apa yang terjadi dikeluarga Juni.
"Katanya sich acara mau dekat lamaran gitu, aku ngak ngerti juga sich!" kata Juni menjelaskan kepada Trala tapi dirinya juga masih ragu akan hal itu.
"Lahhhh gimana sich! trusss luuu udah tahu calon laki kakak luuu?" tanya trala lagi kepada Juni yang masih terus mengikuti langkahnya untuk menuju kelas mereka.
"Kagak tahu lah, kayak kamu gak kenal lisa aja! lisa gak bakalan mau berbagi cerita apapun yang menyangkut dirinya sama aku," ucap Juni mengingatkan bahwa adik dan kakak itu bagaikan air dan minyak tidak pernah bisa bersatu.
"Opppsss lupa, ganteng gak?" tanya lagi Trala yang baru saja dijelaskan oleh juni bahwa dia tidak tahu sama sekali dengan calon iparnya itu.
"Kamu tuch gak denger aku ngomong dari tadi ya! aku dah bilang si Lisa gak bakalan cerita apa-apa sama aku. Tapi mungkin mukanya kayak mang ujang kali" kata Juni sembari menunjukan mang ujang yang lagi membersihkan lantai disekolahnya pagi itu.
"Ngaco kamu! selerasanya si lisa kan high class gitu mana mau dia sama tampang abang- abang.
Malam ini kamu harus liat wajahnya calon ipar kamu, kalau merasa cucok sikat aja jangan bagi sama si Lisa," kata Trala panjang lebar yang diakhiri dengan menyuruh juni mengambil pacar kakaknya.
"Lah aku nyadar diri muka pas-pasan kayak gini mana bisa ngambil pacar si Lisa yang cantiknya gak ketulungan," kata Juni merendah diri kepada Trala.
"Nohhh kamu liat sekeliling kamu seisi sekolah aja udah kayak ileran liat kamu jalan. Apalagi kalau pacar saudara kamu yang lihat sudah pasti bakalan klepek-klepek. Buktinya si lisa gak kenalin dulu pacarnya kekeluarga terutama kamu," kata Trala yang sambil menunjuk murid lelaki yang lain, sedang melihat Juni dari kejauhan sambil melongo karena kecantikan Juni.
"Salah Trala yang aku tahu percis kalau tunangannya si Lisa itu temen bokap aku," bantah Juni terhadap perkataan Trala.
"Ooo masakkk! berarti si Lisa tunangannya sama aki-aki dong!" ledek bahagia seorang Trala yang mengetahui kalau si Lisa bakalan dapet jodoh aki- aki.
Trala kembali berbicara kepada Juni, mengalihkan pembicaraan tentang tunangan kakak tiri Juni yang diperkirakan oleh Trala adalah seorang aki-aki sembari menunjuk teman -teman siswa yang lain dan berkata "Noh liat!" tangannya menunjuk setiap mata yang memandang juni pagi itu.
"Itu yang dilihat bukan aku tapi kamu Trala," kata Juni yang mencoba menghibur temannya yang berada disampingnya itu sambil menunjuk Trala dengan jari telunjuknya.
"Ooo.. kalau itu sudah tidak bisa dipungkiri lagi, kalau kamu bisa ngalahin kecantikan Lisa aku sudah pasti bisa ngalahin kecantikan kalian berdua" sambil membenahi rambut poni depannya Trala mencoba melucu didepan juni.
"Sialan!" kata Juni pendek kepada temannya itu.
Merekapun sudah berada dipintu kelas yang didalam ruangan sudah dipenuhi dengan teman-teman kelasnya yang lain.
Saat temannya yang lain mengetahui kalau Juni dan Trala sudah ada didepan kelas yang akan menuju kearah mereka.
Dengan serempak mereka menyebut nama keduanya "Trala, Juni, Trala" sambil memukul meja membuat seisi ruangan kelas bergemuruh menyambut mereka.
Juni dan Trala sangat terkenal disekolah itu.
Juni selain terkenal dengan jagonya dia berolah raga lari dia juga terkenal dengan kecantikannya disekolah sedangkan Trala terkenal dengan kemayuannya dia dan guyonannya dia kepada semua murid yang mengenalnya.
Siapapun yang tidak kenal keduanya di sekolah seakan orang itu berasal dari planet yang sangat jauh.
"Tenang,,tenang semua! kami para putri sudah datang harap kalian tenang," kata Trala sambil berteriak dan menurun naikkan kedua tangannya seakan menyuruh bahwa teman kelasnya untuk tetap tenang.
Perkataan Trala itu disahuti oleh seorang temannya yang duduk dibangku yang paling pojok
"Satu putri dan satu putri jadi-jadian."
Mendengar kan celetukan hal seperti itu gelak tawapun tak terhindari lagi, Trala merasa agak malu dengan kejadian tersebut.
"Bisa aja luu!" kata Trala menyahuti celetukan salah satu temannya yang membuat seisi kelas tertawa sambil menunjukan tangannya kearah tempat temannya duduk.
Adalah seorang Tomi yang merupakan salah satu teman kelas dari Juni dan Trala.
Tomi sudah dari kelas satu mempunyai perasaan yang lebih kepada Juni tapi Juni selalu bisa menghindari Tomi saat Tomi akan berusaha mendekati dirinya.
Karena Juni merasa Tomi hanya sekedar teman biasa yang tidak bisa menjadikan perasaannya untuk lebih bisa memandangnya sebagai pria yang dia sukai.
Tomi tahu akan hal itu, tapi dia tidak mudah menyerah akan perasaannya kepada Juni yang sudah terlalu lama dia rasakan.
Tomi adalah ketua kelas dikelasnya dan sekaligus ketua OSIS di sekolahnya.
Tomi mempunyai paras yang tak kalah tampan, dia juga sangat terkenal disekolahnya dan juga diluar sekolah.
Banyak yang ingin menjadi kekasihnya tapi mata Tomi selalu melabuhkan tatapannya agar tetap tertuju pada sosok seorang juni.
Punjaan hatinya yang tak pernah melihat dirinya sebagai seorang pria yang menyukainya.
Tomi sudah mengatakan cintanya pada Juni tapi dia selalu mendapatkan jawaban yang sama setiap dia menyatakan perasaannya kepada Juni yaitu sebuah penolakan halus dari Juni.
Tomi juga sangat dekat dengan Trala sahabat dari Juni.
Tomi memang sengaja mendekatkan diri dengan Trala, agar dirinya bisa dibantu untuk didekatkan dengan Juni.
Tapi trala tidak bisa memaksakan temannya untuk suka dengan Tomi karena trala berpikir kebahagian Juni adalah yang nomer satu, jadi kalau Juni tidak mempunyai perasaan dari awal untuk Tomi, Trala juga tidak akan mencoba mendekatkan mereka berdua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!