NovelToon NovelToon

DIA SANG MANTAN TERINDAH

PERTEMUAN

Siang itu di pusat belanja pakaian, tampak seorang wanita yang terlihat begitu anggun sedang sibuk memilih baju. Terlihat seorang anak laki-laki tampan dan menggemaskan, berusia sekitar tiga tahun menemaninya. Dia berlari-lari memutari rak-rak pakaian. Ku tatap anak itu dengan senyumku, lalu pandanganku berhenti pada wajah cantik ibunya. Sempat ragu mataku berputar memastikan

"Benarkah dia ?"

Aku bertanya dalam hatiku dan kami beradu pandang. sejenak, ku lihat dia tak begitu serius melihat ku, seolah hanya kebetulan atau kemiripan saja. tapi sedetik kemudian..

"Dewa" suara memanggilku

sontak aku menoleh dan melihatnya

"ini kamu kan?

"Rara."

"Bagaimana kabarmu ?" sambutnya padaku

"Ba ba baik.

Aku masih dengan tidak percayanya, menatap wanita di depanku, mataku tak berkedip, tertegun kaku, lidahku kelu, tubuhku terasa dingin, jantung ku berhenti berdetak sesaat.

"Aku..."

berdiri kaku tak sanggup melanjutkan kata-kataku, rasanya seperti mau pingsan

"Apa kabarmu Dew ?" Rara mengagetkan lamunanku

Aku diam saja tak menjawab. rasanya tidak percaya, setelah sekian lama, aku tak pernah menyangka akan melihatnya lagi.

FLASHBACK

13 tahun yang lalu. saat aku duduk di bangku SMA kelas 2

"Dew!" teriak teman sebangku ku Andrian

"Ngak usah ngegas, gw kagak tuli, kenapa ?" jawabku ketus

"Ada anak baru, gila bodynya bohay, cantik lagi"

"Yoi bener itu men, Rara namanya" timpal Andi temanku juga

"Putih, sexy" Agus menyambar pembicaraan kami.

Teman-temannya begitu memuja keindahan tubuh wanita itu.

"Terus !" jawabku santai, ekpresi Dewa tidak tertarik. Bagaimana aku sempat memikirkan cewek seksi, bohay

"Hari ini gw di hukum guru matematika ku yang cantiknya kebangetan. gw di suruh nulis perkalian satu samapi sepuluh sebanyak satu buku.

"Gilak ! rasanya gw mau modar.

Dewa mengalihkan pembicaraan teman-temannya

"Udah sob ntar gw bantuin" kata Andi

"Bulshit lu" jawabku tidak percaya

Tiba-tiba

"Sini Dew aku yang kerjain."

seorang gadis mungil sedikit bulat. Dina namanya, dia duduk di bangku yang tepat di depanku dan dia adalah dewi penolongku. " PR, tugas-tugas dan apapun pasti selesai olehnya."

"Sippp" aku mengacungkan jempol padanya, tanpa ragu ku berikan buku ku dan aku langsung berdiri.

"KABURRrrrrrrrr"

Aku bukan seorang yang pintar di sekolah ku, aku hanya murid biasa saja. tidak baik juga tidak nakal, jauh dari kata populer juga bukan dari kalangan konglomerat.

Sekolahpun aku naik kendaraan umum. aku memiliki lima teman dekat, Andrian, Agus, Anton, Boy, dan Galih. kami berenam tidak satu kelas, terpisah karena jurusan yang berbeda-beda tetapi kami dari satu tempat karate. Dan satu lagi poinnya kami tidak ada yang pintar. satu-satunya hal yang istimewa dari geng kami adalah, kami tidak ada yang punya pacar, alias jomblo akut "He he he",

bahasa kerennya komunitas IJO LUMUT ( Ikatan Jomblo Lucu dan Imut )."ciiiihh..."

Entah apa yang membuat kami tidak laku, padahal wajah kami boyband punya , sifat kami ramah, manis, imut, penyayang dan gentle,

"Hah keren kan" kami berbangga hati

" Atau dasar aja tu mata cewek pada katarak, atau apalah itu namanya. yang lebih sadisnya "Buta! Ha ha ha" dan kami tertawa bersama itulah bahagian masa remajaku.

" Mana tu rara?, kalian bilang dari kemaren, trending banget, sengaja nih gw nampang di depan kelas tu anak baru."

tapi tak muncul juga yang kami cari

"Tu tu tu..."

Serentak temen-temenku melihat,

Anton dengan tak sabar memutar kepala ku

"Awww sakit Anj**g" tepisku kasar

Tanpa sadar mataku terhipnotis dengan kecantikan Rara. mata kami beradu pandang.

aku diam sesaat, tapi pupil mataku terus mengikuti pandangan nya. Dia memang cantik, menarik, seksi, gemoy, tapi aku tak seheboh orang-orang bodoh ini yang harus berjingkrak-jingkrak layaknya anak-anak yang melayangkan layang-layang

Aku tersenyum simpul sembari menatap gadis itu hingga dia hilang dari pandanganku.

" Dewaaaa!!"

Teman-temannya rara yang tak kalah hebohnya dari teman-temanku bersorak memanggil namaku, aku baru sadar aku juga populer.

"Dewaaaa!!' mereka memanggil namaku dengan ekspresi memuja, namun aku tak menghiraukan teman-teman Rara dan berlalu

"Gw lapar" teriakku kemudian. ku rangkul Anton dengan kebiasaan burukku minta gendong di punggung mereka. dan teman-teman bodoh ku itu dengan suka rela mau saja menggendong ku.

********

Pagi ini tepatnya Senin,

aku menunggu angkutan umum sendiri, seperti biasa aku berangkat sekolah. Kumainkan kakiku dengan bosan, dari jauh kulihat Rara dengan mengendarai motor beat Merah melaju melewati ku, aku hanya melihat nya hingga habis dari pandangan ku.

sempat ku lihat, matanya melirikku dan tersenyum

"woooow ...lumayan" bisik hatiku

"Hoy" Agus dengan motor king bututnya yang meraung-raung dan begitu berisik menghampiri ku,

Tidak berfikir panjang aku duduk di atas motor nya. aku sering sekali duduk di motor tua itu. selain itu motor punya temenku, lumayankan bisa nebeng gratis ongkir "Bisiku dalam hati sedikit curang".

Sebenarnya ada beberapa motor di rumah ku tapi entah aku lebih suka berjejal di angkutan umum berdesak-desakan dari pada mengendarai motor sendiri

Beberapa menit kemudian kami berdua pun sampai di sekolah

" Rara" bisik hatiku saat ku lihat gadis bohay Itu lewat tepat di hadapan kami. dan kembali pupil mataku mengikuti ke mana arah perginya. mataku terus mengikuti langkahnya hingga hilang dalam pandanganku. Entahlah aku suka sekali melihat nya, menikmati keindahan yang dimilikinya,

"Ha ha ha" konyol sekali

Kami memang terkenal jomblo tapi kami tetaplah cowok normal yang sangat tertarik

Dengan tubuh indah wanita, terlebih seorang Rara yang begitu cantik dan mempesona.

tapi aku tak seheboh mereka ketika melihat Rara yang memiliki tubuh sintal dan mulus. yang membuat mata lelaki ngiler. belum lagi Rara yang selalu memakai pakaian sekolah yang begitu sempit sangat pas membentuk tubuhnya yang indah. aku lebih dari diam, dengar, dan menikmati, dalam diam

******

Pada suatu hari. hal itu terjadi di hari Jum'at, teman-teman semua berangkat sholat Jum'at dan aku izin dengan alasan aku sakit. berdusta pada guru Agamaku, yang kemudian menyuruhku pergi ke Perpustakaan untuk istirahat saja

" Sumpah aku tidak pernah pergi kesana, tapi rasa malasku memaksaku untuk ke sana."

Hukum karma berlaku, tiba-tiba badanku terasa tak nyaman, bener-bener sakit, terasa panas dingin, sepertinya aku demam. ini yang namanya karma karena sudah berdusta pada guru.

Hujan tiba-tiba turun, aku kedinginan di perpustakaan itu. hujan turun semakin lebat dan aku menggigil, tubuhku terasa sangat dingin menusuk-nusuk tulang ku. padahal tadi aku hanya berpura-pura. ku tarik kursi ke pojok ruangan, aku letakkan beberapa buku untuk ku jadikan bantal, aku tertidur.

Beberapa waktu terlewatkan kubuka mata kulihat kearah luar, terlihat hari sudah gelap.

"Astaga!, malam!" teriakku. aku terkejut.

aku berdiri, ku lihat keluar, ternyata belum malam masih sore

Bergegas aku ke pintu, menuju keluar ruang perpustakaan.

"Hufffff" lega tidak di kunci, kukemasi tasku, sepatu dan melangkah kelua. tapi baru saja aku melangkah, saat melewati koridor menuju gerbang.

"Tok tok tok aaaaaaa!!!!? suara seperti pintu di gedor dan teriakan yang tak begitu jelas.

Aku diam, mencari sumber suara, saat ini kurang lebih pukul 18:00 lewat. Apa iya masih ada orang di sekolah?. Mataku melihat mengelilingi setiap inci lorong, ada motor terparkir di bawah pohon dekat pintu gerbang, dan sekali lagi ku perhatikan,

"Itu Beat merah, mungkinkah Rara ?" bisik dalam hatiku.

"Ah ngak mungkin, Beat merah banyak" tepisku tidak percaya.

"Aaaaaaaaa tooolong...!!

Sekali lagi terdengar teriakan, kali ini lebih jelas, suara itu terdengar agak jauh, ku pastikan mencari sumber suara, kaki ku melangkah mencari

"Aaaaaaaaaa tolong tok tok tok" suara pintu di gedor-gedor, dan itu pintu toilet sekolah.

Aku berjalan menghampiri, kulihat pintu toilet terkunci.

"Siapa ?" tanyaku memastikan lagi. ya harus pasti kalau dia orang, kalau bukan kan "hiiiiiiiii" dewa bergidik ngeri.

"Rara, kelas 3 IPA I"

"Rara,! Astaga"

Buru-buru aku menolong mencoba mendobrak pintu, tapi aku gagal lalu aku mencari batu atau sejenisnya untuk membuka gembok dan empat kali pukulan pintu terbuka.

"Rara"

"Astaga,"

Ku tutup mataku rapat-rapat,

berseru kaget, dalam hati berbisik licik " sayang sih, tapi kan dosa"

Ku palingkan wajahku, ku buka bajuku untuk ku berikan padanya, bagaimana tidak dia tidak memakai baju, membuat ku menelan ludah.

Rara menyambar baju yang di berikan Dewa dan segera memakai nya

"Udah buka matamu" ucap Rara

Berlahan ku buka mataku.

"Ha ha ha" aku tertawa seketika

" Nggak lucu. sungguh Rara marah

"Hup" ku tutup mulut ku "maaf, Kamu kenapa ??" tanyaku heran

Padahal sebenarnya aku pun sakit, terpaksa baju yang kupakai aku berikan padanya, badanku terasa tambah menggigil namun ku tahan dengan segenap kekuatanku

"Tadi kita olah raga, ganti bajunya di sini" jelas Laras sambil mengikuti langkahku

"Terus"

"Tiba-tiba seorang memukul ku dan aku pingsan Dew, pas aku bangun aku terkunci di sini".

Rara kembali mencoba menjelaskan dengan sisa tenaga yang dia miliki kepadaku

"Ya sudah, ayo kita pulang ajakku, sini kunci motormu."

Benar saja hari itu Rara memiliki jam pelajaran olahraga di jam terakhir, yang membuat para siswa untuk berganti pakaian olah raga, tak terkecuali Rara, namun dia di kerjain teman-teman prianya. yang memiliki rasa cemburu terhadap Rara, saat sedang ganti pakaian, Rara di pukul dan pingsan kemudian bajunya di bawa dan mengurung nya di toilet sekolah dengan berniat membuat Rara kebingungan setelah sadar, mereka sungguh keterlaluan mengerjai Rara.

Ku raih kunci motornya dan bergegas pergi, terus terang mata dan otakku sudah enggak tahan melihat tubuhnya yang setengah terbuka itu. yah kalian pasti tau aku cowok normal, biarpun aku bukan cowok brengsek, tetep saja aku sudah tau dan sensitif akan hal itu.

MALAM YANG MENGGAIRAHKAN

(Untuk pembaca, mohon maaf ada beberapa kata yang hilang atau perubahan, di karena kan ada ketentuan yang harus kami patuhi, terima kasih 🙏)

Hari itu aku mengantar Rara sampai depan rumahnya, dan benar-benar mengantarnya pulang, bertemu orang tuanya. Meskipun aku tergolong anak yang berantakan ketika di sekolah, aku tetaplah menganut budaya ketimuran yang memiliki sopan santun dan rasa tanggung jawab yang tinggi, terlebih untuk menjaga seorang wanita.

"Assalamualaikum" aku memberanikan diri

"Wa'alaikumsalam" sebuah suara menyahut dan membukakan pintu

"Ibuuuu"

Rara langsung memeluk ibunya,

dengan bingung ibunya memeluk tubuh Rara dan menyuruhku masuk.

"Masuk nak"

Aku mengangguk, dan melangkah masuk,

tapi baru saja kakiku melangkah, tiba-tiba kepalaku pusing, banyak bintang-bintang di mataku tubuhku terasa kesemutan dan aku tidak tau apa yang terjadi setelah itu.

Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, badanku masih terasa dingin dan menggigil meski selimut tebal telah menutupi seluruh tubuhku, ada Rara di sampingku dengan sabar dan telaten menjagaku.

"Ra aku kenapa?"

"Bodoh ! kamu demam, tadi pingsan"

"Jam berapa?

"Jam 9, tadi kami sudah kasih kabar ke orang tuamu, kamu di sini"

"Oh,"

aku duduk dan berselimut, rasa dingin di tubuhku begitu terasa, seolah menusuk-nusuk tulang-tulangku

"Tidur aja, kamu belum sehat"

"Oh ia" memang kepala ku masih terasa pusing.

Mataku berputar menyusuri setiap sudut ruangan. aku memperhatikan sekelilingku, terlihat rapi khas kamar anak perempuan. dinding nya berwana pink di padu dengan warna putih, terlihat begitu manis. tertata rapi, buku di meja belajar, dan beberapa pakaian wanita tergantung di sisi lain, kamar ini cukup nyaman dan memiliki fasilitas kamar mandi di dalamnya. aku yakin ini adalah kamar milik Rara terlihat ada pose foto wanita dengan ekspresi imut di meja belajar berjejer dengan beberapa alat tulis.

"Koq sepi pada kemana? tanyaku pada rara yang duduk di sisi tempat tidur

"Pada ke acara pernikahan. aku sebenarnya ikut juga, tapi ibu melarang ku, dan meminta ku untuk menjaga mu"

"Oh" jawabku singkat dan aku berusaha tidur lagi, berharap tubuh ku segera membaik.

******

Jam dinding menunjukkan pukul 12:00 malam. aku terbangun, badanku terasa lebih baik, aku singkirkan selimut yang menutupi tubuhku, karena rasa panas mulai mengusik ku.

rumah ini masih sepi, aku melangkah mencari kamar mandi, perutku mulas.

"Ah, kenapa nggak ada orang sih" pelan-pelan aku melangkah

"Dew"

"Hah!" aku terkejut

"Hei hei ini aku Rara, mau kemana kamu Dew?"

"Kamar mandi"

"Mau apa?"

"Mauuuuu ... menurutmu?, memang aku ngapain nyari kamar mandi sih." jawabku kesel

"Ha ha ha ia maksud aku, di kamarku kan ada kamar mandi"

"BAKKA (artinya bodoh), ia juga," gimana sih aku kok lupa.

Ku putar badanku kembali ke kamar di ikuti Rara menuju kamar mandi

"Mau ikut masuk Lo?" celetuku menahan langkah rara

"Huuuuftttt" Rara merengut

"Ha ha ha, aneh.

Aku tertawa dan berlalu pergi dari depannya. tapi sumpah mataku sempat mencuri sesuatu dalam dirinya, dia memakai baju tidur tipis, membuat otak ku traveling berfikir yang tidak-tidak. gimana rasanya? aku jadi merasa geli sendiri dan merinding membayangkannya.

"Woy!!! kamu ngapain sih lama banget" teriak Rara dari luar

"Oh iya iya"

Tanpa sadar aku keluar kamar mandi dengan tergesa-gesa, keasikan di kamar mandi sambil menghayal bebas, kebiasaanku di rumah, ibuku kadang ngomel panjang kali lebar dengan kebiasaan burukku yang satu ini

"Kok masih sepi, belum pada pulang orang tua lu?"Sambil berlalu menuju tempat tidur

"Belum mereka menginap"

"Dew!!!" pangil rara mencari perhatianku

"Hoy!" teriak ku kaget, Rara terlalu dekat, ia memanggil namaku tepat di telinga kananku

"Geli, apa'an sih? bikin merinding saja" jawabku kesal

Aku bangun dari tidurku, duduk menatap rara kesal.

"dewa..."

kembali rara memanggilku, kali ini lebih kalem dan lebih dekat. terasa merinding tengkukku, Rara berbisik lembut tepat di telinga ku. suaranya terdengar mendesah membuatku terkejut bukan main.

"Apa!" jawabku keras

"Dew" lagi-lagi Rara memanggilku

suaranya lembut memanggil namaku

Sumpah, aku normal tapi aku tak punya pengalaman untuk hal-hal seperti itu

"Kenapa ?, kamu tidak tertarik padaku?"

bisiknya kembali lembut di telinga ku. tangannya merayap berlahan memegang kakiku,

"Kenapa kamu begitu dingin"

lagi-lagi Rara melakukan hal yang tidak terduga, dia mendekatkan bibirnya ke leherku

"Hiiii, merinding"

Sontak membuatku kaget dan mencoba menjauh.

"Dewa"

Suara Rara mengalun, menggema membangunkan hasrat lelakiku

"Rara"

Ku tepis wajahnya dan tangannya untuk menjauh dariku, aku mundur menghindari nya, kulihat Rara tersenyum meninggalkan aku.

"Lega"

Terasa aku dapat sedikit ruang untuk bernafas, setelah seperti ada yang menghambat saluran pernapasanku. sumpah seperti ada yang terbakar dalam tubuhku

Malam ini Rara benar-benar menguji pertahananku yang hampir runtuh.

Sepeninggal Rara, otakku traveling, mulai berfikir yang tidak-tidak, mataku tak bisa terpejam, aku gelisah, aku duduk di tepi ranjang melepas hembusan nafas berat lalu keluar berniat untuk mengambil air minum untuk sekedar melegakan tenggorokanku yang sempat terasa tercekat

Jam dinding menjalan maju. sudah menunjukkan pukul 02:00 tengah malam.

Yang memiliki acara adalah adik dari orang tua Rara, dan besok adalah hari acara pernikahan nya. Rara tidak pergi karena menjagaku, jadi terpaksa kami tinggal di rumah berdua saja.

Aku berjalan dalam remang lampu menuju dapur, kulihat samar-samar ada foto keluarga di dinding rumah, ada Rara, 2 cowok mungkin kakaknya, ibu, ayah dan kakek nenek nya.

"Hemmmmm, dia cantik memang." aku memujanya dalam hati

"Dew, sini"

Aku menengok ke sebuah ruangan. Itu Rara, tak ku pedulikan panggilannya, aku berlalu melangkah saja untuk mengambil air minum

"Kenapa lah perempuan ini? dia terus menggangguku. apa dia berfikir aku banci yang tidak tertarik pada perempuan" aku mengerutuk dalam hati.

"Apa?" aku mencoba menjawab panggilan rara

Bisik hatiku terganggu, sejauh ini aku masih sehat, tidak terlalu terbawa suasana, meskipun aku tadi sempat panas di buatnya, tapi tidak terjadi apa-apa. sempat berfikir apa aku pulang saja, kurasa badanku sudah sembuh, namun ku urungkan niatku, rumahku jauh, tidak mungkin untukku berjalan kaki. aku terus menggerutu dalam hati, sambil berlalu berjalan kembali ke kamar. tanpa aku sadari Rara sudah lebih dulu ada di kamar itu.

"Heiiii ...! rara. kenapa kamu di kamar ini?, please Rara jangan buat masalah, aku ..?"

suaraku terhenti, bibir mungil itu menyerangku, dengan gesit menyerang setiap inci sensitif ku dan aku tak berdaya,

"Rara lepas lepas lepas rara...!!."

Nafasku terengah-engah, aku melarikan diri menuju pintu keluar, mengumpulkan seluruh tenagaku, sebelum akal sehatku benar-benar lumpuh.

tapi Rara gesit menyerang ku, rupanya ia lebih memiliki pengalaman di bandingkan diriku. dia menarikku, dan melemparkan tubuhku, dia menguasaiku, membuat aku tak berdaya, terbawa suasana, pertahanan ku pun akhirnya lumpuh, akal sehatku tak berfungsi.

Jujur aku tidak punya pengalaman untuk hal semacam itu. dia mempermainkan aku tanpa memperdulikan keadaan dan perasaanmu.

Rara benar-benar wanita yang mengerikan, apa yang di lakukan Rara membuat otakku beku, aku merasa frustasi, dan tidak tau harus berbuat apa. rasa takut akan bayangan sebab akibat membuatku merasa dilema.

aku bukanlah pria yang dapat bersikap biasa saja, setelah semua yang terjadi

Aku merapikan diriku sendiri, terduduk di tepi ranjang, terhanyut dalam lamunan yang membuat ku tanpa sadar tertidur.

RASA YANG TERSISA

Keesokan harinya aku mendengar suara lembut khas seorang ibu

"Dik bangun sudah pagi, mau sekolah apa tidak ?" Suara ibu Rara membangunkanku

Kulihat jam menunjukkan pukul 06:00. Tak lama aku melihat Rara yang sudah rapi dengan baju sekolahnya masuk. membuka tirai jendela kamar, membereskan kamarnya, dan memintaku untuk bersiap-siap.

"Setidaknya lo pulang, kalo emang belum sehat" Rara menasehati ku.

Tak ada penyesalan di wajah gadis itu, dia biasa saja, seolah tak ada yang terjadi semalam. Aku merasa heran dengan sikapnya, apa dia pikir aku sama sepertinya, aku bahkan sangat terpukul akan hal itu.

Aku beranjak berjalan ke kamar mandi, kulihat ada sikat gigi, handuk yang sengaja sudah di siapkan untukku. Ku guyur tubuhku secara perlahan menikmati dinginnya air, pikiranku melayang tak menentu, tak percaya dengan apa yang terjadi semalam, seolah aku berharap itu hanya mimpi basah saja. kepalaku pusing berdenyut seperti ada yang berdebat di dalamnya sejak semalam.

"Woy mandi apa mati lo, lama amat!", suara Rara membuyarkan lamunanku

"Oh iya iya"

aku bergegas menyelesaikan mandiku dan keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk di pinggangku, sempat tertangkap olehku Rara sedang membereskan sesuatu, entah apa itu.dan aku sempat melihatnya sedang melirik ke arah ku, namun aku dengan agak gugupnya membiarkan saja hal itu. Terus berjalan santai menghampiri baju sekolah yang sudah di siapkan untukku di tepi ranjang

mungkin ini baju milik kakaknya dulu, teringat akan fhoto keluarga yang sempat ku lihat semalam.

"Pas kok sama kamu" ucap Rara padaku

Aku mengambil baju itu dan berlalu ke kamar mandi untuk memakainya, aku sangat risih karena Rara masih berada di kamar itu. setelah selesai aku keluar dengan merapikan sisanya.

Tapi tak kusangka lagi lagi dia justru mendekati ku, dengan secepat kilat ia mencium bibir ku

"rara!!" Aku tersentak, ku dorong tubuhnya menjauh, sesaat aku jadi panas, mataku melotot melihat dia, dan dia hanya tersenyum nakal melambaikan tangan meninggalkan ku.

Ku tarik nafasku perlahan untuk menata kembali irama jantungku, yang ada di pikiranku saat ini. aku ingin segera mengakhiri semua ini dan segera pulang.

"Sudah sehat nak?"

"Sudah buk"

"Sini sarapan"

Ibu Rara menyiapkan sarapan. aku duduk tepat di sebelah Rara, pagi ini aku sarapan bersama keluarga Rara.

Di tengah-tengah sarapan, ibu rara berbicara padaku

"Bareng Rara saja nak berangkat nya"

"Emmm...saya naik angkutan umum saja Bu, saya akan pulang dulu, takut ibu khawatir di rumah, kalo masih sempat nanti saya pergi ke sekolah" Aku menyambut tawaran ibu Rara dengan penolakan yang lembut

"Oh seperti itu, biar di antar Rara ya"

"Tidak usah Bu, saya tidak biasa naik motor berdua dengan perempuan, takut !" jawabku penuh hati-hati

"Seperti itu, baiklah" jawab ibu Rara menangapiku

"Nggak papa nih..dew pulang sendiri...?" Rara tersenyum melirikku tajam penuh arti, dan entahlah apa artinya

"Heeemmmm" jawabku singkat.

"Mainlah nak jika ada waktu." ibu Rara sekali lagi memintaku sebelum aku benar benar pergi.

"iya buk..."

Kami berlalu keluar, aku bergegas untuk pulang dan Rara akan pergi ke sekolah,

sebenarnya aku penasaran, hanya kami bertiga di rumah ini, kemana semua orang. namun aku enggan bertanya, dan aku berlalu meninggalkan rumah itu pulang adalah satu satunya tujuanku untuk melepaskan penatku.

*******

Hari itu benar-benar menjadi pengalaman pertamaku.

"Woy deew gimana ?, katanya Lo sakit? "

tangan Anton menyentuh jidatku, aku diam saja dan terus berjalan

"Dewa" Andrian berteriak dari jauh dan teman-temanku berkumpul menghampiriku

"Sehat?"

Aku diam saja, hanya sesekali ku tepis tangan jahil mereka, terus melangkah menuju kelas.

Terlihat jelas teman-temanku begitu peduli padaku meskipun mereka melakukannya dengan terus meledekku, entah apa yang aku rasakan hari ini aku sangat malas dan tidak ceria seperti biasanya.

Jujur kejadian malam itu sudah lewat 1 Minggu, tetapi rasanya, masih melekat sangat kuat di ingatanku, terkadang kakiku masih ngilu, hatiku masih berdesir bila ingatan itu terlintas.

"Lu kenapa?, beberapa hari ini lu beda" tanya teman-teman ku khawatir

"Ngak papa" jawabku santai

"Kantin yok" ajak Boy

"Ayok" aku langsung berdiri

"Woy masih pagi udah kekantin" jawab galih

"Ah lu kayak ngak tau aja"Biasanya juga pagi-pagi gini kita udah nongkrong. sekedar meramaikan suasana kantin sambil melihat-lihat cewek-cewek cantik yang lewat. dan gadis bangsat itu jadi trending di antara teman-temanku, mereka tidak tau saat mereka sebut nama itu rasanya jantungku berhenti berdetak, ada rasa yang aneh, entahlah aku tidak tau, aku justru sering menghindari Rara, pura-pura tidak melihat.

Semua cara ku lakukan agar tak bertemu dia, rasanya aku tak sanggup bertemu dia, apa yang harus kukatakan, atau jawaban apa yang bakal aku berikan.

*****

Suara bel berbunyi tanda masuk jam pelajaran, kami berhambur masuk kelas masing-masing, jam membosankan di mulai, "tik tok tik tok,"begitulah kira-kira kebosanan yang akan kami lewati menunggu ibu guru berdongeng.

"Hei besok hari Senin kita libur, kelas 3 ujian", Dina memberi tahu

"Hooo ia kah" wajahku berbinar

Aku kurang memperhatikan hal-hal begitu, kadang hari libur aku sekolah,

" Hehehhhh," dan itu pernah terjadi padaku konyol sekali.

Lega rasanya setidaknya aku aman dari ocehan ibu guru yang membuat kepalaku ingin meledak.

*****

Libur 1 Minggu tidak membuat kami santai, kami berenam masih sering kumpul, saling bantu mengerjakan tugas sekolah, sisanya kami habiskan untuk nongrong di tempat favorit kami di rumah Boy. Rumah Boy luas, ada peralatan musik, juga kopi gratis,

hahahaha dan aku benar-benar bisa refreshing di tempat itu.

Kami berkumpul, dan kami mulai membicarakan hal-hal konyol yang mungkin sering dilakukan oleh para pria.

"Woy lu lu lu..." selorohku dengan telunjukku, ku tunjuk temen-temenku satu persatu

" ada yang pernah tidur sama cewe ngak" tanyaku konyol

"Aku udah" jawab Boy dengan matanya yang tak lepas dari hp ( sok santai banget gk sih )

"Gw juga udah" timpal Galih

"Gw udah lah dan rasanya itu widihhhh" timpal temanku bareng-bareng

"Ha......h" jadi gw sendiri yang belum ( setidaknya kejadian malam itu hanya aku dan Rara yang tau heeee nyengir)

" Ha ha ha!" mereka menertawakan aku

"Sadis lu pade, katanya jomblo"

"Heh bukan berarti kalo kita jomblo kita gak doyan cewek" jawab Andrian serius

"Jangan bilang , wajah Lo yang ganteng itu gak pernah di cium cewek" Andi meledek dewa

"Aku nyengir kuda" menimpali gurauan mereka

Ketika kami sedang asyik bergurau, tiba-tiba ada suara lembut mengusik telinga kami.

"Assalamualaikum" suara cewek datang menghampiri kami, ia membawa undangan resmi dari ketua OSIS untukku

"Hoooo" berasa begok,

soalnya seumur hidup aku nggak pernah berurusan dengan orang-orang elit itu

"Why'' tanya boy heran

"Entah" jawabku bego

"Buka" Andrian menyahut undangan itu, kami berkumpul penasaran, mata kami tertuju hanya pada selembar kertas putih itu. "cepat ku buka'' perintah boy penasaran pasa tulisan yang tertulis dengan rapi itu. undangan rapat resmi, tanggal, hari, tempat di tentukan di situ, tepatnya hari Jum'at, selesai ujian anak kelas 3

"Apa'an sih" ku lempar kertas itu tak perduli

"Woy!, jangan-jangan penting. jangan gitu dong" Anton memungut kertas itu

"Ha ha ha" Dewa tertawa keras

"Lo mau jadi ketua OSIS kali Dew"

"Rusak!" Andi menjawab lelucon Anton, " mau jadi apa sekolah ini kalo dewa jadi ketua OSIS koplak."

"Aku tak perduli, lelucon apa'an itu" sahut dewa

"Menurut ku Dateng ajalah man"

"Heh, ogah." jawabku santai

"Yoie" kami meneruskan kegiatan kami

"Ada Rara di sana" lanjut Anton semangat. gw anter nanti.

Andi menepuk pundaku, sejenak aku terdiam saat nama Rara di sebut kan,

"haemmmmmm" aku menghela nafas berat.

Sejak kejadian itu entah kenapa aku menjadi sedikit ketagihan, diam-diam aku suka melihat hal-hal yang kurang pantas atau sekedar cari-cari imajinasi, takut tapi terkadang aku membiarkan otakku berkelana membayangkan kejadian malam itu. Aku merasa kesal Rara membuatku menjadi pria yang berfikir kotor, sebelumnya aku bukanlah pria brengsek yang tertarik akan hal-hal seperti itu, " anjir" umpatku dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!