NovelToon NovelToon

Perjuangan Cinta

Prolog

Kenapa di akta kelahiranku tidak tertera nama Ayah. Di sana malah tertera nama Arnold Julian. Nama yang ada di belakang namaku.

Pertanyaan itu masih terus berkeliaran di fikiran Adrian. Sejak Dia masuk SMP dan di minta gurunya untuk mengumpulkan foto copy akta kelahiran dan juga kartu keluarga. Di situlah Adrian membaca akta kelahirannya kalau tidak ada nama Deni Septian, ayahnya.

Untuk bertanya pada Ibunya, Adrian belum cukup berani untuk hal itu. Sejak saat itu Adrian berubah menjadi anak yang pendiam di keluarganya. Adrian tidak bodoh dalam menyikapi hal ini. Tentu saja Dia berfikir kalau Ayah Deni bukanlah Ayah kandungnya.

Tapi apa yang bisa Dia perbuat? Adrian hanya ingin tahu kebenarannya dari orang tuanya. Tapi Adrian tidak cukup berani untuk menanyakan itu. Apalgi selama ini Ayahnya juga sangat baik padanya. Tidak pernah membeda bedakan Dia dengan kedua adik perempuan nya.

Sudahlah, suatu saat aku akan bertanya. Tapi tidak sekarang.

Adrian menggendong tas ranselnya, pria dengan wajah blasteran ini berjalan keluar kamar untuk sarapan. Adrian adalah anggota keluarga yang selalu terakhir untuk sarapan. Kedua adiknya yang masih duduk di kelas 2 SMP dan satu lagi baru kelas 6 SD sudah berangkat.

"Gak takut telat lagi Rian? Ini sudah hampir jam tujuh" kata Ayah Deni

Adrian hanya cengengesan sambil memakan roti selai yang di buatkan Ibunya "Tenang saja Yah, Adrian kan anak sepesial jadi walaupun terlambat tidak pernah di hukum tuh"

Maria hanya menggelengkan kepala saat mendengar jawaban anaknya. Dia cukup mengerti bagaimana sifat Adrian yang cukup bandel di sekolahnya.

Seandainya kau tahu kenapa kau tidak pernah di hukum selama membuat ulah di sekolahmu itu. Maria

"Cepat berangkat sana, jangan membuat Naya ikut terlambat terus" kata Maria

Kau memang seperti Ayahmu Nak. Maria

Maria memang sudah tahu perihal hubungan nya dengan Naya yang beru berjalan 5 bulan lamanya. Dulu Naya memang sering datang ke rumah untuk mengerjakan tugas bareng dan mengajari Adrian yang memang otaknya tidak secerdas Khanaya.

"Siap Bu, kalau begitu aku pergi dulu" Adrian mencium pipi ibu dan Ayahnya

Adrian menaiki motor sport impan nya itu. Adrian juga bingung kenapa Ayahnya bisa membelikan motor ini, padahal sudah jelas kalau motor ini harganya tidak sedikit. Adrian tentu tahu kalau ayahnya hanya karyawan biasa di kantornya. Gajinya tidak seberapa besar.

Adrian juga bingung kenapa hidupnya terasa sangat lancar. Bagaimana Dia ingin motor ini dan dalam waktu seminggu langsung terwujud. Entahlah apa yang terjadi. Adrian malas untuk memikirkan nya.

Khanaya, teman satu kelas dengan Adrian. Gadis berkulit putih, dengan tubuh pendek dan sedikit berisi. Dia gadis yang ceria, baik dan menyenangkan. Namun sayang hidupnya tidak seindah itu. Dia anak yatim piatu yang harus tinggal di panti asuhan.

Adrian yang memiliki wajah tampan blasteran dan juga capten tim basket sekolah itu membuat Dia menjadi cowok populer di kalangan para ledys. Namun entah kenapa hatinya malah jatuh pada gadis yang jauh dari kata cantik apalagi seksi.

Tubuhnya yang berisi, dengan wajah bulat dan pipi chuby. Tubuh yang tidak terlalu tinggi, tapi Dia memiliki senyum yang manis dan mempunyai daya tarik sendiri bagi Adrian.

Entah takdir apa yang membuat Adrian dan Khanaya sering satu kelompok dalam tugas apapun. Sehingga keduanya sering bersama, bahkan Khanaya sering ke rumah Adrian untuk mengerjakan tugas mereka.

Maria, Ibu Adrian juga menyukai Khanaya yang ramah dan lemah lembut, sopan pada orang tua. Dengan itu Maria menyuruh Khanaya untuk mengajari Adrian karna Dia tahu kalau Naya adalah siswi berprestasi di sekolah itu.

Permintaan Maria ini membuat Adrian semakin dekat dengan Khanaya. Di situlah Adrian menyadari kalau Khanaya sangat manis, apalagi saat tertawa atau tersenyum. Mulailah tumbuh perasaan cinta di hati keduanya tanpa mereka sadari.

Tepat di kenaikan kelas mereka, Adrian berani menyatakan perasaan yang selama ini Dia pendam. Mereka resmi pacaran setelah pengumuman kenaikan kelas dan sekarang sudah mau 5 bulan mereka menjadi sepasang kekasih.

Tin

Adrian menghentikan motornya di depan gadis yang sudah cemberut kesal menunggu di sisi jalan dari satu jam yang lalu.

"Lama" Naya langsung memakai helm yang di sodorkan oleh Adrian dan segera naik ke atas motor Adrian.

"Udah gak usah cemberut gitu, aku cium baru tahu rasa" kata Adrian sambil kembali menyalakan motornya

Naya memukul bahu Adrian "Jangan macem macem, kita udah telat nih"

"Maaf Sayang, tadi aku sakit perut jadi gak tahan. Aku bolak balik ke kamar mandi" alasan Adrian

"Beneran? Kenapa masuk sekolah kalau emang lagi sakit? Udah minum obat belum?"tanya Naya khawatir

Adrian tersenyum jahil, Dia sudah tahu kelemahan kekasihnya. Dalam pelajaran sekolah memang Naya sangat pintar. Tapi kalau menilai mana yang bohong dan yang jujur Naya masih gampang untuk di bodohi.

Dan terhitung sudah berapa kali Adrian selalu beralasan sakit saat Naya mulai marah atau kesal padanya yang selalu terlambat menjemput. Benar saja, cara itu selalu berhasil karna Adrian tahu kalau Naya paling tidak tega melihat orang kesakitan. Hatinya terlalu lembut.

"Gak papa kok Sayang, aku udah baikan karna udah ketemu kamu" Adrian mulai mengeluarkan gombalan nya

"Huh" Naya kembali memukul bahu Adrian

"Hahaha" Adrian hanya tertawa, sudah bisa membayangkan wajah Naya yang cemberut namun sangat menggemaskan.

"Pegangan Sayang, aku mau ngebut nih" kata Adrian

Moduss...

"Ya udah kalau gak mau jangan salahin aku kalau kamu nanti jatuh ya" kata Adrian lagi

"Aaaa" Naya langsung memeluk pinggang Adrian dengan erat saat Adrian menambah kecepatan motornya.

"Sudah aku bilang pegangan, gak nurut si" kata Adrian tersenyum tipis di balik helm nya

"Adrian..."

Khanaya sudah sangat kesal dengan sikap jahil Adrian. Sudah berapa kali Khanaya di jahili olehnya, tapi begitulah cara Adrian menunjukan rasa cinta dan kasih sayang nya.

Memang pada dasarnya setiap orang memiliki cara masing masing untuk menunjukan perasaan mereka.

Bersambung

Part 1

"Yah terlambatkan, kamu si kenapa gak hubungi aku kalau lagi sakit perut. Aku kan bisa berangkat sendiri" kesal Khanaya

"Ya maaf Sayang, aku kan gak tahan jadi lupa buat kasih kabar sama kamu" Adrian menyimpan helemnya di kaca sepion motor sport nya

Khanaya hanya mendengus kesal, sudah sering Dia menghadapi kekasihnya yang selalu menyepelekan waktu. Hingga tidak terhitung sudah berapa kali mereka terlambat ke sekolah.

Sepasang kekasih yang baru jadian selama 5 bulan ini langsung berlari menuju kelas mereka. Si wanita yang memiliki tubuh sedikit berisi dengan tinggi badan yang pas pasan. Membuat sedikit dulit untuk berlari.

"Adrian tungguin ihhh" teriak Naya

"Katanya harus cepet cepet sampe kelas, gimana si?" Adrian menghentikan larinya dan menunggu sang kekasih yang tertinggal di belakangnya

"Ishh.. Tapi ya jangan ninggalin juga kali, aku kan gak bisa mengimbangi langkah kaki kamu" kata Naya cemberut

"Hahaha. Sudah jangan cemberut kaya gitu, ayo aku gendong" Adrian sedikit membungkukan tubuhnya agar Khanaya naik ke atas punggungnya

Khanaya pun naik ke punggung Adrian, mengalungkan kedua tangannya di leher Adrian. Tertawa saat Adrian berlari, sampai di depan kelas Adrian segera menurunkan Khanaya.

"Ahhh. Pinggangku sakit sekali, kamu makin berat aja deh" kata Adrian sambil memegang pinggang nya

"Cih.. Katanya aja selalu olah raga, capten basket. Masa gendong aku aja gak kuat" kata Naya mnecibir

"Heh.. Lihat dong badan kamu" kata Adrian menatap pada tubuh Naya, tapi tatapan nya tertuju pada dada Khanaya.

Plak

"Gak usah modus, aku sadar kalau badan aku gak langsing dan gak bagus kaya wanita lain. Terus kenapa kamu mau pacaran sama aku?"kata Naya kesal

Adrian mengacak ngacak rambut Khanaya "Kenapa selalu bertanya seperti itu si? Aku kan mencintaimu apa adanya, bukan karna ada apanya"

"Adriannnn" geram juga karna rambut yang sudah di sisir rapih malah di rusak oleh Adrian

"Ekhem"

Keduanya menoleh ke arah sumber suara, Adrian sudah tersenyum kaku pada guru yang berdiri do sampingnya dengan tangan di lipat di depan dada.

"Bukan nya masuk kelas, ini malah pancaran disini. Sudah datang terlambat lagi"

Khanaya yang murid teladan dan memiliki otak yang pintar langsung berdiri dan menunduk di depan guru itu.

"Maaf Pak, Naya janji tidak akan mengulanginya lagi" kata Khanaya

Khanaya menyikut perut Adrian yanga malah diam saja tanpa berniat meminta maaf pada gurunya.

"Iya Pak, kami akan mengulangi nya lagi" kata Adrian sedikit malas, kalau bukan karna tatapan tajam dari kekasihnya

"Adriaaannnn" geram guru wali kelas itu

"Kamu itu dasar mulut lemess" bisik Naya sambil menyikut siku Adrian

"Hehe.. Maaf Pak, mulut saya emang suka asal ceplos" Adrian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Ya sudah sekarang kalian masuk kelas" Pak wali kelas sudah malas menanggapi anak seperti Adriann.

Keduanya mengangguk lalu masuk ke dalam kelas. Semua teman sekelasnya memang sudah tahu kalau mereka pacaran dan sering terlambat bersama.

Jam pelajaran selesai juga, bell telah berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba.

"Naya, kamu ikut Bapak ke ruang guru sebentar"

Khanaya hanya mengangguk dan mengukuti guru nya. Sementara Adrian yang sedang ke toilet tidak tahu kalau kekasihnya di panggil ke ruang guru.

"Naya kemana?"tanya Adrian pada teman dibangku Khanaya

"Gak tahu" jawabnya acuh, memang Dia tidak tahu karna teman Khanaya ini baru balik dari kantin.

Adrian pun keluar lagi dari kelas dan menuju kantin. Biasanya Naya akan di kantin jika waktu istirahat kalau tidak di kantin berarti di perpustakaan.

...🐦🐦🐦🐦🐦🐦...

Di dalam ruang guru, Khanaya mulai merasakan sinyal tidak baik. Tubuhnya mulai menegang saat tatapan guru wali kelasnya yang mengintimidasi.

Sebenarnya apa yang mau Pak Rahmat lakukan padaku ya??

"Duduklah" pak Rahmat mempersilahkan Naya untuk duduk di kursi depan meja kerjanya

Naya hanya menurut, Dia duduk dengan tangan saling bertautan gugup "Sebenarnya ada apa Naya di panggil kesini Pak?"

"Naya, kamu tahukan kalau kamu bisa sekolah di sini karna beasiswa"

Naya mulai tidak tenang, Dia sudah tahu kemana arah pembicaraan guru wali kelasnya. Dia hanya mampu mengangguk.

"Tapi akhir akhir ini kamu banyak ketinggalan dengan murid lain yang mendapatkan beasiswa juga. Kamu bahkan sering datang terlambat, sehingga banyak pelajaran yang tertinggal"

Khanaya semakin menundukan kepalanya. Dia sadar akan kelalaian nya, semenjak berpacaran dengan Adrian Naya menjadi sering terlambat karna Adrian yang posesif itu tidak mengizinkan Khanaya pergi sekolah sendiri dengan naik angkutan umum.

Tapi Adrian selalu saja telat menjemputnya membuat Naya juga ikut terlambat.

"Dan jika dalam sebulan terakhir ini kamu masih belum bisa memperbaiki nilai nilai mu yang mulai menurun. Maka dengan terpaksa pihak sekolah akan mencabut beasiswamu. Pikirkan baik baik Naya"

Khanaya mengangguk "Baik Pak, Naya akan mencoba untuk memperbaiki nilai nilai Naya yang menurun. Naya janji Pak akan memperbaiki semuanya"

Pak Rahmat tersenyum "Baiklah, Bapak pegang janjimu ya. Jangan biarkan perjuanganmu selama dua tahun ini sia sia, sekarang kamu sudah kelas 12 tinggal menunggu sekolahmu selesai"

Khanaya mengangguk "Baik Pak"

Khanaya keluar dari ruang guru dengan wajah sendu. Tentu saja Dia kefikiran dengan ucapan Pak Rahmat. Bisa masuk sekolah ini saja sudah bagai mujikzat untuk Naya.

Hidup tanpa orang tua sejak kelas tiga SMP membuat Naya tahu artinya berjuang. Orang tuanya juga tidak mempunyai kerabat yang bisa di mintai tolong oleh Naya. Sehingga Naya sekarang harus tinggal di panti asuhan karna rumah peninggalan orang tuanya harus di jual untuk menutupi hutang sang Ayah.

"Dorrr"

Khanaya yang sedang melamun itu langsung terlonjak kaget mendengat suara keras dari Adrian.

"Adriannnn. Ngeselin banget si" Naya memukul lengan Adrian

"Lagian kamu dari mana aja si?? Aku cari cari dari tadi" Adrian langsung merangkul bahu kekasihnya itu

"Adrian, ada yang mau aku bicarakan denganmu nanti" kata Khanaya tanpa menjawab pertanyaan Adrian

"Apa?? Kenapa gak sekarang aja?"tanya Adrian

"Nanti aja pas pulang sekolah, aku kan libur kerja hari ini" kata Naya

Khanaya memang bekerja sampingan di sebuah toko bunga selama setahun ini.

Bersambung

Part 2

Disinilah kedua pasangan muda mudi yang sedang di mabuk cinta ini berada. Duduk di bangku taman sambil menikmati eskrim.

"Ekhem. Adrian" Naya mulai membuka suaranya.

Adrian menoleh "Iya?"

Duh kenapa gue jadi was was gini ya.

"Tadi Naya di panggil Pak Rahmat ke ruangannya" mulai bercerita dengan apa yang di alaminya tadi siang.

"Hmmm" Tidak berniat memotong ucapan Kekasihnya, Adrian hanya berdehem saja.

"Kata Pak Rahmat aku harus memperbaiki nilaiku yang menurun beberapa bulan ini. Aku harus memperbaikinya dalam waktu sebulan. Jadi..." Khanaya menghela nafas berat

"Mulai besok kamu gak perlu jemput aku lagi, aku bisa berangkat naik angkutan umum saja"

Deg

Adrian menjatuhkan eskrim yang sedang di pegangnya. Apa ini??? Apa karna Adrian yang selalu telat menjemput dan membuat Khanaya banyak ketinggalan pelajaran. Rasa bersalah tiba tiba menyeruak ke dalam hatinya.

"Maaf" lirih Adrian

Khanaya menoleh dan tersenyum, sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi kekasihnya. Tapi mau bagaimana lagi, Naya harus memperbaiki nilainya sebelum beasiswanya benar benar di cabut dari pihak sekolah.

"Hey kenapa minta maaf? Kamu gak salah" Naya mengelus kepala Adrian dengan lembut

Adrian menangkap tangan Khanaya yang ada di kepalanya. Di kecupnya tangan itu dengan penuh kasih sayang. Naya hanya tersenyum.

"Aku janji akan usahakan untuk tidak terlambat lagi menjemputmu. Kalau aku terlambat kau boleh meninggalkan aku dan pergi duluan ke sekolah. Oke" Adrian menatap dalam mata bulat milik pacarnya ini

Khanaya mengangguk dan tersenyum "Tapi janji ya kalau sampai aku berangkat duluan kamu jangan marah"

Adrian mengangguk dan kembali mengecup tangan Naya "Iya Sayang, semua juga demi kebaikan kamu kan"

"Kebaikan kita, bukan hanya demi kebaikan ku saja" ralat Naya

Adrian mengangguk " Iya, kebaikan kita"

"Ayo pulang, sudah sore" Naya beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Adrian

Meraih tangan Naya, Adrian mengecupnya sebelum Dia ikut berdiri. Mereka pun pergi meninggalkan taman.

...🐦🐦🐦🐦🐦🐦...

"Adrian kamu sudah pulang?"tanya Maria yang sedang duduk di sofa

Adrian menoleh dan segera menghampiri Ibunya "Iya Bu"

Adrian menghempaskan tubuhnya di sofa panjang depan Ibunya. Menaruh satu tangan menutupi matanya. Fikiran nya kacau, Adrian sudah sangat tidak bisa jauh dari kekasih hati.

Selama ini waktu mereka habiskan untuk bersama. Bermain bersama, tapi jika Naya harus fokus belajar maka akan semakin sedikit waktu untuk bisa berdua dengan Naya.

Entahlah gadis itu sudah mampu membuat Adrian tak bisa jauh darinya. Cintanya benar benar sudah berlabuh pada Khanaya Sahilla.

Tapi Adrian juga tidak mau egois, bagaimana pun ini demi kebaikan kekasihnya. Adrian akan mendukung dan memberi Naya semangat supaya Naya bisa lebih semangat lagi dalam menjalani hidup ini.

Apalagi Adrian tahu kalau Naya hanyalah anak panti asuhan yang tidak punya siapa siapa.

"Riann"

Adrian mengerjap saat mendengar suara lembut Ibunya. Mengangkat tangan yang menutupi matanya dan menoleh ke arah Maria.

"Bu" Adrian bangung dan duduk menghadap Maria "Besok bangunin aku pagi pagi ya, aku mau jemput Naya"

Maria mengerutkan keningnya, bukannya setiap pagi Dia selalu membangunkan anak sulungnya itu. Tapi dasarnya Adrian saja yang susah banget bangun pagi.

"Setiap pagi juga Ibu selalu membangunkan mu Rian. Kamu nya aja yang susah bangun pagi" kata Maria

"Mulai besok aku tidak boleh lagi terlambat ke sekolah Bu. Kasihan Naya, Dia sudah mendapat teguran dari guru wali kelas. Aku merasa bersalah Bu, karna sudah membuat Dia sering terlambat dan akhirnya dapat teguran dari guru" terlihat jelas raut penyesalan di wajah Adrian saat berkata seperti itu

Naya benar benar membawa perubahan yang positif untuk Adrian.

"Iyalah, mau bagaimana pun Naya kan anak berprestasi. Kalau kamu terus telat jemput Dia, ya pasti Naya juga ikutan terlambat" kata Maria

"Makanya itu, jadi besok Ibu bangunin aku lebih pagi lagi ya. Aku juga bakal setel alarm di ponsel, tapi kan Ibu tahu sendiri kalau aku suka kebamblasan walaupun suara alarm berdering juga" kata Adrian

"Yelah, namanya juga kebo" adik pertama Adrian yang bernama Andin muncul di balik pintu utama

"Sialan Lo, dari mana Lo jam segini baru pulang?"tanya Adrian menatap sinis adik pertamanya ini

"Yee.. Gue abis kerja kelompok, ngapain lagi? Emangnya Abang yang gak pernah ngerjain tugas" kata Andin menjulurkan lidahnya meledek sang Kakak

"Heh, ni bocah kalo ngomong suka seenak jidat" Adrian menatap kesal pada adiknya

"Lagian emang benerkan? Lagian kalau Abang ngerjain tugas pasti dikerjain Kak Naya. Iyakan??? Huh payah" langsung berlari setelah memprovokasi Kakanya.

"Andinnnnnn... Awas Lo ya...."

Adrian berlari mengejar adiknya itu. Mereka saling berkejaran mengelilingi sofa ruang tamu. Pindah lagi ke dapur, mengelilingi meja makan. Maria sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Adrian dan Andin memang pernah akur, namun mereka juga saling menyayangi.

Aku bahagia sekarang Tuhan, tak apa cinta pertamaku harus kandas saat itu. Tapi sekarang aku bahagia bisa menemukan suamiku yang baik dan di karuniai anak anak seperti mereka. Maria

Setelah lelah saling berkejaran, Kakak beradik itu langsung tumbang di atas kerpet berbulu depan televisi di ruang keluarga. Kepala mereka yang saling berdampingan dengan pakaian yang sudah acak acakan.

"Ndin" panggil Adrian

Andin menoleh ke samping, dimana kepala kakaknya ada di sampingnya "Apa?"

"Menurut Lo Gue salah gak si kalo Gue pengen terus sama Naya?"tanya Adrian

Ohh. Jadi ceritanya lagi curhat nih Abang Gue. Hihihi

"Kalo menurut Gue ya Bang, Lo itu gak salah karna emang Lo mencintai Kak Naya dengan tulus. Gue juga kalau punya pacar pasti bakalan kaya gitu Bang" kata Andin sok bijak

Adrian menoleh "Lo udah punya pacar?"

"Udahlah" jawab Andin santai

Mata Adrian langsung menyipit "Jangan macem macem Lo, Lo baru kelas 3 SMP. Masih bocah udah tahu pacar pacaran"

Andin hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Hehehe"

Adrian yang gemas langsung mengacak rambut adiknya itu sambil tertawa. Beginilah kehidupan mereka, meskipun Adrian memiliki rahasia yang sebenarnya Dia juga belum mengetahui kebenaran nya. Namun, Adrian tidak mau melampiaskan semua masalhnya pada anggota keluarga nya ini.

Dia selalu bersikap seolah Dia baik baik saja dan tidak ada yang Dia ketahui.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!