NovelToon NovelToon

Sang Pendekar

BAB I

Negeri Kawi adalah negeri yang subur, penduduk Kawi pun banyak yang menjadi petani. walaupun mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, Kawi juga banyak terdapat pendekar yang sakti. Di negeri Kawi banyak sekte-sekte beladiri yang terbagi menjadi sekte aliran putih, sekte aliran netral dan sekte aliran hitam.

Di negeri Kawi, kekuatan seorang pendekar dibagi menjadi beberapa tingkatan kependekaran atau kultivasi, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya. Tingkat petarung, tingkat prajurit, tingkat pemburu, tingkat guru, tingkat master, tingkat raga abadi, yang masing-masing tingkatan tersebut dibagai menjadi tahap awal, tahap menengah dan tahap puncak. Dan ada satu tingkat tertinggi dari semua tingkatan kependekaran adalah tingkat Jiwa Abadi.

Selain tingkatan kependekaran, senjata juga dibagi menjadi: Senjata biasa, senjata suci, senjata pusaka dan senjata pusaka suci. Seorang pendekar harus dapat menaklukkan energi yg tersimpan di dalam senjata agar dapat menggunakan kekuatan dari senjata tersebut. Untuk senjata pusaka suci, seorang pendekar haruslah dapat menaklukkan dan mendapat pengakuan dari roh senjata pusaka suci.

Selain itu, ada beberapa tingkatan hewan yang ada di Negeri Kawi. Hewan buas, monster, hewan suci dan hewan spiritual. Hanya hewan suci dan hewan spiritual yang dapat melakukan kontrak untuk menjadi peliharaan ataupun tunggangan dari seorang pendekar.

Cerita ini berawal dari sebuah desa di Negeri Kawi, Desa Lawean, para tetua sedang berkumpul untuk membahas sesuatu.

"Kang Tejo, bagaimanapun kita harus berjuang sekuat tenaga untuk mengamankan kitab pusaka dan senjata pusaka suci itu." ucap Sumali salah seorang tetua desa, seorang pendekar yang berada pada tingkat master tahap awal.

"Ya.. kamu benar Mali. Bagaimanapun itu amanah dari Pangeran Kusuma untuk putranya." jawab Tejo yang juga pendekar tingkat master tahap awal.

"Aku tidak menyangka Pangeran Kusuma dan istrinya terbunuh oleh kelompok Tengkorak Hitam. Dan yang lebih mengejutkan Ki Karto, pimpinan Tengkorak hitam, memiliki golok pusaka suci dan dia sudah menembus raga abadi tahap menengah" jawab Sumali

"Yang jelas Ki Karto akan berusaha merebut kitab pusaka dan pedang pusaka suci itu. Hanya Raden Sanjaya yang ber hak mewarisi kedua pusaka tersebut." sambung Ki Joyo, pendekar tingkat master tahap menengah.

Tampak dari jauh salah satu penduduk berlari-lari ke arah mereka bertiga.

"Ki Tejo... Ki Sumali.. ga.. gawat Ki.." kata penduduk desa terbata-bata.

"Ada apa..? katakan dengan tenang.!!" sahut ki Joyo.

"Teng... teng.... tengkorak hitam.. tengkorak hitam, mereka datang ki. Mereka mengumpulkan seluruh penduduk desa di lapangan desa.." jawab penduduk tersebut.

"Setelah sekian lama, akhirnya mereka datang juga." ucap ki Joyo.

"Bagaimana ini Ki..? Apa yang harus kita lakukan..?" ucap ki Sumali.

"Tejo, coba kamu amati situasinya dan Sumali kamu panggil Raden Sanjaya kemari." kata Ki Joyo.

"Baik kang.." jawab mereka serempak

Sementara itu kelompok Tengkorak Hitam mengumpulkan semua penduduk di lapangan desa. Tak lain adalah untuk mengancam siapapun yang menyembunyikan Raden Sanjaya dan warisannya.

"Ayo kumpulkan semua penduduk disini, jangan sampai ada yang tertinggal." perintah Ki Karto

"Baik Ki. Ayo semua bergerak.." ucap salah seorang anggota.

Tengkorak Hitam adalah kelompok terkuat di sekte aliran hitam. Kelompok ini mempunyai anggota yang besar, dengan pemimpin seorang pendekar dengan tingkat raga abadi tahap menengah.

"Cepat semua berkumpul di lapangan, jangan ada yang membangkang atau kami akan bertindak lebih kasar lagi..!" teriak salah satu anggota.

"Ada apa ini kang, kenapa kita dikumpulkan disini? siapa mereka kang?" semua penduduk saling bertanya-tanya.

"Mereka adalah kelompok Tengkorak Hitam, mereka kejam dan tidak segan-segan membunuh orang" jawab yang lainnya.

Suasana menjadi gaduh karena penduduk saling bertanya satu dengan lainnya

"Diaaaaamm. Semua tutup mulut kalian..!!" teriak Ki Karto.

"Sebagian anggota Tengkorak Hitam, temukan persembunyian anak itu!! Siapapun yang berhasil menemukannya, akan mendapatkan hadiah yang besar dari ku..!! perintah ki Karto.

Semua yang berada di lapanganpun terdiam. Perasaan takut menyelimuti hati penduduk desa. Aura membunuh yang sangat pekat dilepaskan Ki Karto membuat para penduduk berkeringat dingin dan gemetaran.

"Sekarang kalian harus katakan dimana putra Pangeran Kusuma disembunyikan..?"

"Bukankah kalian yang menyelamatkannya..?" kata ki Karto dengan lantang.

Tak ada satupun penduduk desa yang menjawab.

"Siapa kepala desa Lawean ini.. cepat maju..!!" ucap ki Karto.

"Saya ki. saya kepala desa disini." sahut kepala desa.

"Cepat kamu katakan, dimana anak Pangeran Kusuma dan warisannya disembunyikan..? Kalau kamu tidak menjawabnya, maka penduduk desa akan ku penggal kepalanya..!" bentak ki Karto.

"Saya benar-benar tidak tahu ki. Saya juga menjamin seluruh penduduk disini juga tidak mengetahuinya." jawab kepala desa.

"Manto..!! Penggal kepala orang orang tua itu..!!" perintah ki Karto kepada tangan kanannya.

SRIIINGG.. CRAASH..

Manto memenggal kepala orang tua yang ditunjuk oleh ki Karto.

Lalu sambil tertawa Manto membersihkan darah yang ada di pedangnya dengan baju orang yang dipenggal tersebut.

"Biadaaaap..!! Kalian kelompok Tengkorak Hitam benar-benar binatang..!!" teriak istri pak tua tersebut.

JLEEEBB..

Sebuah tombak menancap di leher belakang wanita tersebut sampai tembus ke depan..

"Hahahaha... bagus.. bagus.. Kalian tidak punya hak bicara selain mengatakan dimana anak itu dan warisannya." ucap ki Karto sambil tertawa.

"Cepat kepala desa. Jawab apa yang aku tanyakan tadi, atau kali ini dua orang pendudukmu yang akan mati.!!" bentak ki Karto.

"Aku akan membunuh dua orang setiap sebatang dupa sampai kalian mengatakan dimana anak itu disembunyikan atau kalian menyerahkan dia dan warisannya kepada ku..!!" teriak ki Karto lantang.

"Dan untuk kalian anggota Tengkorak Hitam, saat dupa pertama ini habis, kalian bisa bersenang-senang dengan penduduk wanita yang ada disini.. hahahahha..." lanjutnya sambil tertawa.

"Terimakasih ketua, ketua sungguh bijaksana.. hahahaha..." sahut anggota Tengkorak Hitam.

Sementara itu dari rerimbunan pohon, ki Tejo mengamati semua kejadian di lapangan sambil menyembunyikan hawa keberadaannya. Seseorang dengan tingkat kultivasi yang lebih tinggi akan dapat merasakan keberadaan seseorang yang memiliki kultivasi dibawah atau setara dengannya. Tapi seseorang bisa menyembunyikan keberadaannya dengan mempelajari ilmu khusus untuk menyembunyikan keberadaan atau tingkat kependekarannya.

"Tengkorak Hitam sudah keterlaluan. Mereka benar-benar bukan manusia, mereka iblis berwujud manusia. Terkutuklah mereka..!!" batin ki Tejo menahan marah.

"Harus mengorbankan berapa nyawa untuk memuaskan keinginannya memiliki kitab pusaka dan pedang pusaka suci milik Raden Sanjaya..?" gumamnya.

Ki Tejo tetap menahan amarah dan kesedihannya agar ki Karto tidak dapat mengetahui hawa keberadaannya. Selama ki Tejo mengawasi, sudah puluhan kepala terpenggal karena tidak ada satupun penduduk desa yang mengatakan keberadaan Raden Sanjaya.

"Aku harus melaporkan ini semua kepada ki Joyo. Mungkin ki Joyo punya cara untuk menyelamatkan Raden Sanjaya dari Tengkorak Hitam." batin ki Tejo sambil pergi dari persembunyiannya.

Assalamu'alaikum..

Para pembaca yang budiman, perkenalkan tulisan pertama saya. Saya masih pemula, hanya mencoba menulis sebuah cerita tentang dunia persilatan.

Mohon kritik dan saran dari pembaca sekalian.

Terimakasih..

BAB II

Sementara itu di tempat ki Joyo, Raden Sanjaya tampak sedang menyimak apa yang dikatakan oleh ki Joyo. Sedangkan ki Sumali sedang menunggu kedatangan ki Tejo.

Raden Sanjaya adalah seorang anak umur 10 tahun dengan kulit putih bersih, rambut hitam dan memiliki sorot mata yang tajam. Kondisi fisiknya seperti pada umumnya anak umur 10 tahun.

Saat ini Raden Sanjaya berada pada tingkat prajurit tahap menengah. Sejak umur 4 tahun Raden Sanjaya berlatih beladiri kepada ketiga tetua Desa Lawean, Ki Sumali, ki Tejo dan ki Joyo.

"Ada apa ki Joyo memanggil ku..? Apakah aku akan mendapatkan tambahan jurus baru ki..?" tanya Raden Sanjaya.

Ki Joyo mengambil nafas panjang sebelum mengatakan situasinya kepada Raden Sanjaya.

"Hhhhhhmmh.. Raden sudah lama berada disini bersama kami. Kami sudah menganggap raden sebagai cucu kami sendiri.." ucap ki Joyo.

"Saat ini situasinya sangat berbahaya. Kelompok Tengkorak Hitam sedang mencari raden untuk mengambil warisan orang tua raden.."

"Raden Sanjaya harus pergi menyelamatkan diri, raden harus selamat dan warisan itu, raden harus bisa menguasainya.." sambung ki Joyo.

"Tidaaak.. apakah ki Joyo tega membiarkan anak 10 tahun pergi menggembara sendiri..? Apa ki Joyo sudah tidak sayang lagi kepada ku..?" teriak raden Sanjaya dengan mata berkaca-kaca.

Ki Joyo terdiam untuk beberapa saat. Perasaan sedih dan tidak tega menghantui pikiran ki Joyo. Tak berselang lama, ki Tejo telah sampai di tempat ki Joyo dan disambut oleh ki Sumali.

"Bagaimana situasinya kang..?" tanya ki Sumali.

"Sangat tidak baik. Mereka benar² iblis berwujud manusia..!!" jawab ki Tejo geram.

"Sebaiknya kita langsung sampaikan ini pada ki Joyo kang. aku yakin ki Joyo punya jalan keluar.." sambung ki Sumali.

Merekapun melangkah memasuki sebuah rumah gubuk untuk menemui ki Joyo. Raden Sanjaya tampak diam, matanya berkaca-kaca menahan kesedihan.

Lalu ki Tejo menceritakan semua yang dia lihat di lapangan desa dengan jelas dan terperinci.

"Mereka benar-benar tidak manusiawi. Hanya demi kitab pusaka dan pedang pusaka suci, mereka tega menghilangkan nyawa manusia.." gumam ki Joyo geram. Tangannya mengepal menahan amarah.

"Selanjutnya bagaimana ki..? dengan kekuatan kita bertiga, apakah kita mampu mengalahkan mereka..?" tanya ki Tejo.

"Kita memang tidak akan mampu menghadapi mereka. tapi setidaknya kita bisa mengulur waktu untuk kesempatan kepada Raden Sanjaya untuk menyelamatkan diri.." jawab ki Joyo

"Tidaak..!! aku tidak akan pergi. aku akan membantu kalian mengusir kelompok Tengkorak Hitam. Aku sudah cukup kuat, kita bisa mengalahkan mereka..!!" teriak raden Sanjaya.

"Tidak raden. kekuatan mereka diluar yang raden pikirkan. mereka sangat kuat.." kata ki Sumali dengan lembut.

"Saat ini raden harus selamat, kuasai kitab pusaka dan pedang pusaka suci peninggalan orang tua raden. Setelah itu raden akan punya kemampuan memusnahkan kelompok Tengkorak Hitam..!" ucap ki Joyo dengan tegas..

Suasana menjadi hening. Raden Sanjaya hanya tertunduk memikirkan apa yang ki Joyo ucapkan..

"Selanjutnya bagaimana ki..?" tanya ki Tejo memecah keheningan.

"Sumali.. kamu aku tugaskan untuk mengawal Raden Sanjaya, melanjutkan menjadi gurunya sampai raden menguasai kitab dan pedang itu.." ucap ki Joyo

"Aku dan Tejo akan mengulur waktu untuk kalian, agar kalian bisa selamat dari mereka. Larilah ke arah timur, masuklah kalian ke alas Purba. dengan pengetahuanmu, kalian pasti selamat di hutan itu.." lanjut ki Joyo.

"Kenapa harus aku ki..? sebaiknya ki Joyo yang menemani raden, biar aku dan kang Tejo yang menghadapi mereka. bagaimanapun tingkatan ki Joyo lebih tinggi dari kami, lebih pantas mengajari raden Sanjaya.." protes ki Sumali.

"Yang dikatakan ki Joyo benar Mali. hanya kamu yang menguasai seluk beluk hutan Purba. kesempatan raden untuk selamat jauh lebih tinggi.." ucap ki Tejo.

"Dan kamu yang paling muda dari kami. jadi raden Sanjaya bisa berguru kepadamu lebih lama daripada kepada kami.." lanjutnya sambil tersenyum.

Setelah terjadi perdebatan diantara mereka, akhirnya ki Sumali menyetujui rencana ki Joyo. Merekapun melakukan persiapan dan saling memberikan kepercayaan akan tugas masing-masing. Persiapan pun sudah dilakukan.

"Kita berpisah disini. tolong jaga raden Sanjaya. jika ada kesempatan, kami akan menyusul kalian ke alas Purba.." ucap ki Tejo.

Ki Sumali menganggukkan kepala, walaupun ki Sumali sadar bahwa kemungkinan itu hampir tidak mungkin terjadi.

"Raden, bawalah kalung ini. jika sudah waktunya, raden akan mengetahui kebenaran dari diri raden.." kata ki Joyo sambil mengalungkannya.

"ki Sumali.. bawalah peta ini. jika raden Sanjaya sudah memasuki tingkat master tahap menengah, ajaklah dia mencari kebenaran dirinya dengan bantuan peta ini.." ucap ki Joyo.

"Baik, aku akan menjaga amanah yang kalian titipkan kepadaku. Aku akan berusaha sekuat tenaga.." jawab ki Sumali.

Sementara itu di lapangan desa sudah lebih dari 20 orang penduduk desa yang mati, dan lebih dari 10 wanita desa diperkosa dan dibunuh oleh anggota kelompok Tengkorak Hitam.

Tampak sedang berlari dan berteriak seorang anggota Tengkorak Hitam.

"Ketua.. ketua.. a a aku sudah mene menemukan.. hhah.. hhah.. persembunyian mereka.. hh.. hhah.." ucap seorang anggota sambil terengah-engah..

"Heeeii.. ada apa..? ucapkan kalimatmu dengan baik..!!" hardik Manto

"Cepat katakan dimana mereka..!!" kata ki Karto sambil tersenyum.

"Mereka ada di timur desa ketua.." jawab anggota tersebut.

"Apa kamu yakin itu anak dari Pangeran Kusuma..? ini sudah 6 tahun berlalu.." kata ki Karto.

"Saya yakin ketua.. disana juga ada ki Joyo, ki Tejo dan Sumali ketua.." jawabnya

"Hahahahhaa.... ternyata benar mereka adalah pengawal Pangeran Kusuma. ternyata mereka masih hidup.." ucap ki Karto sambil tertawa.

"Manto.. siapkan anggotamu, kepung mereka..!!" perintah ki Karto. "dan kamu.. tunjukkan jalan dimana mereka berada"

"Baik ketua.." jawab Manto

Akhirnya ki Karto menuju tempat yang ditunjukkan oleh anggota Tengkorak Hitam tersebut. seluruh penduduk yang sebelumnya dikumpulkan di lapangan, mereka semua berlari menyelamatkan diri meninggalkan desa Lawean. Ada sebagian penduduk yang memilih untuk masuk rumah mereka dan mengunci diri di dalam rumah. Ketakutan dan trauma pasti mereka rasakan dan tidak akan mereka lupakan. Bahkan mereka mengutuk kelompok Tengkorak Hitam di dalam hati mereka. berharap kelompok itu akan segera dikalahkan oleh para tetua desa mereka.

Sampailah kelompok mereka di samping tempat ki Joyo..

"Kepung tempat ini, jangan biarkan satu orangpun lolos dari sini.." teriak Manto.

"Joyo Prawiro.. Hahahahha.. tak kusangka kamu masih hidup..!! apakah kamu akan terus bersembunyi di gubuk reotmu itu..? Keluarlah kau..!!" teriak ki Karto dengan lantang.

Seluruh anggota kelompok Tengkorak Hitam bergerak serempak mengepung tempat persembunyian ki Joyo. Mereka bersiap untuk menyerang, hanya tinggal menunggu perintah dari ketua mereka, ki Karto.

BAB III

Sementara itu di dalam gubuk ki Joyo, mereka sudah menduga bahwa tidak lama lagi persembunyian mereka akan diketahui oleh kelompok Tengkorak Hitam.

"Tidak kusangka akan secepat ini.. Bahkan kita belum sampai meninggalkan tempat ini.." gumam ki Joyo.

"Sumali, sebaiknya kamu gunakan jalan rahasia ini.." ucap ki Tejo sambil membuka penutup jalan bawah tanah.

Jalan bawah tanah ini memang sengaja dibuat oleh mereka, sebagai jalan rahasia apabila sewaktu-waktu mereka dikepung oleh musuh. Jalan rahasia ini mengarah ke utara desa, tepatnya di pinggir sungai Kedak, salah satu sungai besar di wilayah negeri Kawi.

"Setelah sampai pinggir sungai Kedak, kalian ke arah timur, ikuti aliran sungai Kedak, kalian akan sampai di alas Purba sebelah utara." ucap ki Joyo.

"Berhati-hatilah. keselamatan raden Sanjaya jauh lebih penting..!" lanjut ki Tejo.

"Baik kami pergi dulu, larilah kalian saat ada kesempatan.." jawab ki Sumali

"Ki Joyo, ki Tejo, aku pergi dulu. terimakasih selama ini sudah membimbingku, nasehat kalian tidak akan pernah aku lupakan.." ucap Raden Sanjaya..

Mereka berduapun masuk ke jalan rahasia untuk menuju alas Purba..

"Tejo, kamu sudah siap..? mari kita sambut tamu-tamu kita." ucap ki Joyo

"Mari ki.. kita berikan mereka sedikit hiburan, hahahhha.." jawab ki Tejo.

Kedua tetua tersebut keluar gubuk dan bersiap untuk pertempuran terakhir mereka, setidaknya itu yang ada di pikiran keduanya.

"Hahahahha.. Joyo Prawiro dan Tejo Sumantri mantan pengawal Pangeran Kusuma, ternyata punya nyali juga kalian.." ucap ki Karto dengan sombongnya.

"Ki Karto tidak usah berbasa-basi. Aku tau apa tujuanmu kesini, tapi apakah harus mengorbankan penduduk yang tidak berdosa untuk memenuhi keinginanmu..?" teriak ki Joyo.

"Hahahaha.. apakah kamu layak untuk mendengar jawabanku..?" sahut ki Karto dengan sombong..

"Manto..? bukankah kamu pengawal Pangeran Pranoto..? tidak kusangka ternyata kamu adalah anggota Tengkorak Hitam.." ucap ki Tejo.

"Hahahaha.. kamu salah Tejo, aku bukan anggota Tengkorak Hitam, aku adalah wakil ketua kelompok Tengkorak Hitam.." sahut Manto.

"Dasar keparat kamu Manto, terimalah pukulanku ini. TAPAK HALILINTAAAAARR.." teriak ki Tejo.

"Dasar sampah.. CAKAR IBLIS HITAAAAAMM.." balas Manto..

Saat kedua ilmu itu bertemu terjadi ledakan keras dan dasyat..

DDHUUUUUARR.. JLEGGGEEERRRR....

Keduanya terpental beberapa meter. Ki Tejo terjatuh sedangkan Manto tetap berdiri. Darah segar mengalir di sudut bibir ki Tejo, sedangkan Manto berdiri sambil memegang dadanya yang terasa sesak..

"Tak kusangka, ternyata dia sudah berada pada tingkat master tahap puncak" batin ki Tejo

"Hahahaha.. lumayan untuk pukulan seorang tingkat master tahap menengah.." ucap Manto dengan sombong.

"Kali ini kamu akan merasakan sendiri kekuatan penuh seorang master tahap puncak..!!" teriak Manto.

"Sombong..!! Majulah..!!" balas ki Tejo..

Manto pun maju dengan mencabut pedang pusaka, pedang hitam, sebagai senjatanya dan ki Tejo memaki tombak pusaka, tombak nagageni andalannya.

TRRINGG.. TIINGG

TRAANGG.. TRIIINGG.. TIINGGG..

keduanya sudah bertukar lebih dari puluhan jurus dalam waktu singkat. Anggota kelompok Tengkorak Hitam, yang umumnya berada pada tingkat petarung tahap puncak sampai prajurit tahap menengah hanya bisa menyaksikan pertempuran keduanya.

"Inikah pertarungan pada tahap master..? sungguh cepat dan dasyat. Kita hanya bagai semut dihadapan mereka.." gumam para anggota..

Sementara itu ki Joyo yang menyaksikan pertempuran antara Manto dan ki Tejo dikejutkan dengan teriakan dan gelombang energi yang datang padanya..

"Apa yang kau lihat Joyo..? lawanmu adalah aku.." teriak ki Karto.

"PUKULAN TAPAK DARAAAH.." sambung ki Karto..

"Gawat.. aku harus menghindar.." batin ki Joyo

"SAIPI ANGIIIN.." teriak ki Joyo.

"Lumayan.. tapi ilmu mu tidak lebih seperti mainan anak-anak bagiku.. hahahaha.." ejek ki Karto.

Ki Joyo mencabut Pedang Pusakanya untuk menghadapi ki Karto, akan tetapi ki Karto menghadapi ki Joyo dengan tangan kosong..

Dalam waktu yang tidak lama lebih dari puluhan jurus mereka keluarkan..

BEET.. BEET.. SWIIING..

SSWWIIINGG.. CTAAAK.. SWIINGG...

setiap tebasan pedang ki Joyo berhasil dihindari dan di tangkis oleh ki Karto. Akhirnya ki Joyo mendapatkan kesempatan untuk menyerang ki Karto. Jurus terkuat pun dia keluarkan.

"Inilah kesempatanku.. matilah kamu ki Karto" batin ki Joyo

"JURUS GUNTUR MEMBELAH AWAAANN.." teriak ki Joyo

"Hhmmm.. mainan anak-anak.." batin ki Karto sambil tersenyum sinis

"JURUS RAGA BAJAAA......!!" teriak ki Karto..

TRRAAAANGGG.. KLAAAANGG..

Saat pedang ki Joyo mengenai tubuh ki Karto, pedang itupun patah dan jurus yang dikeluarkan ki Joyo tidak berpengaruh apapun pada ki Karto..

"Inikah perbedaan kekuatan antara tahap master dan raga abadi..?" batin ki Joyo.

Ki Joyo melompat mundur dan mempersiapkan serangan selanjutnya dengan tangan kosong.

Belum sempat ki Joyo maju, ki Karto lebih dulu merangsek maju menyerangnya. Ki Joyo berusaha bertahan dari serangan-serangan ki Karto..

DHEESS.. JBUUGG.. CTAAAAK

DUUUUGG.. DHEEESSS.. DDUUGG..

Cukup lama antara ki Joyo dan ki Karto saling bertukar jurus. puluhan bahkan ratusan jurus sudah mereka keluarkan. Tak terhitung berapa tendangan dan pukulan yang mendarat di tubuh ki Joyo. Darah segar tampak keluar dari bibir dan hidung ki Joyo..

Sementara itu kondisi yang tidak berbeda dengan ki Joyo juga dialami ki Tejo. Ratusan jurus sudah mereka keluarkan dan bertukar serangan. Luka sabetan pedang tampak di lengan dan punggung ki Tejo, sementara banyak juga luka di tangan dan dada Manto. Tampak pertarungan mereka seimbang, akan tetapi usia Manto dan tingkatan Manto yang lebih tinggi lebih menguntungkan Manto..

"Akan aku akhiri pada satu serangan ini.." batin Manto..

"JURUS PEMBELAH LANGIIITT..." teriak Manto..

"Baik, akan aku ladeni jurusmu itu keparaaatt..!!" teriak ki Tejo

"JURUS PENGHANCUR GUNUUNG...!!" sambung ki Tejo..

SLAAAAASH.. CRAAAAASSH.. DHUUUUARR..

Tombak nagageni ki Tejo patah saat berbenturan dengan pedang hitam milik Manto. Dan naas bagi ki Tejo, pedang hitam Manto menusuk dada ki Tejo, ki Tejo pun ambruk bersimbah darah.

Manto pun mendekati ki Tejo yang tergeletak bersimbah darah. Nafas ki Tejo tersengal-sengal dan beberapa kali muntah darah, tapi ki Tejo tetap berusaha tersenyum, senyum kemenangan. Walaupun dia nanti akan mati di tangan musuh, dia rela karena sudah mengulur waktu demi keselamatan Raden Sanjaya dan Ki Sumali.

"Tejo.. Tejo.. seandainya kamu tetap mengabdi pada Pangeran Pranoto, mungkin kejadian hari ini tidak akan terjadi. Dan kamu mungkin bisa menjadi Kepala Pasukannya.." ucap Manto sambil tersenyum mengejek..

"Uhuk.. uhuk.. cuih.. aku tak akan sudi mengabdi kepada Pangeran binatang itu. hahahahaha.." jawab ki Tejo.

"Kau hanya belum tau saja apa yang sudah dilakukan pangeran binatang itu pada keluarga kita. kau sangat bodoh Manto.." lanjut ki Tejo.

"Apa maksudmu..?" tanya Manto.

"Hahahahaha.. ikuti aku ke neraka dan aku akan memberikan jawabannya disana.." jawab ki Tejo mengejek.

"Baik, kalau itu yang kamu inginkan, pergilah kau ke neraka. tapi aku tak sudi mengikutimu.." sahut Manto sambil menebaskan pedang ke leher ki Tejo.

Ki Tejo pun menghembuskan nafas terakhirnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!