NovelToon NovelToon

Pembalasan Permaisuri Yang Dingin

Kematian Penuh Darah

Sekalian mau promo, mungkin ada yang minat novel cetak, bisa COD di Shopee. Dengan judul Putri Yang Terbuang dan Permaisuri Sang Penguasa.

Khusus Season 1 kak, silahkan di beli kak😊🙏

Open PO

Judul: Permaisuri Sang Penguasa

Penulis : Sayonk

(289 halaman)

Rp. 88.000

Sinopsis :

Permaisuri yang dicampakan oleh Kaisar. Seorang anak yang di buang oleh ayah nya sendiri. Pulang ke istana menggerakkan hati kaisar, memberikan kesempatan bagi kaisar. Namun, lagi-lagi dikecewakan. Bagaimana kehidupan kaisar setelah di tinggalkan permaisurinya? mampukah sang Permaisuri memberikan kesempatan lagi atau memilih mengabaikannya?

#PermaisuriSangPenguasa #Sayonk #NovelindoPublishing #Noveltoon

Format pemesanan

Nama

Alamat

Kota

Kelurahan

Kecamatan

Kode pos

Nomer hp

Judul buku

Transfer ke rek 0560368836 an Diana bank bca

Online Order

https://api.whatsapp.com/send?phone\=62818331696

Bisa lewat Via Shopee

https://shopee.co.id/product/6676217/14665510909?smtt\=0.6677532-1647931679.9

Seorang gadis dengan wajah pucat, rambut acak-acakan dan gaun putih di penuhi darah di tubuhnya. Darah segar mengalir dari dahi kirinya, pipi kanan dan pipi kirinya terdapat luka. Kedua tangannya pun di ikat oleh rantai. Ia berjalan lunglai menuju sebuah altar dengan di seret oleh satu kesatria di depannya dan dua pengawal di belakangnya. Banyak para rakyat yang melemparkan batu, telur dan kotoran ke wajah dan tubuhnya. Dia melebihi gembel di jalanan.

"Dasar Permaisuri Kejam, bahkan dia membunuh Ratu kesayangan Baginda."

"Dia memang tidak pantas menjadi seorang Permaisuri."

"Menjijikkan !"

Banyak cacian dan makian di telinganya, ia menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah. Sungguh, bukan ini yang ia inginkan. Kenapa harus dirinya yang menderita. Bukankah selama ini ia selalu mengutamakan laki-laki itu. Dimana hatinya? kenapa tidak bisa melihat ketulusannya?

"Lihatlah, bukankah itu keluarga Duke."

Gadis itu menoleh, ibu dan ayahnya juga di seret oleh seorang pengawal. Mereka berjalan dengan menunduk banyak cacian dan penghinaan. Gelarnya sebagai bangsawan pun telah di cabut.

"Ayah, Ibu," teriak gadis itu berlari ke arah mereka. Namun di hadang oleh kedua pengawal.

"Ibu dan Ayah ku tidak bersalah." Teriaknya.

"Baginda Kaisar Jasper, Ratu Zoya telah tiba ..."

Teriakan itu menggema, semua orang tertuju pada atas altar itu. Kedua laki-laki bermata biru dan tajam, hidung mancung berahang tegas itu duduk di singgasanahnya dan seorang wanita, ya dia wanita yang telah menggantikannya, Zoya.

"Baginda, ini salah hamba. Mohon Baginda jangan menghukum kedua orang tua hamba."

Tidak ada sahutan dari mulutnya, hanya mata tajam yang siap membunuh. Kedua pengawal itu pun membawa tubuh Michelina ke pinggir. Memberikan jalan bagi Duke Ronaf dan Duchess Mia berjalan.

"Tidak, tidak, jangan sakiti kedua orang tua ku."

Duke Ronaf dan Duchess Mia duduk di altar itu, kepalanya di pasung, siap untuk di tebas.

"Tidak, Ayah, Ibu .."

"Ibu dan Ayah mencintai mu Michelina." Ujar Duke Ronaf dengan bibir gemetar. Sepasang insan itu tersenyum pada putrinya. Baginya, apalah hidup tanpa putri yang mereka sayangi. Bagi orang tua berkorban untuk anaknya tidak ada yang namanya penyesalan. Jika Michelina mati, maka mereka sebagai orang tuanya akan siap untuk mati. Michelina adalah nyawa baginya.

"Tidak !!!"

Darah segar itu mengalir deras, kedua kepala itu menggelinding jatuh tepat di matanya. Tubuhnya ambruk, ia menangis tersedu-sedu seraya memukul tanah di depannya. Ini salahnya yang mencelakai Ratu Zoya. Kenapa harus kedua orang tuanya juga mati. Mata itu menatap tajam ke arah Kaisar Jasper dan Ratu Zoya.

Kaisar Jasper hanya tersenyum sinis dan penuh kebencian. Sementara Ratu Zoya hanya menangis. Ia tahu, hati Ratu Zoya sangat baik tidak sebanding dengannya. Apa lagi tentang kecantikannya.

"Baginda hamba mohon, Permaisuri tidak bersalah." Ujar seorang gadis yang menerobos masuk kerumuan orang itu. Kedua tanganya mengatup, memohon beribu ampunan.

"Dasar pelayan tidak tahu diri," ujar salah kesatria. Ia menarik pedangnya dan menebas lehernya. Kepala gadis itu dengan air mata darah tepat terlempar ke depannya. Ia melihat jelas air mata darah itu mengalir di matanya.

Melihat air mata darah ketiga orang yang terpenting dalam hidupnya. Dunianya hancur dalam sekejap. Seperti ada kilatan petir di dadanya. Ia menarik sebuah pedang di sarung sang pengawal di sampingnya. Dalam sekejap darah itu pun mengalir di lehernya, ia menatap laki-laki yang sangat ia cintai.

"Jika aku di berikan kesempatan hidup kembali, aku tidak akan mencintai mu. Aku akan membuat mu menderita, aku akan membalas mu. Aku membencimu Kaisar Jasper." Lirihnya seraya menghembuskan nafas terakhirnya.

Hidup Kembali

Burung pun telah bernyanyi, sinar matahari memasuki jendela kaca, menyinari seorang wanita yang tengah terbaring. Wanita itu pun membuka matanya, ia melihat sekelilingnya. Suasana dan aroma bunga mawar yang tidak asing baginya.

"Permaisuri," ujar seorang pelayan. Ia memberikan hormat dan menunduk.

Seketika matanya membulat dan langsung beringsut duduk. Ia memundurkan tubuhnya ke sisi ranjang sebelah kanan. Wanita di depannya adalah Lucilla. Pelayan setianya yang ia bawa dari kediaman Duke.

Ia menelan air ludahnya, tenggorokannya terasa kering. Dadanya terasa sesak, air bening itu keluar dari tempatnya. "Luci."

Wanita di depannya menatap junjungannya dan terkejut melihat air matanya. "Permaisuri ada apa?" tanya Luci merasa aneh. "Apa ini tentang Baginda?"

"Luci, Luci kamu masih hidup." Ujar Michelina seraya terisak-isak. Michelina menyingkirkan selimutnya, ia menghampiri Luci yang berada di sisi ranjangnya. "Luci, kamu beneran masih hidup." Ia memeluk tubuh Lucilla begitu erat. Masih sangat jelas darah itu keluar dari lehernya. Matanya yang menangis darah.

"Aku kira, kita tidak akan bertemu lagi Luci. Bagaimana keadaan Ayah dan Ibu? apa mereka masih hidup?"

Lucilla diam, ia tidak mengerti apa yang di pikirkan oleh majikannya. Menganggapnya orang mati.

"Apa Permaisuri bermimpi buruk? tentu saja Yang Mulia Duke dan Duchess masih hidup?"

"Syukurlah, jadi Ayah dan Ibu masih hidup. Aku ingin bertemu dengannya." Ujar Michelina dengan wajah senang.

"Tapi Permaisuri, kita harus ijin dulu pada Ibu Suri."

"Ma-maksud mu? Ibu Suri." Michelina membuka mulutnya dengan lebar. Nafasnya terasa tercekat.

"Permaisuri ada apa? benar, Permaisuri harus ijin pada Ibu Suri. Demi nama baik Permaisuri. Baru dua hari Permaisuri memasuki istana. Namun Kaisar Jasper harus pergi meninggalkan Permaisuri di malam pertama Permaisuri."

"Ma-maksud mu, Baginda Kaisar pergi ke perbatasan,"

Lucilla mengangguk, ia merasa sesuatu yang aneh dari Permaisurinya itu semenjak dia bangun.

Ada apa ini? kenapa aku bisa di sini. Dua hari, berarti aku.

Michelina turun dari ranjangnya menuju ke arah cermin. Ia melihat pantulan wajahnya. Ia meraba wajahnya.

Benar ini wajahnya, apa dia diberi kesempatan untuk hidup kembali dan mengubah takdirnya? Ia tersenyum. Akhirnya, akhirnya dia kembali dan kembali. Untuk kehidupan keduanya, satu hal yang ia harus lakukan, poin terpentingnya tidak mencintai Kaisar Jasper dan menyatukannya dengan Zoya. Kali ini dia tidak akan membiarkan kehidupan ketiga orang terpentingnya, meninggal karena kebodohannya. Ia harus bangkit dan hidup, melupakan cintanya untuk Kaisar Jasper. Dirinya tidak ingin terlarut dalam kebodohan. Dia akan berubah dan membenci Kaisar Jasper

"Lucilla, suruh pengawal untuk menyiapkan kereta. Kita akan pergi ke kediaman Duke."

"Baik Permaisuri."

Setelah kepergian pelayan Lucilla, Michelina tersenyum, ia meraba cermin berbentuk lonjong itu. Menampilkan seluruh tubuhnya, memakai baju putih khusus baju tidur.

"Kali ini aku tidak akan mencintai mu, melupakan dirimu Jasper. Karena dirimu hidup ku menderita. Lebih tepatnya aku kehilangan kedua orang tua ku. Aku yang bersalah justru kamu malah menghukumnya. Jasper aku membencimu, sangat, sangat dan sangat membencimu." Ucap Michelina dengan mata menyalang tajam.

"Tapi tunggu kenapa aku bisa hidup kembali?" Michelina menggenggam kalung kristal berwarna hijau itu. Kalung itu pemberian dari ayahnya dan selalu mengatakan. Jika kalung itu akan membawanya sebuah keberuntungan.

"Apa ini ada hubungannya dengan kalung ini?" Michelina bahkan mengingat, di saat terakhirnya. Ia menggenggam kalungnya.

Ingin Pergi

Hembusan angin menerpa gaunnya yang melambai. Rasa rindu dan sakit hati menerpa ulu hatinya. Ia melihat setiap sudut kediaman Duke, kediaman yang penuh akan kenangan itu. Air mata itu turun membasahi pipinya, seolah mewakili perasaannya. Betapa ia sangat merindukan dan ketakutan. Ia memegang dadanya, bayangan kepala kedua orang tuanya berputar di otaknya.

"Permaisuri," Lucilla memegang tangan Permaisuri Michelina yang bergetar itu. Semenjak bangun dari tidurnya, hanya ada kesedihan di wajahnya. "Apa Permaisuri baik-baik saja?" tanya Lucilla dengan raut wajah khawatir.

"Aku tidak apa-apa Lucilla. Aku hanya merasa sedih."

Permaisuri Michelina menggenggam tangan Lucilla dan tersenyum. Ia berlari kecil memasuki kediaman itu. "Ayah, Ibu."

"Permaisuri," pekik semua pelayan yang melihatnya. Ia memberikan hormat pada Michelina. Namun Michelina mengabaikannya, bukan maksudnya sombong, ia hanya ingin memastikan jika saat ini bukanlah mimpi.

Brak

Michelina membuka pintu ruang kerja itu secara kasar. "Ayah, Ibu." Pasangan itu pun menoleh, tangannya masih masih menggenggam lukisan putrinya dengan dirinya.

"Chelin," Duchess Mia membuka kedua tangannya, menyambut putri kecilnya. Chelin adalah nama panggilan yang khusus untuk putri kecilnya. Kini rindu itu telah sirna dengan kedatangannya. Rasa khawatir dirinya pada sang putri yang baru beberapa hari saja memasuki istana. Ia sangat takut, istana memang sangkar emas. Namun mengerikan. Jika bukan karna putrinya mencintai Kaisar Jasper yang terkenal Kaisar Kejam itu. Mana mungkin ia setuju Michelina memasuki istana. Ia ingat, betapa sedihnya Michelina saat ia melarang Michelina memasuki istana. Gadis kecilnya memohon padanya dan Duke Ronaf. "Sayang, Ibu sangat merindukan mu." Ucap Duchess Mia seraya mengelus surai hitam itu. Mencium bahunya yang bergetar karena isakan tangisnya.

"Sayang,"

"Syukurlah, ibu baik-baik saja dan juga ayah."

Duke Ronaf membelai pipi Michelina yang masih di pelukan Duchess Mia.

"Kami tidak baik-baik saja. Justru kami sangat merindukan mu."

"Maafkan aku ayah, seharusnya aku tidak melakukannya."

Duchess Mia melepaskan pelukannya. Ia menghapus air mata Michelina. "Apa maksud mu Chelin?"

Permaisuri Michelina menunduk, "Seharusnya aku tidak membuat ayah khawatir. Seharusnya aku mendengarkan ayah dan ibu."

"Sayang ada apa? apa ada yang menyakitimu?" tanya Duke Ronaf. Seharusnya putrinya bahagia. Ia curiga Kaisar Jasper melakukan hal yang menyakitkan untuk putrinya.

"Duduklah sayang." Michelina duduk di samping sang ibu berhadapan dengan Duke Ronaf. "Bolehkah aku sering mendatangi ayah, aku merasa tidak betah tinggal di istana. Jujur saja aku ingin," Michelina diam. Bukan maksudnya menyulitkan ayahnya lagi, tapi ia harus mengatakannya. Hatinya tidak akan lega. "Aku ingin pergi dari istana."

Mendengarkan ucapan Michelina, Duke Ronaf dan Duchess Mia saling menatap satu sama lainnya. Ia merasa, Michelina tidak seperti biasanya. Apa Michelina sudah sadar? jika Kaisar Jasper bukan yang terbaik untuknya. Semenjak Michelina bertunangan selama satu tahun. Kaisar Jasper yang pada saat itu masih menjadi Putra Mahkota. Dia sama sekali tidak pernah mengunjungi Michelina. Hanya ada pesta saja mereka akan bertemu. Lain halnya dengan Michelina, putrinya selalu mencari alasan untuk bertemu dengan Kaisar Jasper. Namun hanya ada sikap acuh. Jika bukan karena kebahagian putrinya. Dalam hati yang paling dalam, mereka memang tidak setuju menikahkan Michelina.

"Bukankah, kamu bahagia bersama mereka." Ujar Duchess Mia. Ia ingat putrinya selalu yakin. Jika Kaisar Jasper juga mencintainya.

"Aku sadar ibu, aku sadar jika aku tidak bisa menjadi yang terbaik untuknya. Jujur saja aku ingin pergi dari istana. Tidak masalah jika aku harus menjadi janda atau di asingkan." Tutur Michelina.

"Sayang apa kamu yakin dengan ucapan mu? tidak semudah itu kamu pergi dari sana. Jika kamu pergi, akan banyak rumor jelek tentang dirimu."

"Aku tidak peduli." Ujar Michelina singkat. Matanya membulat, mengingat darah itu. Dadanya terasa sesak. "Sayang," pekik Duchess Mia dan Duke Ronaf khawatir.

"Aku tidak apa-apa ayah,"

"Sebaiknya kamu istirahat dulu sayang, kita akan membicarakannya nanti." Ujar Duchess Mia sambil memapah Michelina masuk kek kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!