Denting waktu bergulir perlahan
Menembus pekat kerinduan
Meski gerimis sedikit mengundang
Meski senja mulai kembali ke peraduan
Aku tetap disini
Berdiri seorang diri
Bertahan diatas ketidakpastian
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Cerita ini diangkat berdasarkan kisah nyata dua sejoli yang mengawali suatu hubungan dengan sangat sempurna namun berakhir dengan nestapa. Krisna wanita yang sengaja di takdirkan Tuhan untuk bertemu dengan Poda, laki-laki yang hingga saat ini menjadi pasangan hidupnya. Mereka mengawali perkenalannya lewat sebuah aplikasi social media berlogo biru dengan huruf F sebagai icon. Berawal ketika sang wanita mencari seseorang yang sangat berarti di masa lalunya, namun dia justru menemukan akun yang hampir sama tapi bukan seseorang yang dimaksud. Dari situ mereka saling berkenalan satu sama lain dan memulai hubungan mereka yang kini menjadi sepasang kekasih.
Hubungan Krisna dan Poda tidak selamanya mulus karena ternyata Poda adalah laki-laki liar yang berusaha menutupi jati dirinya. Hanya manis di awal dan sadis dibelakang. Itulah istilah yang cukup pantas untuk menggambarkan kehidupan Krisna.
Suatu saat Krisna dipertemukan dengan laki-laki bernama Terry. Pertemanan mereka mengalir begitu saja. Berjalan layaknya seorang teman. Selalu berdampingan bukan saling mengikuti di depan dan belakang. Bukankah itu artinya mereka hanya sebuah teman. Karena jika mereka adalah pasangan maka sang imam berada di depan untuk menuntun setiap kehidupan dan sang wanita menjadi makmum di belakang mengikuti setiap langkah yang dilakukan imamnya.
Tanpa sadar, luka yang selalu diberikan Poda untuk Krisna berdampak baik untuk Terry Peristiwa tersebut membuat hubungan mereka semakin dekat. Hingga tanpa disadari, ketika Krisna tidak bisa menahan bebannya lagi dia bercerita kepada Terry. Lama-lama mereka saling merasa nyaman. Lambat laun rasa itu semakin dalam sementara bahtera kehidupan Krisna dengan Poda benar-benar diambang kehancuran. Dan disitulah awal mula cerita mereka dimulai. Tentang cinta yang di sembunyikan. Tentang cinta yang bukan untuk di ceritakan. Tapi tentang cinta yang hanya di rasakan. Tentang perasaan mendalam yang hanya mampu untuk di simpan.
*********************************************
Hubungan antara Krisna dan Poda. Lima tahun adalah jarak usia mereka. Krisna wanita kelahiran Agustus 1997 dan Poda pria kelahiran Maret 1992. Mereka menjalani hubungan tanpa memandang umur juga tanpa memandang status sosialita. Dimana Poda berasal dari keluarga berada dan bergelimpangan harta, sedangkan Krisna hanya wanita sederhana dari keluarga yang berkecukupan. Bukan kaya atau bergelimpangan harta. Mereka menjalani hubungan secara diam-diam dikarenakan usia Krisna saat itu baru 13 tahun. Lama kelamaan Poda tidak sanggup lagi menutupi statusnya. Akhirnya dengan penuh percaya diri, Poda mendatangi rumah Krisna. Bertemu dengan keluarganya bermaksud meminta izin menjalin hubungan bertama putri mereka. Namun sayang, keluarga Krisna tidak merestui karena saat itu Krisna masih duduk di bangku SMP.
Keduanya melakukan hubungan secara diam-diam hingga Krisna berhasil menyelesaikan sekolahnya. Kini kembali menjalani hubungan diam-diamnya. Namun sekarang mereka mulai merencanakan perjalanan menuju puncak dan akan menginap disana.
Malam ini mereka melakukan kencan backstreet yang entah keberapa. Tiba di puncak salah satu Kota paling utara Jawa Tengah pukul 20.00 WIB. Krisna sedikit menggigil karena dinginnya hujan yang mengguyur kota. Berteduh di emperan toko yang masih buka.
"Selamat malam mas, apakah penginapan masih jauh dari sini?," Krisna bertanya pada pemuda yang berada disamping toko.
"Tinggal 1km lagi kok mbak," jawab pemuda itu.
Hujan tak kunjung reda. Akhirnya mereka meneruskan perjalanan walau sebenarnya enggan. Krisna kembali membonceng matic 125 yang dikendarai Poda. Poda yang 5th ini menemani perjalanannya. Krisna sangat menyayanginya. Mereka menjalin hubungan sejak Krisna berusia 13th tepatnya saat dia kelas 8 smp. Awalnya mereka berkenalan lewat social media. Bukan tanpa kesengajaan Krisna mengenalnya. Dia berniat mencari seseorang yang selama ini mengisi hari-harinya. Yang menghilang begitu saja tanpa perpisahan. Seperti datang dan pergi sesuka hati, tapi hati ini terlanjur memilihnya. Dan pria itu bernama Fery Susanto.
"Aku pergi bukan untuk berpaling, tapi aku pergi untuk mencari seberapa besar kamu mampu mencintai kekuranganku! jika kita berjodoh, kelak Tuhan kan mempertemukan kita disaat yang tepat tanpa keterlambatan sedikitpun," begitu pesan terakhirnya.
Krisna berkali-kali mencoba mencari namun Tuhan belum mempertemukan. Mungkin Tuhan berkehendak lain.
"Ya Tuhan, aku menyayanginya! Aku mencintainya, aku teramat merindukanya! Rindu semua tentangnya, rindu melihatnya tersenyum, rindu semua kekurangannya yang membuatku selalu ingin disampingnya," pinta Krisna.
Krisna mencintai Fery atas apa kekurangannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan hingga akhirnya dia menyerah. Percaya akan Takdir Tuhan Pasti lebih indah.
Dan disinilah Krisna sekarang. Bersama kenyataan jika yang saat ini bersamanya Poda bukan Fery.
"Sayang, kita sampai di Hot*l Bromo Ind*h, kita bermalam di sini aja berharap hujan tidak pernah reda sampai pagi," kata Poda.
"Terus?," ucap Krisna.
"Kita nikmati malam panjang kita karena aku tidak akan membiarkanmu kedinginan di dalam sana," Poda berkata diiringi seringai liciknya.
"Oh benarkah? Bukankah ini bukan pertama kalinya kita bersama untuk semalam?," Krisna menjawab dengan nada tak kalah licik.
"Oke not first time, but not to bad to remember," ucap Poda
"Bisa minta tanda pengenalnya untuk jaminan mas, setelah itu biarkan crew kami mengecek kamar yang anda pilih," receptionis menyambut mereka dan menjelaskan tata cara menginap.
Krisna membuka ponsel sambil menunggu kamar dicek dan semua proses cek in selesai. Kedua mata indahnya membelalak saat tau kalau itu hotel yang langsung menghadap ufuk timur agar penikmat fajar bisa merasakan matahari terbit diatas ranjang.
"Ah sial! I hate it," batin Krisna dalam hati.
Setelah kunci kamar dan seperangkat alat perhotelan diberikan, Krisna dan Poda menuju kamar pilihan.
"Enjoy our night, honey," Poda berkata sambil memeluk Krisna
"Akan kunikmati dan kuingat dengan baik tentang malam ini teruntuk tentang setiap inci lekuk tubuhmu," jawab Krisna dengan membalas pelukan Poda.
Semakin mendekat memisahkan jarak diantara mereka. Krisna memeluknya semakin erat seperti tak ingin melepaskan. Perlahan tapi pasti dia mendekatkan kening. Mendekatkan wajah hingga hidung mereka saling bersentuhan. Poda memajukan sedikit bibirnya.
"Aku tak mampu menahan lebih lama lagi, Tuhan tolong aku atau nanti aku yang akan gila malam ini," batin Krisna berteriak ditengah kesadarannya.
Mereka kemudian meletakkan barang-barang mereka. Melepas jaket, sepatu dan berganti pakaian tidur. Mengganti celana jeans dengan celana kolor yang sengaja dibawa. Karena tidak mungkin tidur mengenakan celana jeans. "Sangat tidak nyaman". Begitu persepsi mereka.
Selesai berganti mereka beristirahat sebentar lalu mandi. Walaupun bisa dibilang ini sudah larut malam, namun tidur dalam keadaan kotor tetap tidak nyaman. Terlebih mereka berkeringat setelah menempuh perjalanan lama. Lalu mereka kehujanan hingga akhirnya tiba di tempat ini.
Setelah mandi mereka menonton tv sambil merenggangkan otot masing-masing. Tidur diatas ranjang yang sama, melihat acara tv yang menurut mereka menyenangkan. Hingga akhirnya Poda menyadari sesuatu. Ya, dya menyadari kegagalan dalam aksinya tadi.
"Bahkan belum terjadi, dan terjeda karena hal tidak penting," pikir Poda.
"Sayang aku merindukanmu," ucap Poda yang tiba-tiba memeluk Krisna.
"Aku juga," jawab Krisna.
"Baby, kamu semakin membuatku gemas," tukas Poda seraya mencubit hidung Krisna.
Poda mengamati wajah dihadapannya.
"Manis," kata Poda dalam hati.
"Aku sangat merindukanmu," lagi-lagi Poda menyatakan rindu.
Krisna tidak bermaksud membalas pelukan Poda. Lama Krisna menanti, namun tak kunjung dilepaskan. Akhirnya Krisna memutuskan untuk membalasnya. Merapatkan tubuh dinginannya lebih dekat dengan Poda. Mencium keningnya, lalu pipinya.
"Sayang," bisik Poda manja.
"Hm," jawab Krisna.
"Jangan main-main," ancam Poda.
"Aku tidak bermain," ucap Krisna.
"Aku tidak mau kamu hanya menggangguku saja tapi aku ingin semuanya," lirih Poda.
"Aku jugaa, bahkan lebih besar darimu," ucap Krisna sengaja ingin menggoda Poda.
"Benarkah? Kupikir hanya aku saja," tukas Poda.
"Cup" Poda mencium bibir Krisna lalu **********.
Aku tidak tahu seberapa jauh aku tersesat
Yang kuinginkam saat ini
Aku hanya ingin kembali
Meski kembali keperaduan terlampau sulit
Namun bertahan disini juga teramat sakit
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
******* lembut perlahan menjadi buas dan saling menuntut. Keduanya tidak mempermasalahkan itu karena memang saat ini mereka menginginkannya.
Semua terjadi seperti mimpi. Begitu cepat namun menyisahkan nikmat. Percintaan usai setelah Poda mencapai puncaknya dan memilih lelap dalam tidurnya.
"Tidak pernah terpikir olehku akan melakukan ini lagi. Berkali-kali aku melakukannya, namun selalu ada sesal dibelakang. Selama ini Poda selalu berhasil menenangkanku dengan tutur katanya yang manis, juga perlakuannya yang lembut membuatku berkali-kali hanyut dan menyelami indahnya dunia bersama, tapi saat ini aku yakin mampu melawan semua itu," pikir Krisna.
Jika Poda memilih terbang ke alam liarnya, berbeda dengan Krisna. Wanita itu kesulitan untuk memejamkan mata. Insomnia kembali menyerangnya. Terkadang disaat ribuan pikiran berterbangan, wanita itu akan sulit memejamkan mata. Namun sering di lain waktu dia dengan mudahnya pergi ke alam bawah sadarnya.
Tidak ada yang bisa dilakukan Krisna selain duduk manis di ranjang ini. Hal yang sangat membosankan. Seharusnya tadi memilih kamar dengan fasilitas lengkap bukan hanya televisi seperti ini. Sehingga wanita itu bisa leluasa menghabiskan malamnya sendiri.
"Mengapa semua jadi menyebalkan begini? Terlalu gegabah memilih hingga tidak bisa membedakan apa fasilitas di dalamnya. Bisa dipastikan juga kalau Poda yang ceck in pasti seperti ini," batin Krisna.
Ranjang disebelah nampak bergera namun Krisna mengabaikannya. Dia meraba ponsel di bawah bantal, tapi tidak ada. Terlalu hening untuknya karenadia terbiasa mendengarkan musik sebagai teman setianya di kamar. Setelah menemukan ponsel, Krisna segera mencari aplikasi dengan logo tangga nada.
"Terlampau sering kau buat air mataku
Tak pernah kau tahu dalamnya rasa cintaku
Tak banyak inginku jangan kau ulangi
Menyakiti aku sesuka kelakuanmu
Ku bukan manusia yang tidak berfikir
Berulang kali kau lakukan itu padaku
Jika cinta dia jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia ku coba mengerti
Teramat sering kau membuat patah hatiku
Kau datang padanya tak pernah kutahu
Kau tinggalkan aku disaat ku butuh kan mu
Cinta tak begini selama ku tahu
Tetapi ku lemah karena cintaku padamu
Jika cinta dia jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia ku coba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku
Jika cinta dia jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia ku coba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku
Jika cinta dia jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia ku coba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku*"
Lagu Gisele dengan judul "Jika Cinta Dia" yang di dengarkan Krisna saat ini.
"Jenuh dan membosankan, hanya sendiri tanpa bisa tidur," gerutu Krisna dalam hati.
Mengapa takdir begitu mudah mengubah suasana hati. Sekarang Krisna tersenyum, besok tertawa, lusa bisa jadi dia manangis. Dia selalu mengeluh di setiap waktu yang ditempuhnya. Kadang merasa dirinya terlalu rapuh hanya untuk menjalani hidup. Terlalu sering menggerutu, terlalu sering mengumpat bahkan terkadang Krisna tidak mengerti dengan kehidupannya sendiri.
Krisna lapar, tapi tidak mungkin Poda akan mencarikan makanan untuknya. Dia tidak pernah sedikitpun memperdulikan tentang perut Krisna. Hanya sesekali saja ketika suasana hatinya bahagia dia bisa mengerti tentang Krisna seutuhnya. Ya, meskipun hanya sementara bukan selamanya. Percuma saja Krisna mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terwujud. Harapan itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Semua terlalu mustahil untuk menjadi nyata.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Krisna memutuskan untuk mencari makan. Diam di sinilun tidak akan ada yang mengerti. Tidak mungkin ada makanan datang. Bahkan wanita itu lupa akan layanan pesan antar yang tersedia 24jam.
Saat Krisna akan beranjak pergi, tiba-tiba lengan Poda menahannya. Menarik dan mrmbawa Krisna dalam pelukannya kembali. Poda seperti tidak mau terlepas dari Krisna.
"Mau kemana?," tanya Poda.
"Mau makan aku lapar," jawab Krisna asal.
"Yakin?," pancing Poda.
"Tolong berhenti! Ingat kesepakatan itu atau aku juga akan melakukan hal lain agar kamu tidak memaksaku lagi," ucap Krisna dengan penuh penekanan agar Poda mengerti apa yang dimaksud Krisna.
"Maaf, kamu mau kemana?," tanya Poda.
"Makan! Aku lapar sayang," jawab Krisna dengan sedikit jengkel.
Tiba-tiba drt... drt... drt....
"Sial siapa sih malem-malem mengganggu saja," Poda melepas pelukan lalu mengambil ponselnya.
"Operator heh! Nggak ada kerjaan atau mungkin mereka lagi jomblo," gerutu Poda sambil memanyukan bibir.
Merasa dititik aman Krisna segera berlari menuju kamar mandi untuk mencari tempat yang menurutnya aman. Setelah selesai, dia keluar dengan pakaian lengkap serta memakai jaket yang sudah disiapkan tadi.
"Sayang, aku cari makan sebentar! Aku kelaparan dari tadi perutku keroncongan," ucap Krisna sedikit kesal.
Setelah pamitan Krisna segera keluar kamar mencari cafetaria di hotel itu. Membaca menu, lalu lidahnya terasa asing dengan menu makanan yang dibaca. Biasanya cuma makan mie ayam dan bakso, di sana mana mungkin ada. Apalagi tengah malam seperti itu pasti mustahil.
"Mau makan apa mbak?," tanya pelayan cafe.
"Makaroni rasa barbeque satu, spagetti tomatto sauce satu," Krisna menjawab singkat karena hanya itu makanan yang diketahuinya.
"Duh betapa bodohnya aku memilih tempat ini, jadi terlihat semakin bodoh kan! Mana mungkin orang kampung sepertiku tahu manakan seperti ini," gerutu Krisna dalam hati.
"Minumnya sekalian mbak? Red wine mungkin?," tanya pelayan lagi.
"Cappucino latte with full wipe cream saja mas", jawab Krisna asal.
"Apa mungkin wajah oriental seperti aku bisa minum Red win? Minum a*ua aja pilek," batin Krisna.
Setelah pesanan selesai Krisnakembali kekamar. Betapa terkejutnya melihat gorila mendengkur dengan wajah tanpa dosa. Segera di goyang kan tubuh Poda seraya berteriak dikupingnya.
"Honey apa yang kamu lakukan? Aku keluar cari makan kamu malah tiduran," teriak Krisna. Sedangkan Poda tidak bergeming sedikitpun.
"Main beneran atau hanya akting heh?," Krisna menyeringai licik.
Perlahan Krisna mengecup pipi Poda, lalu menjambak rambutnya perlahan setelah itu kembali menggoyangkan tubuh Poda.
"Sayang bangun ayo makan aku kelaparan," Krisna merajuk seperti anak kecil minta mainan.
Dan benar saja kalau urusan makan mana mungkin Poda mau ketinggalan. Poda akhirnya bangun dan mereka makan dalam diam. Hanya sesekali saja berbicara. Tanpa mengurangi rasa canggung, kadang Krisna sedikit jahil. Dia benci kecanggungan seperti itu. Sengaja Krisna akan menyuapi Poda tapi diurungkan. Krisna suka melihat Poda memanyunkan bibir.
POV Poda
Perkenalkan namaku Feri Poda Mardana. Biasa dipanggil Poda. Hari ini aku pergi dari kota Yogyak*rta menuju Semar*rang. Kota yang akhir-akhir ini menjadi tempat paling nyaman untukku. Ini ketiga kalinya aku kesana. Dan untuk hari ini rinduku benar-benar sudah tak tertahankan. Bayangkan saja, enam bulan ini aku menjalani LDR (Long Distance Relationship). Aku bekerja di kota asalku. Sedangkan pacarku bekerja di salah satu pabrik di kota Sem*rang. Dya yang menemaniku selama 5th ini. Kita pacaran sejak 2010. Tepatnya setelah aku mengalami bahtera hidup yang mengenaskan. Disaat itulah Tuhan mempertemukan kita. Wanita yang tidak sempurna namun mampu membuatku bahagia. Krisna Ristanti. Biasa dipanggil Krisna dan entah mengapa lebih suka dipanggil Krisna Yosepha. Lahir di bulan Agustus 1997. Sedangkan aku sendiri lahir bulan Maret 1992. Sampai di kota tujuan hujan deras turun. Pasti Krisna kedinginan. Mandi sore hari saja menggigil apalagi hujan deras begini. Kadang dia membuatku bingung. Sering kedinginan tapi tetap saja suka hujan-hujanan.
"Eh, bukankah itu bisa menjadi alasanku untuk tetap mendekapnya?" aku berkata dal hati.
Pagi ini kuawali dengan menstarter matic 125. Berjalan pelan menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Jalan berliku pun tak menjadi alasan untukku menambah kecepatan. Aku hanya ingin menikmati kesederhanaan ini. Karena bahagia tidak bisa diukur dengan seberapa harta. Tapi tolak ukur kebahagiaan berdasarkan seberapa besar kita berkomitmen kepada cinta.
"Menatap indahnya senyuman di wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku
Banyak kata
Yang tak mampu kuungkapkan
Kepada dirimu
Aku ingin engkau selalu
Hadir dan temani aku
Di setiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Sepanjang hidupku
Aku ingin engkau selalu
Hadir dan temani aku
Di setiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Meski waktu akan mampu
Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tahu
Ku selalu milikmu
Yang mencintaimu*…"
Lagu dari band Ungu dengan judul "Tercipta Untukku" yang menemani perjananku pertama kali.
Aku memutarnya melalui ponsel dan mendengarkan melalui saluran earphone yang melekat di telinga.
Sampai kota tujuan, hujan deras turun. Sepertinya malam ini berpihak kepadaku. Aku mencari penginapan dan melakukan hubungan yang selama ini hanya bisa ku bayangkan saja. Setelah melakukan itu, aku tidak mengingat apa-apa lagi. Sepertinya aku langsung tertidur.
Aku terbangun ketika merasa ada sesuatu bergerak di sampingku. Mulai membuka mata, dan aku menemukan Krisna duduk disana. Bersandar di pinggir ranjang.
"Mau kemana?," itulah kata pertama yang terlontar saat aku membuka mata.
"Mau makan aku lapar," Krisna menjawab asal.
"Yakin?," ucapku.
"Makan aku lapar sayang," sedikit jengkel Krisna menjawabnya.
Tiba-tiba Drt... Drt... Drt....
"Sial siapa sih malem malem gini gganggu saja," aku melepas pelukan lalu mengambil ponselku.
"Operator heh! Nggak ada kerjaan atau mungkin mereka lagi jomblo", aku menggerutu sambil memanyukan bibir.
Aku segera meletakkan ponselku lagi. Namun Krisna sudah tidak ada. Aku melihat pintu kamar mandi tertutup. Pasti dia masuk.
"Lama sekali? Apa yang dilakukan Krisna?," aku bertanya pada diriku sendiri.
Krisna keluar dengan pakaian lengkap dan menggunakan jaket.
"Selarut ini, Krisna mau kemana?," aku semakin penasaran.
"Sayang, aku mau cari makan aku lapar," ucap Krisna. Ruapanya dia kelaparan.
"Tunggu aku ikut," pintaku.
"Tidak! Kamu mau makan apa?," tanya Krisna.
"Sama seperti kamu saja," aku menjawab asal.
"Oke, aku berangkat," pinta Krisna.
"Tunggu sebentar aku akan mengantarmu," aku berteriak.
"Baiklah aku tunggu di sini," aku menjawab pasrah.
**********************************************
Krisna kemudian pergi sendiri. Poda tidak terlalu mempermasalahkan karena ia pergi ke cafe hotel ini. Aman dan nyaman. Poda yakin tidak akan terjadi apapun. Poda tidur terlentang, mengingat dengan jelas adegan yang tadi dilakukan. Selalu merasa puas, namun tidak pernah merasa pas. Pasti ada yang janggal.
Poda mencari ponselnya, meraba di bawah bantal. Sepertinya tadi berada di bawah bantal. Kenapa sekarang tidak ada.
"Sial! Apa Krisna membukanya?," pikir Poda.
Mencari di bawah bantal yang lain namun tidak menemukannya.
"Kenapa aku lupa menaruhnya! Bagaimana jika Krisna membukanya?," gerutu Poda.
Merasa frustasi tidak menemukan ponsel, Poda kemudian mengambil pakaian yang berserakan di lantai, lalu memakainya.
"Fffyyiiiuuuhhhh," Poda akhirnya bisa bernafas lega.
"Untung ponselnya di sini," kata Poda ketika menemukan ponsel di bawah bajunya yang berserakan.
Walaupun udara di sana terasa panas, namun Poda tetap memakai pakaiannya. Sebenarnya dia juga sangat lapar. Khawatir tidak dikasih makan jika tidak mematuhi perkataan Krisna.
Menunggu Krisna pulang ditemani acara malam berkonten dewasa. Acara berkonten dewasa adalah tontonan favoritnya. Awalnya Poda merasa terhibur. Tertawa sendiri, tertawa lirih hingga suaranya tinggi memekakkan telinga, lalu hanya cekikikan lirih. Poda sudah terbiasa tertawa keras. Kadang ketika Krisna memberitahu, justru malah mendapat omelan dari Poda.
Berkali-kali menguap. Hingga tanpa disadari Poda kembali terlelap. Dia tertidir ketika sedang menonton tv. Sementara Krisna masih mencari makanan.
Kita berada disatu masa
Kita berada diwaktu yang sama
Namun kita terpisah oleh raga
Jika rindu adalah alasan untuk bertemu
Maka kamu adalah alasan hidupku
Jika jalan adalah kenangan
Maka menatapmu adalah masa depan
Kamu adalah yang terpenting diantara yang paling penting
I need you so much...
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Pagi ini Krisna terbangun karena sorot mentari yang menyilaukan. Hal yang paling di benci ketika tidur adalah terbangun karena cahaya. Sorot lampu saja dia benci apalagi sorotan mentari. Andai semalam Krisna tau, pasti memilih tempat lain. Krisna mencari remot tv berharap ada chanel pagi ini yang membuat moodku membaik. Spongebob Squarpants memang kartun terbaik. Sejak wanita itu mengenal spons kotak yang bisa bicara, hingga saat ini dia tetap saja menyukainya. Meski berkali-kali diputar tetap saja suka. Sesekali Krisna melirik kesamping. Poda belum juga bangun. Apa sih yang membuatnya selalu betah tidur.
"Mimpi indahkah dia?", gumam Krisna yang tentunya ditujukan untuk Poda.
Wanita itu mengamati wajah yang terlelap. Menegaskan garis kesempurnaanya. Betapa Tuhan menciptakan makhluk sesempurna laki-laki dihadapannya saat ini. Meski sifatnya selalu saja menjengkelkan, tapi Krisna tetap mencintainya.
"Cup" satu kecupan mendarat di pipi Krisna. Tanpa bercerminpun dia tau pasti saat ini wajahnya memerah. Tertangkap basah mengagumi laki-laki yang pura-pura tidur itu.
"Kenapa suka sekali melihatku saat tidur?," tanya Poda.
"Aku tidak melihatmu," jawab Krisna bohong.
"Yakin? Lalu siapa yang tadi memandangiku tanpa berkedip? Lagipula bukankah aku lebih tampan saat tidur?," Poda berkata dengan menampilkan senyum manis di wajahnya.
"Iya kamu tampan, tapi lebih tampan lagi ketika kamu tidak ada di depanku", tutur Krisna seraya memalingkan wajahnya. Dia mati-matian mencari alasan agar tidak ketahuan berbohong.
"Dasar gombal," Poda berkata sambil mengecup pipi Krisna lagi.
"Yang penting kamu suka kan?", goda Krisna sambil membalas kecupan Poda.
"Sayang ayo kita mandi, panas banget cuaca disini," ajak Poda.
"Aku akan mandi tapi tidak bersamamu, aku akan mandi terlebih dulu baru setelah itu giliranmu," ucap Krisna. Dia mengatakannya sambil menahan tawa karena berhasil menolak ajakan gila Poda.
Tiba-tiba Krisna menyambar handuk lalu memasuki tempat semedi. Karena hari ini dia berencana mandi di bathtub dengan air hangat yang penuh wewangian bunga.
"Biarlah, aku ingin sekali membuat badanku relax, pegal sekali rasanya," batin Krisna.
Serasa di surga mandi seperti itu. Tanpa ada yang mengganggu sambil sesekali bersenandung. Bisa terbayang bagaimana nikmatnya ritual mandi Krisna pagi kali itu.
"Oh Tuhan, sampai kapan begini," Krisna bertanya pada diri sendiri.
"Aku bukanlah wanita suci, akupun sama dengan mereka kotor dan penuh noda! Hanya saja aku melakukannya cukup dengan seorang bukan bersama yang lain, Berbeda dengan mereka yang hanya semalam, jujur aku menikmatinya meski dalam hati kecil terkadang aku berfikir sebodoh inikah aku. Namun aku berjanji akan mengakhirinya," gumam Krisna.
Krisna menyalakan shower. Memutar settingan agar keluar air hangat.
"Sangat nyaman," begitu pikirnya.
Membasuh seluruh tubuh dengan shower. Mengambil shampo yang berada di pojok kamar mandi. Menuangkan di tangannya, menggosok perlahan lalu mengoleskan ke rambutnya. Menghirup aroma yang tercipta. Lalu mengambil spons mandi, memencet pump sabun mandi, dan menggosokan ke seluruh tubuh. Tak terkecuali di sela-sela jarinya. Kali ini Krisna benar-benar menikmati mandi. Setelah selesai mengguyur tubuhnya dengan air untuk terakhir kali, dia mengambil handuk kimononya. Memakainya menuju kamar. Berharap Poda tidak melihatnya.
Selesai mandi Krisna keluar, tapi sayang dia mendapati Poda menghadangnya di depan pintu. Sekali lagi mereka melakukannya. Setelah selesai, keduanya melakukan sarapan pagi di resto hotel. Rencananya hari ini mereka akan jalan-jalan menikmati indahnya kota.
"Apa dunia sedang mempermainkan ku, dengan mudahnya Tuhan membolak-balikkan hatiku," Poda bergumam lirih.
"Kenapa?," tanya Krisna.
"Tidak," jawab Poda.
"Bukankah tadi bicara?," ucap Krisna.
"Sepertinya kamu salah dengar," elak Poda.
"Oh," jawab Krisna dengan membulatkan bibirnya.
"Sayang?," ujar Poda.
"Ya?," jawab Krisna.
"Bolehkah aku menceritakan sesuatu?," tanya Poda.
"Tentang apa?," ucap Krisna.
"Tentang seseorang yang pernah ada di hatiku, tapi percayalah semua sudah berlalu dan saat ini hanya kamu yang mengisi hati juga hari-hariku," Poda menjawab dengan lirih berharap Krisna mempercayai kata-katanya.
"Dulu aku pernah mencintai seorang wanita, dia adalah cinta pertamaku. Bertahun-hatun aku memendam hati kepadanya, butuh waktu lama untuk membentuk hatiku agar siap menerima alapun jawabannya ketika aku mengungkapkan perasaanku. Namun sepertinya Tuhan belum memberiku jalan.
Pertama aku mengatakan cinta, dia hanya ingin kita berteman. Mungkin seiring berjalannya waktu cinta akan tumbuh dengan sendirinya, tapi ternyata aku salah. Cinta tidak hadir di hatinya, dia justru memilih laki-laki lain," terang Poda.
"Ya Tuhan, ternyata Poda pernah mencintai seseorang sedalam itu, bagaimana jika ternyata dia belum melupakannya? Bagaimana jika nanti dia hanya menganggapku sebagai mainan yang siap dibuang ketika tak lagi dibutuhkan," Krisna berbicara dalam hati.
"Bagaimana dengan wanita itu?," lirih Krisna.
"Hingga saat ini dia tidak pernah memberiku kabar, sampai akhirnya Tuhan mempertemukan kita," jawab Poda.
"Sesakit inikah cinta," jerit Poda dalam hati.
"Kenapa Tuhan memberiku rasa jika akhirnya aku terluka. Kenapa Tuhan membiarkan aku kecewa jika dengan mencintainya membuatku menjadi murka. Setiap hari aku selalu mengumpat dan tak pernah berhenti menyalahkan takdir hingga akhirnya aku bertemu dengan Krisna. Wanita yang saat ini menjadi teman hidupku," lirih Poda dengan suara serak seperti menahan beban yang teramat berat.
"Jangan bersedih lagi, percayalah aku akan selalu ada disampigmu," ucap Krisna meyakinkan Poda.
Krisna yakin akan perasaannya karena memang dia tidak pernah mempermainkan hati. Dia tidak ingin tersakiti atau disakiti, untuk itu dia tidak pernah sekalipun bermain dengan sebuah rasa. Sangat menghargai hakikat cinta, perihal nantinya dia akan disakiti tentu itulah takdir Tuhan.
Belum pernah merasakan cinta. Bahkan tidak tahu tentang definisi sebuah rasa. Pernah menyukai seseorang, namun orang itu tidak menyukainya. Pernah terlalu berharap namun harapan itu tidak pernah menjadi nyata. Pernah sangat menyayangi seseorang, dan seseorang itu juga menyayanginya. Beruntung setidaknya Krisna masih bernasip baik.
Tapi tanpa di sangka, laki-laki itu pergi meniggalkan Krisna. Meninggalkan cerita yang dikemas dalam balutan luka. Berlabuh di getaran dada. Menyisahkan cerita yang tak pernah habis alirannya. Perasaan yang dulu pernah pudar, kini kembali mulai berkobar. Menyatu dengan ambigu meskipun hanya bayang semu.
Awalnya, Krisna tidak mengikhlaskan rasa itu pergi. Dia masih saja mencari kesana-kemari hingga akhirnya menemukan Poda. Barulah saat itu Krisna mencoba membuka hati lagi. Berharap semoga inilah yang terbaik.
"Aku merindukanmu, mengharap kehadiranmu," gumam Krisna.
Tak terasa bulir bening mulai jatuh membasahi pipi. Membuat hidung itu memerah. Membuat wajahnya menjadi semakin jelek.
"Woey," ucap Poda yang berhasil membuat Krisna tersadar dari lamunannya.
"Eh, maaf," tutur Krisna.
Mereka kemudian melanjutkan makan yang tadi sempat terjeda. Menikmati menu sarapan pagi itu. Kemudian melanjutkan perjalanan mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!