"Apa persiapannya sudah selesai?" Nyonya Naomi bertanya pada orang-orang yang sedang mempersiapkan seserahan untuk keluarga pria.
"Sudah, semuanya sudah ditata di meja depan" ujar salah satu dari mereka sambil mengarahkan pandangan ke meja yang dimaksud.
"Lalu di mana Etna, acaranya sudah mau mulai" ujar Naomi tampak gusar.
"Aku di sini ma, gak kemana - mana? ujar Etna putri ketiganya.
Naomi mendekat ke arah putrinya. Etnauri Renata putri ketiganya yang sebentar lagi akan melangsungkan pertunangan dengan Thunder Routhbone, CEO dari perusahaan migas milik keluarga Routhbone.
Naomi memperhatikan putrinya mematutkan diri di cermin, hari ini Etna mengenakan kebaya merah maroon warna kesukaan calon menantunya. Rambut hitam Etna disanggul rapi sedemikian rupa, wajah cantiknya diperi polesan natural senada dengan lipstik coklat bata.
"Ma, aku udah cantik belum?" ujar Etna ceria
"Sudah sayang, hari ini kamu yang paling cantik" Naomi tersenyum meyakinkan Etna. "Yuk ke depan, acaranya sudah mau mulai". Naomi menuntun putrinya menuju ruang keluarga yang telah di tata, tempat berlangsungnya acara.
Beberapa lama kemudian, keluarga Routhbone datang sambil membawa seserahan untuk keluarga wanita. Etna dan Thunder duduk berhadapan dikelilingi anggota keluarga dari kedua belah pihak.
Etna tersipu malu sambil menatap Thunder. Pria di depannya tampak gagah mengenakan kemeja maroon.
Wajah tampan Thunder dihiasi hidung mancung dan tatapan mata yang tajam. Kulit putihnya didapat dari ayahnya yang berdarah Rusia. Sesuatu yang sempurna menurut Etna.
Seperti biasa Thunder mengabaikan Etna yang menatapnya kagum. Thunder memasang ekspresi paling serius saat ini. Lebih serius dari pada saat dirinya melamar Cassidy, mantan tunangannya.
Semua rangkaian acara berjalan lancar sampai pada acara memakaikan cincin pertunangan. Dua buah kotak berwarna marron dibawa ke hadapan Etna dan Thunder.
Thunder membuka isi kotak tersebut dan memakaikannya ke Etna. Etna tampak terkejut, kemana cincin yang mereka pesan? yang ada di hadapannya sekarang adalah kalung.
"Apa kau akan diam saja?" Thunder berkata lirih sambil memasangkan pengait kalung.
Etna melakukan hal yang sama pada Thunder. Semua hadirin bertepuk tangan. Etna berusaha tersenyum sambil menelan kekecewaannya.
Acara pertunangan mereka berakhir dengan baik. Semua orang telah meninggalkan tempat pertunangan. Etna yang belum mengganti baju, berdiri di hadapan cermin sambil memandang kalung pertunangan itu.
Etna membuka ponselnya yang sejak tadi dinonaktifkannya dan menulis pesan kepada seseorang.
"Mandi sana, ganti baju, dan turun makan" ujar Naomi yang entah sejak kapan berada di depan pintu kamar Etna.
"Iya ma" Etna berujar lemah.
Sepanjang makan malam, Etna terus memeriksa ponselnya. Tidak ada balasan dari pesan yang dikirimnya.
Thunder yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya memeriksa pesan masuk di handphonenya.
Lovely Maroon :
Acaranya sudah selesai?
Thunder yang melihat pesan singkat itu segera menelpon sang pemilik kontak dan menceritakan apa saja yang terjadi hari ini.
Etna menatap layar handphonenya. Sudah satu jam yang lalu pesannya tidak dibalas pria yang sudah resmi menjadi tunangannya.
Etna tertunduk lesu, menatap kalung yang melingkar di lehernya. Hari ini salah satu hari penting baginya, namun terasa hampa. Teringat percakapan dengan pemilik toko tempat dirinya dan Thunder memesan cincin, sore tadi.
"Maaf mba, sekretaris Pak Thunder membatalkan pemesanan cincin dan diganti dengan kalung." Seluruh tubuh Etna rasanya luruh.
"Sabar, semuanya akan baik-baik saja. Segala rencana akan indah pada waktunya" Etna menggenggam erat kalung pertunangannya sambil meyakinkan dirinya.
...----------------...
Sudah empat tahun Etna dan Thunder bertunangan, namun tanda-tanda pernikahan belum juga muncul. Etna berkali-kali mengajak Thunder berdiskusi namun hasilnya Nihil. Selalu ada alasan Thunder menolak pembicaraan tentang pernikahan.
"Bu Etna, ada undangan pernikahan" ujar Dena anak magang di divisi Public Relation (PR) Everlight.
"Makasih" ujar Etna sambil membuka plastik yang membukus undangan nikah tersebut.
"Hexa dan Ilaria" Etna bergumam sambil melihat tanggal pernikahan.
Ilaria, pacar terakhir Thunder empat tahun yang lalu. Etna ingat Ilaria salah satu wanita yang dicintai Thunder. Saat itu Ilaria dan Thunder tinggal di unit apartemen yang sama, tentu saja Etna kelabakan dan memohon pada Ilaria untuk meninggalkan Thunder.
Etna mengambil ponselnya dan menelepon Thunder. Tepat setelah nada sambung yang pertama Thunder menjawab telepon Etna.
"Ada apa" ujar Thunder dingin.
"Ilaria memberikan undangan pernikahan, apa kau juga menerimanya?" Etna berusaha menjaga suaranya tetap datar.
"besok, aku jemput jam tujuh"
Thunder memutuskan sambungan telepon. Etna menatap ponselnya nanar. Pantas saja akhir-akhir ini Thunder terlihat tidak bersemangat, ternyata pujaan hatinya akan menikah. Biar saja Thunder marah padaku, toh memancing emosinya satu-satunya cara agar Thunder tetap mengakui keberadaanku.
...****************...
Hari pernikahan Ilaria tiba, sesuai janjinya Thunder menjemput Etna pukul tujuh malam menuju tempat resepsi.
"Bro, selamat ya" ujar Thunder pada Hexa
"Makasih bro" balas Hexa sambil memeluk Thunder
"Jangan kecewain Ilaria, kalau sampai lu bikin Ilaria menanggis lu bakal gue hajar kayak waktu itu" Thunder membalas pelukan Hexa sambil tertawa.
Etna tertegun mendengar ucapan Thunder. Ilaria sungguh beruntung diperebutkan dua laki-laki yang sangat mencintainya. Sedangkan Etna empat tahun berjuang sendirian hanya untuk menarik perhatian Thunder.
Acara pernikahan berlangsung meriah. Thunder sedang berbincang dengan beberapa kenalannya. Etna memilih menyingkir dan duduk di dekat meja makan. Sambil memperhatikan Ilaria yang sibuk menyalami undangan yang datang, Etna tanpa sadar menilai Ilaria.
Secara fisik Etna dan Ilaria sama-sama memiliki paras yang cantik, yang membedakan mereka hanya sisi keibuan Ilaria yang lebih nampak, dan lingkup pekerjaan yang membuat Ilaria dan Thunder intens bertemu. Ya, Ilaria karyawan di kantor pusat Routhbone Oil Company.
"Ayo pulang" ujar Thunder yang kini berdiri di samping Etna.
Etna hanya mengganguk kecil sambil mengikuti langkah kaki Thunder menuju pelaminan. Mereka berpamitan dengan Hexa dan Ilaria.
Sepanjang perjalanan pulang diliputi dengan keheningan. Etna mencoba mencairkan suasana dengan memancing percakapan.
"Kok bisa mereka nikah?" ujar Etna sambil menatap Thunder.
Etna menunggu respon Thunder. Hening. Sepertinya kali ini pancingan Etna tidak berhasil, karena Thunder tidak menunjukan reaksi seperti yang Etna harapkan.
Etna memilih untuk memejamkan mata dan berbaring sejenak.
Empat tahun bertunangan, Etna sudah hafal kebiasaan dan sifat Thunder. Sebaliknya Etna berani bertaruh jangankan kebiasaanya, tanggal pertunangan saja mungkin Thunder sudah lupa.
"Hexa Dokter yang menangani operasi kista mamanya Ilaria" ujar Thunder pelan.
"Mamanya nitipin Ilaria ke Hexa, impian mamanya lihat Ilaria nikah. Secara tidak langsung mereka dijodohkan" lanjut Thunder lagi.
Etna yang sedang memejamkan matanya mengerutkan dahinya. Tampak kedua alisnya bertautan. Seperti yang Etna katakan, dia hafal sifat Thunder.
Di saat Thunder memilih diam lebih dari tiga detik, tandanya tidak akan ada pembicaraan lebih lanjut.
Tetapi.. baiklah topik tentang kedua mantan terindahnya adalah pengecualian. Salah satunya Ilaria.
"Sepertinya perjodohan mereka berhasil. Ilaria bahagia" ujar Etna sambil membuka matanya dan menatap lurus ke depan.
"Kapan aku bisa menemui orang tuamu. Aku butuh kepastian tentang pernikahan kita" Etna berujar lirih
...----------------...
"Kita bicarakan itu nanti, ada hal lain yang sedang saya urus" ujar Thunder datar.
"Sampai kapan? ini sudah empat tahun sejak pertunangan kita. Umurku sekarang tiga puluh tiga" ujar Etna memalingkan wajah ke arah Thunder.
"Ruthbone Oil Company sedang buka cabang di beberapa kota. Saya mengantikan Ayah mengurus cabang yang baru" Thunder membalas perkataan Etna.
"Lalu, apa aku harus terus menunggu? sampai kapan? kalau kamu memang tidak berniat dengan pernikahan ini, hentikan saja. Biar aku yang akan jelaskan ke keluarga kita" Emosi Etna memuncak.
"Kamu sudah gila!! Perjodohan ini amanat kakek sebelum meninggal" Thunder menggenggam stir mobil erat, buku-buku jarinya memutih.
"Kamu yang sudah gila! Usia produktifku sudah lewat, resiko melahirkan di usia tiga puluhanan sangat tinggi, apa kamu pernah memikirkan itu? Tidak! Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri. Lagi pula kakek sudah meninggal, tidak ada yang menghalangimu untuk membatalkan perjodohan ini" Etna berujar tanpa henti. Dadanya naik turun menahan amarah.
"Cukup!!!" gertakan Thunder sukses membuat Etna terdiam.
Etna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tenggorokannya terasa kering, matanya berkaca-kaca menahan tanggis. Etna tidak ingin Thunder melihatnya menanggis, dia harus terlihat kuat apapun itu.
Mobil Thunder berhenti tepat di depan gerbang rumah Etna. Ayah Etna yang sedang menunggu putrinya pulang membuka gerbang menyambut putrinya dan calon menantunya.
Etna keluar dari mobil Thunder tanpa menoleh. Dia membanting pintu mobil dan berlalu begitu saja. Ayahnya tampak terkejut dan meminta maaf pada Thunder. Thunder tersenyum menanggapi permintaan maaf Genaro, ayah Etna dan berpamitan pulang.
"Ayah, Etna kenapa kok langsung masuk kamar gitu gak salam dulu" ujar Naomi yang sedang menyiapkan makan malam.
"Biar saja dia istirahat, nanti juga cerita sendiri. Ayo makan, nanti keburu dingin" Genaro berusaha menenangkan istrinya.
Di kamar Etna merebahkan diri di kasur sambil mengusap matanya pelan. Dia teringat awal mula pertemuannya dengan Thunder
empat tahun yang lalu...
Perjodohan, terdengar klise namun itulah yang terjadi. Bermula dari kesepakatan kedua kakek mereka semasa muda dulu bahwa salah satu dari cucu mereka harus dinikahkan. Di antara saudari-saudarinya hanya Etna yang belum menikah, begitu pun sebaliknya hanya Thunder yang belum menikah di keluarga Routhbone.
Cinta pada pandangan pertama Etna rasakan saat pertama kali di kenalkan dengan Thunder. Kisah cinta yang tayang di televisi tidak sepenuhnya bohong. Etna akui itu, lihat saja sekarang hatinya porak poranda.
Selama ini Etna menahan diri tidak membahas pernikahan yang ujung-ujungnya akan memancing pertengkaran. Kalau sudah seperti ini, Etna akan jadi yang pertama minta maaf dan berusaha memperbaiki hubungan mereka.
Bagaimana dengan Thunder? Tidak ada. Tidak ada yang bisa diharapkan. Sejak awal Etna lah yang terlalu memaksakan diri, meski Thunder terang-terangan menolaknya.
Etna terlalu percaya diri berusaha membuat Thunder jatuh cinta. Sekarang lihatlah, dia kalah dengan perasaanya sendiri.
Etna mengambil handphonenya dan memeriksa pesan masuk. Kosong. Etna memeriksa Instagram nama pertama yang dia cari, Thunder Routhbone. Tidak ada yang istimewa selain postingan di story instagramnya, ucapan selamat untuk Hexa dan Ilaria disertai foto bersama teman-teman kantornya.
Kali ini Etna tidak ingin meminta maaf. Terserah akan jadi apa hubungan mereka selanjutnya. Dia hanya ingin tidur yang nyenyak, setelah minum dua butir obat tidur.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!