NovelToon NovelToon

Mr & Ms Second Lead

1

Satu Tahun berlalu. Kehidupan kembali berjalan seperti biasanya.

Namun tidak bagi Rudy. Ia tidak bisa melewatkan malam dengan mudah. Ada rasa trauma yang membekas yang membuat mentalnya sakit. Ada perasaan bersalah yang terus menghantui pikiran Rudy.

Rudy Mahendra akhirnya memutuskan keluar dari rumah megah Mahendra meninggalkan ibu dan adik-adiknya. Ia memilih untuk menyendiri dengan membeli apartemen mewah.

Namun hal itu makin memperparah depresi Rudy yang kian terpuruk. Hingga akhirnya Rudy pergi kesalah satu dokter untuk bisa menemukan obat.

"Saran saya, Pak Rudy sebaiknya lakukan self Healing dengan pergi ketempat-tempat menyenangkan" ujar sang dokter senior dengan tenang.

Rudy terpaku.

"Bertemu dengan orang-orang baru dengan suasana yang berbeda, juga dapat memperbaiki pisikis anda dari rasa bersalah akan masalalu.."

Rudy menghela nafas.

"Sa-ya.."

Dokter senior itu tersenyum teduh melihat wajah sang pasien begitu pesimis lalu ia meletakkan kacamata dan sejenak rileks.

"Fokus kembali pada diri anda sendiri, benahi diri, fokus perbaiki ibadah, fokus dengan orang-orang terdekat dan lebih penting lagi fokus pada hal-hal kecil yang mungkin bisa di kontrol, tapi jika ada yang diluar kendali maka cukup doakan saja.." pesan dokter terdengar bijak.

Rudy meresapi.

"Masa depan mungkin akan mengkhawatirkan, tapi ada hidup yang mesti dijalani dengan rasa syukur hari ini dan detik ini. Anda harus tetap optimis untuk mendoakan dimasa depan agar hal-hal baik selalu menghampiri anda pak Rudy.."

"Semua manusia punya masalalu, dan pasti punya kesalahan.. tidak ada yang sempurna, anda masih punya kesempatan untuk memperbaikinya"

Rudy menantap dokter senior itu.

"Jadi mulailah dari diri anda sendiri.. karena sebanyak apapun obat tidak akan banyak membantu jika anda masih bertahan di zona yang tidak sehat.."

Rudy merasa tak yakin.

"Temukan teman yang bisa memberi suprot positif pada diri anda.."

Rudy menelan salivanya. Ia merasa itu sangatlah tidak mungkin terjadi, siapa lagi teman yang dapat ia miliki selain Topan yang kini telah memberbahagia dengan sang mantan istri.

Dan akhirnya Rudy pulang dengan berbagai wejangan dari dokter senior tanpa ada obat yang menyertai.

Disepanjang jalan pulang dari praktek dokter itu Rudy terus merenungi ucapan dokter tersebut.

Tak lama, sebuah pesan masuk kedalaman aplikasi pesan Rudy. Rudy pun tersadar dari lamunnya dan meraih handphonenya itu.

Membuka dan membaca dengan tatapan tak bersemangat.

"Pak, Resort Sadewa sudah 78%.." pesan yang di kirimkan oleh ketua tim lapangan.

Rudy menghela nafas dan meletakkan handphonenya begitu saja di atas pangkuan. Dan kembali larut dalam pikirannya sendiri.

***

Di lain tempat sisi seorang wanita berdiri dengan wajah terpaku pada teman yang sudah mengkhianatinya.

"Kami.. akan menikah" ujar seorang pria dengan wajah bahagia yang terpancar jelas di hadapan Sinta yang mematung.

Dan sang wanita bernama Sarah terlihat tak tenang dengan tangan keduanya saling tertaut satu sama lain.

"Jadi??" Sinta merasa tak percaya.

"Ya, mas akan menikah dengan Sarah dalam waktu dekat, kamu kagetkan Sinta??" ujar Agung berbunga-bunga didepan Sinta yang terlihat syok.

Untuk sesaat Sinta tak dapat berkata-kata, pikirannya kosong mencoba untuk mencerna kabar gembira yang di beritaukan oleh Agung Perdana pria yang selama ini ia kagumi.

Agung menepuk pundak Sinta.

"Terimakasih yaa, kamu benar-benar teman yang baik.. jika bukan karena dukungan kamu, mas rasa.. masa masih ragu ketika menyatakan perasaan mas pada Sarah"

Ekspresi wajah Sinta tak bisa terkontrol sehingga tanpa sadar justru sebutir air mata jatuh di hadapan Agung perdana yang ia cintai secara diam-diam.

Agung terpanah. Sarah malah kesal.

"Sinta, kamu??"+

"Ah, ma-af..maaf mas Agung..Sin-ta"

"Kau terlalu senang ya Sinta.." sela Sarah diwaktu yang tepat. Sarah mendekat dan langsung mengandeng lengan sang calon suaminya, Agung. "Kau pasti senangkan dengan kabari bahagia ini??"

Sinta menyeka air matanya lalu memaksakan untuk tersenyum disaat rasa sakit luar biasa di hatinya pada teman yang sudah mengkhianatinya.

"Ah, ya..ya benar Sinta senang kok mas"

Agung tersenyum lega.

"Syukurlah.. aku pikir kamu bakal marah" ujar Agung dengan wajah tersenyum menantap sang calon istri. "Jadi sekarang kamu sudah tau kan, untuk siapa bunga yang kemarin malam aku siapkan.. untuk Sarah"

Sinta menelan saliva pahitnya dengan senyum di paksakan.

"Dan kami berencana 3 bulan kemudian menikah, karena ada banyak hal yang harus di siapkan.. Mas minta kamu bisa membantu Sarah nanti saat persiapan.."

"Oh, ya.." sahut Sinta seadanya.

Lalu tak lama, Agung melirik pada jam tangannya.

"Oh, ya ampun..Mas hampir telat.. bos bisa marah kalau begini.." ujar Agung seketika panik.

"Mas, Sarah antar aja yaa.. sekalian Sarah juga mau ke praktek.."

"Oke.. kalau begitu kamu pergi ya Sinta.. nanti sore kita bahas lagi" ujar Agung yang beranjak pergi dari teras rumah sederhana Sinta.

"Ka-mi pergi dulu ya, Sinta.." ujar Sarah kaku.

"Hm, ya..hati-hati" sahut Sinta terpaksa.

Sarah melangkah mengikuti sang calon suami yang telah lebih dahulu pergi.

Sinta menatap keduanya dengan wajah terluka.

"Tega kamu Sarah?? kamu mengakui bahwa kamu tidak menyukai mas Agung, tapi..kenapa?? kenapa kamu menerima lamarannya??" tanya batin Sinta yang harus menerima cintanya telah gugur sebelum sempat berbunga.

2

Di satu kamar sederhana, terlihat Sinta tengah membaca berbagai testimoni dari beberapa pelanggannya.

“Aduh, mbak Sinta.. terima kasih ya, jamunya bagus banget.. punyaku jadi keset lagi dan gak becek.. Mas Suami tiap malam minta jatah.. saya sampai kewalahan.. seneng banget mbak.. aku tar pesen lagi yaa minggu depan jamu kesetnya...” tulis pesan dari pelanggan yang baru 3 minggu berlangsung jamu.

Shinta tersenyum tipis, lalu jemarinya kembali membuka pesan lain yang juga masuk di lama WA nya.

“Mbak, aduh kamu tega bener yaa, kamu kasih ramuan  apa di jamu suami ku, gila yaa doi siang malam minta berhubungan badan.. aduh mbak punyaku sampai perih di ngejot tiap malam, salah mu mbak, tapi aku ketagihan.. hahaha.. the Best deh jamu mbak Sinta, tak promosiin ke temen-temen tetangga ku yaa mbak.. oia pesan dua botol lagi yaa untuk jamu sehat pria biar suami panas terus" tulis pelanggan yang baru 1 bulan berlangganan.

Dan lagi-lagi Sinta tersenyum tipis. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana mana para pelanggannya itu kian harmonis rumah tangganya berkat kualitas jamu yang membuat mereka horny seperti pengantin baru lagi.

Lalu tak lama ia kembali membuka lama pesan yang lain.

“MBAK SINTA HARUS TANGGUNG JAWAB.. aku hamil lagi nie mbak.. gila yaa, baru aja lahir anak ke 2 ini udah bunting lagi gara-gara jamu kamu mbak , suami minta jatuh terus karena punyaku keset kayak perawan... duh mbak aku mau nangis nie jadi gak bisa pesan jamu kamu lagi sampai lahiran.. aduh kacau-kacau.. tapi aku seneng mbak, tar siap lahiran aku pesen double yaa mbak tapi tar aku pasang KB dulu biar gak bunting lagi gara-gara jamu kamu mbak.. hahahaha..” ujar wanita yang sudah hampir 1 tahun mengkonsumsi jamu rapet wanita.

Dan Sinta hanya bisa menghela nafas panjang. Bagaimana tidak, semua pelanggannya sudah berbahagia menikmat bercinta dengan pasangan mereka, tapi dirinya sendiri malah gagal. Gagal dalam memperjuangkan cintanya. Boro-boro menikmati indahnya bercinta dengan pasangan halal. Cintanya malah di tikung oleh sahabat dekatnya sendiri.

Masih terbayang jelas wajah bahagia mas Agung saat mengatakan bahwa ia akan menikahi dr. Sarah. Ya Sarah adalah sosok wanita muda dengan paket komplit. Mungkin karena itu juga mas Agung jatuh cinta pada gadis berparas

Shinta mengambil buku tulis biasa lalu akhirnya mulai kembali mencatat tiap pesanan baru yang akan di buat sesuai permintaan.

Namun, tangannya seketika berhenti pada saat menulis balasan pesan itu dengan hati berat.

***

Keesokan paginya, lagi-lagi Sinta dengan aktivitas membuat jamunya. Ya jamu, usaha kecil-kecilan yang sudah hampir 2 tahun di lakukan.

Menjadi penjual jamu, membuat Sinta keluar dari salah satu kantor bank tempat ia pertama bekerja setelah tamat kuliah.

Tenaga terkuras, waktu tak pernah cukup dan gaji yang kecil membuat Sinta jenggah. Ia tak ingin menghabiskan masa depan hanya menghitung uang orang. Sehingga setelah berpikir panjang akhir Sinta memutuskan untuk pengundurkan diri dari teller bank.

Dan satu hari, Sinta membantu ibu membersihkan lemarinya. Sinta tak sengaja menemukan buku resep jamu tersebut.

Buku yang cukup lama tersimpan setelah nenek meninggal saat Sinta masih SD. Dan ibu Sinta tak meneruskan ilmu dukun beranak tersebut karena ikut dengan ayah Sinta untuk pindah bekerja ke kota.

Dan saat itulah Sinta memulai jalan rejekinya menjadi penjual jamu secara sederhana dirumah.

Cukup lama Sinta mempelajarinya. Sampai akhirnya Sinta memberanikan diri untuk mencoba menjualnya keteman-teman terdekat, seperti Sarah, mas Agung dan lingkungan dekat rumahnya.

Dan ternyata jamu sehat bugar Sinta mendapat sambutan bagus. Hingga akhirnya ia berani untuk memperjualkan jamu-jamu itu secara terus menerus.

Namun ternyata, dunia perjamuan sangat lah kompleks, karena ada beberapa konsumen yang tidak cocok. Ada yang jadi darah rendah karena minum jamu dan ada yang tiba-tiba jadi sembelit.

Alhasil, Sinta akhirnya mengambil kelas di salah satu lembaga keraton untuk mempelajari lebih khusus sifat-sifat jamu.

Cukup lama Sinta mempelajarinya itu semua, hingga akhirnya keuangan Sinta menipis karena tidak bekerja lagi dan hanya mengandalkan uang simpanan semasa bekerja dulu.

Ibu Sinta awalnya sangat khawatir dengan kegigihan sang anak karena lebih memilih berwirausaha dari pada kerja kantoran.

Tapi Sinta tetap berkeras jika jalan hidupnya kini adalah seorang gadis penjual jamu. Sinta berpikir yaa selagi halal dan dapat membantu orang lain kenapa tidak.

Namun ternyata seiring perjalanan waktu, Sinta makin mengerti tentang filosofi jamu.

Sungguh, tak perlu ada lagi diskusi, apalagi seminar, soal khasiat jamu bagi kesehatan. Jamu memang pahit tetapi menyehatkan, begitu kata nenek yang tertinggal di ingatan Sinta saat beliau masih hidup. Jamu pun, suka tidak suka, telah jadi warisan nenek moyang yang paling mujarab hingga kini. Jamu, tradisi yang sulit dibantah.

Jamu itu pahit, Jenderal.

Begitu kata kompeni dulu. Saking pahitnya, tidak banyak orang yang mau menenggaknya. Walau mereka tahu khasiat dan manfaatnya. Memang betul, sesuatu yang pahit sekalipun bermanfaat jarang ada orang yang menyukainya. Kadang kita lupa, untuk sehat itu memang butuh yang pahit.

Jamu, persis seperti hidup banyak orang. Seberapa pahit hidup mereka, toh, harus tetap dijalani. Karena pahit itu keadaan, bukan hasil. Bahkan kadang, pahit berubah menjadi sifat. Sifat yang kamuflase, terkesan baik padahal belis. Sifat manusia yang tidak seperti aslinya. Pahit dibilang manis, dan sebaliknya.

Namun sebagian orang tidak begitu. Pahit dipandang sebagai ujian sekaligus jalan. Bahkan pahit bisa jadi sesuatu yang harus dicari. Keadaan pahit itu yang bikin keras. Tidak memanjakan diri apalagi bergantung kepada orang lain.

Seiring perjalanan waktu tuntutan jamu Sinta tak hanya sekedar untuk kebugaran. Perlahan jamu-jamu Sinta masuk keranah yang lebih sensitif tentang kepuasan di ranjang para istri-istri yang mulai kehilangan percaya dirinya ketika melayani suami.

Sinta kembali belajar tentang bahan jamu yang di khusus kan untuk merawat bagian sensitif para wanita.

Kisah itu berawal dari tanpa sengaja Sinta mendengar curhat dua orang wanita muda.

3

Pada suatu hari, Sinta tak sengaja ia mendengar cerita pelanggan yang tengah curhat pada temannya tentang kisruh rumah tangganya.

“Iya, aku sedih banget mbak, masa mas ku bilang punyaku becek, trus bau" ujar wanita muda itu dengan linangan air mata sedih.

“Kok bisa sih, punya kamu bau, apa kamu gak ganti celana dalem?? Rajin-rajin ganti loh, biar punya kamu gak lembab..” saran sang teman.

“Udah, aku tuh rajin nganti CD, tapi aku gak tau loh mbak, setelah lahiran si Yaya.. punya ku tiap berhubungan selalu becek, kayak longgar gitu.. gak mengigit“ jelas wanita muda itu dengan mengelus kepala sang anak yang terlihat baru berusia beberapa bulan.

“Suamiku sampai suka minta pakek mulutku mbak, aku gak sanggup mbak, jijik" timpal wanita itu mengidik tubuhnya.

Sinta mendengar ikut sedih, ia sudah dapat membayangkan bagaimana rusaknya hubungan ranjang mbak muda itu.

Lalu dengan mencoba memberatkan diri, Sinta mendekat pada kedua wanita muda itu.

“Anu, maaf.. mbak..” ujar Sinta memotong dengan hati-hati pembicaraan kedua wanita muda itu dengan meletakkan jamu bugar hangat pada keduanya.

Kedua wanita itu menoleh pada Sinta yang datang dengan senyum simpul.  Lalu duduk mendekat pada mereka.

“Maaf mbak, kalau saya lancang.. dan saya tidak bermaksud apa-apa.. saya tadi enggak sengaja mendengar pembicaraan mbak berdua" jelas Sinta hati-hati dengan suara setengah berbisik.

Kedua wanita itu pun jadi sedikit kaget mendengar ucapan Sinta yang mendengar curhat kursial itu.

“Saya di sini cuma mau bantu masalah mbak, tapi.. dengan minum jamu Mbak.. apa mbak mau coba??” tanya Sinta hati-hati.

Wanita yang punya masalah pun sedikit menimbang.

Sinta melihat jika keduanya masih tak percaya akan  ucapannya.

“Jamu ini spesial mbak, khusus buat perempuan..” jelas Sinta.

Teman wanita itu terlihat tertarik.

“Aman gak??” 

“Aman mbak, karena di buat dari rempah-rempah alami.. Cuma yaa agak pahit sedikit mbak.. tapi harus rutin minum selama 3 kali hari” ucap Sinta tergantung malu.

“Dan nanti hasilnya langsung kelihatan pas **** mbak di pakek sama suami" sambut Sinta malu-malu.

Kedua wanita muda itu pun ikut malu-malu. 

“Boleh deh mbak, saya mau..” sahut wanita muda dengan semangat.

“Saya juga mau deh mbak..” timpal sang teman wanita yang sama bersemangatnya.

Sinta tersenyum dengan mengangguk.

“Baik mbak, besok sore mbak datang lagi.. soalnya harus cari bahan khusus agak sedikit lama olahnya" jelas Sinta.

“Baik mbak, minta nomor telfonnya aja, nanti biar saya telfon mbak pas mau ambil" 

Shinta terdiam.

“Oh, 08Xxxx” ucap Shinta pelan.

“Pokoknya besok jamunya siap sore" ujar Sinta sembari meraih pensil untuk mencatat pesanan khusus.

Kedua wanita muda itu pun membayar sejumlah uang untuk jamu segar bugar dan berlalu pergi.

***

Butuh waktu hampir 3 jam untuk merebus rempah-rempah itu hingga mengeluarkan zat-zat yang menjadi obat jamu.

Setelah proses perebusan itu selesai. Shinta pun bisa bernafas lega, ia masih punya waktu untuk beristirahat sembari menunggu air rebusan jamu itu dingin.

Shinta membantu memotong bahan-bahan kue ibu yang akan membuat kue bawang dan risol untuk di jual besok.

Hingga tanpa di sadari, jam pun menunjukkan jam 5 sore. Dan terdengar suara ketukan pintu.

Tok...tok..tok..

“Mbak Sintaaa???” panggil seorang wanita dari depan rumah.

Shinta yang tengah berada di dapur pun seketika bangun  dari duduknya dan berjalan  cepat menuju pintu depan.

“Iyaaa...” sahut Sinta dengan meraih pedal pintu dan perlahan membuka pintu itu.

Terlihat dua orang wanita muda di sana.

“Gimana mbak Sinta?? Jamunya sudah ada??” 

Sinta mengangguk senang.

“Sudah, tapi tunggu dulu yaa.. saya tuangin dulu di botol yaa" 

“Oh, oke.. kami tunggu mbak" sahut wanita muda itu senang.

Sinta pun langsung kembali menuju dapur. Ia pun bersegera meraih dua botol kaca bekas yang sudah ia cuci bersih dan di keringkan. Dengan telaten Sinta menuangkan rebusan jamu itu yang masih terasa hangat. 

Ia mengisi hingga penuh dua botol kaca itu. Lalu menutupnya dengan kuat agar tidak tumpah, Sinta meraih dua plastik untuk menaruh dua botol kaca itu.

Sinta pun kembali kedepan rumah nenek, dan kedua wanita itu masih setia menunggu.

“Ini mbak" ujar Sinta sembari menyerahkan  plastik itu pada kedua wanita itu.

Kedua wanita itu mengambil dengan bingung lalu membuka bungkusan plastik itu dan melihat botol kaca dengan ramuan yang sudah terisi penuh.

“Masih hangat ya mbak??”

“Iya, mbak saya baru buat, biar nanti bisa di minum hangat-hangat"

“Oh??” seru salah seorang wanita muda itu.

“Ini disekali minum semua mbak??”

Shinta tersenyum lucu.

“Enggak mbak, minumnya satu cangkir setiap pagi, tapi tiap mau minum harus di hangatin.. Jamunya di simpan di kulkas bisa tahan  sampai 1 atau 2 minggu” jelas Sinta.

“Oooh" sahut wanita muda bersamaan.

“Ini, pahit gak sih mbak??” tanya teman wanita muda itu.

Sinta lagi-lag tersenyum.

“Sedikit mbak, tapi nanti enak kalau udah biasa.. kalau gak tahan pahit coba kasih madu aja satu sendok makan“

Wanita muda itu melihat dengan ragu botol kaca yang terlihat pekat itu.

“Ya, udah harganya berapa nie mbak Sinta? Tapi jangan mahal-mahal dong" ujar wanita muda itu dengan sedikit bercanda.

Shinta terlihat menimbang. 

“Seiklasnya mbak aja, karena saya niatnya memang mau menolong , semoga mbak dan suami bisa harmonis kembali..” sahut Sinta. 

Kedua wanita muda itu pun mengangguk. Lalu keduanya pun merogoh isi tas dan mengambil uang 20 ribu rupiah. Seolah keduanya sudah merencanakan uang yang akan mereka beri pada Sinta.

Sinta menerima tanpa menolak.

Kedua  wanita itu pun pamit.

“Makasih ya mbak Sinta...” 

“Iya mbak, eh tapi..”ujar Sinta tertahan. 

“Kenapa mbak Shinta?” tanya wanita muda itu respon.

“Itu.. Cuma mau kasih tips biar mbak lebih seger kayak wangi anak perawan.. kalau bisa cebok **** dengan air rebusan daun sirih mbak.. biar harum dan wangi" ujar Sinta berbisik pelan pada kedua wanita itu.

“Nanti mbak sesekali minum air rebusan itu, biar gak bau keringat dan keringatnya harum" timpal Sinta memberi tau rahasia wanita.

Kedua wanita muda itu bersemangat mengangguk paham.

“Oke, mbak Sinta.. tak laksanakan.. dirumah ku banyak banget daun  sirih..” 

Shinta hanya tersenyum.

“Kalau begitu kamu permisi" 

“Baik,hati-hati ya mbak" sahut Sinta dengan mengantar dua wanita muda itu hingga naik ke atas motornya.

Setelah kedua wanita muda itu pergi, Sinta menghela nafas panjang.

“Semoga langgeng mbak, dan suaminya jadi sayang sama mbak lagi" doa Shinta dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!