"Rei tunangan Lo, pingsan lagi!" teriakan Rafa sahabat satu satunya pemuda tampan yang barusan masih sibuk memainkan benda bulat di tangannya.
Bola basket itu Reiner lempar serampangan sembari mengumpat. "Sial, ..."
Tanpa basa-basi Reiner berlari menuju ruang UKS seperti hari-hari biasanya tatkala sang tunangan cantiknya pingsan.
Reiner G Bastian murid terpopuler di jodohkan dengan Raya gadis cantik yang memiliki kekurangan. Raya lemah jantung.
Meski sudah melingkarkan cincin di jari manis Raya, Reiner tetap berhubungan dengan gadis lain, baginya Raya hanya wanita lemah yang sama sekali tidak dia inginkan.
Raya sendiri sebenarnya sangat menghargai perjodohan mereka, Raya sudah menyukai Reiner dari usianya masih 10 tahun namun semakin lama Raya semakin sadar bahwa Reiner tidak pernah mengharapkan dirinya.
"Aku menyerah" sering terlintas di benak nya.
di sela langkah nya para siswi menatapnya intens.
"Reiner, ganteng banget sih, pengen banget jadi pacar nya" ucap siswi A
"Iya gue juga mau" Sahut siswi B berdecak kagum sambil mengikuti arah gerak tubuh Reiner.
"Ganteng si ganteng, liat aja tuh udah punya tunangan, masih aja pacaran sama si Shela" imbuh siswi C menaikan ujung bibirnya.
...****************...
Tiba di pintu UKS Reiner menghentikan larinya ia berjalan cepat menuju ruang yang hanya di sekat dengan gorden putih.
Sreeeeekkkk!!! dengan kasar pemuda itu menyingkap nya.
Dilihatnya gadis yang di kenal sebagai tunangan masih terbaring di atas ranjang besi khas UKS, terlihat di sebelah nya juga ada Mei dan Ria menemani Raya.
"Rei!" ucap gadis yang terbaring itu setelah mengalihkan pandangan ke arah nya.
"Emmh Ya.. kita ke kelas dulu deh, llo sama Reiner yah, nanti llo telepon gue kalo butuh sesuatu" pamit Mei. Setelah melihat kedatangan Reiner gadis itu berpamitan sebelum mendengar kebiasaan ribut sepasang kekasih yang tak jelas itu.
"Iya, kita duluan, llo harus istirahat Raya " sahut Ria yang juga bergegas, dan perlahan sosok mereka berlalu dari sana.
Kemudian Reiner melangkahkan kakinya mendekati gadis yang terbaring di balik selimut tipis pemuda itu menatap intens tunangannya dengan nafas yang mengembang kempiskan dada bidangnya setelah lari dari lapangan.
"Kenapa lagi llo?" tanyanya dengan nada dingin.
"Gue gak papa, llo gak perlu kesini juga" lirih Raya cemberut.
"Kalo gue gak kesini, llo pasti ngadu ke bokap llo" tukas Reiner masih dengan nada dinginnya.
Dengan menghembuskan nafas pendek, Raya memalingkan wajahnya, kemudian memejamkan mata mencoba menghindari perdebatan yang biasa mereka lakukan.
"Gue gak akan ngadu, lo pergi aja sana" usir gadis itu lirih.
"Lo ini, fisik lemah tapi keras kepalanya gak ilang ilang, gue di sini sampai llo baikan" Reiner mengambil kursi dan segera duduk di dekat ranjang besi.
Dan beberapa saat kemudian, suasana di ruang itu menjadi senyap dengan mata yang masih terpejam Raya mulai meraba-raba situasi di sekitarnya.
"Kenapa sepi sekali, apa Reiner sudah kembali ke kelas, huuhh.. syukurlah kalau begitu" batinnya.
Untuk memastikan gadis itu mulai membuka satu matanya mengerling kearah Reiner yang ternyata tengah menatapnya sinis. Dengan cepatnya Raya menutup matanya kembali.
"Jangan sampai llo pingsan lagi, nanti gue lagi yang di salah kan" Reiner menangkap basah lirikan konyol tunangannya.
"Gue pergi aja, gue udah gak papa"
Perlahan Raya menyingkap selimut yang melekat di tubuhnya kemudian menurunkan satu persatu kakinya dan gerakan nya terkunci saat tangan halus menarik lengan nya kuat.
"Please jangan batu, llo masih sakit, sekarang tiduran lagi cepet" perintah Reiner sedikit melotot.
"llo gak perlu paksain diri llo buat ngurusin gue Rei.." sahut Raya menepis kasar.
Dengan berjalan sangat lambat Raya kembali ke ruang kelas nya gadis itu berniat mengikuti mata pelajaran terakhir setelah ini, dan masih ada Reiner yang mengikutinya meski sedikit terpaksa dari belakang.
Senyum manis tertoreh di wajah cantik Raya saat melihat seorang pemuda berwajah hangat berlari menuju nya.
"Raya...." dengan buku di tangannya pemuda itu menyerukan suara.
"Bagas"
"Lo pingsan lagi?" tanya Bagas yang di jawab dengan anggukan kecil Raya.
"Gue antar ya, mau kemana?" tawar Bagas mencoba membantu Raya seperti biasanya.
"Ke kelas gas"
Sementara Reiner tampak memiringkan bibirnya menatap punggung kedua remaja itu.
"Dasar batu." decak nya sinis.
"Rei" suara seseorang memanggilnya, dan pemuda itu pun menoleh sekilas ke arah si penyeru kemudian menatap kembali tunangan yang kini di papah pemuda lain.
"Apa sih." ketus nya.
"Kok llo biarin, Raya sama Bagas?" tanya Rafa yang kini mengikuti arah pandangan Reiner, sebenarnya pemuda rese itu melihat tatapan posesif di balik wajah angkuh sahabatnya.
"Tau ah, apa urusannya sama gue, bukan urusan gue, mau jalan sama Bagas mau sama llo bodoh amat" decak Reiner dengan entengnya dan langkahnya berjalan menuju ruang ganti.
"Lo beneran gak pernah suka sama Raya? dia bahkan lebih cantik dari Shela, kemana mana.. llo ini buta yah..? gak bisa bedain cewek cantik.." Rafa merangkul bahu sahabatnya.
"Gak usah banyak tanya, gue benci cewek manja kayak dia"
Tiba di ruang ganti Reiner membuka loker pemuda itu mengambil seragam putih abu-abu nya kemudian mengganti pakaian dengan acuhnya di ruang tersebut.
Dan setelah selesai Reiner berjalan gontai menuju ruang kelas, meski arogan Reiner tak pernah membolos jam pelajaran, otak encer nya selalu membuatnya candu dengan mata pelajaran yang ia terima di sekolah nya.
Tiba di dalam kelas pemuda dingin itu melihat Bagas masih duduk di depan bangku Raya dengan posisi duduk terbalik dan seketika bola matanya memutar malas.
"Hadeeehhh... polisi mata.." gerutunya.
"Bagaaaass apa an siih" ucap Raya di selingi dengan tawa kecilnya.
Melihat hal itu, Reiner kembali memiringkan bibirnya, sepertinya tunangan yang tak di inginkan itu tampak nyaman bersama pemuda lain, dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana pemuda itu melangkah ke tempat duduknya.
"Seneng Lo" cibir nya pelan.
.
Setelah baca luangkan waktu untuk menekan tombol LIKE YA Kaka reader tercinta Love you...
"Ting!"
Bel masuk berbunyi, para murid dan guru pun memasuki kelasnya masing-masing, di ruang kelas XII IPA-1, Raya tampak menundukkan kepala di atas meja.
Kali ini giliran Guru matematika yang hendak mengisi jam pelajaran mereka, pak Rahmat mulai duduk di tempatnya dan pria itu melihat salah satu murid nya tak seperti biasanya.
"Raya" teriaknya memanggil.
Dan gadis itu mengangkat kepala dengan tiba-tiba "Iya pak!" sahut nya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya pak Rahmat.
Hampir semua guru dan murid di sekolah itu riwayat jantung Raya, bahkan gadis itu juga mendapat perlakuan istimewa dari mereka, mungkin karena lahir dari keluarga kaya, atau karena senyum tulus yang selalu menghiasi wajah cantiknya, yang pasti Raya mudah di sukai.
"Tidak apa-apa pak, Raya masih bisa mengikuti pelajaran bapak kok" jawabnya meyakinkan.
Sedang Reiner yang sedari tadi memperhatikan tunangannya, nampak menaikan ujung bibir.
"Awas aja llo pingsan lagi" decak nya sinis.
Kini Raya mulai mengambil buku dari lacinya gadis itu tetap mengikuti pelajaran pak Rahmat meski wajahnya sedikit pucat sesekali ia juga tampak memejamkan mata karena hujaman di jantung nya.
"Please jangan sakit dulu deh" lirihnya.
...----------------...
Bel menghamburkan para siswa kini Raya mulai membereskan buku-buku di tas nya, tak lama dari itu Mei dan Ria mendekat, mereka berdiri di samping kanan dan kiri meja gadis itu.
"Lo gak apa-apa Ya?" tanya Mei memeriksa dahi sahabatnya.
Dan Raya menurunkan tangan Mei dari dahinya, memberi senyuman, meyakinkan kedua sahabatnya.
"Gak apa-apa, setelah ini gue mau beli kado buat mami, kalian ikut?" ajaknya.
"Ya deh, gue takut llo kenapa kenapa" ucap Mei sambil melirik ke arah Ria.
"Gue juga ikut" sambung Ria yang tahu maksud dari lirikan mata Mei.
Setelah selesai membereskan buku-buku mereka berjalan menuju halaman parkir sekolah nya. Sesekali terdengar suara tawa mereka bergosip ria.
Setibanya di halaman parkir, sudah di sambut laki-laki tua memakai seragam serba hitam menyandarkan tubuhnya ke mobil, dengan senyum ramah pak Salim menyambut anak majikannya.
"Pak, kita ke toko biasa ya!" ucap Raya kepada nya.
"Baik non" sahut pak Salim membukakan pintu mobil.
"Lo mau cari apa emangnya Ya?"
"Gak tau, kesukaan mami terlalu banyak"
Sesaat setelah menutup pintu mobil, Raya dan teman temannya menatap ke arah yang sama, mereka melihat Reiner berjalan bersama dengan kekasihnya menuju motor gede miliknya.
Dan pemandangan itu sudah tidak asing bagi mereka karena sepasang kekasih itu memang selalu pulang bersama.
"Lo kenapa gak minta antar sama tunangan lo sih ya? dia malah enak enakan berduaan sama Shela, nyebelin banget tuh anak Es" decak Ria.
"Gue gak mau ngerepotin aja, udah sih biarin aja gue juga gak masalah, gue udah cukup punya kalian" Raya berucap lirih.
Mei menaikan ujung bibir mendengar jawaban Raya "Lo kenapa gak bilang ke bokap llo aja sih ya, kalo dia itu gak suka sama llo, llo mau nanti pas kalian nikah dia malah selingkuh!" ketusnya.
"Gue tunggu dia yang mutusin, cepat atau lambat dia pasti lakuin" dan lagi lagi Raya hanya pasrah.
Sedang Pak Salim melirik ke arah belakang dengan kaca spionnya sebenarnya pak Salim juga menyimak pembicaraan mereka, tapi hanya cukup pria itu simpan untuk nya sendiri.
"Sudah siap non?" tanyanya memastikan.
"Iya pak, kita jalan!" titah Raya.
Perlahan Pak Salim mulai menjalankan mobilnya. Sementara Reiner sudah duduk di jok motor sambil membereskan tali helm, dengan tatapan mengarah ke tunangan yang tampak meluruskan pandangan ke depan.
"Kenapa gue di jodohin sama cewek manja kayak dia, gak paham sama papah" gerutunya dengan nada dingin.
"Masih lama juga nikahnya, lama lama juga dia gak betah di cuekin terus sama llo" sahut Shela dengan nada yang tak kalah dingin.
"Udah bertahun tahun gue cuekin emang dasar batu tuh anak" Reiner berucap sembari memakai helm.
Shela mengelus punggung Reiner "Sabar Rei.." kemudian gadis itu menaiki motor.
...----------------...
Dan kini Raya sudah berada di sebuah toko, gadis itu mulai memilih milih sesuatu, dua Minggu lagi Raya ulang tahun dan gadis itu memang punya kebiasaan memberi kado ucapan terimakasih untuk ibu tercinta, yang sudah merawat mendidik bahkan mencintai sepenuh hati.
Sudah bermenit-menit berselang, Raya pun menemukan kesukaan Mira sang ibu, gadis itu kemudian menunjukkan dua botol parfum pada teman temannya.
"Menurut kalian bagusan yang mana?" Raya memejamkan mata karena pandangan yang tiba-tiba kabur.
"Menurut gue sih bagus semua ya" jawab Mei mengangguk beberapa kali.
"Ya udah, gue ambil semua aja" lirih Raya menekan nekan kepalanya dengan punggung tangan yang masih memegang botol parfum.
Sedang Ria tampak memegangi tangan Raya, gadis itu mulai curiga dengan kondisi sahabatnya yang sudah menunjukkan wajah pucat nya.
"Ya, llo kenapa, llo lemes lagi?" tanyanya.
Braaaakkk craaaakkk Raya terjatuh dan botol di tangannya pecah berkeping-keping.
"Ya ampun Raya.!!!" teriak Mei gaduh.
"Raya..!!!! kan udah gue bilang kan..!!!" panik Ria mengangkat kepala sahabatnya.
"Eh tolongin dong...,!!!" teriak Mei sejadinya gadis itu meminta bantuan pada sembarang orang di sana, sampai akhirnya ada pemuda sepantaran mereka berlari ke arahnya.
"Kenapa temannya?" tanya pria itu.
"Udah sih kita tolong aja dulu..!!!" protes Mei sedikit berteriak.
Dengan segera Pria itu melingkarkan tangan Raya ke tengkuknya "Maaf ya, gue gendong llo" katanya.
"Kita ke mobil cepat..!!" Ria panik.
Tergesa gesa Pria itu menggendong Raya menuju mobil kemudian mendudukkan tubuhnya di jok belakang.
"Gimana parfum pecah nya?" tanyanya.
Mei membuka tas selempang miliknya, gadis itu mengambil secarik kertas dan pulpen, menulis kan nomor yang sudah sangat hapal di kepalanya.
"Lo bayarin aja dulu, ini nomor telepon Raya, nanti lo telpon aja kalo dia udah sadar ok, bye..!!!" terang Mei dengan gerakan yang sangat cepat gadis itu menyodorkan kertas pada pria itu.
"Oh ok..!!" ucap pria itu dengan wajah yang sedikit bingung. Dan entah kenapa bingung nya.
Di dalam mobil Ria menepuk-nepuk kursi pak Salim yang juga tampak khawatir.
"Pak kita kerumah sakit ya, cepat!" teriaknya, gadis itu semakin khawatir melihat temannya pingsan untuk yang kedua kalinya di hari yang sama.
...----------------...
...MALAM HARINYA!...
"Plak!"
Suara tamparan itu mendarat sempurna di pipi mulus nan bening seorang pemuda.
"Di suruh jagain Raya aja gak becu..!!" teriak Hendrawan melotot.
Hendrawan adalah pemegang saham terbesar di perusahaan milik ayah Raya keluarga mereka memang sudah sangat dekat tak heran jika Hendrawan juga menyayangi Raya, apa lagi pria itu tidak memiliki anak perempuan.
"Dia yang nolak bantuan Rei pah.." sahut putranya yang tidak lain adalah Reiner, pemuda itu memegangi pipi yang kini memerah.
"Itu karena kamu yang gak bisa buat dia nyaman..!! coba lebih ramah sedikit sama Raya..!!" tukas Hendrawan menunjuk wajah putranya.
"Apa susah nya kamu terima Raya hah..? dia cantik anak baik baik..!!" imbuh nya.
"Dari kecil di mata papah, cuma gadis lemah itu aja yang penting, papah gak pernah ngerti kemauan Rei" berontak Reiner pergi meninggalkan sang ayah.
"Anak itu..!!!" lirih Hendrawan sambil memijit pelipis karena sudah terlalu pusing menasehati anak semata wayangnya.
Sedang Reiner sudah menaiki anak tangga menuju kamar yang terletak di lantai atas, pemuda itu menghentakkan pintu dengan keras lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.
Brugh
"Lo selalu bikin gue di tampar Raya..!!!" hardiknya.
...----------------...
Sementara di rumah sakit pria paruh baya bernama Hans terlihat duduk di hadapan seorang gadis yang masih terbaring di atas ranjang besi, dengan alat bantu pernapasan yang menempel di wajah nya Raya tampak memejamkan mata.
"Sebentar lagi ulang tahun mu nak, kenapa akhir-akhir ini kamu lebih sering pingsan.." Lirih Hans tangannya tak henti henti membelai rambut putrinya.
...Satu Minggu kemudian!...
Bel sudah berbunyi Raya sedikit telat datang tapi sudah berada di dalam lingkungan sekolah, hari ini hari pertamanya masuk, dari mulai dia di rawat, dengan langkah gontai gadis itu menuju ruang kelas yang sudah padat dengan teman temannya.
"Selamat pagi buk, maaf saya telat.." ucapnya kepada wali kelas yang sudah siap mengajar.
"Duduk Raya, gimana sudah sehat?" tanya guru bernama Siska.
Gadis itu mengangguk "Sudah buk." sahutnya kemudian melangkah ke tempat duduknya.
Dan seperti biasa, Reiner acuh pada gadis itu, pemuda itu sempat mendapat tamparan saat Raya masuk rumah sakit, padahal menurut Reiner itu sama sekali bukan salahnya.
"Bagus llo masuk..." batin pemuda berwajah dingin itu.
...----------------...
Jam pelajaran selesai, Raya tampak mengelilingi kelas dengan senyum tulusnya gadis itu membagikan undangan ulang tahun.
"Datang ya,,," ucap nya penuh harap.
"Kita pasti datang kok ya..." sahut salah satu dari mereka.
Dan tiba-tiba Raya merubah ekspresi wajahnya saat seseorang dengan sengaja menghadang jalan nya.
"Anak manja, ulang tahun aja di rayain udah gede kali..." cibir Reiner dengan nada dingin.
"Lo gak usah dateng kalo gak suka..!!" Raya cepat cepat pergi menghindari perdebatan membosankan mereka.
"Mau kemana hm?" cepat cepat juga Reiner menarik lengan Raya, pemuda itu tahu kebiasaan melarikan diri tunangannya.
"Gue mencoba tidak terlihat dari llo.. minggir.." jawabnya yang masih berani membalas tatapan sinis Reiner.
"Jangan lupa ya..!! jaga diri llo baik baik, gara gara llo gue ditampar lagi..!!" decak Reiner yang lalu melepaskan cengkeraman kecilnya membuat gadis itu sedikit terpental.
Raya mendengus "Kenapa gue masih suka, sama pria kasar model llo ini?" batinnya. Kemudian melangkah pergi meninggalkan pemuda yang masih menatap punggungnya sinis.
"Lo kenapa sih, kasar bener sama Raya?" teriak Ria yang sedari tadi memperhatikan mereka.
Sedang Reiner hanya memiringkan bibirnya, meninggalkan Ria begitu saja dengan entengnya.
"Gak penting" gerutunya kemudian.
...----------------...
...2 hari kemudian!...
Di malam ulang tahun Raya, tamu tamu undangan tampak memadati rumah mewah bergaya klasik kolonial.
Bukan hanya teman sekolah Raya saja yang hadir, rekan bisnis Hans juga ikut meramaikannya.
Dan Raya tampak sangat cantik dengan gaun berwarna pink nya, sesekali gadis itu menyunggingkan senyuman ramah pada para tamu.
Dan salah satu sahabat lama Hans yang kebetulan datang pria paruh baya itu berdecak kagum melihat kecantikan putri semata Hans.
"Oh.. Raya,.. Raya.. sayang.. kamu cantik sekali nak.." ucap lelaki bernama Indra.
"Terimakasih Om.." senyum Raya memperlihatkan lesung di pipinya.
"Kamu kapan nikah lagi nya, biar datang nya tidak sendirian begitu.." sahut Hans menyindir teman dudanya.
"Aku belum berani menikah lagi, aku ke sini bersama anakku, kebetulan dia mau pindah ke sekolah Raya makanya aku bawa kesini biar mereka kenal Hans..," terang Indra sembari menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari putranya.
"Dimana anak kamu?" tanya Hans yang juga celingukan.
Selang beberapa saat Indra melambaikan tangannya ke seorang pemuda yang kini melangkah kearahnya.
"Yuda, sini sayang.." seru Indra kemudian.
"Iya pah..!!" sapa Yuda yang kini berada di hadapan Raya.
"Kenalkan ini Om Hans ini Tante Mira dan ini anak nya Raya, Raya juga sekolah di tempat yang sama dengan mu." terang Indra merangkul bahu putranya.
"Raya..? Lo bukanya......." Yuda menatap lekat Raya seolah mengingat ingat sesuatu.
"Kamu kenal Raya nak..?" tanya Hans penasaran.
"Iya, oh gak kenal, eh Yuda pernah gendong dia, eh enggak, maksud nya gimana ya..?" gugup Yuda sambil menggaruk bagian belakang telinga nya.
Sedang Raya masih kebingungan karena seingatnya gadis itu tidak pernah bertemu pemuda tampan itu sebelumnya.
Indra menepuk punggung putranya "Kamu ini, gimana maksudnya hm.?" tanyanya.
"Beberapa hari yang lalu, Yuda pernah nolongin gadis pingsan di toko, mukanya mirip Raya pah" terang pemuda itu sekali lagi.
Sedang Raya tampak menautkan alisnya, mendengar ucapan Yuda, kemarin, Ria dan Mei sempat menceritakan detil kejadian saat gadis itu jatuh pingsan.
"Oh... jadi llo, yang gendong gue waktu itu?" tanyanya memastikan.
"Jadi itu beneran llo?"
"Hahaha..." Hans, Mira dan Indra tertawa.
"Dunia ini sempit sekali, kenapa bisa kebetulan begitu, jangan bilang kalo kalian jodoh..." ucap Hans.
"Tapi makasih ya nak" lanjut Hans menepuk-nepuk bahu Yuda.
...----------------...
Dengan senyum manis di wajahnya, Raya kembali menemui teman teman yang tampak memakai pakaian terbaik.
"Makasih ya, kalian sudah mau datang ke acara ku.." ucapnya menyambut.
"Iya sama-sama Ya, llo cantik banget.." puji Agnes tersenyum.
"Iya pasti Reiner makin sayang sama llo Ya..." sahut Ema gombal padahal semua orang tahu Raya di acuhkan tunangannya.
Di tempat lain, teman lainnya juga membicarakan Raya selagi menikmati hidangan di sana "Wah liat rumah Raya mewah sekali ya, anak satu-satunya ulang tahun aja kaya pesta pernikahan, orang kaya mah bebas..." ucap Rita
"Tapi gue heran Reiner selalu mengacuhkan Raya padahal Raya lebih segala gala nya dari Shela." sahut Surya
"Iya kalo gue jadi Reiner mendingan setia sama Raya, sudah baik cantik gak sombong lagi." imbuh Arda.
...----------------...
Tak lama dari itu Reiner pun menemui Raya, pemuda itu membawa kotak berwarna gold yang tak di simpul, pakaian mewahnya semakin menonjolkan ketampanan nya.
"Nih buat lo..!!!" Reiner menyodorkan kotak.
Dan Raya menerima dengan binar senang di matanya "Makasih ya, boleh di buka sekarang..?" ucapnya antusias.
"Buka aja..!!"
Raya pun membuka kotak di hadapan si pemberi, dan senyum manis mengembang saat melihat sepasang heels cantik di dalam sana.
"Aku suka, cantik banget Rei, kamu kok tau sih selera aku..,?" ucapnya girang.
Sedang Reiner tampak menaikan satu alisnya. Oh tak sedikitpun pemuda itu tahu kesukaan Raya bahkan tak sedikitpun mau tahu tentang hal itu. GAK PENTING..!!
"Gue mana tahu kesukaan llo, itu mamah Leta yang beliin buat llo..,"
Dengan sombongnya pemuda itu melangkah pergi, berjalan ke arah Shela yang kini berdiri di antara teman lainnya.
Senyum yang sedari tadi menghiasi wajah cantik Raya memudar seketika, gadis itu mengedip-ngedip kan mata, menahan bulir bening yang sedikit lagi mengalir, sesak di hatinya begitu terasa menyakitkan, seperti ada besi panas menancap.
"Kenapa kamu sejahat itu Rei, apa sebenarnya kurang ku, apa Shela lebih cantik di mata mu..? dia bahkan hanya gadis dari keluarga biasa saja.." gerutunya cemburu.
Raya kira dengan kecantikan dan kekayaannya bisa menjadi modal utama menaklukkan hati Reiner. Ternyata dia salah besar..!!
Di sudut ruangan yang tak terlalu jauh, Yuda masih sibuk memperhatikan Raya, wajah cantik gadis itu mulai mengusiknya, dengan harapan di terima pemuda itu mendekati teman barunya, tentunya setelah laki-laki yang baru saja memberikan kado pergi.
"Hai.. cewek parfum..!!"
Yuda menepuk punggung Raya, sedikit keras untuk gadis lemah sepertinya "TIK..!!" terjatuh lah bulir bening yang sedang gadis itu tahan.
Dengan segera Raya menyeka pipi yang sudah basah kemudian menoleh ke belakang mencoba mengembalikan moodnya.
"Cewek parfum..?" tanyanya bingung.
Dan Yuda menyipitkan matanya, pemuda itu baru tahu ternyata Raya meneteskan air mata, Yuda lantas mulai mencari topik demi menghibur gadis cantik dihadapannya
"Lo utang ke gue, llo tahu.. gue yang bayar parfum yang lo pecahin waktu itu..!!" celetuk nya asal pilih topik saja.
"Ya ampun gue lupa, nanti gue ganti deh..!!" ucap Raya menepok jidat.
"Gak usah, yang penting besok cariin aja tempat duduk di kelas llo, kalo bisa di belakang tempat duduk llo," tuntut nya enteng.
"Gimana bisa..??!! dibelakang gue udah ada yang nempatin, emangnya llo di kelas gue..,?"
"ET.. Gak mau tau, harus bisa, llo kan utang budi ke gue..," paksa Yuda dengan alis yang naik turun.
"Iya deh gue usahain..!!"
"Gitu dong..."
Di sudut tempat itu, Hendrawan mengamati kedekatan calon menantunya dengan pemuda lain "Ini Reiner kemana lagi..? bukannya jagain itu Raya, anak itu bener bener..." gerutunya.
"Apa sih pah, biarin saja lagian kan emang yang dateng teman temannya semua.." Leta meredam emosi yang sudah sedikit lagi keluar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!