NovelToon NovelToon

Nikah Paksa Jadi Cinta

Part 01

Teruntuk kalian yang baru baca novel ini😂

Visual para tokoh ada di part akhir...

Selamat membaca♡

***

"Ma, di mana Mama simpan baju kakak yang bunga-bunga itu?" Teriak Jiana dari kamarnya saat sedang mencari baju yang ia inginkan.

"Di tempat biasa sayang," jawab Desi yang saat ini sedang berada di dapur menyiapkan sarapan.

"Gak ada Ma. Kakak sudah cari di mana-mana," balas Jiana lagi.

"Pakai saja dulu yang lain. Nanti biar Mama cari," saran Desi.

Jiana mendengus kesal. Ia ingin menggunakan baju itu hari ini. Namun sudah dicari di seluruh almarinya juga tidak ada. Jiana menghela napas sejenak. Ia memilih lagi baju yang cocok untuk ia kenakan hari ini.

Jiana Calysta Pranaja. Putri semata wayang dari pasangan Alex Pranaja dan Desi Larasati. Jiana saat ini sedang menempuh kuliah di jurusan managemen bisnis. Yang saat ini ia sudah semester tujuh.

Jiana termasuk anak yang manja. Ya maklum hanya dia saja anak dari kedua orang tuanya. Setiap hal yang menyangkut dirinya tak pernah lepas dari campur tangan Mamanya.

Namun yang unik di sini, Desi selalu mengajari Jiana memasak dan mengurus rumah. Walaupun belum semahir Mamanya. Dan, setiap kali Mamanya mengajari Jiana, seribu macam cara Jiana lakukan untuk menolak.

Jiana menuruni tangga saat sudah siap dengan baju yang ia kenakan. Jiana menuju meja makan yang di sana sudah ada Papa dan Mamanya.

"Pagi Pa, Ma," sapa Jiana dan duduk di samping Mamanya.

"Pagi sayang," sahut mereka bersamaan.

Desi mulai menyiapkan makanan dipiring suaminya dan untuk dirinya. Sedangkan Jiana mengambil sendiri.

"Pa, nanti Jian berangkat sama Papa saja ya," ujar Jiana sambil mengambil lauk ke piringnya.

"Hari ini Papa mau ke kantor dulu sayang. Mungkin siang baru ke kampusnya. Kamu diantar sama Pak Rio gak apa-apakan?" balas Alex karena hari ini ia ada rapat di kantornya.

"Oke Pa," balas Jiana singkat.

Setelah itu tak ada lagi kalimat yang terucap di antara mereka. Mereka menikmati sarapan dengan tenang.

Sekitar 30 menit, mereka selesai sarapan. Alex langsung pamit kepada istri dan juga anaknya untuk pergi ke kantor. Jiana bermain ponsel sebentar sebelum ia berangkat ke kampusnya.

"Kak, Mama nitip ini tolong berikan kepada CEO perusahaan Sanjaya. Tahu kan tempatnya?" ujar Desi sambil menyiapkan bekal.

"Mama buka cattering ya?" tanya Jiana asal.

"Bukan. Sudah, kamu kasih saja sama yang namanya Raka Sanjaya. Ingat, harus Raka sendiri yang menerima," balas Desi mengingatkan anaknya ini.

"Biar Pak Rio saja ya Ma yang menyerahkan kotak makan ini. Jian buru-buru," elak Jiana. Ia sebenarnya malas jika harus mencari dan bertanya-tanya di sana.

"Ya sudah, Mama tidak kasih kamu uang jajan tambahan," ancam Desi pada Jiana.

Jiana mendengus kesal. Ia harus menuruti Mamanya kali ini.

"Oke, Jian pamit dulu. Dahh Ma," pamit Jiana sembari menenteng bekal yang sudah Mamanya siapkan.

Jiana berjalan keluar rumah. Di sana sudah ada Pak Rio yang selalu setia mengantar Jiana ke mana saja. Memang, Jiana jarang membawa mobil sendiri. Ia lebih terbiasa diantar Papanya atau sopirnya.

"Pak, ke perusahaan Sanjaya dulu ya," ujar Jiana sembari naik ke dalam mobil.

"Siap Non," jawab Pak Rio dan segera masuk ke dalam mobil untuk mengemudi.

Di dalam mobil tidak ada percakapan antara Jiana dengan Pak Rio. Jiana lebih memilih bermain dengan ponselnya. Membalas satu persatu chatt dari sahabat-sahabatnya. Tak terasa, mobil mereka sampai di perusahaan Sanjaya.

Jiana turun sambil menenteng bekal yang entah isinya apa. Jiana menatap takjub dengan kemegahan perusahaan ini. Perusahaan yang tak kalah besar dari perusahaan Ayahnya.

Jiana sering mendengar bahwa CEO perusahaan Sanjaya ini masih muda dan berbakat. Semua wanita mengidamkan sesosok Raka Sanjaya ini. Dan hari ini ia akan bertemu langsung dengan orang yang selalu menjadi bahan pembicaraan utama di sosial media.

Jiana mulai melangkahkan kakinya menuju lobi. Sorot matanya memperhatikan sekitar. Nampak semua karyawan di sana sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Maaf, saya mau bertemu Raka Sanjaya," ucap Jiana kepada resepsionis. Jiana menatap resepsionis tersebut dengan malas.

Resepsionis tersebut mengernyitkan dahinya kala Jiana menyebutkan Presdirnya secara asal.

"Apakah sudah ada janji sebelumnya?" tanya resepsionis tersebut, yang ia ketahui namanya Nita dari nametage yang dikenakannya.

"Sudah," jawab Jiana singkat.

"Tunggu sebentar," ujar resepsionis itu. Dirinya menelepon, mungkin menghubungi Presdirnya.

"Apa ini dengan nona Jiana? Silakan naik ke lantai 12, sudah ditunggu oleh Pak Raka," ucap resepsionis itu dengan sopan. Jiana hanya mengangguk kemudian menuju lift.

Jiana masih memperhatikan sekitarnya. Karena lingkungan ini sangat asing baginya.

Brukk

Tanpa sengaja, Jiana menabrak seseorang dan hampir membuat bekal yang ada ditangannya terjatuh.

"Huh, untung tidak jatuh," gumam Jiana.

"Maaf," ucap lelaki yang saat ini ada di depan Jiana.

Jiana mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Tampan, satu kata yang terlintas dipikiran Jiana. Jiana masih mematung di depan pintu lift.

"Apa kamu mau berdiri di situ seharian? Minggir, saya mau lewat," ucap lelaki itu dengan angkuh. Jiana membulatkan matanya dan bergeser sedikit.

"Eh tunggu!" Cegah Jiana saat tersadar bahwa ia juga ingin menaiki lift tersebut.

"Saya duluan yang ingin menggunakan lift ini. Jadi Anda silakan menunggu lift selanjutnya," ucap Jiana dan kini ia berada tepat di depan lelaki itu.

Tetapi lelaki itu bukannya menjawab malah melanjutkan langkahnya menuju lift. Jiana kesal karena merasa diacuhkan. Sampai ia lupa bahwa ini bukan area kuasanya yang bisa berbuat seenaknya.

"Eh, ditanya malah pergi dasar pria aneh," gerutu Jiana saat lift tersebut sudah tertutup. Terpaksa ia harus menunggu lift yang selanjutnya.

***

Jangan lupa like kalau suka dengan ceritanya😘❤

Part 02

Setelah mendapatkan lift yang akan ia naiki, Jiana masuk ke dalam dengan muka kesal. Di dalam lift, Jiana merutuki lelaki tadi. Sikapnya yang dingin dan sombong menurutnya.

Setelah sampai di lantai yang ia tuju, Jiana mulai masuk ke dalam ruangan Presdir. Ia nampak ragu, cukup lama berdiri di depan pintu.

"Nona Jiana? Silakan masuk, sudah ditunggu oleh Pak Raka," ucap seorang wanita yang menghampiri Jiana. Ia mungkin sekretaris Presdir.

Wanita itu membukakan pintunya dan mempersilakan Jiana masuk. Jiana masuk ke dalam dan berjalan dengan pelan.

"Maaf Pak Raka. Saya Jiana, ini ada titipan dari Mama saya," ujar Jiana sambil meletakkan bekal tersebut ke meja.

Lelaki itu berbalik menghadap Jiana. Jiana terkejut, itu adalah lelaki yang sempat ia temui waktu di lift tadi.

"Gawat, ternyata dia CEO di perusahaan ini. Aduh, aku tadi kan sudah tidak sopan padanya," gumam Jiana takut.

"Sampaikan terima kasihku kepada Ibu Desi," ucap Raka sambil menatap lekat Jiana.

"I-iya, kalau begitu saya pamit dulu. Semoga suka dengan masakan Mama saya," ujar Jiana dan ia segera keluar dari ruangan. Raka melihat wajah Jiana menjadi pucat. Mungkin saat ini ia sedang ketakutan.

"Untung aku segera keluar, kalau tidak pasti sudah dimarahi," gumam Jiana sambil mengusap dadanya. Jiana buru-buru keluar dari kantor itu.

Raka tersenyum tipis saat mengingat Jiana ketakutan saat melihatnya. Sambil membuka bekal yang diberikan Jiana tadi. Raka mulai mencoba masakan tersebut.

Ponsel Raka berdering. Itu tandanya ada yang menghubunginya. Raka segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan tersebut.

"Selamat pagi Tante," sapa Raka dengan senang. Raka mengembangkan senyumnya.

"Pagi Raka. Gimana? Sudah bertemu dengan Jiana? Bagaimana menurutmu?" tanya Desi di seberang sana.

"Cantik banget Tan. Raka saja langsung suka padanya," ucap Raka jujur.

"Syukurlah kalau seperti itu. Jadi, Raka mau dijodohin sama Jiana?" tanya Desi.

"Kalau Raka sih mau Tan. Tapi bagaimana dengan Jiana? Apa dia juga setuju menikah dengan Raka." Kini tampak kekhawatiran di wajah Raka.

"Kamu tenang saja. Tante akan mengurus semuanya," ucap Desi meyakinkan Raka.

Mereka mengobrol cukup lama. Mulai membicarakan tentang Jiana maupun membicarakan tentang perjodohan.

Raka adalah putra semata wayang dari pasangan Revan Sanjaya dan Lumira Anggraini. Raka adalah penerus perusahaan Sanjaya setelah kematian Ayahnya beberapa tahun yang lalu. Raka memulai memimpin perusahaan ini dari ia masih muda. Bahkan saat ia masih menginjak bangku kuliah.

Dengan tekad yang kuat dan kemauan yang keras, Raka mampu memimpin perusahaannya dengan baik. Tak heran, ia mampu membawa perusahaan Sanjaya sampai berkembang seperti saat ini.

***

"Jian!" teriak Sarah, sahabat Jiana.

Jiana menoleh ke sumber suara. Ia mengembangkan senyumnya menyambut kedatangan sahabatnya itu. Jiana memeluk Sarah sekilas.

"Dari mana saja kamu baru datang sekarang?" ujar Sarah. Karena Jiana jarang sekali terlambat saat ada kelas pagi seperti ini. Ya, Jiana termasuk mahasiswa yang rajin.

"Tadi ada urusan sebentar. Oh iya, kamu sudah mengisi formulir untuk magang?" ucap Jiana dan kini mereka berjalan menuju kelas.

"Sudah. Aku mau magang di perusahaan Sanjaya. Katanya CEO nya masih muda loh," ucap Sarah sambil membayangkan bagaimana wajah tampan sang CEO tersebut.

Jiana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kalaupun tidak ada kejadian tadi, mungkin ia akan magang di tempat yang sama dengan Sarah. Ia hanya takut jika harus bertemu dengan Raka lagi.

"Kalau kamu?" tanya Sarah dan kini mereka duduk di kursi kelas.

"Entahlah, aku masih bingung. Aku tidak mau magang di perusahaan Papaku. Papa juga pasti tidak mau menerimaku," ucap Jiana dengan lesu. Ya mungkin Papanya ingin Jiana lebih mandiri tanpa mengandalkan kekuasaan orang tuanya. Itu sebabnya, Alex selalu menolak keras jika Jiana ada kepentingan kantor untuk tugas kuliahnya. Namun jika itu bukan untuk tugas kuliah, Alex dengan senang hati mengajari putrinya itu.

Part 03

"Kenapa kita tidak magang bersama saja? Bukankah itu seru," seru Sarah dengan antusias.

"Nanti coba aku tanya sama Papaku deh," jawab Jiana sambil nyengir ke arah Sarah.

"Oke!" balas Sarah singkat.

Kelas pun dimulai. Mereka semua fokus dengan pelajaran yang diterangkan dosennya. Semua memperhatikan tanpa ada suara. Ada juga yang mencatat materi yang mereka rasa penting.

Kelas pun selesai. Para mahasiswa berhamburan keluar. Di kelas hanya tinggal Sarah dan juga Jiana.

"Ji, ke kantin yuk," ajak Sarah saat mengemas bukunya.

Namun sebelum Jiana menjawab, ponselnya berdering. Dilihatnya tertera nama 'Mama'. Jiana mengembangkan senyumnya dan menjawab panggilan itu.

"Halo Mamaku sayang," ucap Jiana dengan senang.

"Halo juga sayang. Oh iya.. Hari ini kamu masih ada kelas lagi?" tanya Desi.

Jiana berpikir sejenak. Sebenarnya hari ini ada matkul setelah jam 12.00.

"Ada sih Ma. Ada apa ya?" tanya Jiana penasaran. Sarah yang di sampingnya hanya menatap Jiana yang sedang menerima telepon.

"Izin bisa? Mama sama Papa mau ajak kamu makan siang bareng," ujar Mama Desi.

Jiana mengernyitkan dahinya. Tidak seperti biasa, ada apa kali ini. Kenapa tiba-tiba mengajak makan siang bareng.

"Oke Ma," jawab Jiana singkat dan itu mengakhiri pembicaraan mereka.

Sarah yang berada di sampingnya menatap Jiana seolah meminta penjelasan. Jiana menghela napasnya dan duduk kembali ke kursinya.

"Kelas nanti siang aku izin ya. Ada urusan sama Mama," ujar Jiana sambil menatap Sarah. Sarah mengangguk. Mereka berdua keluar kelas.

Di luar, Alex sudah berdiri di depan mobil menanti anak kesayangannya. Jiana melambaikan tangannya ke arah Papanya. Kemudian Jiana pamit kepada sahabatnya itu. Jiana sedikit berlari menuju mobil papanya.

"Loh, Pak Rio ke mana Pa?" ujar Jiana sembari masuk ke dalam mobil.

"Pak Rio sudah papa suruh untuk pulang tadi. Papa kan ingin menjemput putri kesayangan Papa ini," ucap Alex santai. Jiana hanya ber oh ria saja.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan kota yang tampak ramai seperti biasanya. Jiana memilih untuk bermain dengan ponselnya. Sedangkan Alex fokus dengan kemudinya.

Tak butuh waktu lama. Mereka sudah sampai di depan rumah. Jiana mengernyitkan dahinya. Ia pikir mereka akan makan siang di restoran atau di tempat lain.

Mereka keluar dari mobil dan menuju dalam rumah. Langkah Jiana terhenti saat melihat seorang wanita paruh baya dengan seorang laki-laki muda. Dalam hatinya bertanya-tanya, siapa mereka dan ada keperluan apa datang ke sini.

"Kak, sini. Kenapa berdiri saja di situ?" ucap Desi yang menyadari anaknya masih mematung tak jauh dari pintu rumahnya.

Wanita paruh baya dan laki-laki itu sontak menoleh ke arah Jiana. Jiana semakin terkejut saat melihat laki-laki yang duduk bersama keluarganya adalah laki-laki yang tadi pagi ia temui.

"I-iya Ma," ucap Jiana dan kini ia melangkahkan kakinya ke ruang keluarga.

Jiana bersalaman dan mencium punggung tangan orang tuanya dan wanita paruh baya itu secara bergantian. Setelah itu ia beranjak ke kamarnya.

"Mau ke mana?" tanya Desi saat melihat Jiana akan pergi dari situ.

"Ke kamar Ma," jawab Jiana cuek.

"Sini duduk sama Mama. Nanti saja ke kamarnya," suruh Desi. Jiana menghela napasnya dengan pelan lalu menuju sofa dan duduk di sana. Semua perilaku Jiana tak lepas dari perhatian Raka. Raka menatap lekat Jiana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!