Khanza Meidina, Seorang gadis kutu buku, yang sering di juluki cewek culun di sekolahnya. Tapi Dia selalu mampu membuat orang tuanya dan dua kakaknya bangga akan prestasi-prestasi yang sering di raihnya. Khanza selalu menjadi anak kebanggaan di dalam keluaganya.
Hari ini adalah hari pertama Khanza, memasuki sekolah putih abu-abu. Di mana sebuah kisah cinta akan terukir pada anak remaja seusianya. Tetapi, Khanza sendiri ragu akan 'kah dirinya, juga merasakan lukisan cinta dari dewi asmara itu.
Cinta, satu kata yang sarat akan beribu makna. Cinta hadir tak kasat mata, dan pergi tanpa harus di minta. Cinta mampu mengubah segalanya, dan cinta juga mampu menghilangkan akal sehat kita.
Khanza tidak berani bermain dengan sebuah kata yang bernama cinta. Karna terbayangkan sebuah luka yang akan terasa sangat sakit menyiksa jiwa, sedangkan sangat sulit untuk mencari obat penawarnya. Tetapi, siapa sangka cinta itu datang tanpa harus di minta, dan tanpa izin dari sang empunya.
Pada saat cinta itu hadir, Khanza terlalu takut akan perasaannya. Dia menampik cinta dengan kata mangagumi. Dia berharap ketika sakit yang di rasa tidak membawanya pada keterpurukan patah hati yang hakiki. Dia juga berharap agar selalu bisa bangun ketika dia terjatuh dan terjatuh lagi.
Ternyata .... Beberapa kali Khanza berhasil menampik rasa cinta menjadi mengagumi, dia mampu untuk selalu tegar ketika tersakiti. Bahkan berkali-kali terjatuh pada titik terendah, dia mampu bangun kembali.
Setelah Khanza mengetahui apa itu namanya cinta, dan merasakan bahwa cinta itu akan selalu berdampingan dengan rasa sakit. Dia mencoba untuk pasrah dan mengalah pada takdir cinta yang tergaris untuknya.
Dia berjanji pada dirinya akan menjaga perasaan orang yang selalu mencintainya. Mencoba tidak menyakiti hati orang yang terus ada untuk menjadi sandrannya.
*KHANZA*
***
Seorang lelaki yang hampir sempurna di mata semua kaum hawa. Bahkan hampir semua wanita mengagumi ketampanannya. Tak terkecuali para senior di sekolahnya. Mempunyai paras menawan ditambah kekayaan orang tuanya membuatnya selalu di dambakan kaum hawa. Untuk menjaga image-nya di sekolah, dia menjadi sosok cowo sombong, sekaligus cowo pengec*t yang tidak berani mengungkapkan perasaan cintanya pada seorang gadis culun yang mampu mengalihkan perhatian, dan merebut semua rasa cinta yang ada di dalam hatinya.
Hanya karena malu akan penampilan gadis cupu itu, dia rela menyakiti perasaan Khanza. Selalu menggeluarkan kata hinaan untuk gadis itu di depan teman-temannya. Tetapi, sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, dia begitu mengagumi gadis cupu itu. Bahkan bukan hanya sebatas kagum melainkan sebuah cinta yang habis menguras jiwa.
Dia menyadari rasa cintanya setelah kecemburuan mengusai dirinya. Cemburu buta yang di rasanya menjadikannya seorang lelaki yang tempramen penuh dengan emosi. Setiap kali dia melihat Khanza dengan lelaki, dia tidak bisa mengontrol emosinya. Meluapkan segalanya dengan cara yang salah di mata Khanza.
Arif Saputra Wijaya, seorang lelaki tampan, mapan yang penuh kharisma. Hanya karna sebuah reputasi, dia melukai orang yang selama ini selalu ada untuknya. Orang yang selalu berjuang demi dirinya, orang yang selalu berusaha membuatnya selalu tertawa. Walaupun dia berulang kali menghinanya.
Tetapi, Khanza selalu mengerti dengan semua perlakuan Arif, Dia selalu menerima perlakuan Arif kepadanya. Bahkan dia selalu membantu Arif dalam pelajarannya. Arif yang kepintarannya di bawah rata rata, karna waktunya selalu di habiskan untuk bermain dan berkumpul dengan teman-teman bahkan dengan cewe-cewe cantik yang selalu mengejarnya.
Agar reputasinya selalu terjaga, dia bahkan berpacaran dengan salah satu senior cantik idola sekolahnya. Sering tertinggal catatan mata pelajaran di kelasnya, membuat Khanza selalu empati untuk memberikan buku-buku catatan pada Arif. Bahkan Khanza rela menyalinkan sendiri catatan untuk Arif.
Perlakuan hangat Khanza membuat Arif sedikit demi sedikit luluh mencintainya. Bahkan dia tidak rela jika berbagi kebaikan gadis itu pada orang lain.
*ARIF
***
Nadia Sakila, sering di panggil Dea. Teman sebangku dari Khanza. Awal pertemuannya dengan Khanza menjadikannya bersahabat dengan gadis cupu itu. Karena Khanza pernah menolongnya dari para senior rese yang hampir mengeroyoknya.
Dea seorang gadis cantik dan sexy, bahkan senior lelaki di sekolahnya berkali-kali mengejarnya. Sampai dia harus berurusan dengan Geng Centil di sekolahnya karena di tuduh merebut kekasih salah satu anggotanya.
Dia tidak malu jika berteman dengan Khanza, karena menurutnya Khanza begitu baik kepada orang lain, dan sangat jarang sekali menemukan orang baik seperti dia sekarang ini. Dea yakin kalau Khanza sebenarnya cantik, hanya saja kecantikannya tertutup dengan tampilan cupunya. atau mungkin bisa saja Khanza hanya pura-pura cupu menurutnya. Buktinya dia bisa membantu Dea dari gangguan Geng centil yang selalu iri dengan kecantikannya
Mereka selalu berbagi cerita, tertawa bersama, bahkan Khanza tidak sungkan untuk membantu Dea dalam pelajaran-pelajaran yang tidak mengertinya, terutama pada pelajaran matematika dan fisika. Tetapi, ada satu yang tak bisa dia bantu Khanza. membantu menyatukan cinta Dea dengan sang pujaan hatinya.
Dea yang selalu heboh sendiri dengan suara cemprengnya membuatnya selalu bermusuhan dengan laki-laki di belakang bangkunya.
*DEA(sahabat cempreng khanza)*
****
Randra Prawira, adalah teman sekaligus sahabat Arif si cowok gila reputasi. Randra juga tidak kalah tampan dari Arif, kalau mereka berjalan berdua sudah seperti artis yang di kerumuni para fans-nya.
Randra cowok tampan juga tak kalah mapan dari Arif. Tapi, dia tidak seperti Arif yang gengsi terhadap wanita, dia si playboy di sekolah, suka merayu cewek sana sini.
Suka baperin cewek tapi di tinggal pas lagi baper-bapernya.
Anehnya, wanita yang di sakitinya tidak pernah dendam sama dengannya. Malah selalu mengejar-ngejar Randra, cuma buat minta balikan. Tetapi ada satu wanita yang benar-benar di kaguminya.
Berawal dari wanita itu menolongnya dari bahaya, membuatnya manaruh rasa kagum pada keberaniannya. Seorang gadis yang tidak dia sangka begitu berbeda dengan tampilannya.
Sialnya Randra tidak bisa mendapatkan hati seorang Khanza Meidina. Dia harus bersaing dengan sahabatnya yang lebih dulu di cintai Khanza. Randra mencoba menerimanya dengan membiarkan Khanza bahagia bersama Arif. Biarlah Rasa cinta itu di pendam dalam hati yang terdalam untuknya.
Randra tak pernah akur dengan Dea, menurutnya Dea begitu berisik dan terlalu ribet jadi wanita. Sehari-hari mereka selalu berseteru jika bertemu.
*RANDRA(playboy cap kadal)
Faizal Saputra, adalah sahabat Khanza dari kecil. Mereka terpisah jarak dalam waktu yang cukup lama.
Kini Faizal kembali bersama Khanza menebus waktu yang pernah terbuang saat mereka tak bersama.
*Faizal
***
Kembali ke tokoh utama Khanza.
Sebenarnya, Tampilan Khanza tidak seperti gadis cupu pada umumnya. Hanya saja rambut yang sering kali di kepangnya, dan muka yang polos apa adanya membuatnya di panggil cewek cupu di sekolahnya.
Khanza seorang gadis manis tapi begitu tomboy kelakuannya. Gimana tidak tomboy, Kerjaannya suka main game online, dan nonton pertandingan bola, dia juga pemegang sabuk hitam dalam ilmu bela dirinya. Terkadang jika ada waktu senggang dia berkumpul dengan anak-anak geng motor. Penampilannya juga jauh beda dari wanita pada umumnya.
Aduh! ini cewek ko bisa di katain gadis culun sih.
Setelah dia mengenal yang namanya cinta, Dia mulai mengubah sedikit demi sedikit penampilannya. Di mulai dari gaya pakain, dan rambutnya, Khanza juga mulai memoles sedkit make up di wajahnya. Akhirnya Khanza bisa mengubah sedikit sudut pandang orang lain terhadap dirinya.
Cowok yang tadinya memandang sebelah mata sudah mulai berpaling arah mengaguminya. Di cemburui orang yang di kaguminya memberikan kebahagiaan tersendiri untuknya.
Tapi, sebuah jalan menuju cinta tak semudah bayangannya. Jalan cinta yang mereka lalui penuh tantangan dan rintangan.
*KHANZA(setelah berubah)*
.
.
.
*Tungguin kisah cinta dari ARIF dan KHANZA ya guys!!!
.
.
.
.
*Di awal bab ini izinkan saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak MANGATON dan NOVELTOON, serta para pembaca yang sudah meluangkan waktunya membaca karya dari saya. Mohon maaf dari saya jika ada salah-salah kata atau kata yang tidak berkenan bagi para pembaca, dan mohon kritik dan sarannya karna ini penulisan pertama dari saya, mohon di maklumi ya🙏🙏🙏
Sekali lagi terimaksih kepada semua pihak terkait.
Salam damai✌️dan
semoga suka.
tinggalkan like dan komen ya setelah baca😘😘😘
Melangkahkan kaki dengan setengah berlari menuruni anak tangga, Khanza tergesa-gesa, karena sudah hampir terlambat di hari pertama masuk sekolah.
"Ma! kenapa nggak bangunin aku, sih?" teriak Khanza dengan nada manjanya.
"Mama itu sudah bangunin kamu berkali-kali Za! kamunya aja yang susah di bangunin. Pasti habis nonton bola, atau nggak, main game lagi kan?" ucap Mama Khanza dengan setengah mengomel.
"Khanza .... Khanzaa! kenapa, sih? kamu itu selalu begadang untuk suatu hal yang tidak penting dan bisa merugikan kamu!" sembur Zay Kakak Khanza dengan menghela nafas beratnya.
"Kakak cape lo Za! menasehati kamu hampir tiap hari. Ingat, kamu itu sudah SMA lho." Kakak super galaknya Khanza ikut ngomel dengan kelakuan si Adik yang tak pernah berubah.
"Maaf Ma, Kak, semuanya. Khanza tidak akan mengulanginya lagi," tutur Khanza dengan nada di buat-buat agar masalah tidak panjang lebar.
"Untuk apa minta maaf jika selalu kamu ulangi." Papa Khanza ikut geram.
"Sudah-sudah! ayo cepat makan sarapan kamu Za. Nanti terlambat," tegur Kakak Zian. Kakak Ipar Khanza yang selalu memanjakan Khanza mencoba membantu menengahi omelan-omelan untuk Khanza.
"Eemm .... Aku nggak sarapan deh, sudah hampir terlambat. Nanti makan di kantin aja ya?" pamit Khanza sambil berlalu mau pergi.
"Eh ... tunggu Za. Kamu bareng Papa aja, biar sekalian di antar sama Papa," papar Papa Khanza menyelesaikan sarapan dan bersiap berangkat kekantor.
"Yaudah, ayo Pa!"
Keduanya pun berpamitan dan berlalu meninggalkan kediaman mereka.
Setelah menempuh setengah perjalanan tiba-tiba ada sebuah motor yang hampir menabrak mobil mereka.
Bruk!
"Eh, suara apa itu Pak?" tanya Khanza. Khanza yang sedang asik mengobrol dengan Papanya begitu terkejut.
"Maaf, Non. Sepertinya ada yang menyerempet mobil kita, sebentar saya lihat dulu." Pak Sopir coba memberitahukan apa yang terjadi.
"Eh, Mas! kalau bawa motor itu hati hati dong. Bisa membahayakan nyawa orang lain nanti!" Bentak Pak Sopir dengan nada setengah meninggi.
"Maaf, pak. saya buru buru."
"Maaf.... Maaf! enak banget cuma Ngo_"
"Kamu tidak apa-apa?" Khanza turun dari mobil sambil membantu cowok yang tadi terjatuh dari motornya karena hampir menabrak mobil yang dia tumpangi.
"Tidak apa-apa, terima kasih sudah membantu saya," tuturnya sambil memperhatikan gadis yang sedang menolongnya.
"Yaudah, Pak. Lagian nggak ada yang kenapa-napa juga, 'kan?" Khanza mencoba meredakan emosi bapak supir yang tadi sudah terbawa emosi. Bapak sopir cuma membalas dengan anggukan kepala patuh.
"Siku kamu kayanya tergores, ini ada plester buat kamu." Khanza menyerahkan plester luka yang selalu di bawa di sakunya.
Khanza langsung berlalu memasuki mobil, meninggalkan pria yang masih mematung menatap kepergian Khanza.
cewe itu baik juga, senyumnya manis, tapi penampilannya ....
Berbicara dalam lamunannya sampai tidak sadar kalau mobil Khanza sudah menjauh pergi.
"Ah..., lupa lagi tanya nama," umpatnya.
"Sudah hampir terlambat," sambungnya sambil melihat jam di tangannya, dia pun juga berlalu dan menyimpan plester dari Khanza.
***
Di halaman sekolah SMA Bhakti Bangsa. Halaman yang masih kelihatan sepi karena masih pagi.
"Jadi anak baru aja, udah berani kamu ya?"
"jangan so, kecantikan, deh, lo!"
''Suara ribut apa tu?'' Khanza mencoba mencari suara-suara itu.
Terlihat dua orang pria dengan beberapa wanita berkumpul. Tapi.... Ada satu wanita yang sepertinya?
"Astaga!"
"Maaf, Kakak. Ada apa ini ya?" Khanza coba menahan tangan seorang cewek yang coba menampar seseorang. Sepertinya murid baru juga disini.
"Eh cupu! jangan ikut campur, deh, lo! sana minggir!" salah satu dari mereka berkata dengan nada mengusir.
"Maaf, Kak. Bukannya mau ikut campur, tapi saya cuma melihat seperti ada yang mau melakukan tindak kekerasan disini." Khanza mencoba bicara sopan agar mereka tidak tersinggung.
"Sebaiknya, Kamu jangan ikut campur. Sana pergi! Ini urusan kami, dia ini sudah membuat masalah dengan kami. Jadi kamu tidak usah ikut campur!" menunjuk gadis yang dari tadi cuma menunduk ketakutan.
"Se-sekali lagi ma-maaf, Kak. Ta-tapi bukan saya yang menggoda pria ini. Ta-tapi ...." sanggah gadis itu dengan suara bergetar mencoba memberikan perlawanannya.
"Tapi apa? tadi kamu yang coba mengajakku kenalan," ucap Sony pacar dari salah satu anggota geng rese yang so berkuasa di sekolah.
"Bu ... bukan a-aku."
"Hai? Ada ribut apa ini?" Arif datang menghampiri teman-teman prianya, yang sepertinya ada ribut-ribut, tidak tau masalah apa.
"Permisi, Kak. Kita balik ke kelas dulu," pamit Khanza menarik tangan gadis yang tadi di sudutkan sama sekelompok senior. Dipikir Khanza ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk pergi dari mereka.
Khanza berlalu pergi dari sana. Tanpa ada yang menyadari Arif terus memperhatikan Khanza.
Itu ... 'kan gadis yang tadi nolongin aku di jalan.
"Eh, lo Rif? akhirnya, lo masuk di sekolah ini juga?" sapa Sony menepuk bahu Arif yang ternyata teman sekaligus adik kelasnya. Arif siswa baru juga di sekolah Bhakti Bangsa ini.
"Iya dong. 'Kan, biar bisa sering ngumpul bareng kalian. Cewek itu siapa?" tanya Arif menunjuk ke arah Khanza yang sudah berlalu pergi.
"Hai... ganteng? kenalan sama kita kita dong?" celetuk Zia salah satu geng rese yang Mulai tebar pesona.
"Iya, nih, sayang, punya teman ganteng. Kenalin dong, sama kita-kita," tambah Tia pacar
"Kenalin, nih. Teman gue namanya, Arif. Dia anak baru di sini," terang Adit teman dari Sony memperkenalkan Arif pada geng rese.
"Hai, gue Vera."
"Gue, Ifa."
"Gue, Sofi."
"Gue, Zia."
"Gantian, dong. Kenalin gue Tia pacarnya Sony."
Mereka bersalaman satu persatu.
***
Sementara Khanza membawa gadis yang tadi di tolongnya ke kantin sekolah.
"Hai? kamu nggak apa-apa 'kan?" tanya Khanza, setelah mereka duduk di bangku kantin dan memesan minum.
"Enggak apa-apa, kok. Untung aja tadi ada kamu yang nyelamatin aku. Terimkasih banyak ya? Kalau nggak ada kamu, nggak tau, deh, gimana nasib aku? sekali lagi terimakasih ya?" cerocosnya.
"Eh! kita belum kenalan. Kenalin nama aku Nadia, terserah mau panggil apa. Bisa Nad, atau Dea. Tapi aku biasa di panggil, Dea, sih," sosor Dea yang mulai crewet. tadi aja, gugup banget.
Khanza yang mendengarkan ocehan Dea pun senyum-senyum sendiri.
"Syukurlah kamu ngga apa-apa. Nama aku Khanza. panggil, Za, aja."
"Ngomong-ngomong..., yang tadi. Ada masalah apa, sih? Kok, mereka kaya marah banget gitu sama kamu?" Khanza mencoba menanyakan apa sebenarnya yang terjadi, sambil mengaduk-aduk sisa minumannya di gelas.
Dea membenarkan posisi duduknya, menarik nafas mencoba bercerita dengan serius.
"Tadinya..., aku duduk membaca di taman sekolah. Entah dari mana, tiba-tiba, ada dua cowok yang tadi di taman itu. Mereka nyamperin aku, terus ngajak kenalan. ya .... Aku mau-mau aja. Nggak enak juga 'kan kalau nolak kenalan sama senior, nanti di anggap sombong atau apalah-apalah."
Dea meminum sedikit jus yang tadi di belinya untuk membasahi tenggorokannya, setelah itu melanjutkan ceritanya.
"Setelah berkenalan. Tiba-tiba, datang sekelompok cewe yang tadi marah-marah, langsung ngatain aku. Sok, kecantikan lah, centil lah, anak baru rese lah, macem-macem deh, pokonya. Aku nggak terima. aku tanya aja, apa salahku? kenapa mereka Sampai marah-marah nggak jelas gitu. Dan katanya, aku gangguin pacarnya. Pacarnya itu, yang ternyata salah satu dari cowok yang berkenalan sama aku tadi. Aku mencoba membela diri, tapi cowok tadi memutar balikkan faktanya dengan mengatakan aku yang duluan ngajak kenalan," terang Dea menjelaskan dengan panjang lebar serta tangan dan nada seolah mencontohkan kejadian tadi.
"Terus .... Mereka percaya sama siapa?" tanya Khanza mencoba menyela cerita Dea.
"Seperti yang kamu lihat tadi, mereka lebih percaya sama cowok tadi. 'Kan dia pecarnya. Di tambah juga temannya yang satunya tadi, juga membela. Dengan membenarkan kalau aku yang mengajak kenalan. Pada akhirnya, Ya ..., seperti tadi, untung aja, ada kamu. Kalau nggak. Entah lah, mungkin sudah habis aku di makan sama mereka. Terimaksih ya, Za? Kamu bantuin aku tadi. Sampai kamu di katain cupu sama mereka," jelas Dea mengakhiri ceritanya dengan ucapan terimakasih.
"Terimakasih, sih, terimakasih. Tapi nggak usah ikut ngatain cupu juga." sindir Khanza.
Dengan senyum cengengesannya si Dea meminta maaf.
"Maaf nggak sengaja."
"Nggak papa, ko. Emang kenyataannya," balas Khanza tersenyum.
"Khanza, karena kamu sudah menolong aku. Mau nggak kamu menjadi teman aku?"
ajak Dea dengan gaya lebaynya sambil mengacungkan jari kelingking.
"Em ... gimana ya?" tukas Khanza terdengar seperti ragu, dan membuat Dea menekuk mukanya cemberut.
"Ok. Mulai sekarang kita temanan." Khanza menautkan jari kelingkingnya dengan Dea.
Dea yang kegirangan langsung memeluk Khanza dengat eratnya.
"Hore! aku punya teman. Akhirnya kita temenan yeayy!" Dea Berteriak dengan gaya lebainya dan suara cemprengnya.
Kring-kring-kring!
Bel masuk pun sudah berbunyi.
Mereka masuk ke kelas begandengan tangan. Setelah sampai di depan pintu masuk kelas, Khanza menghentikan langkah kakinya. Kaget dengan apa yang di lihatnya. Dea pun ikut menghentikan langkah kakinya dan mencoba mengikuti pandangan Khanza. Ternyata ada Arif yang ingin memasuki kelas yang sama. Arif dan Khanza tanpa sengaja beradu pandang. Seakan terkunci dalam pandangan masing-masing mereka di kejutkan dengan Dea.
"Ehem. Sudah kali, tatap-tatapannya? Emang tu, mata ada gemboknya,ya? kok lama banget?" sindir Dea.
Emang dasar si cewe ngeselin si Dea.
Mereka pun mengakhiri tatapannya dengan sama-sama terlihat salah tingkah.
"Yo, masuk, Za!" ajak Dea menarik tangan Khanza dan mencari tempat duduk untuk mereka berdua tempati.
Ternyata satu sekolah dan satu kelas sama tu cewe.
Arif juga melangkah memasuki kelas yang sama.
"Bro, sini." Randra cowok playboy cap kadal mencoba memanggil temannya si Arif.
Tak di sangka Arif duduk tepat di belakang bangku Khanza.
Dia kan, cowo yang tadi jalan? ternyata ganteng juga ya?
Khanza berkata dalam hati dengan mata terus memperhatikan Arif yang berjalan melalui dirinya. Sesaat setelah Arif sampai di samping Khanza mereka beradu pandang lagi.
Dengan cepat Khanza memalingkan wajahnya karna malu-malu.
"Bro, lo, kenal sama gadis cupu itu?" setelah Arif duduk di bangkunya, Randra bertanya karena melihat Arif yang dari tadi curi-curi pandang dengan gadis di depannya.
"Nggak, lah Ran?"
"Terus, kenapa dari tadi di lihatin mulu?" ejek Randra setengah berbisik agar tidak kedengaran sama orang yang di bicarakan.
Buk!
Dea menggebrak meja mengejutkan mereka berdua.
"Eh, lo, berdua kenapa? dari tadi bisik-bisik sambil liatin teman gua?" teriak Dea langsung menunjuk Randra dan Arif bergantian. Mereka kedapatan Dea memperhatikan Khanza. Khanza yang di liatin nggak perduli malah Dea yang sewot.
"Lo, ngagetin, gue, tau nggak? siapa juga yang liatin temen cupu, lo, itu?" balas Randra tidak terima dan langsung nyolot.
"Terus, dari tadi ngeliatin Khanza sambil bisik-bisik kenapa? pakai ngatain cupu lagi!" geram Dea tidak kalah nyolot.
Jadi namanya Khanza. Nama yang bagus, manis kaya orangnya, sayang aja, sih, dia cupu.
Arif yang sama sekali tidak perduli dengan pertengkaran Randra juga Dea, malah melamun dengan pikirannya sendiri dengan sesekali melirik Khanza.
"Ada apa, sih, De?" Khanza yang merasa terganggu akhirnya bicara.
"Ini Za, makhluk dua. Dari tadi aku perhatiin ngeliatin ka_" Dea mencoba memberitahu Khanza apa yang dia lihat.
"Eh, siapa yang ngeliatin dia, ya?" randra tidak terima dan mencoba menyangkal.
"Sudah-sudah! gurunya udah masuk," ucap Khanza, mencoba melerai Dea dan Randra. Kebetulan guru mata pelajaran hari ini sudah mulai masuk ke kelas mereka. Jadi diam deh si tom dan jerry.
"Awas aja lo nanti!" pekik Dea dengan nada mengancamnya.
"Apa, lo. blee ...." balas Randra sambil menjulurkan lidah mencoba mngejek Dea.
"Sudah-sudah! kalian ini," ucap Khanza.
Mereka pun mengakhiri pertengkarannya. dengan fokus pada materi yang di ajarkan oleh guru mereka.
.
.
.
*Maaf ya kalau masih banyak typo dalam penulisannya, mohon kritik dan sarannya🙏🙏🙏
Khanza merapikan buku dan alat tulisnya, kerena jam pelajaran sudah berakhir dan waktunya untuk pulang kerumah.
Khanza dan Dea berjalan bersama menuju halaman sekolah, Dea yang sudah di jemput oleh supir nya pamit pulang duluan. Sekarang tinggal Khanza yang berdiri menunggu jemputan di depan sekolah, tanpa dia sadari ada seseorang yang dari tadi memperhatikannya dari jauh.
Menunggu lama sampai sekolah sudah mulai sepi. Tiba-tiba, ada sebuah motor menghampirinya, Khanza terkejut melihat seseorang lelaki dikenalnya pun hanya memberikan senyum manisnya.
Arif yang dari tadi memeperhatikan diam diam Khanza merasa kasihan karena dia masih belum di jemput.
Sekolah sudah sepi, ko dia belum di jemput juga ya? apa aku samperin aja ya?
Akhirnya Arif pun memutuskan menghampiri Khanza.
"Belom di jemput juga?" tanya Arif.
"Belom, mungkin masih di jalan."
"Mau aku antar?" tawar Arif.
"Terimaksih ... tapi maaf. Mungkin sebentar lagi jemputanku datang," ucap Khanza menolak secara halus tawaran dari Arif karena dia belum begitu akrab dan juga merasa malu.
"Oke, nggak papa. biar aku temenin aja sampai jemputan kamu datang," ucap Arif.
Khanza hanya membalas dengan anggukan dan senyumannya. Sambil menunggu jemputan mereka pun terdiam begitu lama mungkin karena memang canggung karena masih baru kenal.
Arif teringat kalau mereka belum berkenalan.
"Oh, iya. Kita 'kan belum kenalan. Kenalkan, namaku Arif." Arif mengulurkan tangan untuk berkenalan.
"Nama ku Khanza." balas Khanza Tersenyum membalas jabat tangan Arif.
Ganteng banget sih ni orang, baik lagi, mau nemenin aku disini. Hari gini kan jarang ada cowok ganteng mau nemenin cewek cupu kaya aku
Berbicara dalam hati, Khanza yang terpesona dengan Arif tanpa sadar belum melepas tangannya.
"ehem ...." Arif berdehem untuk menyadarkan Khanza.
"Eh, Maaf." Khanza tersenyum malu karena kedapatan melamun.
"Terimaksih ya Za? karena tadi udah bantuin aku pas jatuh dari motor," ucap Arif pada Khanza.
Khanza baru menyadari kalau orang yang tadi di tolongnya adalah Arif.
"Eh, iya sama-sama. Aku baru sadar kalo yang tadi hampir tertabrak itu kamu."
"Bukan hampir tertabrak Za, tapi hampir menabrak, untung aja yang di tabrak baik hati," ucap Arif meralat Khanza dengan senyum mengembang.
Tanpa Khanza sadari dia semakin terpesona dengan kegantengan Arif, apalagi kalau dia senyum seperti itu, semakin menambah aura kegantengannya.
Cukup lama menunggu dan membuat mereka semakin akrab, saling bertukar candaan mereka merasakan kenyamanan berteman.
Jemputan Khanza datang. Khanza langsung masuk kedalam mobil, setelah masuk dia membuka kaca mobilnya.
"Bye .... Aku duluan ya Rif? makasih sudah menemani, sampai jumpa besok," ucap khanza dari balik kaca Dengan senyum yang tak pernah lepas,Khanza mengucapkan salam perpisahan.
"Sama-sama Za. Sampai jumpa besok. Jangan lupa nanti kabarin aku kalau sudah sampai." ucap Arif mengingatkan Khanza agar menghubunginya, karena tadi mereka sudah bertukar no telpon. Tapi, karena Khanza tidak membawa handphonenya, dia pun berjanji akan menghubunginya nanti.
"Oke, Rif." Khanza melambaikan tangan sembari menutup kaca mobilnya.
Arif juga membalas lambaian tangan serta senyum mengembangnya.
Dia juga menaiki motornya untuk segera pulang ke rumah. Arif masih terdiam menatap mobil Khanza yang sudah mulai jauh.
Ternyata manis dan asyik juga orangnya, walaupun cupu tapi nyaman buat di ajak sharing.
Arif menyalakan dan melajukan motornya untuk pulang kerumah.
Begitulah awal dari cerita Khanza dan Arif yang tanpa mereka sadari sama sama mengagumi, dengan memutuskan berteman mereka mengukir kisah mereka di putih abu abu.
*Khanza dan Arif*
***
Setelah sampai di rumah.
Khanza yang sangat lelah menjalani hari pertamanya memasuki sekolah, langsung pergi kekamar dan membersihkan dirinya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Khanza yang teringat dengan Arif dan berjanji akan menghubunginya kembali mengambil benda pipih yang di simpannya di dalam nakas.
Merebahkan diri di tempat ternyamannya, Khanza membuka handphonenya, benar saja ada chat dari nomer baru yang sudah dia ketahui, karena tadi Arif sudah mengirim chat Tes kepadanya.
Khanza dengan senyum-senyum sendiri membaca dan membalas pesan dari Arif teman barunya.
💌"Assalamualaikum Rif🙏."
Tak butuh waktu lama dari Arif membalas chat dari Khanza karena sejak tadi pun dia sudah menunggu Khanza menghubunginya.
💌"Waalaikumsalam Za, sudah sampai rumah Za?"
💌"Alhamdulillah sudah sampai Rif, kamu juga sudah sampai rumah ya?"
💌"iya sudah sampai Za, ini lagi istirahat."
💌"sama dong kita😁, kamu udah makan belom Rif?"
Khanza menunjukkan perhatiannya kepada Arif.
💌"Belom Za, soalnya nungguin seseorang yang udah janji mau balas chat aku, kalau sampai rumahnya😝."
Pipi Khanza langsung bersemu merah membaca chat dari Arif, dia pun menenggelamkan wajahnya di bantal karena merasa ada sesuatu yang berbeda, seperti ada yang menggelitik di dalam dirinya.
💌"yaudah makan dulu sana, nanti kamu sakit. Kan udah di tepatin janjinya😉."
💌"oke Za, aku makan dulu ya. Nanti kita sambung lagi🙏, kamu juga jangan lupa makan."
💌"oke Rif👌, selamat makan."
Mereka mengakhiri chat mereka. Dengan sama-sama tersenyum menatap layar handphonenya.
Khanza merasa aneh sendiri, bolak-balik badan, senyum-senyum sendiri, merasakan seperti ada bunga bermekaran dan kupu-kupu yang beterbangan di sekitarnya.
Sambil mendekap benda pipih di dadanya tanpa terasa Khanza sudah beralih ke dunia mimpinya.
Tertidur dengan perasaan bahagia. Perasaan yang tidak pernah di rasakan oleh seorang gadis cupu seperti Khanza. Teapi dia tidak tahu rasa apa yang sudah muncul di dalam dirinya.
***
Sementara di jam yang sama tetapi dengan tempat yang berbeda, Arif sudah berganti pakaian santainya. Keluar dari kamar menuruni tangga untuk menuju dapur. Menyantap makanan yang sudah bibi buatkan untuk makan siang, karena sedari tadi dia sudah menahan laparnya.
Rumah yang terlihat sepi karena orang tuanya pergi keluar kota. Pak Irfan, ayah dari Arif yang merupakan seorang CEO di perusahaannya sendiri. Sekarang beliau sedang ada tugas di luar kota, Ibu Rita istri dari Pak Irfan atau Ibu dari Arif, juga menemani suaminya keluar kota.
Arif hanya seorang diri di rumah karena dia yang seorang anak tunggal di keluarganya.
Cuma ada beberapa pembantu yang menemaninya. Tetapi, ini sudah biasa bagi Arif karena sudah sering dia di tinggal sendiri di rumah.
Dia pun tak pernah mempermasalah kan hal ini, karena dia tau orang tuanya bekerja keras demi dirinya.
Untuk itu, meskipun dia berasal dari keluarga kaya, tetapi dia bukan tipe orang yang suka menghambur-hamburkan uang keluarga demi sesuatu yang tidak penting.
Meskipun di rumahnya terdapat beberapa mobil tapi dia memilih naik motor untuk kesekolah.
selain karena ingin lebih hemat, terutama hemat waktu, dia juga hobi menaiki motornya.
Hanya sesekali dia memaikai mobilnya.
Selesai makan Arif kembali ke kamarnya, dengan memainkan alat musik gitar untuk menghilangkan rasa sepinya, kini dia berada di balkon kamarnya.
Arif yang sangat piawai memainkan Gitar dengan suara merdu dia mencoba menyalurkan perasaanya. Lewat lantunan lagu, bait demi bait dia bernyanyi, tanpa dia sadar bayang-bayang pertemuannya dengan Khanza menari nari di benaknya.
Ketika petikan terakhir gitarnya dia membuka matanya dan tersenyum menatap pemandangan di depannya.
Kenapa aku jadi terbayang Khanza, tidak mungkin 'kan, aku jatuh cinta pada pandangan pertama, dia kan cuma gadis cupu, aku tidak mungkin berdampingan dengan gadis cupu, apa kata orang nanti.
Arif mencoba menampik perasaannya, tetapi, tidak dengan pikirannya yang terus terusan terfokus pada Khanza apalagi senyumnya.
Dengan gitar di pelukannya, Arif tersenyum mengingat senyum Khanza.
"Kalau memikirkan dia terus bisa-bisa beneran jatuh cinta aku. Lebih baik aku cari angin sore keluar," ucap Arif sendirinya.
Berbicara sendiri dan bangun berdiri masuk kedalam kamarnya, dia menarik nafas dan menghembuskannya secara kasar, meletakkan kembali gitarnya dia memakai jaket dan mengambil kunci motornya.
Pergi mencari angin di sore hari, untuk mengalihkan pemikirannya tentang Khanza.
.
.
.
.
.
.
*Jangan lupa like, fav, bintang 5, dan komennya guys!!!😘😘😘😘
*Terimakasih yang sudah memberikan like dan komen,serta kritik dan saran nya🙏🙏🙏.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!