Pada suatu hari, adalah rumah yang dihuni oleh dua orang, mereka berdua adalah seorang kakek dan nenek. Seorang nenek itu sedang terkena sebuah penyakit. Kakek, sekaligus suami nenek itu membawa istrinya ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa nenek itu terkena penyakit stroke ringan. Tetapi nenek itu sesungguhnya sangat mengetahui kalau dirinya tidaklah terkena penyakit stroke ringan, karena nenek itu tiba-tiba saja merasakan suatu hal yang berbeda dalam tubuhnya, seperti ada sihir yang bekerja dalam tubuhnya!
Dalam kamarnya, nenek itu tengah berbaring di atas tempat tidur putih yang amat empuk dalam keadaan lampu yang redup, nenek itu bergumam dalam hati, "Sudah saatnya, sudah waktunya. Aku bisa melakukannya, aku bisa, aku bisa melakukan sihir itu, wahai penduduk dunia Langit. Wajahku akan amat terkenal oleh kalian kelak, lalu tanda silang dalam catatan penjelasan sihir itu akan dihapus."
...***...
Izinkan diriku untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu...
Halo semua, perkenalkan namaku Evan. Usiaku sekarang 13 tahun. Aku sekarang sudah duduk di bangku kelas 1 SMP. Aku adalah anak tunggal, anak satu-satunya, dan aku sebenarnya sangat menginginkan adik, ataupun kakak dari dulu, tak peduli itu laki-laki ataupun perempuan. Ah, tapi kalau kakak kan sudah tak mungkin lagi kudapatkan, kan aku adalah anak yang pertama dilahirkan oleh ibuku. Walau aku ini sudah berusia 13 tahun, tapi tubuhku ini tak seperti manusia yang berumur 13 tahun, sungguh! Tubuhku ini pendek, jujur aku masih terlihat seperti anak kelas 4 SD, entah kapan tubuhku ini akan bertumbuh tinggi seperti teman-temanku yang lain. Apakah badanku ini takkan pernah tumbuh seumur hidupku? Ah itu sangat mustahil, lagi pula aku kan sedang dalam masa pertumbuhan, tak mungkin aku tak akan tumbuh.
Duh, aku terlalu sibuk membicarakan tentang tubuhku, hingga aku lupa membahas tentang kedua orangtuaku.
Pertama aku akan membahas tentang ibuku...
Ibuku bekerja sebagai penjual nasi kuning di pinggir jalan. Setiap pagi, pukul 05:30, ibuku sudah harus bersiap-siap, lalu menyiapkan segala perlengkapan untuk menjual nasi kuning seperti nasi kuning, lauk-lauknya, begitu juga alat-alatnya, kemudian perlengkapan tersebut ditaruh ke dalam gerobak, kemudian mendorong gerobak itu sampai ke pinggir jalan, kemudian ibuku mulai menjual nasi kuning itu. Jangan salah, nasi kuning yang dijual ibuku itu sangat laku, setiap hari orang-orang mengantre panjang hanya untuk membeli nasi kuning ibuku, dan tak sampai pukul 08:00, nasi kuning yang dijual ibuku sudah habis terjual, laris manis deh pokoknya. Dan setelah ibuku selesai menjual nasi kuning, ibuku kemudian pulang ke rumah sambil mendorong gerobaknya kembali, lalu beristirahat. Dan setelah itu barulah ibuku mulai menghabiskan banyak waktu bersamaku. Aku benar-benar bangga pada ibuku.
Lalu bagaimana dengan ayahku?
Sebenarnya ayahku sudah lama meninggal, sejak aku belum lahir.
"Ayahmu dulu mengalami kecelakaan ketika ayahmu sedang mengendara mobil, nak. Ayahmu tak sengaja menabrak kendaraan mobil lain," begitulah kata ibuku dulu sambil menangis berkepanjangan, ibuku pasti masih teringat kejadian menyedihkan itu dengan detail.
Saat aku kecil aku selalu berharap untuk bisa melihat wajah ayahku, benar-benar wajah ayahku, tapi itu mustahil karena ayahku telah tiada. Jadi akhirnya ibuku memberikan foto-foto ayahku saat ia masih ada. Aku sangat terpesona melihat wajah ayahku, rupanya ia tampan. Setiap aku merindukan ayahku aku pun langsung mengambil foto ayahku, lalu aku mengecup foto tersebut.
Lanjut ke kejadian hari ini...
Aku telah mendapat kabar buruk mengenai nenekku, orang tua ibuku. Nenekku terkena penyakit stroke ringan. Aku mengetahui kabar tersebut dari ibuku, dan ibuku mengetahuinya dari pamanku, juga kakekku lewat telepon. Aku benar-benar tak percaya akan kabar tersebut, sosok yang terkenal lincah dan aktif walau sudah tua, bisa terkena penyakit separah itu. Awalnya aku berpikir nenekku bisa terkena penyakit tersebut karena ia sudah tua, tapi aku pun berpikir kembali kalau itu tidak mungkin, nenekku kan nenek terlincah yang aku kenal, apalagi nenekku sangat jago menari. Walau hanya terkena penyakit yang tertulis 'ringan', tetap saja itu adalah penyakit. Nenekku pun sedikit kesulitan bicara, tangan kanannya sulit digerakkan, jangan tanya soal berjalan, baru menginjakkan kaki ke lantai, nenekku sudah terjatuh dengan cepat. Aku dan ibuku sudah melihat kondisi badan nenekku melalui video call. Kami berdua melihat kondisi dan raut wajah nenekku benar-benar berubah drastis, sangat drastis. Astaga, entah ada apa dengan nenekku itu.
Maka dari itu, aku dan ibuku akan mengunjungi rumah kakek dan nenekku menggunakan pesawat terbang 5 hari kemudian untuk menjenguk nenekku. Dan ada kabar dari pamanku, bahwa ia, istrinya, dan dua anaknya (dua sepupuku) akan singgah ke rumah kami besok siang, dan akan tinggal di rumah kami selama 4 hari, lalu barulah aku, ibuku, pamanku, istrinya, dan dua sepupuku pergi ke rumah kakek dan nenek. Kabar baiknya, pamanku lah yang akan mentraktir aku dan ibuku untuk menaiki pesawat terbang tersebut. Pamanku memang seperti itu dari dahulu, setiap kami akan mengadakan acara keluarga, dan itu harus membuat kami pergi ke rumah kakek dan nenekku, pamanku pasti akan mentraktir kami tiket-tiket pesawat terbang tersebut. Apakah pamanku sanggup mentraktirnya, lagi pula kan ia harus membayar tiket itu untuk keluarganya juga? Tentu saja sanggup, toh pamanku bekerja sebagai ahli fisika, dan kata pamanku dulu, gaji dari pekerjaan tersebut sekitar Rp 1,48 Milliar Rupiah per tahunnya. Wah, pasti mewah lah kehidupan mereka seumur hidupnya.
"Nak, bantu ibu membersihkan rumah ini dulu yuk, pamanmu dan keluarganya itu kan akan datang besok siang, jadi rumah kita harus bersih, kalau tidak bisa-bisa mereka tidak nyaman tinggal di rumah kita," perintah ibuku pada malam ini.
"Ah, kalau ibu tidak menyuruhku pun pasti sudah aku bersihkan, Bu," seruku.
"Ya baiklah... baiklah... ibu hanya mengingatkan saja, nak," kata ibuku lembut.
Kami berdua benar-benar sibuk, kami mengelap meja, laci, televisi, dan sebagainya. Kami juga menyapu dan mengepel lantai dengan amat serius, setiap sisi tak boleh ada yang kotor sedikit pun. Tak lupa kami membersihkan toilet, karena itu adalah tempat yang sangat bau, dan gampang sekali terkena kotoran, termasuk bagian ******, ember, begitu pula bak nya. Setelah selesai
,kami berdua pun istirahat. Kami sudah terlalu lelah untuk mengerjakan semua pekerjaan tersebut.
Beberapa menit kemudian kami berdua tertidur pulas karena kelelahan.
Aku benar-benar tak sabar menunggu kedatangan pamanku dan keluarganya, itu pastilah menyenangkan karena suasana hari esok akan ramai oleh mereka...
^^^BERSAMBUNG...^^^
AUTHOR MINTA MAAF JIKA ADA KESALAHAN SEPERTI CERITA TIDAK NYAMBUNG, ADANYA TYPO (SALAH KETIK), DAN LAIN-LAIN 🙏
JANGAN LUPA:
✔️ LIKE
✔️ VOTE
✔️ BERI HADIAH
✔️ KOMEN
✔️ TAMBAHKAN KE FAVORIT
Hari telah pagi, aku telah bangun dari tidurku di pagi itu. Pemandangan di balik jendela kamarku ini sangat indah, lingkungan di sana seolah dilukis oleh langit biru, awan putih, begitu pula burung-burung yang berkicau menyambut hari yang baru.
Aku harus bersiap dengan cepat, karena aku harus pergi dan belajar di sekolah. Aku pun mandi sampai tubuhku benar-benar bersih, lalu aku memakai seragam SMP ku, tak lupa aku membuat sarapan untukku sendiri, kemudian memakannya dengan lahap, barulah aku mengunci seluruh pintu dan bergegas ke sekolah. Aku menyiapkan segalanya sendiri, bukan oleh ibuku karena sebelum aku bangun, ibuku sudah berangkat untuk menjual nasi kuning, seperti yang kubilang sebelumnya, ibuku sudah berangkat dari pukul 05:30 pagi. Lagipula aku sudah mandiri, bisa menyiapkan segalanya sendiri.
Jarak dari rumah ke sekolahku tidak jauh, jadi aku tak perlu menggunakan kendaraan apapun itu untuk sampai ke sekolah, cukup dengan kekuatan kakiku sendiri, aku berjalan kaki dengan semangat, dan sampai di sekolah dengan cepat dan tepat waktu.
Saat aku masuk ke kelas, aku menyapa temanku yang sudah berada di dalam kelas, dan mereka pun menyapa balik. Aku pun duduk di kursi ku yang terletak di bagian depan, ditengah suasana kelasku yang masih gelap karena lampu belum dinyalakan. Merasa bosan, aku pun mengobrol sebentar dengan teman-temanku tentang berbagai hal. Kami masih punya waktu setengah jam lagi, karena setengah jam lagi kami harus memulai pelajaran.
Setengah jam berlalu tanpa terasa, waktu telah menunjukkan pukul 07:00, seluruh teman-temanku sudah datang semua ke kelas. Bel berbunyi, membuat bising satu sekolah, waktunya memulai pelajaran.
...***...
Matahari siang memancar sangat terang, membuat kulit coklatku terbakar olehnya. Aku dan teman-temanku telah pulang sekolah, karena waktu telah menunjukkan pukul 13:20. Seharusnya sebentar lagi pamanku dan keluarganya sudah ada di dalam rumahku. Aku pun langsung pulang dengan langkah kaki yang sangat cepat, untuk melihat apakah mereka telah ada di sana.
Aku sudah hampir dekat dengan rumahku. Sepi. Kelihatannya pamanku dan keluarganya belum kunjung datang, aku melihat di balik jendela depan rumah, terlihat ibuku sedang melakukan video call bersama nenek dan pamanku, aku pun melangkah ke dalam.
"Apakah itu benar Bu?" tanya ibuku lewat video call.
"Ya nak, ibu tak hanya merasa kalau ibu terkena penyakit stroke ringan, sepertinya sihir itu benar-benar bekerja dalam tubuh ibu, sihir yang tak pernah berhasil dilakukan oleh seluruh penduduk Langit Biru dan Langit Hitam, kecuali istri dari sang pencipta dunia Langit. Kalau itu benar, Ibu akan menjadi orang kedua yang bisa melakukan sihir tersebut," nenekku berkata dengan suara yang lemah karena penyakitnya menyerangnya.
"Itu sangat menarik, ibu. Bagaimana menurutmu, adikku?" tanya ibuku pada pamanku.
"Ya, aku sependapat denganmu, kakak. Jika yang dikatakan ibu itu benar, aku merasa amat bangga, dan aku menyesal karena dulu aku sempat marah pada ibu, tak terima," balas pamanku.
"Semoga saja itu benar, dik," wajah ibu penuh harapan baik.
Aku melepas sepatu sekolah yang aku kenakan, lalu menyimpannya ke dalam rak sepatu. Setelah itu aku masuk ke dalam rumah.
"Eh, Evan sudah pulang. Kemari nak, nenek dan paman sedang menelepon ibu!" ajak ibuku untuk bergabung.
Aku sudah berada di dekat daun pintu depan rumahku, aku tak mendengar percakapan mereka sebelumnya. Aku pun langsung menghampiri ibu dan menatap layar telepon. Di sana terlihat nenekku yang tengah berbaring di tempat tidur dan pamanku yang sedang duduk sendirian di kursi yang terletak di bagian depan bandara, entah kenapa mereka belum kunjung kemari, padahal mereka sudah sampai di tujuan.
"Hai Evan..." sapa nenek dan pamanku lewat video call, mereka melambaikan tangan.
"Hai..." sapaku balik.
"Bagaimana sekolahnya, Evan?" tanya nenekku patah-patah, nenekku masih kesulitan bicara.
"Baik-baik saja, Nek," kataku
"Eh Evan, paman sepertinya agak terlambat untuk datang ke rumahmu, kami sekeluarga belum makan siang, jadi kami akan makan siang dulu sebentar di dekat bandara ini, lalu kami berangkat ke rumahmu, oke?" kata pamanku.
"Oke paman, tapi paman hanya sendirian, yang lain pada kemana?" tanyaku. Bibi dan dua sepupuku memang tidak terlihat dalam video call.
"Oh, mereka sedang jalan-jalan, mengelilingi bandara ini sebentar," jawab pamanku.
"Oh oke paman," aku mengangguk.
Lalu aku pun meninggalkan ibu yang masih melakukan video call dengan nenek dan pamanku karena aku hendak mandi. Entah apa yang mereka bertiga tengah bicarakan sewaktu aku mandi. Hanya soal waktu, aku akan mengetahui bahwa mereka sedang membicarakan hal yang tidak biasa...
...***...
50 menit 50 detik telah berlalu, pamanku dan keluarganya masih belum kunjung datang ke rumahku. Aku pun menunggu pamanku dan keluarganya terlebih dahulu sambil bermain HP sebentar sambil rebahan di tempat tidur kamarku. Ibuku sedang tidur di kamar, dan jika mereka telah datang, aku akan membangunkannya. Tiba-tiba saja sebuah mobil taksi lewat dan berhenti di dekat rumahku. Aku pun segera berlari ke teras rumah dan memeriksanya, hanya untuk sebutir rasa kecewa, karena ternyata taksi itu menuju ke arah depan samping rumahku, yang tak lain adalah tetanggaku. Entah kemana ia akan pergi, aku tak memedulikan soal itu.
5 menit telah berlalu, dan mereka belum kemari juga.
"Mereka dimana ya?" ucapku dalam hati.
Tiba-tiba saja sebuah taksi lewat, tepat di depan rumahku. Aku segera berlari, menuju teras rumah dan memeriksanya. 4 orang keluar dari taksi itu, seorang laki-laki, perempuan dewasa, dan dua orang anak. Aku berteriak bahagia, lalu bergegas membuka pintu kamar ibuku, dan membangunkan ibuku. Ibuku pun membuka matanya, lalu ibuku bangun dari tidurnya. Setelah itu kami berdua keluar rumah, menuju teras, untuk menyambut mereka.
Mereka yang ku tunggu-tunggu akhirnya telah datang juga ke sini, ke rumahku.
"Hai semua nyaaa..." pamanku berseru riang, dialah yang pertama kali turun dari taksi.
"Hai paman, astaga, sudah lama aku tidak melihat paman..." kataku dengan perasaan bahagia.
"Eh, hai Evan, astaga tak terasa ya, benar katamu bahwa kita telah lama tak bertemu. Rupanya badanmu hanya segini-segini saja dari dulu, tak tumbuh satu mili pun," ejek pamanku. Aku bersungut-sungut mendengar itu.
"Haha, cuma bercanda, Van," ucap pamanku sambil ketawa. Aku pun bernafas lega.
"Hai kak, apa kabarmu?" tanya pamanku kepada ibuku.
"Ah aku disini baik-baik saja, dik, tak kekurangan suatu apapun," jawab ibuku sungguh-sungguh. Mereka berdua pun tengah berpelukan di teras rumah ini.
Lalu bibiku, dan dua sepupuku juga ikut turun dari taksi, lalu bibiku menyapa ibuku.
"Hei, Bagaimana kabarmu?" tanyanya.
"Kabar ku baik, Eda," kata ibuku sambil berpelukan. Lalu dilanjut oleh dua sepupuku, mereka berdua bersalaman kepada ibuku, kemudian mereka berdua menghampiriku, mereka berdua mengangkat tangan, aku pun juga mengangkat tangan, melakukan tos.
"Aduh...aduh, ga kerasa ya dua sepupuku ini udah segede ini, dulu kan mereka masih segini loh," kataku sambil menggerakkan telapak tangan kananku ke arah bawah.
"Ah, kamu juga dulu gitu, Evan. Kayak sendirinya ga ngerasa aja," sindir bibiku. Semuanya pun tertawa kencang. Ya ampun, aku jadi malu.
^^^BERSAMBUNG...^^^
AUTHOR MINTA MAAF JIKA ADA KESALAHAN SEPERTI CERITA TIDAK NYAMBUNG, ADANYA TYPO (SALAH KETIK), DAN LAIN-LAIN 🙏
JANGAN LUPA:
✔️ LIKE
✔️ VOTE
✔️ BERI HADIAH
✔️ KOMEN
✔️ TAMBAHKAN KE FAVORIT
O iya, aku lupa memperkenalkan dua sepupuku ini di awal cerita. Oke, aku akan memperkenalkan sepupuku dalam bab ini...
Sepupuku yang pertama adalah Yoel, ia berusia 12 tahun, kelas 6 SD. Dahulu, saat ia masih TK, ia adalah seorang yang paling ga bisa diam, gerak sana, gerak sini, kalau ibunya menasehatinya, ia mulai memberontak, tak terima. Aku mengetahuinya karena saat ia masih TK, aku pernah 1 kali mengunjungi rumahnya, rumah pamanku, dan aku melihat segala tingkah lakunya. Tapi untungnya, di umurnya yang ke-12 ini, ia sudah tak seperti dirinya dahulu pada saat masih TK. Benar-benar berubah cukup drastis.
Dan sepupuku yang kedua adalah Yosua, ia berusia 8 tahun, kelas 2 SD. Saat aku 1 kali mengunjungi rumah pamanku itu, aku melihat ia masih berumur 1 tahun, masih bayi. Dan saat itu ia sudah mulai belajar berjalan sendiri. Saat itu ia sering terjatuh ke lantai, lalu bangkit lagi, kemudian jatuh lagi, dan seterusnya. Ya namanya juga belajar toh, tidak langsung berhasil dalam sekejap.
Demikian perkenalan dua sepupuku olehku, lanjut ke kejadian hari ini.
Pamanku dan keluarganya pun masuk ke dalam kamar mereka (kamar itu sebenarnya milikku, tetapi untuk sekarang dan 3 hari ke depan kamar itu menjadi milik mereka), kemudian mereka menaruh koper mereka, setelah itu keluar dari kamar mereka. Kami semua berkumpul di tengah rumah, kemudian mengobrol sebentar. Kami semua mengobrol tentang pekerjaan pamanku, juga tentang keadaan nenekku sekarang ini. Kami juga saling bercanda tawa satu sama lain.
"Eh Evan, paman dengar kau bisa bermain gitar, benarkah itu?" tanya pamanku dalam obrolan bersama kami.
"Mmm... Iya sih, paman," kataku ragu-ragu sambil mengangguk. Sebenarnya aku sudah lama tidak bermain gitar, jadi aku sepertinya agak kaku untuk memainkannya lagi.
"Kalau gitu, ambil gitarmu lalu mainkan, paman pengen lihat kamu bermain gitar," suruh pamanku.
Astaga. Disuruh main gitar gak tuh! Aku sebenarnya ingin menolak, tetapi tak enak rasanya untuk menolak permintaannya, maka aku terpaksa mengambil gitarku dengan tangan gemetar, lalu memainkannya di depan mereka. Meskipun petikan ku kaku, tak merdu, tak indah, tetapi setidaknya mereka tetap bertepuk tangan kepadaku.
"Haha, kelihatannya kamu sudah lama tak bermain gitar, tapi tak apa, setidaknya kamu melakukannya dengan baik," kata pamanku kepadaku.
"Ih aku jadi teringat zaman dulu, waktu Paman sering memainkan gitar ketika ada acara khusus band," kata ibuku.
"Benar! Petikannya lincah sekali, sampai-sampai dia terus dipanggil untuk mengikuti acara itu," bibiku terlihat bahagia, "aku pun jadi kagum, sampai-sampai aku jatuh cinta kepadanya. Dan beberapa tahun kemudian, kami pun menikah," bibiku tersenyum sambil menoleh ke arah wajah pamanku. Pamanku pun ikutan senyum.
Ya ampun, umur sudah tak muda lagi tapi masih mesra-mesraan, di depan kami pula.
...***...
Waktu telah menunjukkan pukul 18:09, kami semua pun mandi, lalu berganti pakaian. Kami akan bersiap untuk berangkat keluar rumah, untuk memulai makan malam. Setelah itu aku mengunci seluruh pintu, kemudian kami semua pun berangkat. Kami tak menggunakan kendaraan, hanya berjalan kaki saja karena kami akan makan ayam goreng di pinggir jalan, dan jarak dari rumahku ke sana sangat dekat, persis seperti jarak dari rumah ke sekolahku. Aku terlihat begitu akrab dengan sepupuku. Aku dan dua sepupuku bernyanyi bersama sambil berpegangan tangan, seperti anak kecil saja ya, hehe. Wajar saja aku melakukan hal ini bersama mereka, karena semenjak aku naik ke kelas 1 SMP, jiwa kekanak-kanakan ku telah hilang. karena aku sudah tak patut lagi disebut anak-anak. Sejak kehadiran mereka berdua lah aku bisa merasakan kembali indahnya masa kecil itu.
Setelah kami semua sampai di tujuan, pamanku pun langsung memesan ayam goreng untuk kami semua.
Sekitar 15 menit kami menunggu, dan ayam goreng kami pun sudah berada di meja kami. Aku dan kedua sepupuku memakannya dengan sangat lahap, tetapi pamanku, istrinya, dan ibuku tak selahap kami bertiga, wajar saja karena mereka sudah bukan masa pertumbuhan, jadi tak sanggup untuk menghabiskannya dengan cepat.
Sekitar 7 menit aku, dan dua sepupuku berhasil menghabiskan semua bagian ayam dan nasi, licin. Kemudian dilanjut oleh pamanku, istrinya, dan ibuku 2 menit kemudian, akhirnya makanan mereka juga habis, walau tak selicin kami bertiga.
5 menit kami duduk sebentar di tempat makan itu. Kemudian pamanku membayar seluruh biaya ayam goreng kami, kemudian berjalan kembali, pulang ke rumah.
"Ma, aku jalan duluan ya, bareng dua sepupuku," kataku kepada ibuku dengan semangat.
"Ya nak, hati-hati ya dijalan!" ibuku mengingatkan.
"Oke ma," kami bertiga pun kembali bernyanyi, sambil berpegangan tangan.
"Hei, kalian juga hati-hati!" teriak istri pamanku kepada kedua sepupuku.
"Ya, ma..." mereka berdua juga ikutan teriak.
Kami bertiga pun sudah jauh dari pamanku, bibiku, dan ibuku.
Di belakang kami bertiga, pamanku, bibiku, dan ibuku tampak sedang mengobrol sesuatu, tapi kami tak bisa mendengar jelas apa yang sedang mereka bicarakan.
"Enak sekali ya ayam goreng tadi, Kak," pamanku memulai pembicaraan.
"Ya dik, aku jadi teringat Ayam Goreng Bu Lisa, restoran ayam goreng nomor satu di Langit Biru bagian Utara itu. Omong-omong aku khawatir, aku tak tahu apakah aku akan selamat ketika aku telah pergi ke sana, tepat di saat kita sudah mengunjungi rumah ibu nanti, dik," wajah ibuku penuh dengan rasa khawatir.
"Tenang, kamu kan tak pergi sendirian, kamu akan pergi bareng aku, dan juga istriku," pamanku menenangkan ibuku.
"Dan bagaimana kalau anak-anak nanti tak sengaja terbangun dari tidur, dan tak sengaja melihat kita akan pergi ke dunia Langit nanti, mereka kan nanti akan tahu segalanya tentang kita, dan rupa langit yang sesungguhnya!" kata ibuku.
"Kalau itu terjadi, ya gak masalah, kita akan memberitahu kepada mereka yang sesungguhnya jika mereka tak sengaja melihat hal itu. Kan ibu kita juga bilang seperti itu sebelumnya."
"Iya sih, dik."
...***...
Beberapa menit kemudian, kami semua pun telah sampai di rumah, kami pun mandi, karena sudah terkena debu dari luar. Lalu bersiap untuk tidur.
"Selamat malam semuanya," kata pamanku kepada kami semua.
"Selamat malam..." balas kami.
Pamanku, bibiku, dan dua sepupuku sudah masuk ke dalam kamar mereka. Kemudian mereka tidur.
Karena kamarku dipakai oleh mereka berempat, aku pun tidur bersama ibuku di kamar ibuku.
Beberapa menit kemudian kami semua telah tertidur, dan kami telah bersiap untuk hari esok.
^^^BERSAMBUNG...^^^
AUTHOR MINTA MAAF JIKA ADA KESALAHAN SEPERTI CERITA TIDAK NYAMBUNG, ADANYA TYPO (SALAH KETIK), DAN LAIN-LAIN 🙏
JANGAN LUPA:
✔️ LIKE
✔️ VOTE
✔️ BERI HADIAH
✔️ KOMEN
✔️ TAMBAHKAN KE FAVORIT
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!