Hai, sebelum melanjutkan membaca cerita ini, yuk, Ree kasih tau dulu aturan pembagian level sihir di LBK.
Ada beberapa tingkatan sihir disini. Dari yang paling dasar ke yang tertinggi.
Tingkat Dasar:
- Tingkat dasar 1
- Tingkat dasar 2
- Tingkat dasar 3
- Tingkat dasar 4
- Tingkat dasar 5
- Tingkat dasar 6
- Tingkat dasar 7
- Tingkat dasar 8
- Tingkat dasar 9
- Tingkat dasar 10
Level Bumi:
- Bumi 1
- Bumi 2
- Bumi 3
- Bumi 4
- Bumi 5
- Bumi 6
- Bumi 7
- Bumi 8
- Bumi 9
- Bumi 10
Level Penyucian:
- Penyucian 1
- Penyucian 2
- Penyucian 3
- Penyucian 4
- Penyucian 5
- Penyucian 6
- Penyucian 7
- Penyucian 8
- Penyucian 9
- Penyucian 10
Level Suci:
- Suci 1
- Suci 2
- Suci 3
- Suci 4
- Suci 5
- Suci 6
- Suci 7
- Suci 8
- Suci 9
- Suci 10
Level Langit:
- Langit 1
- Langit 2
- Langit 3
- Langit 4
- Langit 5
- Langit 6
- Langit 7
- Langit 8
- Langit 9
- Langit 10
Level Pendekar:
- Pendekar 1
- Pendekar 2
- Pendekar 3
- Pendekar 4
- Pendekar 5
- Pendekar 6
- Pendekar 7
- Pendekar 8
- Pendekar 9
- Pendekar 10
Level Penjaga Suci:
- Penjaga Suci 1
- Penjaga Suci 2
- Penjaga Suci 3
- Penjaga Suci 4
- Penjaga Suci 5
- Penjaga Suci 6
- Penjaga Suci 7
- Penjaga Suci 8
- Penjaga Suci 9
- Penjaga Suci 10
Level Ksatria:
- Ksatria 1
- Ksatria 2
- Ksatria 3
- Ksatria 4
- Ksatria 5
- Ksatria 6
- Ksatria 7
- Ksatria 8
- Ksatria 9
- Ksatria 10
Level Ksatria Suci:
- Ksatria Suci 1
- Ksatria Suci 2
- Ksatria Suci 3
- Ksatria Suci 4
- Ksatria Suci 5
- Ksatria Suci 6
- Ksatria Suci 7
- Ksatria Suci 8
- Ksatria Suci 9
- Ksatria Suci 10
Level Kaisar:
- Kaisar 1
- Kaisar 2
- Kaisar 3
- Kaisar 4
- Kaisar 5
Level Kaisar Legenda:
- Kaisar Legenda 1
- Kaisar Legenda 2
- Kaisar Legenda 3
- Kaisar Legenda 4
- Kaisar Legenda 5
Level Dewa Suci:
- Dewa Suci 1
- Dewa Suci 2
- Dewa Suci 3
- Dewa Suci 4
- Dewa Suci 5
Biasanya, peningkatan level adalah sekali dalam setahun. Contohnya dari level Bumi 2 menuju Bumi 3 membutuhkan waktu 1 tahun. Namun ada banyak kasus dimana peningkatan terjadi lebih cepat, dan biasanya disebabkan karena konsumsi ramuan peningkatan atau memang bakat alami.
Selain level sihir, ada juga level mental yang dibedakan menggunakan pembagian warna.
Dari yang bermental paling lemah ditandai dengan warna merah, sampai pada mental paling kuat dengan warna putih (Merah, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu, Hitam, Putih).
Kemudian yanh terakhir, adalah pembagian binatang sihir. Dimulai dari yang berlevel rendah (level 1) sampai yang paling kuat (level 10). Namun pada kenyataannya, binatang sihir tidak terlalu dapat diidentifikasi dengan pembagian level tersebut sama dengan binatang iblis karena naik turunnya sihir mereka.
Nexttt~
...LEGENDA...
...BULAN KRISTAL...
...Original Story Presented By...
...LuminaLux...
...Judul:...
...LEGENDA BULAN KRISTAL 1...
...ILOANIA REXELITE AND THE DRAGONIA ACADEMY...
...Genre:...
...Fantasy, Romantis, Magic, Teen...
...Main Character:...
...Female - Iloania Rexelite...
...Male - Lasius Valletryern...
...Summary:...
...Selama hidupnya, Iloania tak pernah tahu siapa ayah dan ibunya. Atau siapa anggota keluarganya yang dikenalnya. Selama hidupnya, ia habiskan dengan melakukan perjalanan panjang demi mencari jati dirinya. Siapa dia, yang bahkan Iloania sendiri tidak ketahui. Ia hanya tahu, bahwa ia kuat dan harus menyembunyikan kekuatannya untuk menjalani hidup yang damai dan tenang tanpa menjadi incaran mereka yang menginginkan kekuatan....
...Ketika Iloania menangis disiang hari, cahaya matahari akan meredup dan awan akan menitikan air kebumi. Ketika Iloania menangis dimalam hari, bulan akan meredup dan menghilang dalam langit yang gelap. Ketika roda takdir telah berputar, disanalah Iloania berdiri dengan gagah dan penuh keagungan....
...Status:...
...Volume 1: End [1-69]...
...Note:...
...Karena ini genre nya Fantasy, apapun yang ada didalam cerita ini hanya karangan. Tidak berhubungan dengan dunia nyata sama sekali. Jadi, jika ada kesamaan nama, tempat bahkan cerita, itu murni ketidaksengajaan.. Kalau ada pendapat atau masukan jangan ragu untuk tulis dikolom komentar ya~...
...🙏🙏🙏...
...° ° °...
Manik emas sewarna kristal itu mengerjap pelan, menyamankan penglihatannya pada cahaya yang menyambutnya dipagi hari yang terasa dingin.
Iloania mendesah pelan ketika ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku selepas tidur diatas rerumputan berlapis jubah hitamnya. Menatap sekelilingnya, Iloania sadar bahwa ia masih ada dipadang rumput dan bunga yang dikelilingi bukit. Langit biru menyambutnya dengan semangat, sang mentari menyambutnya dengan hangat sementara sang angin menyambutnya dengan lembut.
Aroma semerbak bunga menyeruak memenuhi indra penciumannya, harum dan menyenangkan. Kicau burung yang merdu tertangkap pendengarannya, membuatnya mendongak dan mendapati burung-burung kecil terbang berkawanan. Mengabaikan dinginnya angin dan terbang bebas meliuk diudara.
Gadis dengan balutan dress tanpa lengan sebatas dada sewarna dan sehalus sutra itu menyunggingkan senyuman indah diwajah ayunya.
"Ah, sangat menyegarkan mata." Dan bergumam.
Bangkit berdiri, Iloania meraih jubah sebatas lututnya dan mengenakannya dengan tenang. Tak terdistorsi apapun yang berniat mengganggu dirinya, termasuk puluhan bayangan hitam yang bersembunyi dibalik kegelapan pohon yang tumbuh lebat dibawah perbukitan dan tepat berjarak beberapa puluh meter darinya. Bayangan itu seakan mengincarnya, namun sayangnya Iloania pun tak peduli. Pasalnya, mereka tak akan bisa menyentuhnya ketika matahari bersinar dengan terang seperti itu.
Mengangkat tangan kanannya, Iloania meraih tudung jubahnya, bergerak menutup kepala dan sebagian wajahnya. Bersamaan dengan itu, sebuah barrier transparan pecah layaknya kaca dan menghilang layaknya tertiup angin. Melangkah pergi, Iloania menghentikan langkahnya dan berbalik ketika ia melupakan sesuatu.
Ia mengangkat tangan kanannya,dan berucap, "Sampai jumpa."
...***...
Dalam beberapa waktu perjalanan, Iloania telah menginjakkan kakinya disebuah kota yang ada dikerajaan Alete. Kota Andes. Sebuah kota kecil yang ada dibarat daya kerajaan yang merupakan kerajaan terbesar diantara 6 kerajaan lainnya yang ada dibenua Altas.
Iloania yang berdiri diatas sebuah menara lonceng mengangkat tangan kirinya, menampakkan cincin perak kecil yang indah dan berukiran rumit yang melingkar dijari tengahnya. Itu adalah sebuah cincin dimensi. Sebuah cincin yang memiliki dimensi sendiri dan dapat menampung banyak barang dan benda sesuai dengan tingkatan benda dimensi itu. Makin mahal dan makin berkualitas benda dimensi, maka makin luas cakupan yang ada didalam ruang dimensi. Dengan gerakan lembut, Iloania mengetuk pelan cincinnya yang kemudian memancarkan cahaya putih lembut.
Cahaya itu bergerak menuju tangan kanannya, dan membentuk sebuah piringan hitam dengan lingkar dalam hitam. Benda itu cukup besar dan dapat menyembunyikan wajahnya dan sebagian tubuh atasnya. Menjatuhkannya didepannya, piringan tipis itu mengambang sejajar dengan kakinya. Tak terjatuh atau terdorong.
Pantat kecilnya yang terlapis dress setengah paha, mendarat diatas piringan hitam itu. Melipat kakinya, ia menatap pemandangan dibawahnya dengan tatapan samar. Surai pirang panjangnya yang bahkan nyaris menyapu tanah ketika ia berdiri bergelombang tersapu angin. Ketika piringan melaju dengan kecepatan sedang, pemandangan dibawahnya jelas terlihat.
Orang-orang berlalu lalang dijalanan yang padat. Diantara rumah-rumah dan pertokoan, para wanita terlihat memanjakan diri mereka dengan berbelanja, sementara para pria nampak berbincang dan melakukan pekerjaan lainnya. Ketika kereta kuda melaju pelan, anak-anak nampak menghalangi jalan dengan bermain lari-larian atau petak tanah. Tawa kecil berhasil lolos dari bibir tipisnya. Tak seperti bayangannya, kota ini cukup damai.
"Mereka memasang banyak lampu. Kota ini akan sangat terang dimalam hari." Iloania bergumam kecil.
Atensinya teralihkan ketika samar ujung matanya menangkap keganjilan dari arah kirinya. Dibawah sana, nampak seorang anak kecil berlari tanpa hati-hati digang-gang perumahan dan pertokoan. Jelas napasnya memburu dengan wajah nyaris memucat ketika diikuti beberapa pria berbadan besar yang mengejarnya. Layaknya diburu monster, anak itu bahkan mengabaikan apapun yang ia tabrak ketika mencoba menghindari orang-orang besar itu. Bahkan mengabaikan fakta bahwa banyak anggota tubuhnya yang terluka dan bahkan mengeluarkan darah.
Iloania tak cukup bodoh untuk tak mengetahui, bahwa pria-pria besar itu memiliki niat yang tak baik. Dilihat dari bagaimana orang-orang takut dan memandang kasihan pada si anak yang menjadi korban kejaran.
...***...
"Hentikan bocah!"
"Berhenti sialan! Berhenti!"
"Berani-beraninya kau kabur! Berhenti disana!"
Ketika teriakan itu menggema, wajah bocah makin memelas. Air mata mulai membasahi kedua manik sewarna daun itu. Kilatan putus asa membuat siapapun yang melihatnya iba. Namun, diantara ratusan bahkan ribuan orang yang ada disana, tak ada satupun yang tergerak untuk membantu si kecil yang benar-benar terancam dan memerlukan pertolongan.
Bukan tidak memiliki hati nurani. Mereka takut, pada sekelompok pria-pria besar yang kejam. Pemalakan, perampasan secara paksa sudah menjadi hal yang tak asing dikota itu. Kota Andes yang terlihat damai, sebenarnya ada dalam tekanan oleh mereka. Mereka yang menyebut diri mereka sebagai Kelelawar Hitam.
Tentu saja mereka yang memiliki nama hitam dibelakangnya berhubungan dengan sesuatu yang gelap dan berhubungan dengan sesuatu yang buruk. Mereka benar-benar kejam dan jahat. Menculik anak-anak dan menangkap binatang sihir untuk diperdagangkan secara ilegal.
Tidak memiliki hati nurani!
Bocah bermata hijau itu mempercepat larinya. Sepasang kaki kurus itu membawanya menuju sebuah hutan. Berharap orang-orang besar yang mengejarnya tidak menemukan dirinya diantara pepohonan yang lebat. Atau gua-gua yang sempit dan gelap.
Dia tak boleh tertangkap atau dia tidak akan bisa melakukan apapun lagi!
"Bocah!! Berhenti kau!"
"Berani-beraninya kau kabur saat mereka sudah membelimu! Kau ingin adik perempuanmu yang manis itu mendapatkan peringatan menggantikanmu?!"
"Sial! Aku mulai muak! Saudara, keluarkan binatang sihirmu!"
Pria besar dengan alis tajam itu makin menajamkan. Langkahnya terhenti mendadak, ketika dia melukai jarinya dan meneteskan darahnya ketanah. Darah itu berasap tebal, asap hitam mengepul dan memutar menjadi pusaran angin kecil. Hingga sosok serigala hitam setinggi 2 meter muncul didepan mereka.
Mata serigala itu liar, dengan liur menetes dari celah gigi runcingnya. Cakar setajam belati itu nampak dipersiapkan dengan baik, bahkan mungkin dapat membelah pohon dengan sekali serangan. Itu binatang sihir tingkat 5. Berada dipertengahan. Ketika tingkat binatang sihir dimulai dari tingkat 1 sampai 10, berada ditingkat 5 artinya serigala itu bukan binatang sihir yang bisa diremehkan. Itu kuat!
"Jhio! Tangkap bocah itu dan seret dia kesini!" Pria besar itu memerintah dengan mutlak, membuat serigala hitam berbalik dan mengejar si bocah yang melebarkan matanya.
Tubuhnya tiba-tiba menjadi seperti jelly, dipaksa berdiri pun tak bisa, apalagi berlari. Dia akan mati, adalah mantra yang dirapalkan nya dalam hati. Ketika serigala hitam melompat didepannya dan hendak menangkap kakinya untuk diseret pada pria-pria besar pemilik serigala hitam.
"T-Tidak! Tolong!!!!"
"Berhenti."
Suara lembut yang menggetarkan hati itu membuat mereka tak terkecuali serigala hitam menoleh. Menatap dengan mata merah tajamnya, serigala mengunci Iloania yang masih duduk diatas piringan terbangnya yang melayang 3 meter diatas tanah. Surai panjang dengan ikatan ponytail dikanan dan kiri atas kepala Iloania sedikit terombang ambing saat Iloania menggerakkan kepalanya.
"Hey, gadis kecil! Siapa kau?!"
Pria berbadan besar itu bertanya dengan tajam, yang langsung disela saudara sesama pria besar disampingnya. "Adik manis, kenapa ada ditempat berbahaya seperti ini? Apa adik manis ingin ikut dengan kakak ke tempat yang hangat?"
"Kakak kedinginan?" Iloania bertanya dengan wajah polos.
Pria itu mengangguk dengan wajah yang memerah. "Benar! Benar! Kakak sangat kedinginan. Jadi, maukah adik manis memberi kakak yang kedinginan ini sedikit kehangatan?"
Iloania menyunggingkan senyuman manis. "Tentu saja."
Iloania dengan tenang mengangkat tangan kanannya dan menjentikkan jarinya. Detik berikutnya, tubuh pria besar yang menggodanya terbakar oleh api yang berkobar dengan nyala api yang luar biasa panas. Jeritan dan raungan kesakitan terdengar dalam beberapa saat, sebelum guyuran air dari pria besar yang lain memadamkan api Iloania. Menyisakan pria besar yang pingsan dan nyaris mati dengan luka bakar yang cukup mengerikan.
"B*debah sialan!!" Maki seorang pria besar pada Iloania.
Tatapan nyalang dan aura membunuh itu diarahkan pada Iloania. Sementara yang menjadi target justru hanya mengulas senyuman tipis.
"Bukankah kakak sudah hangat?"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Last Update:
20/04/2021
Jangan lupa beri dukungan tiap sudah membaca chapter~
Makasih banyak...
@LuminaLux
∆∆∆ TIPS UNTUK AUTHOR GRATIS TANPA TOP-UP ∆∆∆
Hai, dengan kebijakan baru Noveltoon, sekarang pembaca semua golongan dapat mendukung karya favoritnya. Bagi pembaca yang tidak bisa melakukan TOP-UP pun dapat mendukung sebuah karya hanya dengan beberapa ketukan jari. Gimana caranya?
MUDAH BANGET!
Pertama: Masuk ke laman cerita fav kalian
Kedua: Klik panel hadiah, beri
Terakhir: Tekan "Tonton" iklan dibawah, iklan bermacam dan tidak lama.
Kemudian setiap satu hari pembaca akan mendapatkan 10 kalo jatah nonton. Ini benar-benar gratis dan tidak perlu TOP-UP uang. Jadi, mohon bantuannya dengan berikan tips untuk author😘😍
Bye-bye~
Pria besar itu menatap nyalang Iloania. Sementara beberapa dari mereka nampak menatap ngeri pada Iloania yang mengatakan dan melakukan yang sangat berlawanan. Iloania mengalihkan tatapannya pada bocah laki-laki berambut cepak yang menatapnya dengan tatapan takut, cemas, gelisah dan dipenuhi emosi lain yang nyata. Bibir Iloania melengkung dengan manik melembut. Tatapan itu membuat anak laki-laki tadi tertegun dan kehilangan semua perasaan takut dan cemasnya.
Kakak itu tidak berbahaya!
"Jhio! Bunuh j*lng itu! Cabik dia sampai mati!" Pria besar hitam menyuruh serigala hitam dengan mutlak.
Serigala hitam mengunci Iloania dan berlari secepat angin. Menerjang Iloania dengan taring-taring tajamnya dan dengan cakar tajamnya serigala itu hendak mencabik Iloania. Kobaran api menyala dimata serigala. Elemen serigala hitam adalah api. Manik hijau bocah itu melebar. Jantungnya berdentum berkali-kali lipat lebih cepat dan juga kuat.
"Kakak!!" Jeritnya ketika justru Iloania menyunggingkan senyuman dan mengangkat tangan kirinya.
Cahaya keemasan memendar lembut, membuat tubuh serigala hitam berhenti dan terserap dengan pelan kedalam cincin dimensinya. Para pria besar yang menyaksikan membelalak.
Pria besar berteriak, "Dasar! Kembalikan binatang sihirku! Kembalikan!"
"Kembalikan? Baiklah."
Berujar ringan, Iloania kembali memendarkan cahaya keemasan lembut dari cincinnya. Serigala hitam muncul didepannya dengan kondisi yang benar-benar berbanding terbalik dari awal. Serigala itu bersimpuh dengan mata merah yang dipenuhi ketakutan. Gigi-gigi runcing bergemeletuk karena takut, bukan karena amarah. Tubuh besar itu bergetar. Selayaknya kucing dan anjing, serigala itu menyembunyikan ekornya dibawah tubuhnya dan menggigil dengan takut. Tidak biasa!
"Jhio! Serang dia!"
Seriala hitam tidak mendengarkan. Seolah tuli menurunkan telinganya, serigala hitam memecah segel kontrak didahinya. Melolong kesakitan, serigala hitam langsung berlari pergi. Sakitnya tidak seberapa! Binatang sihir itu kuat. Pria besar pemilik serigala hitam memuntahkan seteguk darah kental. Efek samping dari pemecahan segel kontrak antara manusia pemilik sihir dan binatang sihir.
Iloania bahkan tak bergeming dari tempatnya, ketika para pria besar itu menatap aneh padanya. Penuh emosi dan kemarahan. Tapi disana juga ada sesuatu. Ancaman. Mereka mungkin tak akan langsung takut pada Iloania, namun mereka menangkap Iloania sebagai ancaman dan menaikkan sedikit kewaspadaan mereka. Itu adalah binatang sihir tingkat 5, mengapa dia lari setelah masuk dalam cincin dimensi milik gadis yang terlihat polos dan manis itu?!
"Siapa kau?!" Pimpinan mereka bertanya dengan tajam.
"Siapa aku?" Beo Iloania.
Iloania mengulum senyuman. "Iloania Rexelite, kalian bisa memanggilku Iloania."
...***...
Nampak seorang pemuda rupawan menyibukkan dirinya dengan tumpukan kertas yang ada didepannya. Maniknya menampakkan kejenuhan meskipun wajahnya tetap pada wajah datar tanpa ada ekspresi. Lasius, dingin dan misterius layaknya bunga mawar. Tak banyak bicara adalah poin dari Lasius.
"Tuan, satu bawahan melaporkan adanya pergerakan dari Kelelawar Hitam dikota Andes, Tenggara distrik 11. Peluk waktu lebih dari satu minggu untuk kesana menggunkan kereta. Jari lebih baik anda memanggil Hallias."
Lasius memperhatikan pengawal sekaligus tangan kanannya itu sesaat sebelum meletakkan kertas yang ada ditangannya keatas meja.
"Aku akan pergi sendiri. Urus masalah yang ada disini, aku akan kembali dalam beberapa hari." Lasius berujar sembari bangkit berdiri, meraih jubah hitamnya dan mengenakan kalung berliontin kristal merah dilehernya.
Itu adalah benda dimensi.
Zalion menatap Lasius yang kini bergerak menuju jendela. "Berhati-hatilah, tuan. Beliau bisa membunuh saya bila terjadi sesuatu dengan anda."
"Artinya kau bisa bertemu Dewa," ucap Lasius.
Sudut bibir Zalion yang menyunggingkan senyuman berkedut. "Jika anda mati saya akan langsung melarikan diri. Tuan tenang saja, tuan akan menjadi yang pertama bertemu Dewa."
Lasius terkekeh kecil sebelum beriul dengan nyaring. Sesuatu melesat dengan cepat kearahnya. Seberkas cahaya berhenti dihadapannya, melebar. Cahaya itu membentuk sepasang sayap dan seekor burung phoeniks yang diselimuti cahaya putih. Helaian sayap itu memiliki kilauan ungu disekitarnya.
"Hallias, bawa aku ke kota Andes distrik 11!" Perintahnya.
Phoeniks menjawab dengan seadanya, "Baik tuan."
Dan melesat melewati cakrawala menuju distrik 11. Distrik yang berada diwilayah paling Selatan kerajaan Alete. Manik ungu penuh dingin itu menyorot dengan datar apa yang ada dibawah dan depannya. Tujuannya adalah kota Andes, maka dia akan tiba dalam semalam. Terbang mengendarai phoeniks tingkat 8 akan sangat memudahkannya menghemat waktu perjalanan. Lagipula phoneiks itu sangat cepat, jadi meski membutuhkan 1 minggu lebih menggunakan kereta, ia bisa mempersingkatnya menjadi 1 hari saja.
...***...
Pria-pria besar menatap tajam Iloania, "Kau akan membayar perbuatanmu!"
"Membayar perbuatanku? Dia yang meminta kehangatan, kenapa kalian marah saat dia sudah hangat?" Tanya Iloania.
"Kau membakarnya! J*lang!"
"Kalian! Tangkap anak itu! Biar aku mengurus j*lang kecil ini!" Pria dengan luka melintang dipipinya berujar tajam sembari melangkah mendekati Iloania yang kini hanya mengambang 1 meter diatas tanah dengan piringan hitamnya.
"Kau akan berhadapan denganku, bocah!" Ucap pria besar itu.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh. Tujuh kutu kecil akan terhempas angin karena berbuat jahat. Lindungi kepala dan pantat kalian." Ujar Iloania membuat mereka mengernyit.
"Omong kosong ap- Aahhhhh!!!" Pria itu menjerit kaget saat tubuhnya tiba-tiba terhempas oleh angin kuat dan terhempas menjauh dari tempat itu.
Suara pekikan juga diteriakkan oleh pria besar lain, yang terdorong tinggi dan jauh. Erangan kesakitan dan pekikan histeris terdengar setelah mereka hilang dari pandangan Iloania dan si bocah. Meninggalkan Iloania yang mengulas senyuman.
"T-Terima kasih, kak! Sudah menyelamatkanku." Kata anak itu sambil berlutut disamping Iloania.
Iloania menoleh. Tangan kirinya mengayun keatas secara lembut, bersamaan dengan munculnya piringan hitam yang sama dengan cara muncul seperti pusaran pasir yang memadat. Piringan itu kemudian melayang dan membawa bocah itu duduk diatasnya.
"A-Ah! Apa ini?!" Kaget bocah itu.
"Tidak apa, tenanglah. Siapa namamu?" Tanya Iloania membuat si bocah tenang.
"N-Namaku Raynen."
Iloania memiringkan sedikit kepalanya, "Raynen? Apa yang terjadi sampai mereka mengejarmu?"
Raynen nampak menunduk. Menyembunyikan wajahnya yang memburuk dengan air mata. Raynen tidak bisa mengatakan apa yang ada dibenaknya. Terlalu takut untuk kembali dikecewakan ketika dia menginginkan bantuan. Melihat ketakutan dimata Raynen, Iloania menyentuh pundak Raynen dengan hangat.
"Tidak apa, katakan saja. Kakak pasti akan membantumu." Ucap Iloania dengan senyuman.
"Hiks.. Hiks.. A-Adikku. Mereka menangkap aku dan adikku. Mengurung kami bersama anak-anak lain dan menyiksa kami. Hiks.. mereka akan menjual kami. Hiks.. Aku dijual, tapi aku berhasil melarikan diri dan berniat membawa adikku. T-Tapi aku ketahuan dan adikku menyuruhku lari. Huuu~" Tangis Raynen.
Ia mengusap matanya. "A-Aku mencoba mencari bantuan namun polisi militer bahkan tak berani menolongku. Mereka mengabaikanku karena aku melihat mereka telah disuap! Kami bukan berasal dari sini, tapi mereka membawa kami ketempat yang asing dan sangat jauh untuk dijadikan budak orang kaya!"
Dalam satu tarikan, Raynen sudah ada dalam pelukan hangat Iloania. Pelukan yang membuatnya tak bisa menahan air matanya yang selalu ia tahan didepan sang adik. Pelukan yang sama seperti pelukan sang ibu, tempatnya berkeluh kesah. Iloania mengusap belakang kepala Raynen dengan lembut, membisikkan kata-kata menenangkan dengan hangat.
"Tidak apa, tidak apa. Kakak akan menolongmu. Aku akan menolongmu." Bisik Iloania.
"Huaaaa!!! Tolong adikku! Kumohon tolong adikku. Aku akan melakukan apapun sebagai balasannya. Kumohon.." Ucap Raynen melirih.
Iloania mengusap kepala Raynen. "Aku akan menolongmu. Membawa adikmu padamu. Dan mempertemukanmu dengan keluargamu. Percayalah, aku berjanji."
"Janji?" Beo Raynen lirih.
Iloania mengangkat jari kelingkingnya dan menyatukannya dengan kelingking kurus milik Raynen, "Janji."
Senyuman dibibir Raynen terbit. Ia menemukan sebuah harapan. Harapan kembali tumbuh dibenaknya. Adiknya, ibunya dan kakaknya. Dia akan bertemu dengan mereka kembali.
"Sekarang ayo obati lukamu. Setelah itu ceritakan dengan detil apa yang menimpamu. Oke?" Kata Iloania.
Raynen menganggukkan kepalanya. Sementara Iloania membawanya mengambang tinggi dengan piringan hitam itu. Awalnya Raynen ketakutan setengah mati dan tak melepaskan tangan Iloania, namun setelah beberapa saat, Raynen melepas tangan Iloania dan tertegun melihat pemanangan luas dibawahnya.
"Hebat." Gumamnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Last Update:
20/04/2021
Jangan lupa beri dukungan tiap sudah membaca chapter~
Makasih banyak...
@LuminaLux
Iloania membawa Raynen menuju sebuah penginapan. Dengan jubah menutupi tubuh Raynen dan ada digendongan Iloania, luka-luka ditubuhnya tidak akan terlihat. Dan dia juga tidak akan dikenali mereka yang masih mengejarnya. Dipenginapan berlantai dua itu, Iloania melangkah masuk untuk menyewa satu kamar.
"Permisi," ucap Iloania dengan sopan.
Wanita paru baya yang menunggu diruang masuk berdiri dan menyambut Iloania dengan ramah. "Nona kecil, apakah membutuhkan kamar?"
Iloania mengangguk. "Iya bibi, adik saya sangat mengantuk dan tertidur. Kami bahkan belum sampai dirumah saudara kami. Sepertinya masih jauh."
"Dimana rumah saudara kalian?" Tanya wanita itu.
"Kota Yaisan."
"Wah, itu masih ada diutara kota ini nona. Kota itu masih cukup jauh dan harus memakai kereta untuk kesana." Ucap wanita itu menjelaskan.
"Benar. Jadi karena adik saya sudah sangat kelelahan, kami memutuskan menginap disini sampai besok pagi." Ucap Iloania.
"Baiklah, nona. Biaya satu kamar 2 tempat tidur permalam 5 koin emas sudah termasuk makan siang, malam dan sarapan," jelas si wanita pemilik penginapan.
Iloania mengangguk dan mengeluarkan 7 koin emas dari cincin dimensinya. "Ini bibi."
"Ini terlalu banyak, nona!" Kaget wanita tadi.
Iloania menggeleng dengan senyum manis, "Tidak masalah bibi. Dimana kamar kami, bibi?"
"Ah! Terima kasih nona! Mari, bibi antarkan kekamar kalian."
Wanita itu mengajak Iloania dan Raynen menaiki tangga dan menuju sebuah kamar. Beberapa penginap terlihat berjalan disekitar penginapan. Wanita itu membuka sebuah pintu kayu diantara pintu kayu lain dilorong itu dan membiarkan Iloania masuk. Kamar itu tidak terlalu luas, sederhana dengan hanya ada dua tempat tidur, meja kecil ditengah dengan bantal duduk. Ada beberapa buku yang diletakkan dirak disudut ruangan. Jendela yang cukup besar ada diantara dua ranjang kecil itu.
"Bibi akan mengantar makan siang nanti nona. Pastikan nona kecil dan tuan kecil mandi agar merasa segar setelah perjalanan."
"Terima kasih, bibi." Kata Iloania sembari menutup pintu ketika wanita itu melangkah pergi.
Ketika pintu tertutup, Raynen turun dari punggung Iloania dengan wajah cemas, "M-Maaf kak. A-Aku pasti berat."
"Tidak berat. Ayo duduklah, kakak akan mengobatimu."
Raynen menganggukkan kepalanya. Melepas jubah dan baju yang dikenakannya, luka-luka dan lebam tercetak jelas ditubuh kurung itu. Iloania samar menggigit bibir bawahnya menahan ringisannya ketika melihatnya. Sungguh, luka itu bagi anak kecil seperti Raynen sangat mengerikan.
Ketika Raynen mendudukkan dirinya dikasur, Iloania duduk dibelakangnya dan menempelkan tangan kirinya ke punggung Raynen. Cahaya keemasan menyelimuti Raynen, membuat Raynen berbinar dan terkagum. Perlahan, luka dan lebam ditubuh Raynen memudar. Penyembuhan memerlukan cukup waktu. Selepas makan siang dan melanjutkan kembali pengobatan, penyembuhan itu selesai ketika matahari mulai tenggelam.
Ketika selesai, Iloania menarik tangannya dari punggung Raynen. Yang sekarang tubuhnya bebas dari luka.
"H-Hebat! Kakak luar biasa!" Kagum Raynen.
"Benarkah?" Gumam Iloania.
"Benar!! Kakak sangat hebat!" Puji Raynen dengan binar diwajahnya, sementara terkekeh kecil menyahutinya.
"Jadi, Raynen. Bisa kamu ceritakan bagaimana mereka bisa menangkapmu? Dan apa yang kamu ketahui tentang mereka?" Tanya Iloania.
Raynen terdiam sesaat. Mengumpulkan keberaniannya untuk menceritakan rangkaian peristiwa yang menjadi momok menyeramkan baginya.
"Dua minggu yang lalu, aku dan adikku Qilan sedang berjalan untuk menuju pusat kota menemui ibu dan kakak. Jalanan memang cukup sepi disaat siang hari. Tepat ketika kami berjalan, dari arah seberang ada banyak kereta yang cukup besar. Lima sampai enam kereta. Kupikir itu hanya orang yang ingin pindah dan tetap berjalan biasa. Nyatanya salah satu kereta berhenti dan keluar seorang pria berbadan besar dari dalam kereta. Kusir itu menatap kami tajam. Dan aku mulai merasakan bahaya. Tapi terlambat, pria besar itu sudah lebih dulu menangkapku dan Qilan dan memasukkan kami secara paksa kedalam kereta yang ternyata dipenuhi anak-anak seusiaku dan adikku." Ucap Raynen.
Ia kembali melanjutkan setelah mengambil napas, "Aku mencoba melawan, namun pria itu justru memukulku sampai mengeluarkan darah. Aku yang takut hanya diam, namun aku mencoba memikirkan rencana untuk kabur."
"Kemudian kami secara paksa dijemput banyak pria menakutkan yang memaksa kami masuk kesebuah bangunan tua yang dikelilingi hutan pendek. Disana ... banyak sekali anak-anak yang disekap. Bukan didalam bangunan itu, tapi kami dipaksa untuk masuk kedalam ruang bawah tanah yang gelap dan sangat dingin. Disana menakutkan, terlebih anak-anak yang lain selalu menangis."
Rayner meremat jemarinya, "Tiap waktu selalu ada anak yang diseret secara paksa dan tak pernah kembali. Kupikir mereka adalah anak yang sudah dibeli. Tak hanya itu, beberapa anak perempuan yang cantik dipaksa berhubungan dengan mereka. Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat beberapa anak perempuan mati kedinginan dan kesakitan. Aku ingin membantu mereka, tapi aku sendiri tahu aku tak bisa berbuat apapun. Kelamaan setelah mendengar beberapa obrolan, aku tahu jika mereka sering disebut sebagai Kelelawar Hitam. Dan itulah pekerjaan mereka. Mereka berasa dari distrik 3 barat kerajaan dan menculik anak-anak untuk diperdagangkan dengan orang-orang dari kerajaan lain."
"Tiap malam kami semua mengalami kekhawatiran. Berpikir apakah kami masih bisa bertahan hidup atau tidak hanya dengan makan roti keras dan air putih sekali dalam sehari." Kata Raynen.
"Sejak kecil Qilan memiliki tubuh yang sedikit lemah. Itulah kenapa aku selalu menjaganya. Namun sekarang aku ada disini, sementara Qilan disana ... kedinginan. Qilan pasti kesakitan, karena perutnya lemah terhadap makanan keras. Dan aku disini makan makanan lezat. Hiks, aku kakak yang buruk." Isak Raynen.
Iloania mengepalkan tangannya, hatinya sakit mendengar cerita Iloania. Iloania tak bisa membayangkan semenderita apa mereka dalam cerita Raynen. Namun yang pasti, mereka pasti ketakutan. Mereka hanyalah anak-anak yang malang. Yang menjadi korban manusia egois yang serakah dan tidak memiliki hati nurani!
Seperti binatang! Dan Iloania kini merasakan yang namanya geram.
"Ketika aku mencuri dengar mereka akan menjualku, aku panik. Saat satu pria datang, aku mendorongnya hingga membentur dinding dan pingsan. Namun aku ketahuan. Aku berniat menarik adikku pergi, namun adikku mengatakan dia tak bisa bergerak. Memintaku mencari bantuan," ucap Raynen dengan ekspresi mimik sedih.
"Aku yang panik dan dilanda paksaan, terpaksa meninggalkan Qilan. Tapi aku sudah berjanji akan mencari bantuan untuk menyelamatkan mereka." Lanjutnya membuat Iloania menganggukkan kealanya setelah memahami keadaan.
Tangan ramping Iloania mendarat dikepala Raynen, "Aku mengerti. Sekarang sudah malam. Mandilah, setelah itu makan dan tidur. Masalah ini biar kakak yang mengurusnya."
"Libatkan aku juga kak!" Kata Raynen mendapatkan gelengan kepala dari Iloania.
Bukan apa, mereka Kelelawar Hitam adalah kelompok yang cukup berbahaya. Mengingat anggota bawahnya saja memiliki partner binatang sihir tingkat 5 menandakan mereka kuat dan bukan orang sembarangan. Iloania tak bisa membawa Raynen dalam bahaya. Setidaknya dirinya akan memastikan Raynen aman disini.
"Tidak. Kamu percaya pada kakak bukan?"
Raynen diam sesaat sebelum menganggukkan kepalanya. Iloania meraih tangan Raynen, "Percaya padaku. Aku akan membawa adikmu kembali tanpa luka sedikitpun."
Raynen menganggukkan kepalanya. Ia harus yakin, jika Iloania bisa menepati janjinya. Karena Iloania kuat.
"Baik."
Ketika Raynen telah tertidur pulas selepas mandi dan makan, Iloania bergerak membuka jendela. Jubah hitam melekat ditubuhnya. Surai panjangnya dimasukkan kedalam jubahnya, meskipun bagian bawah tetap terlihat. Melebihi jubah yang hanya sebatas lutut. Maniknya tetap hangat, namun bibirnya membentuk garis lurus. Dengan kilatan tegas sekilas dimatanya ketika menatap kegelapnya malam. Bergerak membuka pintu, Iloania memunculkan piringan hitam dan mendaratkan kakinya yang berbalut sepatu flatshoes putih. Dengan tali melingkari pergelangan kakinya dan benda berbentuk lingkaran berwarna emas disisi luar masing-masing kakinya. Sepatu itu ramping dan terlihat elegan. Sangat cocok untuk melengkapi penampilannya.
Seperti Dewi!
Piringan hitam membawa Iloania terbang menjauh dengan kecepatan rata-rata. Surai dan jubahnya berkibar. Namun Iloania hanya menatap lurus tanpa berpaling.
"Kalian harus bersabar. Aku akan menyelamatkan kalian." Gumam Iloania dengan pelan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Last Update:
22/04/2021
Jangan lupa beri dukungan tiap sudah membaca chapter~
Makasih banyak...
@LuminaLux
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!