“Tuan ... Tuan Muda!”
Dengan langkah tergesa, wajah yang tampak sangat panik, serta napas yang ngos-ngosan, salah seorang Security yang bertugas menjaga gerbang masuk kediaman megah milik Toni Adrian Yoris mendatangi Tuan Muda-nya
STEFAN ALVARO YORIS.
“Ada apa? Apa ada yang mengejarmu sehingga harus berlari seperti ini?” tanya Tuan Muda yang biasa dipanggil Stefan itu, dengan gaya santainya.
“Tuan Muda, seorang bayi, ada seorang bayi kecil yang sengaja ditinggalkan di depan gerbang Tuan!”
DEG
“Bayi?” Stefan tersentak kaget, mendengar penjelasan sang security itu. Gugup, itulah yang ia rasakan. Segera ia melangkahkan kakinya keluar dan diikuti oleh security dibelakanngnya.
Security itu pun kembali menjelaskan bahwa mereka tidak melihat siapa yang meninggalkan bayi itu, tiba-tiba saja terdengar tangisannya yang seolah-olah memanggil untuk di amankan.
'Jadi ... wanita itu mengantar bayinya kesini?' Stefan terus menebak-nebak dengan pikirannya
sendiri. Terasa ada sebuah teka-teki yang harus ia tau jawabannya, terus berkeliaran dikepalanya.
Tiba di pos penjagaan.
Benar sekali, ada seorang bayi laki-laki yang menangis dengan sangat kencang disana. Dan lagi, wajah bayi itu, jelas sangat mirip dengannya. Tak dapat di sangkal lagi bahwa bayi itu pasti berasal darinya.
Tin tin tin.. suara klakson dari mobil milik Tuan Toni Adrian Yoris yang entah kenapa terdengar seperti sebuah ledakan petasan rakit yang sengaja dibakar tepat di telinga Stefan. Mobil itu memberi tanda akan memasuki gerbang luas itu. Kini Stefan menjadi bertambah gugup.
“Ada apa ini?” Tanya Toni yang melangkah mendekati pos penjaga.
“Pah .. begini a.. a---!”
“Anak siapa ini?” Toni menginterupsi, netranya kini sudah tertuju pada sosok manusia kecil yang ada di gendongan security yang bernama Asep.
Stefan kebingungan harus menjawab apa. Penglihatannya menangkap lipatan kertas putih yang terlihat seperti sepucuk surat terselip pada kain yang membungkus bayi itu.
Sang ayah merampas surat itu dari tangan Stefan lalu meremukannya setelah membaca isi surat tersebut.
“Pa ... maafkan aku Pa” hanya itu yang bisa Stefan ucapkan.
“Kenapa meminta maaf? Jadi, dia bayimu?” kini wajah rupawan seorang Toni Adrian Yoris tak terkondisikan.
“Mu...mungkin sa..ja Pa” jawab Stefan dengan wajah tertunduk.
PLAK.
Sebuah tamparan dihadiahi oleh Toni, mengenai wajah tampan putra satu-satunya itu.
“Setelah pernikahanmu dibatalkan, tiba-tiba saja kau sudah punya bayi? Mau berapa kali kau bikin malu keluarga kita, ha?” Papa Toni, membentak Stefan.
“Aku akan melakukan tes DNA Pah ... belum tentu dia bayiku.” Stefan Alvaro, masih memikirkan kemungkinan lain.
PLAK.
Tamparan kuat itu kembali ia rasakan tanpa bisa membalasnya.
“Apa yang kau harapkan? kau berharap dia bukan bayimu? Pantas saja kau tidak serius dengan tunanganmu, ternyata karena kau bahkan sudah pernah tidur dengan wanita sebelumnya? Aku jadi curiga, kekasihmu yang dulu meninggalkanmu karena kau berselingkuh dengan ibu dari bayi ini.! Benar begitukah?” papa Toni benar-benar marah.
“Ad—ada apa ini? Bayi?” wanita bernama Erlina yang adalah Nyonya Yoris itu, menghampiri. “Bayi siapa ini?” bertanya dengan wajah kebingungan.
Stefan dan Toni, ayah anak itu tak kunjung menjawab.
Seolah mengerti akan situasi, mama Lina mengajak putra dan suaminya itu untuk masuk ke dalam rumah. “Ayo kita masuk sayang, bahas ini di dalam dengan kepala dingin. Biar mama yang gendong bayinya."
Di kamar Stefan. Kedua orang tuanya pun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa tiba-tiba bayi ini muncul.
Toni Adrian meminta petugas memeriksa seluruh CCTV yang terpasang di beberapa titik bagian depan kediaman meganhnya itu.
\=\=\=\=\=
Ditempat lain, dimalam yang sudah pasti gelap.
Seorang wanita Muda, berjalan kaki menyusuri jalan dalam kondisi berantakan.
“Maafkan Mama Arsen.. maaf!!”
Wanita itu ialah Gina Veroni Yares. Seorang wanita dengan sapaan Gina, berusia 22 tahun. Selama ini, dia menghidupi dirinya danbayinyadengan menumpang di tempat tinggal sahabatnya di salahsatu kota kecil yang terletak di kalimantan Timur.
Flashback
1 tahun yang lalu, setelah mengetahui kehamilannya, Gina diusir dari kediaman luas keluarganya karena kemarahan ayahnya terhadap Gina yang tiba-tiba hamil diluar nikah. Ya, memang masih ada di zaman ini yang tega
mengusir putri mereka karena merasa marah dan itulah yang dialami oleh Gina Veroni
Saat itu, usia kehamilan Gina sudah berjalan 3 bulan. Masa itu pula, Gina masih aktif sebagai salah satu mahasiswi semester akhir dengan nilai selalu memuaskan, di salah satu kampus ternama di kota Jakarta.
Gina memiliki satu-satunya sahabat baik bernama Maharani. Karena perkuliahan Rani sudah beres dan baru saja menyelesaikan wisuda D3 nya, maka ia memutuskan untuk kembali ke kotanya. Ia pun, meminta Gina untuk ikut dengannya dan mengambil cuti karena harus fokus dengan kehamilannya.
Beruntung kedua orang tua Rani bersedia menampung wanita
hamil tanpa suami itu dengan tulus, sehingga Gina pun ikut pindah ke kota kecil itu.
Selama kehamilannya, Gina bekerja di warung makan milik orangtua Rani. Hitung-hitung menabung untuk persiapan melahirkan.
6 bulan kemudian, lahirlah bayi itu, bayi laki-laki yang sangat tampan yang diberi nama Arsen. Hanya nama itu yang bisa Gina berikan untuk putranya saat itu.
Satu bulan kemudian, sesuai dengan komitmen awal, Gina dan Rani kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan study Gina yang sempat tertunda. Gina membuat target, akan menyelesaikan skripsinya dalam satu semester. Rani dengan setia menemani dan membantu Gina dalam merawat baby Arsen yang menggemeskan.
Rani menatap lekat bayi tampan yang sedang tertidur lelap setelah diberi ASI itu. “Gin.. makin kesini, bayi tampan ini jadi semakin mirip dengan bapaknya!”
“Hus...! Jangan pernah berkata begitu. Aku ... tidak akan mempertemukan mereka.”
.
.
Perkenalkan Tokoh Utama😁
Stefan Alvaro
Gina Feroni
Sekian dulu gaess.
.
Bersambung...
Hai... kalian, ya.. kalian, thanks ya udah mampir ke sini.
Di bab awal ini, othor mo minta beberapa hal ke kalian, jika berkenan tlg jan lupa Like, comen, Fav dan kasi semangat othor melalui vote, hadiah dsb.🤭.
Abis ini othor ga bakalan ingatin kalian tentang hal itu, jd mohon pengertiannya aja🤭😁
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Lanjut?
Lanjut dong....😁
Gina mantap untuk menjadi ibu sekaligus ayah untuk baby Arsen. Kalau sudah begini, Rani mau bilang apa?
Rani hanya mendoakan, suatu hari kelak ayah biologis dari Arsen akan mengetahui kebenaran tentang Gina dan putranya atau ... semoga ada pria
baik yang akan menjadi pelindung dan mau menerima Gina dan anaknya di kemudian
hari. Secara, Rani, sahabat Gina itu tidak akan bisa seterusnya mendampingi ibu dan anak itu, mengingat dirinya sudah bertunangan dan mungkin sebentar lagi akan dipersunting di pelaminan.
Flashback end dulu yee!
\=\=\=
Tak terasa waktu berlalu, kini Gina sudah menyelesaikan perkuliahannya. Namun, hidup lagi-lagi seakan tak berhenti memberinya kenyataan pahit, yang mengharuskan Gina melepaskan baby Arsen.
.
Kembali ke kediaman keluarga Yoris.
“Aku ... tidak mengenal wanita itu Pa, Ma. Dia menjebakku. Aku ... menidurinya dalam keadaan setengah sadar karena mabuk. Aku bahkan ... tidak melihat wajahnya dengan jelas.” Stefan menjelaskan pada orang tuanya dengan kepala kepala tertunduk.
Malu, itulah yang ia rasakan saat ini, malu pada kedua orangtuanya yang telah mendidiknya dengan sangat baik, namun siapa sangka dirinya telah melakukan hal tercela sampai menghasilkan seorang anak di luar nikah.
“Kalau begitu, aku mau kau cari perempuan itu. Kita harus beri pelajaran padanya.” Tegas Toni ayahnya Stefan, dengan wajah memerah.
“Sa – sayang, kalian tenanglah. Tidak ada wanita yang sanggup terpisah dari bayinya. Mama yakin ... dia akan muncul lagi.” timpal mama Lina, ibunya Stefan.
“Baik, lakukan tes DNA, jika benar bahwa dia adalah putramu, maka ... kita harus merawatnya. Tidak boleh ada keturunan kita yang terlantar
dijalan.” Sambung Toni.
Setefan pun, berterima kasih pada kedua orang tuanya yang sudah mau mengerti keadaan kacau ini.
....
Di tempat lain.
“Arsen, mama ... akan selalu merindukanmu sayang. Maaf, mama tidak bisa menepati janji untuk terus berada di samping kamu.” Gina berbicara dengan foto baby Arsen yang sedang dipegangnya, lalu ... memeluk foto tersebut.
‘Aku ... harus kuat. Setidaknya, disisa hidupku aku bisa melakukan banyak hal. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku ini yang hanya
tersisa dua bulan. Benar ... aku telah merelakan Arsen pada orang yang tepat.’
Gina hanya mengharapkan kebahagiaan Asen bersama ayahnya. Tak henti-hentinya ia memohon pada yang kuasa, agar Stefan dan keluarganya menerima Arsen dan menyayangi anak tampan itu.
...
Beberapa hari kemudian.
Hasil dari tes DNA yang ditunggu dengan rasa penasaran tingkat dewa itu pun akhirnya keluar juga.
Hasil test menunjukkan bahwa ... 99.9 %, Stefan dan Arsen adalah ... ayah dan anak secara biologis.
Stefan mendekati Arsen yang sedang berbaring dengan matanya yang sudah mulai meredup. Tak lupa, dengan mulut kecilnya yang terus bergerak maju mundur menghisap dodot berisi
susu formula.
(Jangan tanyakan merek susunya ya gaes, sudah pasti yang terbaik, mengingat papa-nya yang adalah salah satu anak sultan negeri ini).
Pria itu lalu memegang jari mungil bayinya, kali ini dengan debaran jantung yang terasa berbeda, “Maaf karena sebelumnya ... papa meragukanmu boy. Jika saja kamu sudah mengerti, kamu pasti
kecewa pada papa ini.” Stefan ... menangis.
Lina dan Toni, kedua orang tua Stefan hanya mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka, mereka sudah mengerti dengan situasi ini.
“Pa, bayi itu ... cucu kita,” mama meneteskan air mata haru-nya.
Papa Toni menarik napasnya berat lalu menghembuskannya pelan, “Iya ... mau bagaimanapun, kita harus belajar menerimanya."
Kenyataan baru, yang menghebohkan jagat raya. Seorang calon pewaris tunggal Yoris Group, telah
memiliki seorang bayi, tanpa istri.🤔
“Papa tidak peduli boy ... dunia harus mengenal kamu sebagai anak papa.”
‘Aku, harus menemukan wanita itu. Aku yakin, dia adalah wanita yang bersamaku malam itu.'
.
Seluruh pelosok negeri sudah dijelajahi oleh orang-orang terpercaya yang ditugaskan Stefan, namun tak menemukan apa-apa. Jejak Arsen sebelumnya benar-benar tidak ada. Mereka telah menyusuri semua rumah sakit dan klinik
bersalin, bahkan ruma-rumah praktik para bidan langganan brojolan para emak² rakyat jelata sekalipun, tapi tetap saja nihil.
(Entahlah, mungkin Gina lahiran di tempat dukun beranak, Stefan tak berpikir sampai kesana)🤭
“Shitt! Dimana wanita itu? Dia pasti sedang bersembunyi di suat tempat.” Stefan menghantam kepalan tangannya pada meja kerjanya.
“Setidaknya, kau harus bertanggungjawab mengurus bayimu sendiri. Dimana perasaanmu?” Stefan merasa sangat marah. Marah, karena kasihan melihat baby Arsen. Bayi yang baru berusia enam bulan sudah kehilangan sosok ibunya.
Bayi itu, tak jarang ia menangis kencang dalam tempo yang lama, bahkan ... terkadang sampai kehabisan suara dan itu terlihat sangat kasian. Membuat Stefan ingin segera menemukan wanita itu menyeretnya ke hadapan Arsen.
‘Kemana lagi aku harus mencari wanita sialan itu? Setelah mengacaukan hidupku lalu bersembunyi? Akan kutemukan kau, bahkan sampai ke lubang tikus sekalipun.’
.
5 tahun kemudian.
.
.
Bersambung....
5 Tahun Kemudian.
Gina sangat syok mendengar penjelasan dokter tentang kondisi terkini tentang kesehatannya.
"Ap-apa dok? Sa-saya tidak salah dengar?"
"Iya, dan selamat anda sudah benar-benar sembuh!"
Gina membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan yang bergetar. Kenyataan yang di dengarnya hari ini benar-benar membuatnya terkejut sekaligus bahagia.
"Tapi ... Gina, seperti yang kamu ketahui, bahwa kandunganmu--"
"Iya dok, saya sangat tahu itu," ucap Gina, tak ingin mendengar penjelasan lebih lanjut yang sudah ia ketahui.
Jadi, selama ini, Gina menderita penyakit kanker serviks, yang kian hari terus membuat tubuhnya semakin kurus.
Flashback dikit ya🥰
5 tahun yang lalu, saat dokter mengatakan hal menyakitkan tentang dirinya yang mengidap kanker, Gina menanyakan berapa lama lagi sisa hidupnya. Dokter tidak salah, karena pasien ingin tahu maka sang dokter mengatakan jika tidak sembuh, maka jangka waktu menikmati hidup tersisa 5 tahun lagi, dan apabila sel kanker telah menyebar ke organ lainnya, secepat-cepatnya pasien hanya tersisa 2 atau 3 bulan saja. Maka dari itu, Gina melakukan hal bodoh yang dianggapnya pilihan yang tepat yaitu melepas baby Arsen, karena ia tak tega jika harus membiarkan Arsen bersamanya yang kapan-kapan saja bisa out dari muka bumi ini.
Semua orang juga pasti mati dengan cara yang dikehendaki oleh yang kuasa. Tapi, untuk seorang Gina Veroni, kematian itu sudah sangat jelas di depan matanya saat itu.
2 bulan berlalu, ternyata Gina masih juga hidup, bahkan ia masih kuat untuk beraktivitas seperti biasanya.
2 Tahun berlalu, eh, masih juga bisa bernapas dan beraktivitas, meskipun gejala dari penyakitnya kian terasa, seperti terlihat semakin kurus, mual-mual dan pusing.
3 Tahun berlalu, ternyata ... dia masih diberi kesempatan untuk tetap bernapas bersama dengan khalayak ramai di muka bumi ini. Akhirnya, Gina memutuskan mengikuti saran dari dokter untuk dilakukan operasi pengangkatan rahim.
Flashback end dulu gess🤭
Satu - satunya orang yang menemani dia berjuang ialah Maharani, si sahabat baik hati.
Sampailah pada hari ini, Gina menuai buah dari kesabarannya. Tidak percuma dirinya menemui dokter sesuai jadwal dan tak pernah bolong. Ia benar-benar sembuh.
Pulang ke rumah kontrakan, Gina auto masuk ke kamar menghampiri bingkai berisi foto berukuran 5R, disana dirinya bisa melihat wajah tampan putranya itu, yang telah diambilnya dari situs yang memuat berita tentang Stefan.
Ternyata pria itu tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah seorang ayah. Ia bahkan membiarkan foto anaknya itu dimuat dalam berita. Sepertinya pria itu sengaja mengekspose Arsen. Tapi sayang, hanya ada satu foto dan Gina pun mencetaknya agar dapat memeluk dan sekedar mengatakan sesuatu kepada putranya itu.
"Arseeen ... kamu tau sayang, mama punya berita gembira. Mama, sudah sembuh sayang!" beberapa kali ia mencium wajah di foto itu, lagi dan lagi.
"Tuhan, Terima kasih, terima kasih banyak."
"Aku tidak pernah meminta apapun selain tetap kuat menjalani ini hari-hari terakhirku Tuhan, tapi ternyata, engkau memberikan lebih dari yang aku minta."
Tak henti-hetinya Gina bersyukur atas keajaiban ini.
'Apa mungkin ... Tuhan sedang memberiku kesempatan kedua? Agar aku bisa menyesali dosa-dosaku?'
'Apa ini kesempatan untukku bisa kembali memeluk Arsen? Bagaimana caranya? Aku ingin sekali melihatnya dari jarak dekat.'
'Benar, aku sudah tidak bisa lagi memiliki anak. Hanya Arsen satu-satunya anak yang diberikan untukku.'
'Mungkin ini terdengar egois. Tapi Arsen, tunggu mama sayang, mama akan cari cara agar bisa dekat lagi denganmu.'
'Aku harus dekat lagi dengan putraku. Ya ... Gina, mari cari cara untuk bersatu lagi dengan Arsen' Gina menyemangati dirinya.
.
.
Bersambung.
Selamat menunaikan ibadah puasa guys.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!