Arini setyoningrum adalah gadis cantik dengan senyum menawan yang mampu meluluhkan hati setiap pria.Paras ayu tnpa polesan didukung kulit putih bersih dan tinggi semampai. Semakin membuatnya terlihat bak bidadari surga.
Namun, tinggal dikampung sejak kecil dan berasal dari keluarga sederhana. Hidup penuh perjuangan sejak kecil membuatnya menjadi pribadi yang mandiri dan cenderung rendah hati.
Setelah lulus kuliah S1 jurusan PG PAUD dikota S, yang masih satu wilayah Karisidenan tempat tinggalnya. Dia yang sering disapa dengan panggilan Arini / Arin masih saja menganggur dirumah, karena sulitnya mencari pekerjaan dengan begron pendidikannya. Didaerah yang berada di kaki gunung L itu.
" Rin, mikir apa kamu nduk.. ? " tanya ibu dengan logat medoknya itu membuyarkan lamunan Arini yang sedari tadi duduk termenung di teras samping rumah orang tuanya.
" Ndak, kok bu. "
" apa kamu mikirin tawaran teman kamu untuk bekerja diibukota ?."
" Iiyaa bu, ..." jawab Arini mengangguk ragu takut ibunya melarang seperti mbakyu, kemaren yang malah marah pada Arini
" Ibu mendukung setiap keputusanmu cah ayu, yang terpenting kamu bisa menjaga diri dan bertanggung jawab, tidak mengecewakan Ibu dan mbakyu nduk.." pelan ibu sambil membelai rambut panjang Arini, yang sedari tadi tidak memakai hijab untuk menutupinya.
Lalu Arini merebahkan kepalanya dipangkuan sang ibu.
" Terima kasih yaa, Bu sudah mengerti dan mengijinkan Arini pergi, Arini janji tidak akan mengecewakan ibu dan mbak Ani sekeluarga.
Sebenarnya berat rasa hati Arini, harus meninggalkan ibu, mbak Ani, mz anto( suami mbak Ani) juga kedua ponakannya Tapi memang kadang kala kita harus mengorbankan sesuatu untuk kehidupan yang lebih baik.
Dari lahir Arini hidup menetap tinggal disini, dan tak pernah pergi jauh dari keluarganya. Apalagi semenjak Bapaknya dipanggil yang maha kuasa beberapa tahun lalu. Waktu itu Arini masih berseragam Putih Abu- abu.
"Maafin, mbak yaa Rin kemaren sudah marah - marah sama kamu."
" Tidak apa mbak, Arini tau kok pasti mbak khawatir. Bagaimana kehidupan dan pergaulanku disana yang memang bebas banget. Tapi, mbak tenang aja aku tidak akan mengecewakan Ibu juga mbak" jawab Arini menyakinkan mbak Ani dan langsung
memeluknya erat sambil terisak haru.
" Sudah tidak usah menangis, ayo mbak bantu beberes bentar lagi kan berangkat."
Arini pun tersenyum bahagia meski hatinya juga sedih harus pergi mentap masa depannya.
" Arini, pamit yaa Bu " bisikan Arini yang masih dalam pelukan ibunya sambil menangis sesenggukan.
" Kamu hati - hati yaa cah ayu disana jaga diri baik - baik...Ibu selalu berdoa buat kamu."
" Arini pamit yaa mbak ,mas... " lanjut Arini memeluk mbak Ani dan bersalaman serta cium tangan pada mereka.
Sayang, keponakan tersayangnya harus sekolah. Jadi tidak bsa ikut nganter sampai kesetasiun.
Arini pun masuk kedalam kereta, air matanya masih terus menetes tak henti memandang keluarganya sampai kereta benar - benar melaju dan tak terlihat lagi. Arini duduk didekat jendela sambil menghapus jejek air matanya.
" Aku tidak boleh cengeng, harus kuat.. " tekat dalam hati Arini sambil menahan air matanya, supaya tidak jatuh membasahi wajah ayunya dengan pipi cubby.
" Assalamualaikum , Bin aku udah di perjalanan dengan kereta mungkin besok pagi aku sudah sampai disana." Arini mengirim pesan pada Sabina teman satu kualiahnya dan orang yang menawarinya pekerjaan yang cocok dengan pendidikannya.
Bersambung,
Terima kasih, sudah mampir ikuti terus kisah Arini
Arini Pov
Begitu kereta berhenti aku keluar dan diujung sana, aku lihat Sabrina sahabat baik yang sama - sama berjuang waktu kuliah dulu.
Tapi, Arini tak pernah tahu pasti tentang kehidupan dan keluarganya seperti apa, yang Arini tahu Sabrina waktu kuliah tinggal dengan paman dan bibinya.
" Arini, aku kangen banget sama kamu" kata Sabina yang langsung memeluk Arini dengan eratnya.
" Aku juga kangen banget sama kamu Bin."
setelah melepas pelukan tadi, Sabrina mengajaknya pergi ke tampat kos yang sudah disiapkanya untuk Arini.
"Makasih yaa Rin, kamu udah mau menerima tawaran dari aku dan pergi meniggalkan keluarga kamu." kata Sabina saat perjalanan menuju tempat kos dengan mobilnya itu.
" Aku yang harusnya berterima kasih sama kamu Bin, karena udah repot- repot mencarikan aku pekerjaan, jemput aku, dan sekarang kamu udah nyariin tempat kos untuk aku." sahut Arini yang sebenarnya merasa tidak enak selalu merepotkan Sabina.
" Kita kan sahabat Rin, dulu waktu kuliah aku selalu merepotkanmu jadi sekarang giliran donk."
Sabina dan Arini pun sama- sama tersenyum. Kedua wanita cantik berhijab itu pun sampai ditempat kos cukup nyaman. Dan kata Sabina tidak jauh dari Yayasan pendidikan Paud juga Tk yang akan menjadi tempat kerja Arini nanti.
Keesokan pagi, setelah istirahat memulihkan tenaga. Karena perjalanan kemarin yang cukup menguras tenaga. Akhirnya hari ini Arini berangkat ke tempat kerja dengan berjalan kaki, karena memang berjarak 1 km dari tempat kosnya.
" Selamat pagi, pak saya Arini teman Sabina dan guru baru disini.? " tanyaku pada seorang satpam paruh baya yang seketika wajahnya langsung kikuk begitu mendengar nama Sabina.
" Oo, teman non Sabina, mbak langsung keruangan Umi Salamah didekat tangga sebelah sana. " jawab beliau sambil menunjuk tangga diujung koridor.
" Baik terima kasih yaa pak, Permisi." kata Arini sambil menganggukan kepalaku kemudian berlalu menuju tampat yang diberi tahu satpam tadi.
Sekolah yang bagus pantalah menjadi sekolah paud dan Tk paling bonafi disini. Arini berdecak kagum sambil menikmati keindaahan dan kemegahan selolah itu.
tok... tok... tok...
" Masuk," kata seseorang dari dalam setelah Arini mengetuk pintu yang terdapat papan nama yang cukup besar bertuliskan,
Ruang kepala sekolah.
Perlahan Arini membuka pintu dan tersenyum masuk kala melihat seorang ibu - ibu paruh baya dan seorang wanita yang kira - kira seumuran dengan mbak Ani.
" Ayo, masuk Arini " kata ibu - ibu itu, Arinpun menutup pintu pelan. Lalu melangkah mendekati sofa tempat duduk dua orang itu.
" Silahkan duduk, kamu temannya Sabina kan" tanya beliau lagi sambil menunjuk sofa yang bisa diduduki olah Arini.
"Iya, Bu saya Arini taman Sabina " Jawab Arini setelah duduk berhadapan dengan beliau berdua.
" Jangan panggil bu, panggil saja Umi Salamah dan perkenalkan ini anak saya Amira kakaknya Sabina.."
deg
Pernyataan Umi Salama membuat Arini kaget, berarti beliau adalah Uminya Sabina dan ini sekolah milik keluarganya.
" Sabina, belum menceritakan tetang kelurganya yaa padamu.. " tanya Amira yang mengetahui rasa kaget yang terlihat jelas diwajah cantiknya itu.
" Maaf, mungkin saya yang tidak peka dan bertanya tentang kelurganya padahal Sabina mengetahui segalanya tentang saya."
Amira pun tersenyum begitu pula Umi Salamah.
"Assalamualaikum" kata seseorang yang tiba - tiba masuk yaa itu Sabina yang baru saja dibahas.
"Walaikumsalam.wr.wb." jawab mereka bertiga bersamaan.
" Panjang umur kamu Bin, baru di omongin udah datang aja." kata Amira sedang Sabina cuma tersenyum mendekat dan duduk disebelah Arini yang menatapnya penuh curiga.
" Kamu tidak memberitahu Arini ternyata kita yang satu keluarga yaaa. Katanya teman dekat. Tapi, kamu tidak cerita apapun tentang keluargamu" lanjut Mbak Amira.
" Iya, maaf yaa Rin" jawab Sabina menunjukan senyum termanisnya.
Arini pun membalas senyuman yang tak kalah manis, tapi Arini masih tidak habis pikir dan mulai curiga, sebenarnya apa yang direncanakan Sabina.
Bersambung,
Terima kasih, sudah mampir
Setelah selesai urusan dikantor Umi Salamah yang juga kepala yayasan sekolah PAUD & TK Husna Ceria, dan telah menandatangani kontrak kerja. Arini pun pamit karena besok Arini baru mulai bekerja.
"Arini, " panggil Sabina yang setengah berlari mengejar Arini yang sudah berjalan keluar dari pintu gerbang sambil membawa paper bag berisi seragam yang akan dipakai selama mengajar disana.
" Ada apa Bin, ? tanya Arini yang masih penasaran sebenarnya apa rencana Sabina, karena Arini merasa ada sesuatu yang besar telah direncanakannya, bukan bermaksud shuuzon tapi perasaanya memang selalu tepat.
" Aku, mau bicara sesuatu"
" Apa"
" Kita cari tampat yang enak buat ngobrol yaa" ajak Sabina
Mereka akhirnya menuju cafe yang tak jauh dari sana dan memesan minuman. lalu duduk disalah satu sudut cafe yang tepat menghadap jalan.
" Sebenarnya, rencana kamu apa sih Bin? tanya Arini membuka pembahasan yang sedari tadi memenuhi pikirannya.
" Eehmm, aku mau jodohin kamu sama mas ku." sontak Arini tersedak mendengar jawaban Sabina
" Uhuuk..uhuuk.."
" eehh, maaf Rin" sahut Sabina sambil memberikan tisue, Arini pun mengatur nafasnya menenangkan diri.
" Rin, aku tau ini pasti membuatmu bingung tapi aku sungguh - sungguh ingin kamu menjadi kakak iparku, sebenarnya sudah lama aku ingin menjodohkanmu dengan mas ku. Awalnya aku ragu apakah umi dan mbak Amira akan setuju dan Alhamdulilah mereka setuju setelah aku bercerita banyak tentang kamu, apalagi setelah pertemuan tadi mereka setuju banget dan tambah suka sama kamu." jelas Sabina panjang lebar. Arini pun menghembuskan nafas pelan menenangkan diri dan mencoba bersikap bijak menghadapi semua ini.
" Lalu bagaimana dengan Mas mu itu, apa dia juga setuju. " tanya Arini yang tidak ingin langsung menolak karena semua ini harus dipikirkan dengan matang dan meminta petunjuk ALLAH SWT.
" Belum, tapi aku yakin dia setuju Ta' Aruf sama kamu, siapa sich yang bisa menolak kamu Rin, udah cantik kebangetan, solehah pula" jawaban Sabina langsung membuat Arini malu dan wajah cantiknya bersemu merah.
" Apaan sih Bin,"
" Rin, aku harap kamu mau yaa" pelen Sabina sambil mengenggam tangan Arini, matanya menyiratkan penuh harapan.
" InshaAllah, aku pikirkan dulu yaa Bin, aku harus minta pendapat ibu dan mbak Ani, aku juga mesti sholat istiqarah dulu untuk mementapkan hati.." jawab Arini dengan senyum manis menghiasi wajahnya.
" Iya Rin, Oyya... ini foto mas ku" kata Sabina memperlihatkan foto laki - laki pada Arini yang tersimpan dimemori Hpnya. seketiaka Arini tersenyum manis dengan pipinya yang memerah
" Mas Fa'i, dia seorang dokter specialis bedah dirumah sakit XXX. dia masih berumur 30 th tapi sudah mendapatkan gelar dokter specialis, mas ku ini memang jenius Rin. Tanang dia juga laki - laki yang Shalih ug."
terang Sabina semangat menceritakan tentang masnya itu.
" Dan satu lagi dia ganteng kan Rin." lanjut Sabina yang semakin membuat wajah Arini makin merah seperti udang rebus. Sabina yang meliahatnya pun terkekeh ingin rasanya mencubit pipi Arini yang cubby itu gemessss.
" Jadi kapan kamu akan kasih keputusan, ?"
" Begini aja Bin, gimana kalau kamu tanya mas mu dulu kalau dia g keberatan aku akan langsung menjawab pertanyaau itu" jawab Arini dengan bijak supaya tidak menyinggung Sabina.
" Oke deh nanti aku bilang sama Umi untuk bicara sama mas Fa'i, karena kalau aku yang bicara pasti cuma dianggap candaan g serius gitu.. " Sabina pun jadi tambah semangat dan g sabar untuk mempertemukan mereka dan semoga mereka berjodoh. Amiin...
Bersambung,
Terima kasih sudah mampir, ditunngu yaa kelanjutan kisah Arini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!