NovelToon NovelToon

Pernikahan Yang Dijodohkan Season 2

Episode 1 Kesalah Pahaman

Menikah karena perjodohan, tidak memiliki rasa cinta satu sama lain. Awalnya semua terasa sangat berat ketika dia harus menikah dengan pria asing di hidupnya. Perlahan seiring dengan kebersamaan yang selalu mereka hadapi bersama, rasa cinta itu mulai tumbuh. Sakura agata mulai mencintai Daichi Tama, berjauhan membuatnya begitu tersisa karena rasa memiliki yang semakin besar. Banyak hal yang mereka telah lalui bersama , cobaan dari orang-orang di masa lalu keduanya mulai hadir, tapi kuatnya cinta diantara mereka mempertahankan hubungan mereka berdua.

Dua tahun dijalani hanya berdua, sampai akhirnya kabar bahagia itu datang. Sakura Agata hamil, penantian yang telah lama ditunggu - tunggu mereka untuk memiliki seorang anak di tengah-tengah rumah tangga mereka datang juga.

Dimasa-masa kehamilannya yang memasuki usia 3 bulan, daichi menjadi suami yang sangat posesif kepada istrinya itu. Dia membatasi sakura dalam menjalankan aktivitasnya yang dapat membuat sakura merasa kelelahan nantinya. Sakura yang melihat perubahan sikap daichi awalnya dirasanya sedikit kurang nyaman, tapi lama kelamaan dia berusaha untuk membiasakan dirinya dengan itu semua.

Kehamilannya tidak hanya menjadi kebahagian untuk mereka saja, melainkan kedua keluarga besar Tama dan Agata. Orang tua daichi merasa begitu senang karena putra tunggal mereka akhirnya akan memberikan mereka cucu dan menambah keturunan Tama di keluarga mereka. Sakura mendapatkan limpahan kasih sayang dari semua orang, kehamilannya benar - benar membuatnya merasa bersyukur karena mampu membuat semuanya merasakan kebahagian.

"Sayang, minum susu dulu", kata daichi.

Dia, pria yang sangat disegani bahkan ditakuti semua orang terlihat berbeda untuk istrinya. Daichi adalah suami yang begitu perhatian, membuatkan susu setiap malam menjadi rutinitas barunya selama masa kehamilan sakura, meskipun bibi mori yang menjadi pelayan dirumah mereka selalu melarangnya melakukan itu ,tapi dia tetap saja melakukannya.

"Terima kasih", kata sakura.

Daichi terus memperhatikan sakura sampai menghabiskan susunya, wajahnya langsung tersenyum saat istrinya itu berhasil mengosongkan gelasnya. Diusia kandungannya saat ini, sakura mulai mengalami sensitif di indra penciumannya, dia bisa merasakan mual tiba-tiba saja saat mencium bau yang aneh diciumnya.

"Berikan pada ku", kata daichi, meraih gelas yang ada di tangan sakura dan meletakkannya.

Malam ini sakura terlihat sibuk dengan pekerjaannya, daichi hanya duduk disamping sakura memperhatikannya yang sibuk menggambar.

"Sedang apa?"tanya daichi

"Ahh, aku sedang membuat sebuah pola gambar. Perusahaan kami memenangkan tender untuk pakaian musim dingin dan itu membuat aku harus menyelesaikan semua ini", kata sakura.

"Sayang", kata daichi.

"Ia", jawab sakura, tanpa memperhatikannya.

"Berapa nominalnya?"tanya daichi, serius.

Sakura langsung memberhentikan tangannya yang dari tadi menggerakkan pensil di atas kertas,diletakkan pensil dari genggamannya dan menatap kearah daichi yang ada disampingnya.

"Nominal? Maksudnya?"tanya sakura,bingung, tapi perasaannya ragu menanyakan hal yang seolah akan melukai hatinya.

"Berapa nominal yang kamu dapatkan dari tender itu? Aku akan memberikannya dua kali lipat, batalkan tendernya karena aku tidak ingin kamu kelelahan", ucap daichi.

"Apa?"Sakura tersenyum sinis memandang suaminya itu yang terlihat tak bersalah telah mengatakan hal yang begitu menyakitkan untuknya.

"Aku melakukan itu untuk kamu dan calon anak dikandungan mu, sakura", kata daichi.

"Stop! Jangan bicara lagi, aku tidak mau mendengarnya", sakura terlihat kesal, bangkit dari bangkunya

"Jangan salah paham, sayang", kata daichi.

"Aku melakukan pekerjaan ku bukan semata-mata untuk mendapatkan uang. Aku menyukainya karena itu adalah hobi ku sejak kecil, ba-gaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu", tukas sakura yang mulai terlihat emosi.

"Baiklah, aku minta maaf", kata daichi.

Sakura masih diam, dia masih terlihat emosional malam ini.

"Aku hanya berpikir lebih baik kamu berhenti bekerja dulu, sampai kamu lahiran", kata daichi.

"Tidak! Aku tidak mau!"bantah sakura, wajahnya mulai memerah.

"Hanya sampai kamu melahirkan anak kita", kata daichi.

"Tidak! Dulu sebelum kita menikah, kamu mengatakan bahwa aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Kamu tidak akan melarangnya, kenapa kamu mengingkari janji itu ?"tanya sakura.

Melihat sakura yabg semakin emosional, daichi mencoba mengakhiri perdebatan mereka. Dia tidak ingin hal itu akan menggangu bayi yang ada di dalam kandungan sakura. Daichi berjalan mendekati istrinya itu, mencoba membujuk dan menenangkan sakura. Dia mencoba mengajak sakura bicara baik baik, memberikan pengertian agar tidak ada ke salah pahaman yang terjadi.

Kedua tangan daichi memegang erat pundak sakura, menatapnya dengan tatapannya yang lembut hingga mampu meluluhkan sakura.

"Dengar sayang, maaf untuk ucapan ku yang mungkin membuat mu sedih. Baiklah, aku tetap akan mengizinkan kamu untuk berkerja. Asal dengan satu syarat, jangan terlalu memaksakan diri saat kamu mulai merasa lelah, mengerti?"tanya daichi.

"Baiklah",kata sakura, raut wajahnya masih sedih.

"Ushhh, jangan tunjukan wajah sedih itu. Aku tidak ingin wanita yang sangat aku cintai terlihat sedih",pinta daichi.

Perlahan wajah kesedihan itu sirna, berganti senyum indah di wajah sakura. Dia sudah terbiasa mendengar rayuan yang diucapkan daichi, tapi tetap saja daichi selalu berhasil membuatnya bahagia setiap mendengarnya.

"Hmm, aku sangat mencintaimu, Ny.Tama", kata daichi, menarik sakura pelan kedalam dekapannya.

"Aku juga", balas sakura.

Hari semakin gelap, sakura keluar dari kamar setelah mengganti pakaiannya. Dia keluar dengan mengenakan lingerie yang terlihat transparan. Daichi masih sibuk memperhatikan layar ponselnya, dia masih belum menyadari sakura yang baru keluar dari kamar mandi.

Dia yang awalnya malu mengenakan pakaian -pakaian yang terlihat seksi dihadapan daichi, kini terlihat santai saat berjalan menuju kearah ranjang tidur dimana daichi sudah ada disana.

Wajah daichi sontak kaget, matanya membelalak memperhatikan sakura yang berjalan.

"Ada apa melihat seperti itu?"tanya sakura, dengan nada genit.

Daichi mematung. "Kenapa mengenakan pakaian seperti itu?"

"Apa ada yang salah dengan pakaianku? Bukankah aku biasa memakai pakaian tidur seperti ini?"tanya sakura.

Daichi berdeham-deham. "Iya, kamu benar", jawabnya.

Sakura langsung naik keatas tempat tidur, mendekatkan dirinya dan menyandarkan kepalanya di dada daichi yang kekar. Daichi hanya tersenyum melihat tingkah manja sakura malam ini, dia mendekapnya dalam pelukannya ,memberikan kehangatan pada sakura.

"Sangat nyaman", kata sakura.

Daichi semakin mengeratkan pelukannya.

"Sakura", bisik daichi di telinganya.

Sakura langsung mengangkat kepalanya agar bisa melihat wajah daichi. "Hmm?"tanyanya.

"Apa kamu bahagia menjadi istri dari seorang Daichi Tama selama beberapa tahun ini?"tanya daichi.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?"tanya sakura kembali.

"Hanya penasaran saja", jawabnya, tersenyum.

Sakura terdiam lama sekali, seakan pertanyaan yang diajukan daichi begitu sulit untuk dijawab. Daichi terus menunggu, dengan suaranya yang pelan dan lembut dia berkata, " Terima kasih telah menjadi suamiku, Daichi Tama.Aku adalah wanita yang sangat beruntung memiliki suami seperti kamu".

Daichi termenung, merasa terhipnotis dengan suara sakura yang lembut. Memejamkan kedua matanya, menghembuskan napas lewat hidungnya. "Kau membuatku tak berkutik lagi, sakura", ucapnya.

Sakura hanya tersenyum, mengangkat kepalanya agar bisa sejajar dengan daichi dan menciumnya. Merasa kaget, daichi kembali membalas ciumannya, walaupun daichi terlihat tidak seperti biasanya. Dia sangat berhati - hati untuk tidak bersikap berlebih yang akan membahayakan sakura yang sedang hamil.

Semakin terbawa suasana, daichi mulai menjauhkan tubuhnya dari sakura. Dia benar -benar mencoba mengendalikan dirinya, berhenti sekarang adalah pilihannya yang tepat agar dia tidak bertindak lebih jauh.

"Ada apa?"tanya sakura yang merasa bingung saat daichi seolah menghindarinya.

"Kita tidak bisa melakukannya, sayang", katanya.

"Maksudnya?"sakura masih tidak memahami perkataan daichi.

"Kamu sedang hamil, aku tidak bisa", kata daichi.

"Ahhh, maafkan aku", kata sakura.

Daichi hanya terkekeh melihat ekspresi polos sakura. Rasanya dia ingin sekali menerkam sakura malam ini yang terlihat begitu menggodanya, tapi hasratnya itu harus dikendalikannya mulai saat ini.

"Aku tidak bisa lama-lama ditempat ini, lebih baik aku keluar mencari angin ", kata kenichi, bangkit dari tempat tidur.

"Jadi suamiku sedang mencoba menghindar dari istrinya?"tanya sakura yang menggoda.

"Lebih tepatnya, menghindari istri yang mencoba menggoda suaminya", kata daichi, mengedipkan sebelah matanya.

"Baiklah Tuan Daichi Tama, pergilah sebelum angin diluar sana mencari mu", tukas sakura, kesal.

Daichi hanya tertawa melangkah keluar, dia membuka pintu kamar itu, tapi sebelum dia keluar dari kamar. Dia kembali menoleh kearah belakang untuk melihat sakura yang masih menatapnya dengan wajah kesal.

"Tapi bisakah aku meminta sesuatu dengan mu, Ny.Tama?"tanyanya.

"Silakan", jawab sakura, angkuh.

"Bisakah mulai besok malam, kamu tidak mengenakan pakaian tidur seperti itu. Itu sangat meresahkan diriku", kata daichi terkekeh.

"Pergilah", protes sakura

Daichi hanya tersenyum dan pergi meninggalkan sakura

"Aishh, dasar menyebalkan", kata sakura, tersenyum

Bersambung...

Episode 2 Tidak Percaya

Pagi harinya ketika sakura terbangun dari tidurnya, dia sudah tidak melihat daichi disampingnya. Dia masih berdiam diri di atas ranjangnya hingga akhirnya dia bangun dari tempat tidur. Matanya langsung tertuju ke sebuah kertas putih yang diletakkan di atas meja.

Sakura langsung mengambil kertas itu, membaca setiap kalimat -kalimat bernada romantis yang ditulis daichi untuknya. Dia hanya tersenyum, membayangkan daichi mengatakan kata-kata romantis itu langsung kepadanya.

💌 To My lovely wife,

Selamat pagi sayang..,

Jika kamu telah membaca surat ini berarti aku sudah pergi.

Maaf karena aku harus pergi lebih awal karena ada pekerjaan yang mendadak pagi ini.

Aku tadi ingin membangunkan mu, tapi melihat wajah indah mu yang tertidur lelap membuatku tidak tega untuk melakukannya.

Jangan lupa melewatkan sarapan pagi mu sebelum berangkat bekerja, minum susu yang telah aku buat tadi pagi sebelum berangkat dan pastikan kamu juga meminum vitamin kamu.

Aku mencintaimu, hanya dirimu Ny.Sakura Tama.

^^^Your Husband Daichi Tama 🤎^^^

Sakura hanya menggelengkan kepalanya selepas selesai membaca sepucuk surat yang ditinggalkan suaminya itu. Dia tidak bisa membayangkan daichi menulis surat ini pagi-pagi sebelum dia berangkat kekantor, dia melakukan cara yang lama semetara di zaman secanggih ini dia bisa mengirimkan pesan melalui ponselnya.

Dia kembali melipat surat itu, menyimpannya kembali didalam laci lemarinya dan berjalan menuju kearah kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat kekantor

Sebelum berangkat kekantor,dia melakukan semua yang diperintahkan suaminya itu. Menikmati sarapan pagi nya, meminum susu dan vitamin yang telah disediakan oleh bibi mori dimeja.

"Bibi, aku pergi dulu ya", kata sakura, bangkit dan mencium wanita tersebut

"Baiklah sayang, hati-hati", kata bibi mori.

"Ia bu", jawab sakura yang pergi meninggalkannya.

Seperti hari-hari sebelumnya, kimi adalah sekertaris sekaligus supir pribadinya. Dia yang selalu ada menemani sakura kemanapun dia ingin pergi, ditambah lagi daichi pribadi yang memintanya melakukan itu karena dia merasa lebih aman jika sakura ditemani oleh kimi.

Mereka berangkat menuju kekantor mereka, hari ini sakura akan benar - benar begitu sibuk dengan beberapa meeting yang akan dilakukan hari ini.

Tok..Tok..Tok...

"Masuklah", teriak kimi.

Seorang OG datang dengan sebuah nampan ditangannya.

"Selamat pagi, nona sakura, nona kimi", sapa nya.

"Selamat pagi", jawab mereka bersamaan.

"Ini kopi sesuai permintaan anda, nona", ucapnya.

Kimi keheranan. Apa kopi? Untuk siapa?"

"Nona sakura yang memintanya tadi", jawab nya polos.

Tatapan tajam kimi langsung ditujukan kepada atasannya itu. Dia langsung mengambil secangkir gelas yang telah diletakan dihadapan sakura dan memberikannya kembali kepada OG itu.

"Bawa ini kembali dan ingat jangan pernah memberikannya lagi kopi, bahkan jika dia yang meminta, mengerti?"tanya kimi.

"Saya mengerti", jawab wanita itu.

"Kalau begitu kamu sudah bisa pergi sekarang", perintahnya.

"Baik", jawab wanita itu, pergi meninggalkan ruangan sakura.

Sakura hanya diam tak berkutik dengan kimi, dia hanya fokus pada layar komputer nya.

"Nona sakura, kenapa anda ingin minum kopi?"tanya kimi.

"Aku tidak meminumnya kimi, aku hanya ingin mencium aromanya saja", jawab sakura.

"Apapun alasan anda, jangan melakukan hal - hal yang akan membahayakan janin anda", ucap kimi.

Sakura langsung menatap kimi, mendengar perkataan kimi mengenai calon anaknya saja membuatnya kalang kabut saat memikirkannya.

"Kimi, aku tidak akan melakukan hal - hal konyol kepada calon anak ku ini. Aku dan daichi sudah sangat lama menantikannya, aku pasti akan menjaga kandungan ku dengan baik", jawab sakura

"Maafkan saya nona. Saya hanya tidak ingin terjadi sesuatu dengan anda, tuan daichi pasti akan memarahi saya jika itu terjadi", kata kimi dengan wajah melasnya.

"Tidak kimi, aku justru ingin berterima kasih karena kamu sangat peduli dengan ku", jawab sakura.

...••••••...

Disebuah Cafe yang terletak dipinggir jalan di dekat kantornya, daichi dan sekertaris yun menikmati secangkir kopi. Mereka memilih santai sejenak setelah menghadiri pertemuan dengan beberapa klien.

"Jadi nona sakura tetap ingin bekerja?"tanya sekertaris yun

Daichi menyandarkan tubuhnya di bangku, memasukan satu tangan dikantong celananya, menatap sekertaris yun yang duduk berhadapan dengannya.

"Aku menikahi seorang wanita yang keras kepala", gumamnya.

"Nona sakura adalah wanita yang memiliki prinsip, dia pasti akan melakukan hal yang dianggapnya itu benar, tuan", kata sekertaris yun.

"Kamu benar", kata daichi.

Keduanya kembali diam dalam hening, daichi mulai melamun. Memikirkan cara agar sakura mau menyetujui permintaannya, meskipun dia tahu akan sulit meyakinkan sakura yang tetap ingin bekerja di masa kehamilannya.

"Daichi!

Seseorang meneriaki namanya, membuyarkan lamunannya. Bersama - sama keduanya menoleh kearah sumber suara itu, tampak seorang wanita yang mengenakan celana trouser berwarnah biru, dengan perpaduan waist lengath blazer yang berwarnah senada berjalan menghampiri meja mereka.

"Luna", ucap daichi, mencoba memastikan sambil bangkit berdiri

"Ia benar, aku luna. Bagaimana kabarmu?"tanya luna, mengulurkan tangannya.

Daichi langsung meraih tangan wanita itu dan menjabat tangannya."Baik. Apa yang kamu lakukan disini? Bukankah 4 tahun yang lalu aku mendengar kamu pindah keluar negeri?"tanya daichi sambil melepaskan jabat tangan mereka.

"Ia aku mengambil spesialis di luar negeri dan setelah aku mendapatkannya aku kembali ke negara ku", jawabnya.

"Ahh, kamu seorang dokter", kata daichi.

"Benar, tepatnya dokter kandungan", jawab luna.

"Really? Waw, kebetulan sekali", kata daichi.

"Maksud ku ini sangat kebetulan, aku bertemu dengan mu saat istriku sedang hamil", kata daichi.

Dia menatap kaget kearah daichi. "Menikah? Jadi ternyata kamu sudah menikah?"tanya luna.

"Benar, aku sudah menikah dua tahun yang lalu dan sekarang istriku sedang hamil. Mungkin kamu bisa menjadi dokter kandungannya", kata daichi.

Dia mengangguk diiringi dengan senyum ramahnya. "Tentu saja, aku sangat senang. Kalian bisa datang di rumah sakit tempat aku bekerja ",ucapnya.

"Baiklah, aku akan mengatakan kepada istriku nanti", jawab daichi.

Sepanjang obrolan yang terjadi diantara keduanya, sekertaris yun hanya duduk diam mendengarkan mereka tanpa mereka sadari bahwa ada dia diantara keduanya yang seolah tidak menyadari keberadaan dirinya.

Luna yang dari tadi begitu fokus berbicara kepada daichi dan hanya memandang kearahnya, tiba - tiba menyadari kehadiran sekertaris yun di sampingnya.

"Ah, maaf. Ini?"tanyanya.

Daichi langsung menatap kearah sekertaris yun. "Dia sekertaris pribadiku", kata daichi.

Luna hanya menundukkan kepalanya sebagai bentuk sapaannya terhadap sekertaris yun, tentu saja sekertaris yun dengan tata Krama yang dimilikinya membalas sapaan itu sambil tersenyum.

"Jadi kalian juga sedang mampir di cafe ini?"tanya luna.

"Benar, kebetulan kantor ku di sebrang jalan", kata daichi.

Luna langsung menoleh, melihat kantor daichi yang di maksudnya dari luar jendela.

"Ahhh, baiklah. Mungkin aku bisa singgah saat aku mampir lagi ke cafe ini", kata luna.

"Tentu saja, mampir lah kalau kamu memiliki waktu", kata daichi.

Sekertaris yun yang mendengarnya tampak kaget, bagaiman daichi bisa mengundang seorang wanita untuk datang ke kantor nya. Dia semakin penasaran siapa sebenarnya wanita yang ada di sampingnya itu, kenapa daichi bisa bersikap baik seperti itu sementara dia tahu bahwa daichi adalah sosok pria yang dingin dan kaku kepada setiap wanita.

"Baiklah, aku harus pergi. Sampai jumpa lagi", ucap luna.

"Oke, sampai jumpa", kata daichi.

Sebelum pergi, luna kembali menatap sekertaris yun sambil melemparkan senyum , lalu pergi meninggalkan cafe itu.

Daichi kembali duduk, menikmati kopi miliknya. Sekertaris yun terus memperhatikan daichi, penasaran dengan wanita barusan dan ingin langsung mengintrogasi boss nya itu.

"Siapa wanita itu, tuan?"tanya sekertaris yun.

"Teman lama ku dulu", kata daichi.

"Apa dia mantan pacar anda?"tanya sekertaris yun, ragu-ragu.

"Tidak, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan sekertaris yun?"tanya daichi dingin.

"Maaf atas kelancangan saya,tuan. Saya hanya tidak ingin wanita itu akan menghancurkan rumah tangga anda seperti yang dilakukan nona sera sebelumnya", kata sekertaris yun.

Daichi terus menatap tajam kearahnya, mencoba memahami maksud perkataan sekertaris yun.

"Kamu tidak perlu khawatir soal itu, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan dia. Lagian dia hanya teman ku saja, teman yang bisa dikatakan tidak terlalu dekat saja dan aku yakin dia tidak sama seperti sera yang memiliki tujuan", kata daichi.

"Ah, saga merasa lebih lega mendengarnya", kaga sekertaris yun.

Meski daichi telah menjelaskan dan meyakinkan dirinya, tapi tetap saja sekertaris yun masih merasa khawatir. Seseorang yang baik bisa dengan gampang berubah saat dia memiliki kesempatan atau keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang bukan miliknya. Dia berusaha bersikap biasa saja, tidak bertanya lebih jauh mengenai wanita itu karena tidak ingin membuat daichi menjadi kesal dengannya, tapi sebisa mungkin dia akan mengawasi wanita itu ditambah lagi jika dia benar - benar akan mengunjugi kantor daichi karena disaat dia datang lagi, disitu dia harus mulai mencurigai wanita itu dan mengawasinya.

Bersambung..

Episode 3 Janji

Malam harinya sakura yang sudah selesai mandi, dia berdandan cantik untuk menyambut daichi yang sebentar lagi pulang. Mengenakan pakaian yang terlihat santai dan pilihan pakaiannya malam ini adalah jumpsuit oversized berwarna krem dengan celana di atas lutut yang membuatnya super nyaman.

Dia memandang dirinya di cermin sambil menyisir rambutnya yang panjang tanpa mengenakan riasan diwajahnya. Sakura adalah tipe wanita yang bisa dibilang jarang menggunakan riasan wajah, bahkan saat kekantor dia hanya menggunakan lipstik di bibirnya karena tanpa menggunakan makeup sekalipun dia tetap terlihat cantik dengan kulit wajahnya yang putih.

Diletakkannya sisir itu, dia melihat sebuah cermin besar yang terletak di sudut kamarnya, cermin yang digunakannya saat ingin melihat dirinya sepenuh badan. Dia melangkah mendekat ke cermin itu, memberhentikan langkah kakinya dan berdiri di depan cermin besar. Ditariknya bajunya keatas dan memandangi perutnya dari cermin, perlahan perutnya mulai berubah sedikit buncit dan masih tidak percaya bahwa akan ada seorang bayi di dalam perutnya itu.

"Luar biasa", kata sakura yang mengelus perutnya dengan rasa takjub.

Sepasangan tangan melingkar di pinggangnya, entah sejak kapan daichi masuk. Dia sama sekali tidak mendengar suara ketukan pintu atau hentakan sepatu daichi saat berjalan.

"Sedang apa?"bisik nya lembut di telinga sakura.

"Memperhatikan perut ku", jawab sakura.

Dia tersenyum . "Ada apa dengan perutmu, sayang?"tanya daichi yang masih memeluk sakura dari arah belakang.

"Masih tidak menyangka bahwa aku saat ini sedang hamil", kata sakura, dia sama sekali tidak menyadari saat air matanya mulai mengalir dan membasahi pipinya.

Daichi yang menyadari itu, langsung memutar sakura menghadap kearahnya.

"Hey, ushhh. Kenapa kamu menangissayang?"tanya daichi, panik.

"Tidak apa- apa. Itu hanya tangis bahagia", kata sakura.

"Sudahlah, berhenti menangis", pinta daichi. Dia membawa sakura duduk di sofa mencoba menenangkannya. Menghapus air mata yang membasahi pipinya dengan tangannya.

Ponsel yang ada disaku celananya tiba - tiba saja berdering. Keduanya sama-sama bergeming, menatap kearah sumber yang menciptakan nyaring.

"Angkatlah", kata sakura

Daichi mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya, wajahnya terlihat bingung saat tak ada nama yang tertera di layar

"Ada apa?"tanya sakura.

"No yang tidak dikenal", kata daichi, dia meletakkan ponselnya di atas meja. Enggan menjawab panggilan dari yang tidak dikenalnya

"Kenapa tidak diangkat, mungkin itu telpon penting", kata sakura.

Telepon itu kembali berdering, beberapa kali berdering membuat sakura merasa tidak nyaman dengan kebisingan itu.

Kring!!! Kring!!! Kring!!!

"Sayang, sepertinya itu benar - benar penting. Lebih baik kamu mengangkatnya", kata sakura.

"Baiklah", kata daichi yang seolah tak ikhlas melakukannya , hanya karena sakura yang memintanya.

📱Hallo".

📱Daichi.

Wajahnya terlihat tersentak, dia mengenali suara itu. Suara yang tidak asing untuknya, tapi dia merasa bingung mengapa dia meneleponnya.

📱Luna.

📱Ia, ini aku luna.

Sakura terus memperhatikan daichi yang menerima telpon di depannya, sementara daichi terlihat kurang nyaman saat luna menghubunginya.

📱Dari mana kamu mendapatkan no ku?" daichi tentu saja merasa penasaran karena dia merasa tidak pernah memberikan no ponselnya.

📱Aku bertanya kepada gena.

📱Ah, begitu. Ada apa kamu menelepon ku?" daichi terus memperhatikan sakura, dia tidak ingin terjadi ke salah pahaman nantinya, tapi sakura justru terlihat santai saja meskipun dia tahu bahwa yang menghubungi suaminya itu adalah seorang wanita.

📱Maaf aku mengganggu mu malam-malam begini. Aku hanya ingin memberitahu mu, aku ada urusan keluar kota. Jadi mungkin jika kamu jadi membawa istrimu untuk memeriksakan kandungannya denganku sepertinya tidak bisa dalam waktu minggu-minggu ini."

📱Ohhh, tidak apa-apa luna. Aku juga belum memberitahukan istriku tentang rencana ku itu".

Mendengar dirinya disebut, keningnya mengkerut. Meminta penjelasan dari daichi yang masih bertelepon, daichi hanya mengedipkan kedua matanya seolah memberikan kode bahwa dia akan menjelaskannya nanti. Lengannya memeluk sakura erat -erat ,sementara dia masih berbicara dengan wanita itu melalui sambungan telepon.

📱Aku hanya ingin mengatakan itu saja. Maaf sudah mengganggu waktu mu, daichi. Selamat malam.

📱Sama sekali tidak. Selamat malam.

Dia menurunkan ponselnya, menekan tombol end. Lalu pandangannya kembali fokus kepada sakura yang menantikan penjelasan dari suaminya itu. Daichi melepaskan dekapannya dari sakura, tersenyum hangat kepada wanita yang memandanginya dengan curiga.

"Aisss, kenapa menatap ku seperti itu?"tanya daichi , tertawa.

"Siapa luna? Aku sama sekali belum pernah mendengar namanya", tanya sakura tidak sabar.

Daichi tertawa, lalu menarik napasnya.

"Ada apa?"tanya sakura.

"Baiklah nyonya Tama, aku akan memberitahu mu", kata daichi.

"Silakan Tuan Tama, istrimu ini sudah siap mendengar penjelasan yang akan anda berikan", kata sakura.

Daichi menggelengkan kepalanya, menahan tawa.

"Luna itu adalah teman semasa SMA ku, kebetulan kami tadi sore bertemu tidak sengaja di cafe pinggir jalan dekat kantor saat aku dan sekertaris yun sedang minum kopi disana", kata daichi.

"Baiklah, lalu?"tanya sakura, dia tahu bahwa penjelasan daichi belum selesai sampai disana.

"Kemudian kami mengobrol dan ternyata dia adalah dokter kandungan. Jadi tadi aku mengatakan kepadanya mungkin dia bisa menjadi dokter kandungan kamu. Makanya dia tadi menelpon untuk mengatakan bahwa dia ada urusan diluar kota sehingga tidak bisa memeriksakan kamu", jelas daichi.

Sakura menerima penjelasan yang diberikan daichi kepadanya, tidak ada hal yang menurutnya peru dicurigainya, komunikasi mereka hanya semata-mata membahas mengenai kehamilannya saja.

"Sayang, sepertinya kita tidak perlu mengganti dokter kandungan ku. Aku juga tidak enak dengan kak rici, dia sudah memberikan dokter yang terbaik dari rumah sakit wongdo, aneh rasanya kita harus pindah kerumah sakit lain saat keluarga sendiri memiliki rumah sakit yang juga terbaik di kota ini", kata sakura,itulah yang terpikir oleh nya, pemikiran yang masuk akal menurutnya.

Mendengar penjelasan sakura memang benar, tidak masuk akal rasanya jika mereka harus kerumah sakit lain. Dia tahu Rici Agata pasti akan memberikan dokter - dokter yang terbaik untuk menangani sakura, apalagi sakura adalah adik perempuannya satu-satunya.

"Baiklah sayang, kita akan tetap di rumah sakit wongdo dengan dokter dari awal saja yang telah menangani kamu", kata daichi.

"Hmmm, maaf sayang karena sudah menolak rekomendasi teman kamu", kata sakura.

"Tidak sayang, aku juga dari awal mengatakan kepadanya harus bertanya dulu kepada kamu. Apakah kamu bersedia atau tidak untuk mengganti dokter kandungan mu", kata daichi.

"Lebih baik kamu nanti memberitahu dia dengan pemikiran kita ini", kata sakura.

"Kamu tidak perlu memikirkannya,sayang. Semua akan baik-baik saja", jawab daichi, tersenyum.

"Sayang?"

Daichi langsung menatap sakura, penasaran mendengar nada suaranya yang terdengar berhati - hati saat memanggilnya. Sikap sakura ini sangat mudah ditebak olehnya bahwa ada sesuatu yang masih mengganjal perasaanya dan ada hal lain yang ingin ditanyakan nya.

"Bertanyalah", kata daichi.

Sakura tertawa simpul. "Dari mana kamu tahu, bahwa ada sesuatu yang ingin aku tanyakan?".

"Tentu saja aku tahu karena aku sangat mengenal, istriku", jawabnya.

"Aisss, dasar", gumam sakura, tertawa.

"Jadi apa yang sebenarnya ingin kamu tanyakan, nyonya sakura tama?"tanya daichi.

Sakura terdiam sesaat, wajahnya tampak ragu-ragu.

"Tanya saja", kata daichi yang seolah tahu dengan apa yang ada dalam pikiran wanita didepannya itu.

"Apa luna itu salah satu mantanmu saat di SMA dulu?"tanya sakura, nada suara pelan.

"Tidak!"secepat kilat dia menjawab dan membantahnya dengan wajah yang tampak sangat serius menatap sakura.

"Ahh..", jawab sakura, tanpa menatap kedua mata daichi.

Dia menarik sakura, mendekapnya kembali ke dadanya. Sakura terlihat kaget saat daichi tiba- tiba saja menariknya.

"Jangan takut", bisik nya.

"Aku tidak mengerti", kata sakura yang masih berada dalam dekapan daichi.

"Aku tidak memiliki hubungan yang dekat dengannya, bahkan dulu aku jarang berkomunikasi dengannya. Namum dari semuanya, aku hanya ingin mengatakan kepadamu nyonya Daichi Tama, tidak akan pernah ada yang mampu menggantikan kedudukan dirimu di hatiku selamanya. Aku sama sekali tidak peduli sekalipun wanita itu lebih cantik dari kamu, meskipun aku tidak yakin jika ada wanita diluar sana lebih cantik dari kamu", katanya tersenyum, diikuti sakura yang tersenyum mendengarnya.

Dia mengeratkan dekapannya kepada istrinya itu.

"Ingatlah, hanya Sakura Agata saja yang akan menjadi wanita satu-satunya di hidup seorang Daichi Tama dan hanya maut yang dapat memisahkan kita berdua", janji daichi.

Sakura hanya bisa dia mendengar daichi berbicara, hanya ada bayangan indah dibenaknya saat berada dalam dekapan daichi seperti saat ini.

"Aku tahu itu", bisik.nya ,suaranya terdengar kuat. Kedua tangannya dengar erat memeluk tubuh daichi yang besar dan kekar itu.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!