Zahra Mckenzie itulah nama yang
diberikan orangtuaku kepada ku. Aku merupakan tamatan akutansi dan mulai besok
bisa bekerja di perusahaan yang aku inginkan sebagai manager pemasaran. Aku
tinggal di sebuah apartment sederhana setelah Ayah dan Ibuku meninggal dunia.
Aku memutuskan untuk tinggal dengan sahabatku di apartment agar aku tidak
kesepian karena aku sudah menjadi yatim piatu dan tidak memiliki saudara. Syifa
itulah nama sahabatku, orang yang selalu menjadi pengobat di setiap lukaku
sesuai dengan arti namanya. Aku bersahabat dengan Syifa sudah sedari kecil
sehingga Syifa sudah tau betul lika liku kehidupan yang telah ku lewati. Selain
Syifa aku juga memiliki teman yang lain, teman-temanku mengenalku sebagai sosok
yang baik, cantik dan mudah bergaul. Perlu digaris bawahi bahwa aku mudah
bergaul hanya dengan sesama perempuan tetapi tidak dengan laki-laki.
---------------------------------------------------------#####----------------------------------------------------
hiks... hiks.... hiks
Tangis yang selalu pecah ketika
Zahra sudah sampai di depan makam sang Ibu. Tangis yang selalu tidak dapat
ditahan meskipun sudah 2 tahun Ibu telah meninggalkannya.
"Bu, maafkan zahra. Zahra belum
bisa membahagiakan Ibu sewaktu Ibu hidup dan selalu menyusahkan Ibu. Bu, Zahra
sangat kangen sama Ibu."
Air mata Zahra tidak mau berhenti
tapi Zahra harus menguatkan dirinya agar Ibunya tidak ikut bersedih dan tenang
di sana. Zahra pun mengusap air matanya dan mencoba tersenyum kembali serta
melanjutkan curhat kepada Ibunya.
"Oh ya Bu, Zahra besok sudah
mulai bekerja pada perusahaan yang besar. Itu loh perusahaan yang selalu Zahra ceritakan
ke Ibu sewaktu awal Zahra kuliah. Akhirnya cita-cita Zahra tercapai Bu. Semoga
gaji Zahra juga besar ya Bu he he he. Jadi Zahra bisa pakai gajinya untuk
menolong sesama seperti yang selalu Ibu ajarkan kepada Zahra."
Setelah puas bercerita kepada Ibunya
Zahra berpindah pada gundukan tanah di sebelahnya. Kini Zahra berada di depan
gundukan tanah yang merupakan makam Ayahnya. Zahra mengingat segala hal yang Ayahnya
lakukan semasa hidup. Sosok seorang Ayah yang diharapkan mampu menjadi
imam tetapi justru selalu mabuk-mabukan dan berjudi. Sosok Ayah yang diharapkan
mampu menjadi tulang punggung kelurga tetapi justru beliaulah yang harus
ditanggung kebutuhannya oleh kami (Ibu yang bekerja sebagai penjahit dan Zahra
yang bekerja membuat gorengan serta menjualnya). Ayah yang selalu melakukan
kekerasan fisik kepada Ibu dan dirinya hanya karena keinginannya tidak
terpenuhi. Bahkan Zahra memiliki bekas luka yang tidak bisa hilang karena
tindakan kekerasan yang dilakukan Ayahnya. Sikap Ayahnya lah yang mampu merubah
sikap hangatnya kepada siapapun menjadi dingin terkhusus pada lawan jenis.
Sosok kepala keluarga yang seharusnya menjadi pelindung tetapi justru menjadi
sosok yang menimbulkan rasa trauma untuk Zahra. Awalnya Zahra sangat bersyukur Ayahnya
meninggal dunia tetapi berkat nasehat yang selalu diberikan Ibunya mampu membuat
hati Zahra memaafkan sosok Ayahnya.
“Yah, semoga Ayah tenang ya di sana.
Zahra udah maafin Ayah.”
Hujan mulai turun sehingga
mengharuskan Zahra untuk meninggalkan makam. Zahra berlari menuju mobilnya (bukan
mobil Zahra tepatnya mobil Syifa), tetapi derasnya hujan menghalangi Zahra untuk
sampai ke mobilnya yang jaraknya cukup jauh dari makam ke area parkir. Zahra
berteduh pada pendopo yang ada di tengah area pemakaman. Ternyata di pendopo
juga ada seorang pria yang berteduh berdiri membelakangi dirinya. Setelah
menunggu lama akhirnya pria tersebut menelepon seseorang.
"Hallo Jack, aku sekarang
berada di pendopo pemakaman tolong bawakan 2 payung ke sini." ucap pria
itu.
Tak lama kemudian tiba sesosok pria
serba hitam seperti asisten dengan menggunakan payung dan membawa satu payung
yang mendekati pria tadi.
"kenapa hanya satu payung yang
kamu bawa jack?"
"Aku pikir 2 payung dengan yang
aku bawa pak"
Pria itu mengambil payung tersebut
tetapi tidak membukanya dan berjalan mendekat ke arah asistennya. Kini pria
tersebut berada di bawah payung yang sama dengan asistennya dan berjalan
mendekat ke arah Zahra.
"Silahkan dipakai payungnya
nona." dengan memberikan payung yang dipegangnya kepada Zahra.
Zahra pun tak menolaknya karena
hujan yang masih deras dan hari sudah mulai maghrib. Mereka berjalan menuju
arah parkir. Pria itu masuk ke dalam mobilnya dan bergegas meninggalkan
pemakaman.
"Tuan, payungnya ..."
teriak zahra. Namun apadaya suara hujan mengalahkan teriakan Zahra.
"Sudahlah besok-besok saja aku
kembalikan padanya jika bertemu lagi." gumam Zahra.
Zahra pun melajukan mobil ke
apartmennya.
Esok hari
"Semangat Zahra." itulah
kata-kata yang diucapkan Zahra setiba di perusahaan. Hari ini adalah hari
pertama Zahra bekerja sebagai manager pada perusahaan Rayyan Grup. Hari
masuknya Zahra bertepatan dengan masuknya CEO baru sehingga seluruh karyawan
berkumpul untuk menyambut CEO baru tersebut. Tak menunggu lama, sebuah mobil
berhenti di depan perusahaan. Turunlah 2 orang dari mobil tersebut dan berjalan
ke dalam perusahaan.
“Waah gantengnya.” ucap karyawan
yang berada di sebelah Zahra. Zahra tidak peduli dengan apa yang diucapkan
karyawan yang berada di sebelahnya. Zahra hanya menundukkan kepalanya saat
kedua orang tersebut sudah berada di depan seluruh karyawan.
Siapakah sosok CEO baru perusahaan
Rayyan Grup??
Ali Rayyan Rizki adalah namaku, Al panggilan akrabku.
Aku merupakan sosok pria yang tampan, rupawan, dan berkarisma. Aku juga
merupakan anak tunggal dari Rayyan Saputra (ayah) dan Della Puspita (Ibu)
pemilik perusahaan Rayyan Grup yang sudah sangat terkenal di asia. Hal itulah
yang menyebabkan kaum hawa selalu ingin dekat denganku meskipun aku selalu
bersikap dingin kepada mereka. Alasanku bersikap dingin kepada kaum hawa karena
aku hanya ingin melakukan kontak fisik dengan yang sudah halal bagiku, itulah prinsip
hidupku.
----------------------------------------------------#####------------------------------------------------------------------
Drrrt … Drrrt … Drrrt ….
Ponselku bergetar ketika aku baru keluar dari bandara.
Panggilan masuk pada ponsel ku dengan nama yang tertera pada bagian layar
ponsel adalah MY MOM dengan segera mungkin aku mengangkatnya.
“Assalamu’alaikum Bunda”.
“Wa’alaikumsalam. Udah di mana sekarang nak?”
“Baru keluar dari bandara Bunda, lagi cari taksi”.
“Kok cari taksi? Kan bunda udah ngirim mang Ujang ke
Bandara”.
Al pun melihat ke sekeliling mencoba mencari sosok
mang ujang yang merupakan sopir keluargaya.
“Itu dia mang ujangnya.” Gumam al
“Hallo Bunda, Al udah ketemu sama mang Ujang. Nanti kita
lanjut ngobrolnya di rumah ya. Assalamu’alaikum bunda.”
Al pun menghampiri mang ujang dan masuk ke dalam mobil. Disepanjang perjalanan Al heboh dengan
banyaknya perubahan yang terjadi entah adanya restaurant baru ataupun mall
baru.
Rumah
“Assalamu’alaikum.” ucap Al sesampainya di rumah.
“Wa’alaikumsalam.” jawaban orang tua Al yang bersegera
menyambut kedatangan anak semata wayangnya pulang. Al pun langsung bersalaman
kepada kedua orang tuanya dan melepas rasa kangennya. Setelah puas melepas rasa
kangen Al dan kedua orang tunya langsung menuju ruang makan untuk makan siang
karena Al sudah merasakan lapar akibat perjalanannya yang panjang.
“Ayah, Bunda setelah ini Al langsung berangkat ke
makam Oma ya “.
“Mau bunda temani nak?”
“Gak usah bunda, Al mau kangen-kangenan sama oma. Kalau
ada bunda gak asik.”
Orang tua Al pun menyetujuinya karena mereka tau bahwa
Al sangat amat dekat dengan Omanya.
Pemakaman Umum
“Hy Oma.” Ucap Al sesampainya ia di depan makam Omanya.
“Al kangen banget sama Oma. Udah berapa lama ya Al gak
ke sini?” Tanya Al kepada dirinya sendiri sembari mengingat-ingat telah berapa
lama Al tidak mengunjungi Omanya.
“Sekarang Al sudah besar Oma, Al akan penuhi semua
janji yang pernah Al ucapkan kepada Oma. Karena Al kan pria sejati Oma. Tapi
janji untuk Al menikah muda di tunda dulu ya Oma karena sampai detik ini Al
belum menemukan perempuan yang mampu menggetarkan hati Al.”
Rintik hujan yang turun mengakhiri curhatan Al kepada
Omanya. Al berpamitan kepada Omanya dan bergegas menuju mobilnya. Tetapi derasnya
hujan menghalangi langkah kakinya sehingga Al memutuskan untuk berteduh di
pendopo yang ada di sana. Tak berselang
lama, ada perempuan yang berlari menuju pendopo yang sama dengan Al tapi Al
mengacuhkannya karena memang posisinya berada di belakang Al. Perempuan
tersebut nampak kedinginan karena sesekali dia meniup telapak tangannya dan
menggosok-gosokan tangannya. Karena sudah menunggu terlalu lama akhirnya Al
menelpon asistenya untuk menjemputnya di pendopo.
"Hallo Jack, aku sekarang
berada di pendopo pemakaman tolong bawakan 2 payung ke sini." ucap pria
itu dan langsung memutuskan saluran telepon.
Tak lama kemudian Jack pun datang
dengan menggunakan payung dan membawa satu payung melangkah mendekati Al.
“Kenapa hanya satu payung yang kamu
bawa jack?"
"Aku pikir 2 payung dengan yang
aku bawa pak"
Al pun mengambil payung yang
diberikan oleh Jack tetapi tidak membukanya justru Al berjalan mendekat kepada
Jack dan berada di bawah payung yang sama dengan Jack. Al berbisik kepada Jack
untuk berjalan mendekat kepada perempuan yang ada di sana.
"Silahkan dipakai payungnya
nona." ucap Al sembari mengulurkan payung kepada perempuan tersebut.
Perempuan itu mengangguk dan mengambil payung tersebut dan berjalan di belakang
Al dan Jack. Al bergegas ke mobil dan meninggalkan area pemakaman.
Hari esok
Kriiiing…kriiiing…kriiiing
Alarm di atas nakas Al berbunyi dan
membangunkannya. Hari ini adalah hari pertama Al menggantikan posisi Ayahnya
sebagai CEO. Oleh sebab itu Al harus memastikan bahwa hari ini tidak terlambat
untuk memberikan kesan yang baik. Al segera membersihkan badan dan langsung
menunaikan kewajibannya serta bersiap-siap untuk berangkat kerja. Setelah semua
di rasa sudah sempurna maka Al keluar dari kamar dan bergabung dengan Ayah dan
Bundanya untuk sarapan.
“Waaah anak Bunda udah ganteng, Udah
siap berangkat ke perusahaan?”
“Udah bunda. Bunda dan Ayah jangan
lupa berdoa untuk Al ya semoga dengan posisi Ayah yang Al gantikan mampu
membuat perusahaan kita lebih maju.”
“Aaamiiin.” Jawaban kompak yang
diucapkan oleh orang tua Al.
Setelah selesai makan Al berjalan
menuju keluar pintu rumah, ternyata di sana sudah ada mang Ujang, dan Jack yang
menunggunya. Mereka pun langsung menuju perusahaan setelah al berpamitan kepada
kedua orang tuanya.
Perusahaan
Setibanya Al dan Jack di kantor,
mereka langsung turun dan melihat bahwa seluruh karyawan telah berkumpul. Al
memperhatikan satu per satu karyawannya, semua mata kaum hawa tertuju padanya
tetapi mata elangnya berhenti pada ujung barisan yang menampilkan sesosok perempuan
yang berbeda dengan perempuan lain yang berada di perusahaan. Perempuan dengan
jilbab dalam yang hanya menundukkan kepala tanpa melihat ke arahnya. Ucapan
salam dari Jack membuat Al menjadi fokus kembali.
“Assalamu’alaikum.” Ucap Jack mengawali
“Hari ini kita kedatangan CEO baru yang menggantikan
posisi pak Ray.” Al langsung memotong pembicaraan Jack dengan langsung
memperkenalkan dirinya.
“Perkenalkan nama saya Ali Rayyan Rizki, silahkan
panggil saya dengan Al. Saya mohon bantuannya untuk menjalankan perusahaan ini.
Wassalamua’alaikum.”
Al bergegas menuju lift untuk masuk ke dalam
ruangannya yang diikuti oleh Jack dibelakangnya.
Sesampainya di ruangan, Al langsung memerintahkan Jack untuk mengumpulkan seluruh manager
perusahaan guna menyampaikan kinerjanya.
“Jack, 2 jam lagi tolong kumpulkan seluruh manager. Sampaikan kepada mereka bahwa saya
ingin melihat laporan kinerja mereka.”
“Baik Pak, ada lagi yang bisa saya bantu?”
“Tidak Jack, terima kasih.”
“Kalau begitu saya permisi dulu pak.” Al hanya menganggukan kepalanya dan Jack
langsung keluar dari ruangan Al menuju ruangannya.
2 JAM KEMUDIAN
AL, Jack dan seluruh manager telah berada di ruangan rapat. Satu per satu manager
mempresentasikan hasil kinerjanya dan memberikan laporan kepada Al. Al
memeriksa laporannya, ada saja kesalahan yang tampak oleh Al bahkan Al sempat
terbawa emosi karena sang manager tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukannya ketika manager sedang mempresentasikan kinerjanya. Kini tiba
giliran Zahra untuk mempresentasikan kinerja dari tim pemasaran. Dari awal
rapat dimulai Zahra tidak memperhatikan sang CEO, Zahra hanya fokus pada presentasi yang disampaikan oleh manager lainnya. Zahra maju ke depan dan bersiap untuk mempresentasikan hasil kinerja timya tapi
alangkah kagetnya Zahra ketika melihat sang CEO. Zahra baru sadar bahwa CEO
tempat dia bekerja adalah orang yang meminjamkan payung padanya. Zahra mulai
kembali fokus dan mempresentasikan hasil kinerja timnya. Al hanya diam dari awal sampai akhir Zahra
presentasi.
“Silahkan duduk kembali.” ucap Al
“Hanya laporan ini yang benar dan hanya presentasi dari tim pemasaran yang dapat saya mengerti tanpa ada pertanyaan” ucap Al dengan mengangkat laporan Zahra.
“perbaharui seluruh laporan, saya tunggu laporannya hari ini juga” tegas Al kepada seluruh
manager dan berlalu meninggalkan ruang rapat.
Ruangan Tim Pemasaran
“Zahra, bagaimana ? tanya susi salah satu karyawan di tim pamasaran sedangkan karyawan
lainnya menyimak jawaban yang akan keluar darii mulut Zahra.
Zahra sudah berkenalan dengan seluruh timnya dan melarang keras kepada timnya untuk
memanggilnya “BU MANAGER”.
“Alhamdulillah berkat doa dan bantuan kalian semua rapat tadi berjalan dengan lancar.”
“Apa yang dikatakan si ganteng?” tanya Susi yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada
CEO.
“Si ganteng?” tanya Zahra sambil mengernyitkan alisnya
“CEO maksudku, masa gak paham sih. Di kantor ini yang ganteng kan Cuma dia.” Ucap susi
yang dibalasi dengan tatapan tajam dari
para lelaki tim pemasaran.
“Hahaha …liat itu tatapan mereka.” Tunjuk Zahra pada semua lelaki yang ada di sana. Susi
yang melihatnya hanya tersenyum menampakkan giginya.
“CEO bilang laporan yang kita berikan sudah benar.”
“Ooh syukurlah.” Ucap mereka bersamaan.
Zahra juga bersyukur karena rapat perdananya berjalan dengan lancar. Untung saja Zahra
bisa mengerahkan tenaga supernya untuk memperbaiki laporan dan membuat slide
presentasi serta mempelajari seluruh kinerja tim pemasaran 2 jam sebelum rapat.
Setelah mengobrol seluruh tim pemasaran pergi makan siang bersama untuk merayakan kedatangan
Zahra dan keberhasilan mereka memenangkan hati sang CEO atas laporannya. Tak terasa
waktu istirahat makan siangpun habis dan mengharuskan mereka kembali ke
ruangannya. Zahra langsung menuju meja kerjanya untuk melanjutnya pekerjaannya.
Ditengah pekerjaannya, Zahra tiba-tiba teringat dengan sang CEO.
“Kenapa aku baru sadar kalau ternyata CEO perusahaan ini adalah orang yang meminjamiku payung
kemaren ya? ” gumam Zahra. Meskipun kemaren pria itu menggunakan topi tapi
wajahnya sempat terlihat oleh Zahra.
“Baiklah besok akan aku kembalikan payungnya karena itu merupakan hutang. apakah aku
bisa bertemu langsung dengannya? Sebaiknya besok aku berikan kepada asistennya
saja. ”gumam Zahra lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!