NovelToon NovelToon

Hunter Dan Dewa Monster

Reinkarnasi

"Apakah ini adalah akhir ku?!" Kata seseorang yang dikepung oleh banyak monster di tengah hutan. Dia kemudian memegang erat pedang hitamnya. Sekuat tenaga dia mempertahankan diri dari segala penjuru serangan monster.

"Majulah ... para monster sialan!! Aku akan membunuhmu semua." Teriaknya lantang.

Para monster yang berbentuk mengerikan itu langsung menyerang seseorang yang berdiri sendirian. Dia lalu tergigit dan tercabik-cabik oleh gerombolan monster itu. Dalam sekejap, tubuhnya sudah dikerubungi oleh monster.  Tiba-tiba ada sebuah 'Buku Hitam' keluar dari tubuhnya seseorang itu, buku itu mengeluarkan kata-kata dan teks kata-katanya memasuki tubuh seseorang itu.

Sinar hitam yang menyilaukan keluar dari tubuhnya, seketika itu tubuh seseorang itu langsung menghilang.

Lalu mata seseorang itu membuka matanya perlahan. Ada seseorang yang memanggil-manggil namanya dari kejauhan. Pikiran dia masih kacau tak jelas. Dia merasa terlentang di tanah dengan di kelilingi oleh banyak orang yang memakai seragam jubah.

"Jaya ... jaya ... jaya!? Menghindar!!" Teriaknya.

"Apa?! Ah siapa itu yang memanggilku. Bukankah aku sudah mati di keroyok monster? Kenapa suara itu terdengar tidak asing," gumamnya dengan berusaha sadar membuka matanya dan melihat ke depan.

Sebuah kaki melayang dari atas kepalanya dan dia melihat kolor dalaman berwarna pink terlihat sekejap. Benturan terjadi.

Bruak!

Jaya wajahnya terinjak oleh hantaman kaki dengan keras. Matanya kembali tak sadarkan diri. Mukanya mengeluarkan darah di sekitar pelipis mata dan bibir mulutnya.

"Aaaah .......!"

Jaya di tendangan oleh seorang perempuan yang tanpa sempat dia sadari untuk menghindar. Pikirannya berantakan tak mengetahui kejadian yang menimpa dirinya.

"Cepat bawa dia ke ruang kesehatan! Tch ... menghajarnya hanya akan mengotori tubuhku saja. Akan jadi masalah jika nanti dia malah mati disini!" Kata perempuan dengan tatapan jijik memandang Jaya.

Seseorang lalu membopongnya untuk membawanya ke ruang kesehatan. Jaya diletakkan di sebuah kasur dan di obati oleh seorang Dokter. Setelah selesai, dia ditinggalkan sendirian, dalam keadaan yang masih pingsan.

Tak lama kemudian, dia terbangun dari tidurnya ranjang kasur. Tangannya memegang kepalanya yang sakit.

"Ugh ... apa yang sebenarnya terjadi?"Jaya terbangun dengan kesakitan dan pikiran yang rumit.

Dia mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. setelah mengamati tubuhnya sebentar, Jaya tertegun kaget. Semua tubuhnya telah menyusut bagai pemuda yang berumur 13-14 tahunan. Dia terdiam membaca situasi dan tubuhnya dengan cepat.

"Apakah ini mimpi atau nyata? Jika nyata artinya aku telah kembali hidup lagi menjadi muda? Aku yang harusnya mati di makan monster, tapi bereinkarnasi kembali. Entah bagaimana bisa terjadi, yang jelas langit telah memberikanku kesempatan untuk hidup yang kedua," gumamnya dalam benak gembira penuh sukacita.

Sejenak dia memejamkan matanya kembali, untuk memastikan sesuatu, melihat ke dalam alam jiwa tubuhnya. Di dalam sana terlihat begitu gelap dan hitam secepatnya. Selain itu, ada sebuah pedang hitam yang melayang di sana.

"Apa artinya pada tubuhku ini? Aku terlahir kembali? Dan alam jiwa tubuhku berwarna hitam. Dan bukankah ini adalah pedangku dulu! Kenapa ada di jiwa tubuhku?" Gumamnya penuh banyak tanya. Lalu Jaya membuka matanya dan menggerakkan tangan tubuhnya.

Dia mengalirkan energi ke tangannya, ada sesuatu yang berbeda terjadi. Tangannya kemudian berubah menjadi hitam pekat bagai kegelapan. Mata Jaya bersinar senang, dengan bibir mulutnya yang melengkung. Ada pemahaman baru yang terlintas masuk ke pikirannya.

Dia menarik kesimpulan, bahwa dirinya telah terbangkitkan ulang dengan kekuatan Ananta. Konon setiap orang yang mempunyai kekuatan Ananta, dia akan dapat mengendalikan dan merubah sesuatu dalam dirinya. Ini adalah kekuatan bawaan setiap manusia dari jiwanya sejak lahir.

Namun untuk membangunkan kekuatan Ananta yang tertidur dalam tubuhnya, dia perlu pemicu terlebih dahulu. Tak ada cara yang pasti bagaimana memicu kekuatannya sendiri. Karena setiap orang mempunyai pemicu kekuatannya yang sendiri-sendiri. Seperti halnya, bahwa semua orang memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan kekuatan tapi caranya berbeda-beda dan tak ada yang bisa mengetahuinya.

Di kehidupan sebelumnya Jaya tak pernah mendapatkan cara untuk membangunkan kekuatan Anantanya. Dia dulu hanya bertarung melawan monster menggunakan kekuatan aura di dalam tubuhnya. Dan tak disangka, kini dia telah mendapatkan kekuatan Ananta yang bisa membawanya kembali ke masa lalu.

Seorang pemuda mendatangi Jaya yang sedang rebahan di ranjang.

"Hei ... apakah kamu sadar sekarang Jaya? Melati sama kamu itu beda jauh kekuatannya. Masa kamu menantangnya untuk duel bertarung. Dia dari awal, hanyalah ingin memprovokasi saja. Harusnya kau bisa menahan diri melihat latar belakang keluarganya. Kita dan dia, itu bagaikan langit dan bumi," dia duduk di samping ranjang dan memandang penuh cemas.

"Jacky?! Kamu masih hidup!!" Kata Jaya menatapnya dengan senang dan merangkulnya. Di kehidupan sebelumnya Jacky adalah sahabat Jaya waktu di masa mudanya. Kemudian dia mati karena dibunuh oleh monster yang menyerang kota. Karena pada saat itu, gelombang serbuan monster jumlahnya amatlah banyak. Tak ada yang selamat dari serbuan itu, Jacky adalah salah satu korbannya.

Namun, saat itu Jaya malah berhasil selamat dan pergi dari kota, masuk ke hutan yang lebih dalam. Dan membawanya ke perjalanan petualangan baru di daratan yang penuh monster. Di sana dia bertemu banyak orang hebat dan mempelajari banyak hal baru.

"Apa kepalamu baik-baik saja sobat? Yang seharusnya bertanya masih hidup itu aku! Kau hampir mati konyol tadi," katanya melepaskan diri dari rangkulan Jaya. Sedikit bingung, ada apa dengan Jaya yang tiba-tiba merangkulnya. Dia dan Jaya memanglah sudah hidup tinggal bersama di kota ini. Tapi, tak pernah Jaya merangkul dirinya. Ini membuat perasaan canggung tak terbiasa.

"Kalau kau baik-baik saja, ayo kembali ke kelas. Lain kali janganlah membuat masalah, kan aku sendiri yang repot," kata Jacky yang langsung mengajaknya pergi meninggalkan ruang kesehatan.

Mereka berdua lekas berjalan menuju ke kelasnya. Jaya mengingat sedikit samar-samar kejadiannya saat ini, ini adalah saat ketika Melati mengejeknya dan setelah itu dia diperlakukan layaknya menjadi budak.

"Aku akan mengubah nasibku kembali di dunia ini dan menjadi orang yang  terkuat," gumamnya Jaya dengan mata tajam sambil berjalan.

Begitu sampai kelas, semua orang melihat Jaya. Dahi kepala Jaya di perban melingkar. Ada banyak jejak memar dan bekas luka di wajahnya.

"Lihatlah pecundang ini. Dia tak tahu batasannya dan berani melawanku?! Keluarga sampah tetap akan melahirkan sampah. Meski ada 100 orang sepertimu berkumpul, semua akan tetap bernasib sama."

Seseorang menyorot menunjuk Jaya dengan wajah angkuh. Kesombongannya ingin menghancurkan Jaya hingga berkeping-keping.

"Dasar sampah tak berguna, orang menjijikkan sepertimu harusnya hanya menjadi budak pembantu saja. Tidak pantas berada di sekolah hunter! Apa kau sadar itu Jaya?! Jika berani menantangku lagi akan ku buat kau jadi makanan anjing! " Seorang perempuan yang tampak cantik mengatai Jaya.

Itu adalah Melati. Dia salah satu keluarga bangsawan ningrat di kota Bulengreng ini, sebuah keluarga yang sangat berpengaruh dan tak boleh diganggu. Siapapun yang menyinggungnya dia akan mati. Sebab, mereka mempunyai wewenang untuk membunuh siapapun, kecuali sesama bangsawan ningrat.

Namun karena adanya aturan dari Jendral Kota, sang penguasa kota, bahwa pembunuhan di larang di Sekolah Hunter. Maka siapapun yang melanggarnya akan diganjar yang sama. Itu adalah perintah dari Jendral Kota, yang tak boleh dilanggar oleh bangsawan siapapun. Melati menghindari dari aturan pelanggaran itu. Jika tidak, dia sudah membunuh Jaya sejak lama.

Perhatian para siswa kini terfokus pada Melati. Wajah dan tubuhnya tampak mempesona penuh elegan dengan make up yang sempurna. Dia memiliki kaki ramping yang bersih, rambut panjang sepunggung, dan dada yang menonjol ketat karena pakaiannya yang sedikit vulgar.

Dia mendekati Jaya yang tengah duduk di kursinya. Lalu, Melati duduk di meja depan Jaya. Tangannya mencengkram rambut Jaya.

"Apakah kau tahu apa itu perbedaan langit dan bumi? Dimanapun bumi dipijak disitulah langit dijunjung. Kau adalah tempat yang akan selalu di pijak. Tak ada tempat untukmu lagi selain di injak-injak ... Ketahuilah batasanmu sendiri itu!" Melati menampar-nampar wajah Jaya yang banyak luka.

Plak! Plak! Plak!

Jaya hanya menatap dingin tanpa memejamkan mata. Tangannya mengepalkan tinju yang mengerat, hingga pembuluh darahnya terlihat. Jacky yang di sampingnya menghentikan tangan Jaya yang mengeras begitu bulat.

Melati tersenyum masam melihat ekspresi Jaya dan melepaskan rambut Jaya. Matanya Jaya menyorot marah untuk melawan, tak ada rasa sakit, menyerah ataupun putus asa. Itu membuat Melati kesal dan bertambah jengkel dengan Jaya.

"Apakah kau ingin melawanku lagi?!  Jika tak ada aturan larangan membunuh, kau sudah ku jadikan makanan anjing!" Ejek Melati dengan matanya yang sombong memandang Jaya. Tangannya menyilangkan menunjuk tenang.

"Kau beruntung berada di wilayah Sekolah Hunter saat ini. Tunggulah nasibmu ketika kau sudah keluar nanti!" Melati menyeringai dengan wajah yang gelap. Beberapa siswa yang melihat merasa kasihan dengan Jaya, dan membicarakannya dengan suara pelan tak terdengar.

"Dasar bodoh, apakah dia sudah bosan hidup. Sebagai rakyat biasa sudah terlalu berlebihan sikapnya,"

"Ya, dia memperburuk situasinya sendiri."

"Sungguh tak beruntung nasibnya."

Ananta

"Guru Jurig, Guru Jurig datang!"

Kata seorang siswa yang masuk ke kelas dengan berteriak lantang dan langsung berlari ke bangku duduknya. Melati pun terkejut kembali ke posisi tempat duduknya.

"Cih...kau lolos kali ini!" Melati mendecak lidahnya.

Seorang guru tiba di kelas, namanya guru Jurig. Dia terkenal dengan sebagai guru pembunuh yang berdarah dingin. Karena sifatnya yang keras dan tak kenal ampun kepada siapapun, termasuk bangsawan ningrat. Maka banyak siswa yang takut kepadanya.

Kelas pun mendadak tenang, tanpa ada kebisingan. Lalu guru Jurig berdiri di depan semua siswa dan memulai menjelaskan pelajarannya.

"Di dunia ini, populasi manusia hampir punah, semua daratan di kuasai oleh banyak monster aneh. Ini adalah zaman Sangkala! Zaman yang penuh kekacauan dan diisi dengan berbagai ancaman monster. Jika tak ingin mati, maka tak ada gunanya mengandalkan orang lain, kecuali dirimu sendiri."

"Dan orang yang bisa melawan monster itu disebut Hunter. Untuk menjadi seorang Hunter yang hebat kalian perlu membangunkan kekuatan Ananta yang berada dalam tubuhmu. Sebab kekuatan Ananta itu telah ada semenjak manusia itu dilahirkan di dunia ini."

"Itu adalah kekuatan tersembunyi yang berada di dalam tubuhmu sendiri. Dia akan muncul ketika kau bisa membangunkannya dari jiwa tubuhmu. Sebagai contoh, sudah ada seseorang di kelas ini yang telah membangunkannya."

"Seperti nona Melati yang sudah membangkitkan kekuatannya," kata pak guru itu tersenyum ringan menunjuk kepada Melati.

Melati merasa bangga dengan membusungkan gunung kembarnya yang menonjol. Banyak murid yang melihatnya dan berdecak merasa iri kepadanya. Dia menjadi pusat perhatian di kelas. Karena di kelas ini, yang sudah membangunkan kekuatan Ananta hanya cuma Melati.

"Nona Melati bisakah kau maju untuk memperagakan kekuatanmu," lanjut guru Jurig memintanya.

Melati kemudian maju ke depan dengan berjalan anggun. Begitu di depan, dia memperlihatkan kekuatan Anantanya. Kemudian seluruh tubuhnya berubah, mulai kuku tangannya berubah menjadi cakar tajam, kepalanya mengeluarkan telinga Kucing, dan dari pantatnya keluar ekor Kucing.

Dia menjadi tampak imut dan menggemaskan. Semua orang yang melihat wajahnya memerah. Banyak yang ingin mencoba menyentuhnya dan memeluknya. Karena melati menjadi sosok manusia setengah Kucing yang begitu imut menggairahkan dan menggemaskan.

"Wow...imutnya," kata seseorang dan beberapa siswa berkata pelan.

"Dia memanglah pantas menjadi Dewi kelas kita."

"Aku jadi ingin sekali menyentuhnya,"

"Ini adalah kekuatan Ananta tipe Binatang. Dalam menggunakan kekuatan Ananta, itu terbagi menjadi tipe banyak hal. Tidak ada yang jelas," lanjut pak guru menjelaskan.

Kemudian tubuhnya guru Jurig berubah, mulai tangan, kaki, dan jarinya menjadi penuh bagan Pisau. Dia bagai Manusia Pisau, bahkan tangannya kini bisa mengeluarkan sebilah Pisau.

"Dan ini adalah kekuatan Ananta tipe Senjata. Melati kamu boleh duduk sekarang."

"Baik pak," kata Melati dan kembali duduk. Guru Jurig memainkan Pisau di jemari tangannya.

"Dari semua bentuk kekuatan Ananta yang ada, yang paling langka, unik, dan misterius adalah tipe Elemen. Karena hanya sedikit orang yang dapat menggunakannya, tergantung dari garis keturunannya. Sebab setiap kekuatan Ananta dapat pula mempunyai kekuatan yang sama untuk bisa dimiliki sesuai garis keturunan keluarganya,"

"Tapi agar dapat mempunyai kekuatan Ananta itu bukanlah perkara mudah. Karena untuk membangunkan kekuatan yang tertidur dalam jiwa tubuhmu, kalian perlu mencari pemicunya itu sendiri. Orang lain tak bisa membantumu."

"Namun jika kalian belum bisa menggunakan kekuatan Ananta, kalian bisa menggunakan kekuatan Aura. Aura adalah energi alam yang dapat kita kumpulkan dalam tubuh. Namun, untuk dapat menggunakannya, kalian perlu mengetahui bakat tubuhmu terlebih dahulu dalam Aura."

"Sebab, Aura bakat seseorang itu berbeda-beda. Jelasnya itu terbagi menjadi tiga tipe. Ada kekuatan Aura yang meningkatkan kekuatan, dan Aura yang meningkatkan mental. Tapi yang paling kuat dari itu semua adalah Aura raja. Aura yang dapat meningkatkan semua hal dan juga mempunyai Aura membunuh. Hanya satu banding 100 juta orang yang bisa memiliki untuk menggunakannya."

"Bagaimana caranya menggunakan Aura itu?" tanya seorang siswa penasaran.

"Kalian perlu menyerap dan mengumpulkan energi alam ke dalam jiwa tubuhmu. Lalu salurkan energi itu ke dalam tubuhmu atau senjata. Maka kau bisa menggunakannya," kata pak guru kemudian dia mencontohkan dan kakinya bisa berjalan di atas dinding kelas tanpa jatuh. Seolah kakinya menempel di dinding.

"Ini salah satu bentuk kekuatan energi Aura. Selain mampu memperkuat tubuh atau senjata, ini pun bisa digunakan untuk diterapkan ke tubuh untuk berbagai hal."

Para murid langsung terkagum dan mengobrol.

"Hebat...Aku juga ingin menggunakan Aura."

"Ya...Itu keren."

Pak guru kemudian menepuk tangannya untuk menandakan berhenti bicara.

"Orang yang dapat menggunakan energi Aura, serangan tubuh fisiknya akan meningkat 2 kali lipat dari manusia biasa. Alam jiwanya juga semakin kuat, memungkinkan persepsi indera tubuhnya juga meningkat."

"Jika kalian ingin menggunakan Aura, setidaknya ada 9 tingkatan yang perlu kalian capai. Dan setiap level 1 sampai 9, itu di bagi menjadi lima tahap, yaitu pembentukan, awal, sedang, akhir, dan penyempurnaan."

"Di Kerajaan Manikmaya ini, yang dikelilingi oleh 9 Ibu Kota. Lima Ibu Kota Benteng Pertahanan sebagai Simbol Perisai, dan empat Ibu Kota Utama sebagai Simbol Pedang. Belum pernah ada yang bisa mencapai tingkat level 9. Kecuali, Hunter Jendra Hayuningrat Subakir."

"Dia adalah pendiri kerajaan manusia di sini, sekaligus Hunter pertama yang dapat melawan dari kengerian monster. Dan, dialah manusia yang telah mencapai level tingkat 9 satu-satunya. Bahkan di kota Bulengreng ini, belum ada yang bisa mencapai level 9. Semenjak meninggalnya beliau pada 800 tahun yang lalu, manusia masih terus berjuang untuk meraih ke tingkatan level 9."

Guru Jurig mengatakan kebenaran dari kenyataan pahit yang menimpa manusia. Meski untuk saat ini manusia masih dapat bertahan, namun tak ada jaminan yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan nanti.

"Monster semakin kuat setiap harinya. Bukan hanya segi jumlahnya, kekuatannya mereka juga. Jika kalian datang kesini hanya untuk pamer kekuatan, malas, bermain-main dan membuat masalah. Kalian salah! Sebaiknya kalian berkemas dan pulanglah!"

"Sekolah hunter ini memanglah gratis untuk semua kalangan rakyat di Kota Bulengreng. Ini dibentuk sebagai sekolah wajib, atas perintah Jenderal Kota Bulengreng untuk bekal dasar dan cikal bakal kekuatan tempur Kota Bulengreng. Dan jika ada yang enggan mengikuti, kalian bisa keluar."

Semua siswa terdiam mendengar penjelasan guru Jurig. Tak ada yang berani berkata. Kata-katanya begitu tajam menohok hati.

"Baiklah, untuk tiga bulan yang akan datang. Ujian kelulusan kalian nanti adalah harus menguasai Aura dan mampu mencapai tingkat level 1 tahap awal. Kuharap kalian sudah bisa menguasainya nanti. Karena ini adalah keterampilan wajib dasar Hunter," terang pak guru Jurig dengan wajah serius.

"Jika kalian tak bisa, maka kalian akan dikeluarkan! Sebab kita tak butuh manusia yang bakatnya buruk. Gunakanlah waktu kalian selama itu dengan baik, jika tidak kalian nanti akan menyesal..."

Guru Jurig pun terus menerangkan pelajaran tanpa henti. Jaya saat ini lamunannya berpikir sedang membuat rencana untuk perubahan nasibnya. Di kehidupan ini dia telah mendapatkan kekuatan Ananta dan akan membangun kembali energi Auranya dari awal.

Seingatnya, dia dulu adalah bakat Aura tipe mental. Tapi sesaat setelah melihat alam jiwanya yang gelap. Dia agak bingung, dia juga mendapatkan Aura tipe kekuatan. Hanya dengan merasakan sedikit di tangannya, dia seolah telah paham. Jaya perlu mencoba kekuatannya untuk bertarung.

Ting! Ting! Ting! Ting!

Suara bel berbunyi, menandakan kelas akhirnya selesai. Para siswa berbondong keluar dari kelas menuju pergi ke depan gerbang sekolah. Ada banyak pedagang yang menanti menjajakan jualannya.

Resiko

"Kitab Jurus-Jurus Sakti Beladiri! Banyak Teknik yang bisa digunakan untuk dikelola! Para nona dan pemuda, silahkan di lihat! Ada perisai, ada baju baja, ada pedang, semua terbaru! Silahkan, jika anda tertarik!"

Seorang pedagang yang menggelar lapak menarik perhatian banyak siswa. Sebab, Kitab Jurus Beladiri bukanlah sesuatu yang dapat ditemukan. Meski, banyak yang telah mempunyai sendiri dari keluarganya. Tapi, untuk menciptakan Jurus Beladiri tidaklah semua orang bisa. Maka dari itu, referensi dari Kitab Buku Jurus-Jurus Beladiri bisa pula meningkatkan Keterampilan Beladiri seseorang.

"Lihat, ini ada Kitab Teknik Pukulan Harimau,"

"Di sini juga ada baju baja yang kokoh dengan motif Beruang Putih,"

Beberapa siswa tampak antusias penuh semangat membicarakan barang-barang dagangan. Sebuah belati mengkilap berwarna putih, dengan ukiran misterius di bilahnya dan itu memancarkan energi hawa yang menakutkan.

"Berapa harganya, pak?" Tanya seorang siswa.

"80 ribu koin, itu belati yang bagus. Terbuat dari kuku Beruang Putih. Di bilahnya terlukiskan ukiran mantra energi es. Sekali tergores, kekuatan mantranya akan aktif," jawab penjual dengan senyum meriah.

"Eh, mahal!"

Bagi seorang rakyat biasa, 80 ribu koin itu sama saja kerja selama 3 bulan penuh untuk mengumpulkannya, tanpa dikurangi biaya makan untuk sehari-hari.

"Eit… tunggu dulu. Bukan mahal kalau barangnya bisa sepadan dengan kegunaannya. Belati ini bisa kau gunakan tanpa harus memiliki atribut es. Dengan praktis, belati putih ini setara dengan tajamnya cakar Monster Beruang level 2. Dia dapat melukai hanya dengan menggores sedikit. Ini dapat mempertahankan diri dan membunuh Monster tingkat level 1 dengan cepat," bujuk penjual dengan kelebihan dari belatinya.

"Kalau Kitab Jurus Tangan Besi, ini berapa?" Salah seorang juga bertanya pelan.

"Itu, 70 ribu saja."

"Aaa… sayang sekali. Mahalnya!"

"Yah, ini jurus yang di buat Master tingkat level 5. Untuk membuatnya itu susah. Butuh proses panjang agar jurus ini bisa tercipta. Ini jurus yang dapat merobohkan lawan hanya dengan satu hentakan pukulan...." Keluh penjual rasanya tak ada yang hendak membeli.

Jaya dan jacky berjalan melihat sekeliling penjual dagangan. Di tempat ini banyak barang yang dijual, mulai dari harga murah hingga mahalnya selangit.

"Kita akan pergi kemana, Jaya?" Tanya jacky mengikuti langkah Jaya yang melihat sekitar.

Tampak seseorang sedang mendekati pedagang yang ramai karena kitab-kitab jurusnya.

"Lihat itu, Purma Candra. Kakak dari Melati!" Muka muram terselip di raut Jacky.

Jaya melihat ke arah tempat itu. Dia pun merasa sama. Lalu berjalan pergi sebelum dirinya diketahui. Kabar Jaya pasti sudah tersebar tentang perseteruan dirinya dengan Melati, nyawanya kini akan terancam bahaya. Menyinggung bangsawan ningrat, sama saja menjulurkan lehernya ke ujung pedang.

"Bungkus semua kitab-kitab itu untukku. Kurasa aku perlu beberapa peningkatan kemajuan dalam beladiri!" Purma Candra mengatakan ke penjual.

"Baiklah, tuan muda!" Penjual itu tersenyum bersinar lebar. Dia mengemas semua kitab jurus-jurusnya dan memberikannya.

"Berapa semuanya?"

"450 ribu tuan muda! Semua total Kitabnya ada 6."

Purma Candra mengeluarkan 5 kertas uang koin Hunter, dari kantong ruangnya. Kertas itu sebanding pecahan, 100 ribuan dan 50 ribuan.

"Terima kasih, tuan muda!"

Purma Candra lalu membawa bungkusan Kitab itu masuk ke dalam kantong ruangnya. Semua yang melihat mendecak kagum dengan dirinya, dia begitu mudah mengeluarkan uang koin Hunter yang sebanyak 450 ribu. Itu bukanlah jumlah yang kecil.

Bagi rakyat biasa, itu adalah jumlah uang pengeluarannya yang lebih dari satu tahun. Dengan begitu mereka tak perlu kerja lagi selama 1 tahun penuh. Hanya rasa iri dan cemburu yang bisa dilihatnya. Bagai meneteskan air liur yang mencoba untuk mencari kenikmatan seperti itu.

Apalagi kantong ruang. Itu benda yang bisa menyimpan dan mengeluarkan barang apapun. Harganya setidaknya 1 juta koin Hunter. Banyak gadis yang mencoba menggoda Purma Candra, tapi dia mengabaikannya dan berlalu pergi bersama anak buahnya.

Jaya berjalan memasuki sebuah gang kecil, lalu masuk ke sebuah lorong gelap. Dia telah pergi lama dari jalanan yang penuh pedagang sejak melihat Purma Candra.

"Apa kita akan kembali ke tempat Paman Sam?" Tanya Jacky.

"Yah, begitulah. Kalau kau ragu sebaiknya jangan ikuti aku Jacky. Karena sekali kau mengikutiku kali ini, kau tak akan bisa kembali," Jaya menghentikan kakinya memandang Jacky.

Jacky tak habis pikir ketika membayangkan Paman Sam. Memanglah dia bisa memberikan apa yang kita mau, tapi sebagai imbalannya kita harus memenuhi syarat untuk membayarnya pula. Jacky dan Jaya pernah menjadi seorang penipu dan pencuri hanya gara-gara permintaan Paman Sam.

Mereka sering terlibat mempertaruhkan dengan nyawanya sendiri. Sebab permintaan Paman Sam, acap kali hal yang mustahil. Slogan Paman Sam sederhana, hargai aku maka kau akan ku hargai. Baginya setiap segala sesuatu memiliki harganya sendiri.

"Apa kau yakin Jaya? Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Paman Sam bukanlah orang sembarangan yang bisa kita datangi..."

"Dulu kita memanglah kebetulan bertemu dengannya. Lalu memberikan tugas kepada kita untuk mencuri barang-barang tertentu dan memberikan kita banyak uang. Selain itu, dia memberikan tugas yang hanya mengantarkan barang ke suatu tempat. Maka kita juga diberi uang...."

"Namun resikonya kita di kejar-kejar banyak Monster. Kita di buru banyak Prajurit Hunter. Jika kita tak berada di wilayah Sekolah Hunter saat ini, mungkin kita masih jadi buronan...."

Jacky amatlah cemas, kalut begitu tinggi ketika perlu berurusan dengan Paman Sam lagi. Sebab, Paman Sam adalah salah seorang pengendali di dunia bawah tanah di Kerajaan Manikmaya ini. Dia menguasai berbagai pekerjaan kotor dan menjual barang-barang ilegal.

"Tanpa resiko maka tak akan ada keuntungan. Tanpa perjuangan juga tak akan ada perubahan. Semua itu ada harganya, Jacky. Kali ini aku ingin mengambil resiko, mencari keberuntunganku. Kau ikut atau tidak?"

Jaya dengan tenang bertanya ke Jacky.

Selama ini Jacky bukanlah apa-apa di Kota Bulengreng. Keluarganya telah dibunuh oleh Monster. Dia hanyalah sebatang kara, semua aset keluarganya sudah di rampok dan direbut oleh berbagai orang-orang. Tak ada apa-apa lagi yang kini dimilikinya.

Jacky akhirnya hidup mengemis dan menggelandang di Kota Bulengreng. Tetapi semenjak bertemu Jaya, hidupnya berubah. Dia dapat mencari makan dan bertahan hidup dengan cara yang tak wajar.

"Semakin aku mengikutimu, semakin gila pula aku. Tapi begitulah hidup. Tanpa kegilaan kita tak bisa bertahan! Baiklah, untuk kali ini aku akan ikut karena keberuntunganku juga tak begitu jelek. haha...." Jacky menghela khawatir dengan senyum canggung. Punggungnya menunduk lemas, tak bisa mencegah untuk menasehati Jaya.

"Baiklah, bagus. Kalau begitu ayo kita pergi untuk berbisnis dengan Paman Sam!"

Jaya melanjutkan langkah kakinya berjalan dan Jacky mengikutinya dengan kaki yang berat. Mereka menyusuri lorong gelap dan jalan gang yang berbelok-belok. Hingga akhirnya mereka mencapai di sebuah tempat di perbatasan kota dan Hutan Monster.

Di sana terlihat sebuah kedai kecil untuk makan dan minum sekaligus penginapan. Itu adalah tempat yang dituju oleh Jaya dan Jacky. Tak jarang ada yang mengetahui tempat apa itu sebenarnya, jika dilihat dari biasa, itu hanyalah kedai penginapan. Tapi di balik kedai itu sebenarnya merupakan salah satu rumah transaksi bisnis dunia bawah tanah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!