Hai-hai readers yang sangat aku sayangi dan cintai, bertemu lagi di novel baru aku. Kali ini kita akan mengetahui perjalanan hidup seorang Zahra Thalita.
Jangan lupa like dan komentarnya yaaa
Jangan lupa vote dan kasih bintang lima buat aku tambah semangat lagi
Mohon maaf jika part-part berikutnya nanti mengandung bawang, ya. Aku sayang kalian para penghuni Bumi yang tercinta dan sempurna 🌹😘
🌹HAPPY READING🌹
Tidak ada manusia yang ingin terlahir dalam keadaan cacat. Tidak ada manusia yang tak ingin sempurna. Sempurna adalah satu kata selalu menjadi impian setiap manusia, baik dalam hal fisik, materi dan yang lainnya.
Tapi tidak dengan seorang gadis yang setia duduk di kursi rodanya sejak dia lahir. Ya, dialah Zahra Thalita. Seorang gadis yang terlahir karena proses inseminasi buatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Zahra hadir bukan karena cinta, tapi dia hadir karena sebuah keterpaksaan.
Ibra dan Sofia, merupakan nama orang tua kandung Zahra. Demi kebaikan semuanya dan pernikahan yang tidak didasarkan cinta itu, akhirnya Ibra dan Sofia yang merupakan orang tua kandung Zahra memilih untuk bercerai hingga mereka bahagia dengan cinta sejati mereka masing-masing. Ibra hidup dengan istri yang sangat dia cintai, yaitu Haidee Tsabina. Dan Sofia menikah dengan lelaki yang menerimanya apa adanya, yaitu Kevin yang tak lain adalah sahabat Ibra sendiri (Semua kisah pelik mereka ada di Novel Derajat Rumah Tanggaku).
Di ruang tamu kediaman Ibra dan Dee, kini terlihat sangat ramai karena kedatangan keluarga seorang pemuda tampan yang hendak meminang putri keluarga tersebut.
“Maaf sebelumnya, Om, Umi, kedatangan Aska bersama keluarga bermaksud untuk meminang salah satu putri kalian,” ucap Aska dengan yakin menatap Dee dan Ibra yang kini duduk di sofa depan Aska dan orang tuanya. Disana juga ada Al dan Bela, serta Kina dan Zahra yang duduk di kursi roda.
Zahra memang tinggal bersama Ibra. Dia tidak ikut kembali ke Turki bersama Sofia dan Kevin atas permintaan Dee. Dee ingin Zahra dan Kina menemaninya dirumah. Karena Al yang sudah pindah ke rumahnya sendiri bersama Bella.
“Iya, Pak Ibra. Saya sebagai orang tua Aska dating untuk meminang salah satu putri anda,” ucap Zulkarnain, Ayah Aska.
Ibra dan Dee tersenyum mendengar penuturan Aska dan orang tuanya. “Maaf sebelumnya, Pak Zul. Saya memiliki dua orang putri,”ucap Ibra.
Zulkarnain mengangguk mengerti atas perkataan Ibra. “Saya meminang anak anda, Sakinah Salsabuila untuk menjadi pendamping dan penyempurna agama anak saya,” ucap Zulkarnain jelas.
Kina yang mendengar Namanya disebut mengangkat kepala. Senyum terbit di wajah Kina ketika pandangannya dan Aska saling bertemu.
Dee tersenyum lembut dan mengelus lembut tangan putri bungsunya. Anaknya yang baru setahun lulus dari sekolah menengah atasnya kini sudah dilamar oleh seorang pria.
“Saya menyerahkan semua keputusan kepada Kina. Karena dia yang akan menjalani kehidupan rumah tangga nantinya. Apapun pilihan Kina nanti, Berarti itulah yang terbaik,” ucap Ibra.
“Bagaimana, Kina? Apa kamu menerima lamaran Aska?” lanjut Ibra menatap putrinya.
Tidak langsung menjawab pertanyaan Abinya, Kina memandangi semua anggota keluarganya. Al, Bella dan Zahra saling mengangguk ketika mereka Zahra menatap mereka.
“Nak,” panggil Dee lembut.
Kina menoleh kepada Dee. “Iya, Umi,” jawab Kina.
“Semua keputusan ada pada diri Kina. Tanya pada hati Kina. Jika kina yakin dan siap untuk menjalin ibadah Panjang bersama Aska, maka terimalah. Tapi jika tidak, kami tidak memaksa,” ucap Dee menasehati anaknya.
Kina mengangguk mengerti akan perkataan Dee. Dia juga memiliki rasa yang sama dengan Aska. Tidak munafik, Kina juga mencintai Aska. Meskipun Aska tidak sekaya Abang dan Abinya, tapi hati Kina telah memilih Aska. Pria sederhana yang saat ini menjabat sebagai wakil direktur di perusahaan yang Al pimpin.
Dengan segala keyakinannya, Kina menatap Aska yang juga tengah menatapnya. Bismillahirrohmanirrahim. Batin Kina.
“Dengan mengucap bismillah, Kina menerima lamaran Kak Aska untuk menjadikan Kina sebagai penyempurna agamanya. Begitu juga sebaliknya,” ucap Kina yakin dengan senyum mengembang diwajahnya.
“Alhamdulillah,” ucap semua orang lega setelah mendengar jawaban Kina.
Senyum terbit di bibir mereka semua. Tanpa mereka sadari, ada senyum yang terpancar hanya untuk menutupi sebuah luka dan sesak di hatinya.
Zahra, gadis itu tersenyum iklhas kepada adik yang sangat dia sayangi. Cinta dalam diam yang selama ini dia pendam kepada Aska harus selalu menjadi cinta sendirinya. Zahra sadar atas kekuarangannya. Dia juga tidak pernah mengharapkan balasan cinta dari AskA. Kina lebih pantas mendampingi Aska daripada dirinya yang penuh dengan kekurangan.
Tidak ingin berlama-lama, mereka menentukan hari pernikahan Kina dan Aska yang akan diadakan seminggu lagi. Setelah menentukan hari pernikahan, Dee mengajak mereka semua untuk makan malam bersama terlebih dahulu sebelum Aska dan keluarganya kembali.
.....
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Keluarga Aska juga sudah kembali. Al dan Bella juga memilih pulang ke rumah mereka sendiri. Tentu saja ini atas pemaksaan Al sendiri. Dia tidak ingin malamnya tergannggu bersama sang istri. Karena jika menginap diruamah Ibra, pasti Zahra dan Kina akan memonopoli Bella darinya.
Kini Zahra sudah berada dikamarnya sendiri. Kamar Zahra berada di lantai satu, bersebelahan dengan kamar Dee dan Ibra yang juga berada di lantai satu. Sedangkan Kina berada dilantai dua. Zahra memang sengaja meminta kamar dibawah agar dia tidak kesusahan dengan kursi rodanya untuk naik dan turun tangga. Dia juga tidak ingin merepotkan Abinya untuk selalu mengangkatnya.
Zahra memandangi rembulan malam dari jendela kamarnya. Sesaknya sejak tadi tidak ingin berkurang. Bahkan air mata yang sejak tadi dia tahan terus mengalir tanpa henti.
“Asal adek Bahagia, Zahra akan mencoba ikhlas. Lagi pula selama ini tidak ada yang tahu mengenai perasaan Zahra, kecuali Allah,” ucap Zahra mencoba tersenyum dalam lukanya.
Kebaikan Aska selama ini membuat Zahra memiliki perasaan melebihi persahabatan kepada Aska. Zahra tahu, Aska dan Kina memang saling memiliki rasa, oleh karena itu dia memilih menjadi Fatimah dalam urusan cinta. Tapi sayang, nasibnya tidak seberuntung Fatimah yang mendapat balasan atas perasaanya.
Zahra memandangi kakinya yang menjuntai dari kursi rodanya. “Zahra tidak mengutuk kecacatan ini, Ya Allah, Zahra bersyukur. Ini adalah keistimewaan yang Zahra miliki,” monolog Zahra pada dirinya sendiri.
Zahra menampung tangan berdoa kepada Penciptanya. “Ya Allah, berikan Zahra seorang lelaki yang menerima segala kekurangan yang Zahra miliki. Berikan Zahra lelaki yang bisa menjadikan Zahra ratunya. Seperti Umi yang menjadi ratu dalam kehidupan Abi. Seperti Kak Bella yang menjadi seorang putri mahkota bagi Abang. Aamiin,” ucap Zahra mengakhiri doanya dan mengusap telapak tangan pada wajahnya.
Setelah merasa tenang, Zahra menekan tombol yang ada pada pegangan kursi rodanya untuk berjalan menuju ranjang. Dengan perlahan dan segala kelihaiannya, Zahra menaiki ranjang dan berbaring. Mengucap doa dan menutup mata dengan harapan hari esok akan dating kebahagiaan untuk mengobati lukanya.
.....
Sedangkan ditempat lain, seorang lelaki tampan bak dewa Yunani sedang memainkan gelas yang berisi minuman berwarna merah tersebut.
“Ada informasi apa?” ucapnya pada anak buah yang kini tengah berdiri di hadapannya.
“Bukan Putri Ibra dan Adik dari Albarra yang menjadi incaran anda yang dipinang, Tuan,” ucap anak buahnya memberitahu.
Lelaki tampan itu tersenyum miring. Dia memandangi foto seorang wanita cantik dengan hijabnya yang duduk di kursi roda. “Kamu memang ditakdirkan menjadi targetku,” ucapnya memandangi foto yang ada didepannya.
“Kalian boleh keluar,” lanjutnya tanpa mengalihkan pandangan dari foto tersebut. Anak buahnya mengangguk patuh dan segera meninggalkan pria tersebut.
“Kita akan segera bertemu, Sayang. Dan aku akan membawamu kedalam duniaku,”ucapnya sambil tersenyum miring dengan tangan yang mengusap wajah wanita yang ada di foto tersebut.
......................
Tinggalkan jejak kalian yaa, jangan lupa like, komentar, hadiah dan vote juga 🌹🌹
🌹HAPPY READING🌹
Tiga hari setelah kedatangan Aska meminang Kina untuk menjadi istrinya, kini datang seorang pemuda tampan yang tak lain adalah sahabat Al, Kenzo. Orang Tua Kenzo yang merupakan rekan kerja Ibra.
Disana hanya ada Ibra, Dee, Kina dan Zahra. Keluarga Kenzo memang datang secara mendadak. Jadi Al sama sekali tidak mengetahui ini. Setelah mendapat informasi dari anak buahnya, Kenzo langsung meminta kepada kedua orang tuanya untuk meminang Zahra. Orang tua Kenzo sempat tidak setuju, karena mereka tahu bagaimana keadaan Zahra. Orang tua Kenzo takut bahwa anaknya itu tidak akan serius dengan pernikahannya nanti.
“Maaf sebelumnya, Pak Ibra. Kedatangan saya dan keluarga kesini memang terkesan mendadak,” ucap Anggara, Papa Kenzo tak enak.
Ibra tersenyum dan mengangguk. “Tidak apa. Saya senang jika kalian bersilaturahmi ke rumah saya,” jawab Ibra sopan.
“Tapi maaf sebelumnya, Kinzi kenapa tidak datang, ya?” tanya Ibra. Karena sejak tadi dia tidak melihat Kinzi, kembaran Kenzo.
Kenzo dan kedua orang tuanya terdiam mendengar pertanyaan Ibra. Diam-diam tangan Kenzo mengepal mendengar pertanyaan Ibra. Baru Papa Kenzo akan memjawab, tapi dia sudah berbicara terlebih dahulu. “Kinzi sedang tak enak badan, Om. Jadi tidak ikut,” jawab Kenzo yang mendapat pandangan sendu dari kedua orang tuanya.
Ibra, Dee, Kina dan Zahra yang mendengar perkataan Kenzo hanya mengangguk percaya atas apa yang Kenzo katakan.
Kenzo menyenggol lengan Papanya. Memberi kode kepada Anggara agar melanjutkan kembali pembicaraan mereka.
Anggara mengangguk. Setelah itu dia tersenyum dan menatap mereka semua. “Begini Pak Ibra. Kedatangan saya dan keluarga kesini ingin meminang salah satu putri anda untuk anak saya,” ucap Anggara yakin.
Ibra dan Dee terdiam mendengar pernyataan Anggara. Mereka memandang Zahra yang duduk di kursi roda dengan kepala menunduk. Kina yang mengerti pikiran kakaknya menggenggam lembut tangan Zahra dan tersenyum. Seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
“Putri saya yang mana, Nak Kenzo?” taya Ibra.
Kenzo tersenyum dan mengalihkan pandangannya kepada Zahra. “Zahra, OM. Zahra Thalita,” jawab Kenzo yakin.
Zahra langsung mengangkat kepalanya begitu mendengar Kenzo menyebut namanya. Zahra menatap Kenzo seolah tak percaya bahwa pria setampan Kenzo akan meminang dirinya. Tadi dia berpikir bahwa Kinalah yang akan dipinang oleh Kenzo, tapi nyatanya dia salah.
“Atas dasar apa kamu meminang anak saya, Kenzo?” tanya Ibra tegas. Dia takut Kenzo hanya akan mempermainkan Zahra. Bagaimanapun juga, Ibra ingin yang terbaik untuk kedua putrinya.
“Hati tidak bisa memilih kepada siapa dia akan jatuh, Om. Dan hati saya sudah jatuh kepada Zahra, putri Om dan Tante,” ucap Kenzo menatap Ibra dan Dee bergantian. Kenzo hanya mengetahui bahwa Zahra adalah anak Ibra dan Dee. Dia tidak tahu menahu bahwa Zahra adalah saudara satu bapak dengan Al dan Kina.
“Tapi-"
“Abi,” ucapan Ibra terpotong oleh panggilan Zahra.
Ibra menoleh kepada Zahra. “Kenapa, Nak?” tanya Ibra.
“Boleh Ara yang bicara, Abi?” tanya Zahra lembut.
Ibra mengangguk dan tersenyum.
Sebelum bicara, Zahra menatap Dee. “Bismillah, Umi,” ucap Zahra pada Dee sangat pelan. Lebih terdengar seperti bisikan. Dee mengangguk dan tersenyum, memberi semangat kepada Zahra.
Setelah itu Zahra mengalihkan pandangannya kepada Kenzo. “Kak Kenzo,” panggil Zahra lembut.
Kenzo menoleh. “Iya, Zahra,” balas Kenzo lembut.
“Atas dasar apa Kak Kenzo memilih Zahra?” tanya Zahra.
“Akhlakmu,” jawab Kenzo.
Zahra tersenyum lembut. Setelah itu matanya beralih menatap kakinya. “Apa Kak Kenzo yakin dengan pilihan Kak Kenzo? Zahra adalah wanita cacat. Zahra tidak akan bisa memenuhi hak dan kewajiban Zahra sebagai istri dengan baik sesuai harapan Kak Kenzo.”
“Nak.”
“Kak Zahra.”
Sahut Dee dan Kina bersamaan ketika mendengar Zahra membahas mengenai kakinya.
“Tidak apa, Umi, Dek,” ucap Zahra tersenyum lembut kepada Dee dan Kina.
“Apa Kak Kenzo iklhas menerima kekurangan Zahra?” tanya Zahra lagi.
Kenzo mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam sorot matanya. “Kita akan menyempurnakan kekurangan kita bersama-sama, Zahra,” ucap kenzo.
“Zahra tidak butuh ucapan, Kak. Zahra butuh bukti,” ucap Zahra.
“Mari kita menikah, dan aku akan membuktikannya padamu,” ucap Kenzo.
“Jadi pernikahan kita hanya ajang pembuktian?” tanya Zahra lagi. Bukan apa-apa Zahra bertanya seperti itu, dia hanya menguji Kenzo dengan caranya sendiri.
“Apa kamu mau akau menyentuhmu saat kita belum sah? Pernikahan kita tidak akan menjadi ajang pembuktian, tapi akan menjadi kenyataan atas tujuan pernikahan kita nanti, Zahra,” jawab Kenzo yakin.
Senyum terbit dibibir mereka semua ketika mendengar jawaban Kenzo. Termasuk orang tua Kenzo yang tidak percaya bahwa anaknya bias berbicara dengan sangat baik seperti itu. Padahal sejak kejadian itu, Kenzo lebih banyak diam dan mengurangi pergaulannya. Kenzo hanya akan menghabiskan waktu bersama Kinzi dan pekerjaannya.
“Jadi bagaimana, Nak? Apa kamu menerima lamaran Kenzo?” tanya Ibra meminta persetujuan Zahra.
Zahra memandang Abi dan Uminya dengan lembut. Setelah itu dia menatap adiknya yang menampakkan senyum tulus dan penuh kasih sayang kepadanya. Puas menatap keluarganya, Zahra mengalihkan pandangannya kepada keluarga Kenzo.
Bismillahirrohmanirrohim, semoga mereka adalah keluarga baru yang memberikan kasih sayang seperti Abi, Umi, Bunda dan Ayah. Semoga pilihan Zahra ini tepat, Ya Allah. Batin Zahra meyakinkan dirinya sendiri.
“Dengan mengucap Bismillah, Zahra menerima lamaran Kak Kenzo,” ucap Zahra dengan suara lembutnya.
“Alhamdulillah,” seru mereka semua ketika mendengar jawaban Zahra.
Senyum mengembang terbit di bibir Kenzo. Ada rasa puas dalam hatinya karena sudah berhasil meminang Zahra, ternyata semua ini tidak sesulit yang dia bayangkan.
Sesuai dengan perbincangan dan kesepakatan, pernikahan Zahra dan Kenzo akan dilakukan sehari sebelum pernikahan Kina dan Aska. Kina dan Aska akan menikah pada hari Minggu, maka Zahra dan Kenzo akan menikah pada hari Sabtu.
.....
Setelah berbincang banyak dan mendapatkan keputusan mengenai hari pernikahan, Keluarga Kenzo telah Kembali ke rumahnya. Kini Zahra juga sudah Kembali ke kamarnya. Saat sedang memperbaiki selimutnya, pintu kamar Zahra terbuka, disana ada Dee dan Ibra yang berjalan memasuki kamar Zahra.
“Umi, Abi,” ucap Zahra.
Dee tersenyum dan duduk di tepi ranjang Zahra. Sedangkan Ibra berdiri di belakang Dee.
“Ada apa, Umi?” tanya Zahra.
“Zahra, kita harus meminta persetujuan Bunda Sofia dan Ayah Kevin mengenai pernikahan kamu, Nak,” ucap Dee. Dia ingin mengatakan itu tadi saat masih ada keluarga Kenzo, tapi Zahra malah lebih dulu memotong pembicaraan Dee.
Zahra tersenyum, memandang Ibra dan Dee secara bergantian. “Bunda dan Ayah pasti menerima keputusan Zahra. Lagi pula ada Abi dan Umi disini yang selalu membimbing Zahra. Mereka akan setuju jika itu mengenai kebahagiaan anaknya, Umi, Abi. Apa Abi dan Umi ragu dengan keputusan Zahra?” tanya Zahra hati-hati.
“Umi percaya sama kamu, Nak. Umi dan Abi hanya sedih, karena kedua putri Umi akan pergi meninggalkan Umi dan mengikut suami mereka,” ucap Dee.
“Umi, pernikahan tidak akan membuat hubungan anak dan orang tuanya renggang kan,” ucap Zahra meyakinkan Dee.
“Zahra,” panggil Ibra lembut.
“Iya, Abi,” jawab Zahra.
“Nanti Abi akan menghubungi Ayah dan Bunda, dan meminta mereka untuk segera datang,” ucap Ibra.
“Iya Abi,” jawab Zahra dengan senyum manisnya.
“Yasudah, sekarang Zahra tidur, ya. Sudah malam,” ucap Dee.
Zahra mengangguk dan merebahkan tubuhnya dibantu Dee. Sebelum pergi, Dee dan Ibra mencium kening Zahra.
Zahra memandangi pintu kamarnya yang sudah tertutup. Ara beruntung punya orang-orang yang sangat menyayangi Ara. Terimakasih, Ya Allah, dibalik semua kekurangan ini, Engkau memberi jalan lain untuk memberi Ara kebahagiaan. Semoga hati Ara bisa sabra dan ikhlas seperti Umi. Umi wanita Tangguh, bahkan saat Bunda melakukan kesalahan yang sangat menyakitkan untuk Umi, Umi masih mau menerima Zahra sebagai anaknya. Bahkan Zahra diperlakukan sama seperti Abang dan Adek. Tidak ada nikmat yang lebih indah daripada kasih sayang orang tua, sekali lagi terimkasih. Batin Zahra bersyukur dengan segalanya. Setelah itu Zahra memejamkan mata menuju dunia mimpinya.
......................
Tinggalkan jejak kalian yaa, jangan lupa like, komentar, hadiah dan vote juga 🌹🌹
🌹HAPPY READING🌹
Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Hari ini adalah hari dimana Zahra dan Kenzo akan melakukan pernikahan. Hari ini akan menjadi saksi penyatuan dua keluarga yang akan terikat dari terucap nya ijab kabul.
Saat ini Zahra sedang berada di dalam kamarnya. Zahra dan Kina memang meminta untuk mengadakan pernikahan di rumah Ibra. Mereka ingin rumah yang sudah sangat indah ini disulap menjadi tempat pernikahan. Alhasil, taman belakang yang begitu luas hingga depan menjadi tempat berlangsungnya acara akan dan resepsi pernikahan Zahra dan Kina.
Al dan keluarga lain juga sudah mengetahui mengenai pernikahan Zahra dan Kenzo. Awalnya Al kaget, karena tidak pernah terpikir olehnya bahwa Kenzo yang merupakan sahabatnya itu akan meminang adiknya. Setahunya, Zahra dan Kenzo hanya bertemu beberapa kali saja, dia tidak menyangka bahwa kedua sahabatnya akan menjadi iparnya. Awalnya Al ragu, tapi berkat segala perkataan Zahra yang meyakinkannya, Al bisa menerima. Hari ini dan besok, Al harus merelakan dua adik kesayangannya lepas masa lajang. Dua adik kecilnya itu akan menjadi istri orang hari ini.
Sofia dan Kevin juga sudah sampai beberapa hari yang lalu. Awalnya Sofia ragu akan pernikahan anaknya, tapi berkat usaha Zahra meyakinkan Bundanya itu, restu itu dia dapatkan. Begitu juga dengan Kevin. Meskipun bukan anak kandungnya, tapi restu Kevin merupakan salah satu hal penting bagi Zahra.
Saat ini didalam kamar Zahra sudah ada Kina dan Bella yang menemaninya. "Kakak deg-degan, nggak?" tanya Kina polos.
Bella dan Zahra tersenyum mendengar pertanyaan Zahra. "Setiap wanita pasti akan deg-degan disaat pernikahan seperti ini, Dek," jawab Bella yang sudah lebih dulu mengalami masa seperti ini saat dulu dia menikah dengan Al.
"Adek juga jadi deg-degan deh. Padahal Adek nikahnya besok," ucap Kina memegang dadanya sendiri.
Zahra yang sedang dirias hanya tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Semoga pernikahan kita bahagia, Dek. Batin Zahra memandang Kina lembut.
Setengah jam kemudian, Zahra telah selesai dirias. Kina dan Bella berdecak kagum melihat Zahra yang sangat berbeda setelah di rias oleh perias profesional. Namun, tidak menghilangkan karakter wajah Zahra yang imut dan manis.
"Adik Abang benar-benar cantik," ucap Al yang datang dari balik pintu.
Mereka semua menoleh dan tersenyum kepada Al. "Kamu disini, Mas," tanya Bella pada suaminya.
Al mengangguk. Lelaki itu nampak sangat tampan dengan seragam putih-putih yang dia kenakan. Tema pernikahan Zahra dan Kina memang putih, jadi mereka memilih seragam putih untuk seluruh anggota keluarga.
Al berjalan memasuki kamar Zahra dan bersimpuh didepan Zahra yang duduk di kursi rias. "Adik Abang cantik sekali," ucap Al dengan mata berkaca-kaca. Rasanya dia tidak rela melepaskan kedua adiknya untuk menikah.
Zahra tersenyum melihat Al. Tangannya terulur menghapus air mata yang keluar dari sudut mata Al. "Apa Abang sedih Ara menikah?" tanya Zahra.
Al mengangguk jujur. "Dua adik kecil Abang akan menikah," ucap Al memandang Zahra dan Kina bergantian.
"Abang, bukankah pernikahan itu ibadah, lalu kenapa Abang sedih?" tanya Zahra lembut.
"Abang nggak akan sedih lagi. Abang selalu berdoa yang terbaik untuk kedua adik Abang," ucap Al.
Mereka semua yang mendengar itu mengangguk senang dengan perkataan Al. "Kami sayang Abang," ucap Zahra dan Kina bersamaan memeluk Al.
Dibalik pintu, ternyata ada Dee dan Sofia yang menyaksikan semuanya. Mereka ikut bahagia melihat anak-anak mereka saling menyayangi satu dengan yang lainnya.
.....
"Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Thalita binti Ibrahim Rubino Hebi dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ucap Kenzo lantang menjabat tangan Ibra.
"Bagaimana Saksi?"
"Sah."
"Sah."
Seruan kata sah menggema di taman belakang rumah Ibra. Semua orang mengucap syukur. Dalam satu tarikan nafas, Kenzo mengucapkan ijab kabulnya dengan sangat lancar.
Dari arah berlainan, nampak Zahra yang duduk di kursi rodanya. Di dorong oleh Kina dari belakang, serta Dee dan Sofia disebelah kanan dan kiri Zahra.
Decak kagum keluar dari mulut mereka semua melihat Zahra yang begitu cantik dan menawan dengan kebaya putih yang membalut tubuhnya. Duduk di kursi roda tidak mengurangi aura pengantin dalam diri Zahra.
"Silahkan cium tangan suaminya. Sekarang kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri," ucap Penghulu saat Zahra sudah berada di sebelah Kenzo.
Kenzo dan Zahra saling berhadapan. Zahra tersenyum dan dibalas oleh Kenzo. Zahra mengambil tangan Kenzo dan menciumnya. Setelah selesai, Kenzo mengucapkan doa dan mengecup dahi Zahra.
Setelah itu mereka saling bertukar cincin dan dilanjutkan dengan menandatangani buku nikah yang sudah disediakan.
Saat akan melakukan sungkeman kepada orang tua mereka, Kenzo langsung mengangkat Zahra dan menggendongnya alah bridal style. Semua kagum melihat Kenzo yang tampak sangat menyayangi Zahra.
Mereka mendekati orang tua Kenzo terlebih dahulu untuk meminta restu dan doa atas kebaikan rumah tangga mereka kelak. Begitu selanjutnya hingga terakhir, berhenti di Dee dan Sofia yang nampak telah mengeluarkan air matanya.
Kenzo memangku Zahra tepat didepan kursi Sofia dan Dee. "Bunda," panggil Zahra lembut.
Sofia tersenyum dan tanpa aba-aba langsung memeluk putrinya itu. Putri yang sangat dia sayangi. Putri yang selalu dia sesali atas kecacatannya. Dia selalu menganggap bahwa kelumpuhan Zahra adalah akibat perbuatannya di masa lalu.
"Semoga rumah tangga Zahra akan bahagia seperti apa yang Zahra inginkan, Nak," ucap Sofia memandang lembut Zahra.
Zahra mengangguk sambil melafalkan kata Aamiin.
"Kenzo, tolong jaga Anak Bunda. Sayangi dia dan bimbing dia menjadi istri Sholeha untuk kamu, Kenzo," ucap Sofia memandang Kenzo.
Kenzo mengangguk dengan senyumnya. "Insyaallah, Bunda," jawab Kenzo tulus.
Setelah itu mereka beralih pada Dee yang duduk disebelah Sofia. "Umi," panggil Zahra.
Dee menghapus air matanya dan memeluk Zahra erat. "Anak Umi sekarang sudah menjadi istri," ucap Dee mengelus lembut punggung Zahra.
"Terimakasih telah menerima Zahra, Umi," ucap Zahra.
Dahi Kenzo yang mendengar itu mengernyit heran, mengapa Zahra berkata seperti itu kepada Dee. Tapi karena dia tidak peduli, yang terpenting untuknya sekarang dia sudah menjadi suami istri dengan Zahra.
Sampai saat ini, Kenzo memang tidak mengetahui bahwa Zahra adalah anak Ibra dan Sofia, yang dia ketahui adalah Zahra merupakan anak Dee dan Ibra. Adik dari Albarra Gavino Hebi.
Kenzo yang tidak pernah bertanya sebelumnya, dan begitu juga dengan Zahra yang tidak memberitahu. Dia berpikir Kenzo pasti sudah mengetahui semuanya.
"Jadi istri Sholeha ya, Nak. Jadikan ibadah ini ibadah terpanjang yang hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup, Nak," ucap Dee menatap Zahra.
Setelah itu dia beralih kepada Kenzo. "Kenzo," panggil Dee lembut.
"Iya, Umi," jawab Kenzo dengan senyum manisnya. Sangat tampan sekali.
"Tolong jaga anak Umi dengan baik. Jika anak Umi melakukan kesalahan nanti, tolong jangan marahi di, nasehati dia nanti. Jangan melukai hati Anak Umi ya, Nak," ucap Dee dengan mata berkaca-kaca menatap Kenzo.
Kenzo mengangguk. "Kenzo akan menjaga Zahra, Umi," jawab Kenzo.
Dee tersenyum dan mengangguk mendengar perkataan Kenzo. Setelah selesai acara sungkem, Kenzo kembali mengangkat Zahra ke gendongannya dan kembali membawa ke kursi roda.
......................
Kehidupan rumah tangga Zahra baru akan dimulai. Jangan lupa buat terus singgah dan jangan lupa kasih like, vote, komen, dan hadiahnya juga ya teman-teman. Aku sayang kalian 🌹🌹🌹😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!