...13 Juli, 2073....
Merupakan Anniversary yang ke 4 tahun dirilisnya Re:Life ke seluruh dunia.
Sebuah game VRMMORPG yang mampu mengubah nasib seseorang yang berjuang didalamnya. Sebagian besar pemain memainkan game ini bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk mencari penghidupan atau uang. Benar saja, sistem yang dikembangkan oleh perusahaan yang juga bernama Re:Life ini memungkinkan pengguna untuk menukarkan uang digital yang diperoleh di dalam game untuk menjadi uang asli yang dapat digunakan di dunia nyata.
Tak hanya sebatas pemain, banyak pekerjaan dunia nyata juga dihasilkan oleh keberadaan game ini. Seperti halnya yang dilakukan oleh Nico. Seorang broadcaster terkenal yang mengkhususkan dirinya dalam meliput Re:Life.
"Dan inilah akhirnya! Para ksatria menyerbu sebuah dungeon misterius yang telah lama membingungkan seluruh pemain!"
Teriak Nico sambil menunjukkan sebuah layar dengan vidio penyerbuan ksatria.
Ribuan... mungkin mencapai puluhan ribu ksatria yang terdiri dari NPC dan Player bergerak maju. Perlahan tapi pasti, mendekati dungeon misterius.
Penampakan dungeon ini cukup unik dibandingkan dengan dungeon asli yang ada di dalam game. Hal yang paling mencolok yaitu ukiran mistrerius di pintu masuk dungeon. Dungeon yang terletak di tebing pegunungan ini tentu memberikan nuansa mistis dan kuno.
Ukiran yang indah, dipahat dengan menggunakan batuan-batuan vulkanik yang hitam namun mengkilap. Beberapa tempat dihiasi dengan permata-permata yang indah. Sebagian Player bahkan langsung mencoba untuk mencongkel permata itu dan berniat untuk menjualnya.
"Oi! Berhenti! Apa yang kalian lakukan!"
Teriak salah satu komandan pasukan terhadap para pemain yang berusaha mencuri permata itu.
"Cih, NPC aja berani memerintah kita! Kita ini Player! Kalian NPC harusnya hanya melayani kami!"
Komandan itu pun terdiam. Bagaimana tidak, Player yang mengatainya memiliki level yang jauh lebih tinggi darinya, membuat Player itu mampu membunuh komandan kapan saja.
Memang benar di dunia maya ini, meskipun NPC memiliki AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan yang seperti manusia sebenarnya, sebagian besar Player masih memperlakukan mereka sebagai alat atau hanyalah kumpulan data yang harus melayani Player.
Meski begitu, tak sedikit Player yang bersikap baik pada NPC. Bahkan membentuk Party dan bertualang bersama mereka. Walaupun memang benar bahwa NPC hanyalah kumpulan data dan pixel, mereka tetap memiliki kehidupan yang nyata.
Tak hanya itu, waktu di dunia ini berjalan 10x lipat lebih cepat dibandingkan dengan dunia nyata. Dengan kata lain, 1 jam di dunia nyata merupakan 10 jam di Re:Life.
"Kita akan segera bergerak untuk memasuki dungeon ini! Seluruh prajurit persiapkan diri kalian. Mungkin akan ada banyak jebakan mengingat keanehan dungeon ini!" Teriak Jendral Pasukan Pemimpin Penaklukan dungeon ini.
Ia merupakan seorang Player yang berhasil menjadi bangsawan di suatu kerajaan.
Suara langkah terdengar seperti gemuruh. Jumlah pasukan yang luar biasa besar ini memasuki pintu masuk dungeon yang sangat besar ini.
Tak sampai 1 menit.
"Aaaaaaarrrrrrrrghhhh!!!!!"
"Tidaaaaaaak, apa-apaan ini!!!!"
"Tolooooong!!!"
Terdengar teriakan dari seluruh tempat. Para prajurit yang berniat menyerbu dungeon ini mulai panik.
Satu demi satu, bukan... tapi ratusan prajurit mati dalam seketika karena jebakan yang teramat banyak dan mematikan di dalam dungeon ini.
Jendral Pasukan memutuskan untuk mempercepat pergerakan dalam menaklukkan dungeon ini. Ia membayangkan betapa banyaknya harta yang akan Ia peroleh jika dapat menaklukkan dungeon misterius ini. Belum lagi popularitas yang akan dia peroleh sebagai orang pertama penakluk dungeon.
Setelah 18 jam menyusuri dungeon yang nampak seperti labirin, serta entah berapa banyak jumlah lantai yang telah mereka lewati. Akhirnya mereka sampai. Di hadapan ruangan yang sangat besar dan sangat megah. Pintu raksasa yang terbuat dari emas dan perak serta berlian yang berlimpah nampak sangat menggiurkan.
Tidak salah lagi, harta dibalik pintu ini pasti sangat luarbiasa!
Pasukan yang awalnya berjumlah 12.000 orang, kini hanya tersisa 6 orang termasuk Jendral dan 5 Top Player lainnya. Tak ada NPC yang mampu bertahan. Jumlah jebakan yang sangat banyak serta monster yang menyerang dari setiap sisi labirin menyebabkan hal ini mampu terjadi.
'Kreeeekk'
Mereka berenam membuka pintu raksasa itu dan terkejut akan pemandangan yang mereka lihat setelahnya.
Emas! Senjata suci! Perhiasan! Berlian! Artifak!
Semuanya ada disana!
Akan tetapi dibalik semua itu, ada sesosok manusia serta 4 orang lain di sisinya.
"Hoo... jadi ada yang bisa bertahan hingga ke lantai 20? Aku memuji kemampuan kalian!"
Teriak seorang pria yang duduk di sebuah singgasana emas.
6 Player itu pun mempersiapkan diri untuk pertarungan epik, seperti pertarungan antara pahlawan dan raja iblis. Meskipun niat mereka adalah untuk menjarah dungeon ini.
Mereka cukup percaya diri. Bagaimana tidak, mereka termasuk pemain dalam deretan 100 pemain terbaik di dunia dari segi level. Terutama sang Jendral yang merupakan pemain peringkat 9.
Tanpa hitung mundur, keenam pemain bergegas mengeluarkan skill dan sihir mereka untuk menyerang pria misterius itu.
Salah seorang penyihir di kelompok penakluk dungeon bahkan melepaskan sihir tingkat Unique yang memiliki kekuatan sangat luar biasa.
Mereka yakin bahwa serangan gabungan mereka pasti akan membunuh siapapun dihadapan mereka.
Akan tetapi, kenyataan berkata lain.
"Sihir kelas Unique ya, tak heran jika kalian mampu bertahan. Seorang tank, seorang pendekar pedang, assassin, penyihir, penyembuh dan satu lagi seorang bard ya. Komposisi kalian sebagai suatu party sangat seimbang. Akan tetapi, apakah level kalian juga demikian?"
Tampak senyum yang mengerikan dari pria tersebut.
Keenam orang itu sudah kelelahan secara mental maupun MP. Tak heran karena mereka berjuang mati-matian selama 18 jam untuk sampai kesini. Alhasil, perkataan pria tersebut membuat mereka semua putus asa.
Serangan tingkat tinggi yang mereka pikir bisa membinasakan apapun ternyata tak berpengaruh sama sekali.
Sang Jendral pun memberanikan diri untuk bertanya.
"K-kau... siapa kau sebenarnya?"
"Aku? Heh, aku adalah seorang penguasa dari dungeon ini!"
Belum selesai mereka berenam terkejut, pandangan mereka menjadi kabur.
4 orang yang tadi berada di sisi pria misterius itu telah berada di belakang mereka.
Bar HP para penakluk itu turun dengan sangat cepat dan ketika angka telah mencapai 0, kematian akan dipastikan bagi mereka.
Yah, meskipun Player akan dibangkitkan lagi di Save Point mereka masing-masing. Akan tetapi masih ada hukuman lain berupa restriksi atau larangan untuk login selama 24 jam dunia nyata.
Bagi Player profesional, itu merupakan hukuman yang paling mengerikan.
Di kejauhan, tampak senyum puas dari sang pria misterius yang diikuti oleh tawa nya yang terkesan jahat.
"Hahaha... tak kusangka akan ada yang mencapai lantai ini, sepertinya aku harus mengembangkan dungeon ini lebih lanjut lagi!"
Dan begitulah, pasukan penakluk dungeon mengalami kegagalan total.
30 Maret, 2072.
Hari itu, merupakan hari yang cerah. Burung-burung berkicauan, mentari bersinar terang, bahkan udara pun begitu segar.
Namun, suasana hatiku tak seperti itu. Kenapa? Penyebabnya sangat sederhana.
Karena hari ini adalah hari dilaksanakan ujian nasional!
Benar, hari ini, tanggal 30 Maret merupakan hari dimana ujian nasional akan dilaksanakan!
"Woi Erik, cepat bangun dan bergegaslah untuk berangkat!"
Teriak ayahku dengan lantang.
'Sialan, aku akhir-akhir ini hanya bermain game, apakah aku bisa mengerjakannya dengan baik?' Pikirku dalam hati.
Aku pun bergegas berdiri dari tempat tidurku. Saking terburu-burunya, aku hanya melahap ayam goreng yang ada di piringku tanpa memakan yang lainnya.
"Dasar, anak kerjaannya hanya main game tiap hari. Salah aku sudah membelikannya Kapsul Virtual Reality itu."
'Kalau ingin mengumpat tunggu aku sudah pergi ayah.'
Benar.
Kapsul VR itu merupakan suatu alat untuk terhubung ke dalam dunia game Re:Life. Bentuknya sederhana, seperti sebuah tabung dimana pemain masuk ke dalamnya dalam posisi tidur.
Setelah itu, kesadaran pemain akan dipindahkan ke dalam dunia maya untuk memainkan game ini.
Benar-benar suatu teknologi yang luarbiasa. Aplikasinya tidak terbatas. Namun itu cerita untuk lain hari, kini aku....
"Sialan, ga ada bis yang berhenti daritadi. Semuanya penuh? Omong kosong macam apa ini?"
Aku terus menahan amarahku.
Bagaimana tidak, jarum jam sudah menunjuk ke pukul 7.30 sedangkan ujian dilaksanakan mulai 8.00.
Perjalanan ke sekolah aku membutuhkan bis untuk transportasi.
Waktu yang dibutuhkan? Tepat 40 menit jika semuanya lancar!
"Sialan, ayolah buruan aku sudah terlambat ini."
Saat aku berfikir demikian di sebuah halte bis tiba-tiba sebuah Moge atau motor gede mendekatiku.
"Hei, bukankah ini Erik? Apa yang kau lakukan disini? Sudah terambat lo!"
Teriaknya sambil tertawa padaku. Namanya Ryan. Dia adalah teman sekelasku.
Penampilannya sungguh rupawan, memiliki banyak uang, serta sangat atletis.
Jika kau tanya apa kekurangannya yaitu orangnya sedikit bodoh dan suka mempermainkan wanita.
Sebenarnya aku ingin membalas perkataannya bahwa dia juga terlambat, tapi aku mengesampingkan itu.
"Apa yang kau lamunkan bro? Ayo cepat naik!"
Ya, meskipun demikian, dia adalah orang yang baik.
"Makasih ya, Ryan."
"Hah, bilang makasihnya pakai dengan bantu aku ujian nanti! Hahaha!"
'Untuk apa kau meminta bantuan kepada orang yang sama-sama bodohnya denganmu!' itulah yang ingin kuucapkan tapi kutahan.
Ryan sudah menolongku, maka aku harus membalas kebaikannya.
Waktu berlalu.
Sampailah kami berdua di sekolah, jarum jam sudah berada pada angka 8.06. Meskipun terlambat tapi tidak terlalu lama.
Aku dan Ryan berlari sekuat tenaga menuju ruang ujian.
'Sialan tunggu aku woi, cepat sekali larinya hah... hah...'
Aku sudah kehabisan nafas dengan berlarian sebentar namun tampaknya Ryan baik-baik saja.
Sesampainya di depan pintu ruangan, ada penjaga yang langsung menyuruh kita untuk duduk. Ujian ini dilaksanakan dengan menggunakan komputer.
'Sialan, susah semua soalnya!'
Pikirku.
"Psst, woi Erik, nomor yang ini jawabannya apa"
Bisik Ryan yang duduk disebelahku.
"Mana lihat...."
Setelah melihat soalnya sejenak.
"Waduh, soalnya beda dengan punyaku."
'Selamat! Setidaknya aku bisa menghindari alasan bahwa aku sama sekali tidak tahu jawabannya.'
"Sial, kenapa soalnya susah begini ya, yaudah makasih Erik."
Saat menjawabnya, aku sambil melihat beberapa soal milik Ryan untuk mencari soal yang bisa kujawab. Aku tidak enak karena Ryan sudah membantuku tadi.
"Nomor 9 jawabannya B."
"Oh makasih ya Erik!"
Begitulah suasana ujian hari ini. Aku terus membantu Ryan semampuku dan tanpa disadari, ujian terakhir telah selesai.
Matahari sudah mulai terbenam. Benar saja, ujian 4 mata pelajaran dilaksanakan dalam satu hari. Benar-benar gila.
Tapi ada sesuatu yang membuat diriku resah.
Ya, selembar kertas di tanganku.
Jika kertas ini merupakan surat cinta dari doi yang kusukai tentu aku akan bahagia. Tapi masalahnya, kertas ini adalah....
"Sialan, nilaiku ancur...."
Benar, kertas ini adalah print out nilai hasil ujian nasional.
Matematika : 35
Bahasa Indonesia : 68
Bahasa Inggris : 44
Ilmu Pengetahuan Alam : 20
Yah, semua memiliki maksimal skor 100. Dengan nilaiku itu, sudah dipastikan bahwa aku akan dihabisi oleh Ayahku.
"Woi Erik, gimana nilaimu?"
Tanya Ryan yang tiba-tiba duduk di sampingku.
"Nih lihat sendiri, aku juga mau lihat punyamu."
"Oke, ini lihat saja."
Saat ku lihat kertas milik Ryan, perasaanku menjadi sedikit lega.
Matematika : 50
Bahasa Indonesia : 56
Bahasa Inggris : 32
Ilmu Pengetahuan Alam : 10
Tanpa banyak berbicara, kita berdua menjadi pertapa.
Diam, melihat sang mentari yang mulai pergi.
Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa kita sadari hari sudah mulai gelap. Tapi kita berdua masih terdiam.
"Hei Erik, aku sih tidak terlalu mempermasalahkan nilaiku karena keluargaku memiliki perusahaan dan aku sudah dipastikan akan menjadi penerusnya. Meskipun, Ayahku juga akan menghajarku dengan nilai ini. Tapi, bagaimana dengan dirimu?"
Tak kusangka, ternyata Ryan mengkhawatirkanku.
"Bukankah kau akan sulit untuk masuk perguruan tinggi dengan nilai itu?"
Belum kujawab, Ryan sudah melontarkan pertanyaan yang lainnya.
"Aku pasti akan dihajar dengan nilai ini, tapi sepertinya aku tidak akan masuk ke perguruan tinggi. Kau tahu, keluargaku tidak begitu kaya. Meski demikian, mereka mendukungku sebagai putra tertua. Setelah kelulusan, aku akan mencari pekerjaan di toko swalayan atau di restoran. Setidaknya untuk membalas kebaikan orangtuaku."
"Jadi begitu ya... katakan saja jika kau butuh bantuan. Jika kau tak kunjung mendapat pekerjaan, akan kuminta ayahku untuk mencarikanmu posisi sebagai office boy di kantor ayahku."
"Terimakasih untuk itu...."
Meski berkata demikian, aku berencana untuk mencari uang sampingan dari bermain game Re:Life di saat aku tidak bekerja.
Dan mulai dari situlah kita berdua berjanji untuk saling membantu.
Sesampainya di rumah.
Benar saja aku dihajar habis-habisan oleh ayahku.
Dua bulan telah berlalu semenjak hari ujian nasional. Kami semua lulus dari SMA.
Banyak yang mendaftar ke perguruan tinggi terkenal. Ada juga yang masuk perguruan tinggi tanpa ujian atau biasa disebut jalur undangan.
Ada juga yang memutuskan untuk langsung bekerja demi mencari rejeki.
Aku termasuk dalam golongan yang langsung bekerja.
Keseharianku? Sederhana.
Di pagi hari aku berngkat ke DoinMart dan bekerja sebagai kasir. Meskipun pekerjaannya membosankan, tp bayarannya cukup baik dan tidak begitu melelahkan.
Jam 4 sore menandakan bahwa shift ku sudah berakhir dan aku bisa pulang.
Meskipun ayahku memarahiku dengan luar biasa, kini Ia cukup baik kepadaku. Mungkin karena aku sudah mulai bekerja dan mau membantu keluarga secara finansial.
Ya, berbeda denganku, adik perempuanku yang berumur 3 tahun dibawahku ini cukup cerdas. Aku tak keberatan untuk menyerahkan gajiku demi membiayai kebutuhan adikku ini.
Lagipula, seluruh kebutuhanku sudah terpenuhi. Makanan? Sudah disiapkan oleh ibuku. Tempat tinggal? Tentu sudah ada.
Maka dari itu, selama aku bisa sedikit berguna bagi keluarga aku tidak mempermasalahkannya.
Selain itu, kini aku bebas untuk memainkan Re:Life. Mungkin karena aku sudah bekerja?
Akupun bersiap untuk memasuki kapsul VR itu. Biaya listrik yang dibutuhkan alat ini cukup besar. Meski demikian, aku sudah membayarnya dengan gajiku sendiri jadi itu bukanlah masalah.
Setelah memasuki kapsul itu, kesadaranku berpindah dan masuk ke dalam dunia maya.
Pemandangan yang tampak cukup sederhana. Batuan, pegunungan, dan tandus.
Ya, itulah tempat karakterku kini berada.
Aku pun membuka jendela status ku untuk melihat-lihat.
【Nama : Eric】
Level : 17
Ras : Manusia
Health Point : 4.675
Mana Point : 680
Stamina Point : 1.088
Growth Status :
Str : 7
Agi : 4
Int : 4
Vit : 9
Sta : 5
Dex :1
Untuk keterangan dari setiap stats yaitu
Strength (STR) : 1 Basic ATK, 2 Stamina Point
Agility (AGI) : Sedikit meningkatkan kecepatan aksi
Intelligence (INT) : 10 Mana Point, 1,25 Basic Magic Power
Vitality (VIT) : 25 Health Point, 0,5 Defense
Stamina (STA) : 10 Health Point, 10 Stamina Point
Dexterity (DEX) : Meningkatkan kualitas item yang dibuat
Health point akan menentukan seberapa banyak serangan dari musuh yang dapat diterima. Jika mencapai 0 maka pemain akan mati.
Mana point akan menentukan seberapa banyak skill atau sihir yang dapat digunakan. Dengan kata lain yaitu bahan bakar penggunaan skill.
Sedangkan stamina point akan menentukan seberapa banyak aksi yang dapat dilakukan sebelum karakter pemain mendapatkan debuff kelelahan. Efek kelelahan ini akan menyebabkan penurunan drastis pada stats karakter hingga menjadi sangat lemah.
Di dalam game ini menggunakan sistem growth. Yaitu setiap naik level maka akan ada peningkatan status berdasarkan growth yang dimiliki.
Semua player memulai dengan growth yang sama yaitu total 30 growth point yang dapat dialokasikan sesuka pemain dengan batasan minimal 1 poin ada di salah satu stats growth. Meski demikian, terdapat beberapa cara di dalam game ini untuk meningkatkan growth point seperti misi rahasia, misi berbahaya tingkat tinggi, maupun dengan terus berlatih di dunia ini.
Sistem class atau job juga tidak ada di dalam game ini. Akan tetapi digantikan dengan sistem mastery atau penguasaan.
Dengan kata lain, setiap pemain bisa menjadi apapun selama Ia menekuni suatu bidang.
Jika pemain terus menerus menggunakan pedang maka tingkat penguasaan teknik pedang akan meningkat dan membuka skill khusus teknik tersebut.
Dengan adanya sistem ini dapat tercipta kebebasan dari yang namanya job atau class. Sehingga seorang pendekar pedang juga dapat berlatih menggunakan sihir. Keahlian setiap player akan tergantung pada ketekunannya mengasah suatu bidang.
Dan disinilah aku.
Mastery :
Teknik Pedang : Pemula lv. 4
Teknik Perisai : Pemula lv. 2
Teknik Sihir : Pemula lv. 3
Teknik Menambang : Menengah lv. 7
Teknik Bertani : Pemula lv. 9
Teknik Memancing : Pemula lv. 6
Tidak ada sama sekali keahlian yang kuat dalam bidang pertempuran. Alhasil aku hanyalah seorang buruh di dunia game.
Cukup aneh bukan?
Pekerjaanku... bukan maksudku gaya bermainku di Re:Life yaitu dengan menambang selama 10 jam lebih (1 jam di dunia nyata) lalu menjual hasilnya ke pasar.
Selain itu aku juga bertani di lahan kosong di sekitar pegunungan ini.
Hasilnya?
6 koin perak dalam 10 jam menambang dan 80 koin perak saat panen yang membutuhkan waktu setidaknya 3 bulan di dalam game.
Bukan hasil yang buruk kan?
Jika ditukarkan menjadi mata uang rupiah maka :
6 perak \= 6000 rupiah.
Untuk tingkatan mata uang di dunia ini yaitu
1 tembaga \= 10 rupiah
100 tembaga \= 1 perak
100 perak \= 1 emas
Mendapatkan 6.000 rupiah dalam sejam terdengan cukup menggiurkan... meskipun setelah dipotong pajak penarikan dari sana sini hasil akhirnya hanyalah 2.000 rupiah. Belum lagi memikirkan biaya perawatan peralatanku. Mungkin pada akhirnya hanya 1.000 rupiah per jam bermain Re:Life.
Tapi itu bukanlah masalah. Kenapa? Karena ini hanyalah pekerjaan sampingan saja sekaligus refreshing dengan bermain game.
Hari ini pun aku menggali. Terus menggali ke dalam pegunungan batuan ini. Tanpa mengenal lelah aku terus menggali mencari logam-logam berharga.
Terkadang aku menemukan secuil tembaga atau perak dan itu sudah membuatku senang karena dapat dijual dengan cukup mahal. Jika tidak? Aku hanya menemukan bijih-bijih besi yang sangat murah.
Saat aku terus menggali tiba-tiba beliung yang kugunakan menghantam benda yang sangat keras.
Wajar saja bagiku karena aku sudah menggali tempat ini selama 2 bulan lebih waktu dunia nyata, meskipun hanya 1 atau 2 jam dalam seharinya, tapi aku rasa itu sudah merupakan waktu yang cukup lama. Mungkin saja aku telah mencapai bagian keras dari pegunungan ini.
Rasa penasaranku memuncak ketika aku sedikit melihat kilauan di balik batuan itu.
Aku menggalinya dengan sekuat tenaga dan apa yang kutemukan sungguh mengejutkanku.
Bahkan aku tak sanggup berkata-kata lagi.
Ya, apa yang kutemukan adalah...
Sebuah buku sialan yang berlapiskan besi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!