NovelToon NovelToon

The Princess (Sequel Love Story)

PART 1

Grandfather clock berdentang 6 kali di ruang tengah keluarga Al Farobi. Terlihat nyonya Al Farobi tengah berkutat di dapur dibantu oleh bi Sumi,yang juga anak dari mbok Jum

"Sumi, tolong cuci bekas masak ini dan lap meja ya. Saya mau cek bapak dan anak-anak dulu." Kata Aya, sang nyonya rumah

Sumi mengangguk patuh dan mulai bekerja, sementara Aya segera menaiki tangga dan mulai mengetuk pintu kamar ujung

"Abaang.. ayo, sudah jam 6." Kata Aya sambil mengetuk pintu.

"Yaa bunda, Ray sudah siap." Teriak Ray dari dalam kamar

Aya berjalan ke pintu ke dua. Sebelum pintu diketuk, ternyata sudah dibuka oleh si empunya kamar. 

"Ian sudah siap kok bunda. Pagii cantikku.." kata Ian sambil mengecup pipi Aya lalu segera melesat turun melalui susuran tangga

Aya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak ketiga nya. Segera Aya beranjak dan  mengetuk pintu ke tiga

"Adeek.. ayo sudah jam 6 ini." Kata Aya

"Ya bunda..Endra udah bangun kok." Terdengar suara serak khas orang bangun tidur.

"Ayo segera siap-siap, turun dan sarapan ya." Kata Aya

Aya segera turun dan melihat Ina, anak gadis semata wayangnya sudah duduk manis di meja makan di temani kembarannya Ian.

"Pagi bunda.." sapa Ina sambil mencium pipi Aya

"Pagi sayang. Ayah mana?" Tanya Aya

"Masih di kamar kayaknya bund." Kata Ian sambil melempar tissue bekas pada Ina. Ina melirik tajam pada Ian. Dengan sekali hentakan, kaki Ina menendang tulang kering Ian hingga pemuda itu berteriak

"Jangan berantem, pagi-pagi sudah ribut aja." Kata Aya garang. Keduanya segera terdiam. Aya segera pergi ke kamar tidur utama.

Terlihat Ardhi Al Farobi tengah bersiap mengenakan dasi pilihan istrinya. Aya dengan cekatan mengambil alih dan memasangkan dasi suaminya

Ardhi tersenyum menatap Aya sambil memeluk pinggang istrinya. Aya yang telah selesai memakaikan dasi pada Ardhi menatap suaminya

"Masih cantik seperti dulu.." kata Ardhi sambil mencium sekilas bibir Aya. 

"Ih genit. Ayo, anak-anak sudah nunggu." Kata Aya sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Ardhi. Namun Ardhi malah menarik tengkuk Aya dan menciumnya, lama.

"Morning kiss nya kurang lama, sayang.." bisik Ardhi ditengah ciumannya. Aya segera mendorong dada bidang Ardhi agar menjauh.

"Makanya jangan lembur terus. Pulang cepet nanti ya." Bisik Aya sambil membelai rahang Ardhi. Aya menggigit bibir bawahnya dengan maksud menggoda. Ardhi tersenyum melihat cara Aya menggodanya

Sebelum Ardhi kembali melancarkan aksinya, Aya terlebih dahulu melepaskan diri dari pelukan Ardhi

"Ayo pak Al Farobi. Seorang CEO perusahaan harus memberi contoh baik pada anak buahnya dengan tidak datang terlambat." Kata Aya sambil pergi keluar kamar

Ardhi menggelengkan kepalanya sambil tertawa. Segera ia keluar kamar menyusul istrinya

Di ruang makan sudah berkumpul anak-anak nya. Rayhan (Ray), Rayna (Ina), Rayyan (Ian) dan Rayendra (Endra).

Ray terlihat rapi dengan kemeja kotak-kotak biru yang di gulung sampai siku.

Ina dan Ian mengenakan seragam SMU yang sama. Bedanya, Ina mengenakan kerudung, sedang Ian membiarkan rambut lebatnya sedikit acak-acakan.

Endra masih mengantuk sambil mengancingkan seragam SMP nya

Tidak lama, Ardhi ikut bergabung dengan keluarganya di ruang makan

Aya dengan cekatan menyiapkan sarapan untuk semua di bantu Ina.

"Bunda, hari ini Ray pulang telat ya. Ada kuliah tambahan." Kata Ray sambil mengisyaratkan pada Ina untuk tidak menambahkan nasi goreng ke piringnya

"Kuliah apa bang? Masuk semester ini kamu sibuk terus perasaan." Kata Aya sambil memandang putra sulungnya

"Biasa bunda, biar cepat lulus." Kata Ray lagi sambil memfokuskan pandangannya ke piring

Ina melirik sekilas ke arah Ray lalu kembali menikmati sarapannya

"Ayah, Endra sudah siap." Kata Endra sambil meneguk susu coklat nya hingga tandas. Lalu beranjak mencium pipi Aya

"Berangkat ya Bundaa.." kata Endra. Aya mengangguk sambil menyeru "hati-hati"

"Ayo, siapa mau bareng ayah?" Tanya Ardhi sambil beranjak dari meja makan.

"Ayo, Ina cepetan. Bunda, Ian berangkat." Kata Ian sambil mengambil ranselnya di kursi lalu mengecup sekilas pipi Aya

"Tungguuu.." Ina segera mengunyah nasi goreng nya lalu menenggak susu coklatnya.

"Ray berangkat juga ya Bunda." Kata Ray pamit dan mengecup sekilas pipi Aya

Aya mengantar para kesayangannya hingga ke depan pintu.

"Dadaah bunda.." kata Ina sambil mencium pipi Aya, lalu segera berlari memasuki mobil

"Berangkat dulu ya." Kata Ardhi sambil mencium kening Aya

"Iya, oh nanti aku langsung ke butik ya." Kata Aya sambil memperbaiki dasi Ardhi yang sebetulnya sudah rapi

"Diantar Yudi ya?" Tanya Ardhi

Yudi adalah sopir keluarga Al Farobi

"Iya.." kata Aya patuh

Ardhi mengangguk sembari membelai kepala Aya yang tertutup kerudung biru.

"Ayaah, ayoo.." teriak Ina dari dalam mobil

Ardhi segera memasuki mobilnya sementara Ray sudah meluncur dengan motornya

Setelah semua berangkat, Aya segera bersiap juga untuk memulai aktivitasnya mengelola butik miliknya

***

SMU XYZ

Ina dan Ian berjalan bersisian memasuki gerbang sekolah. Beberapa murid menyapa mereka. Semua siswa sudah tahu kalau mereka kembar, walau tidak identik

Keduanya termasuk idola di SMU XYZ. 

Ina yang terlihat cantik, lembut dan berwibawa plus gelarnya sebagai juara umum SMU XYZ membuatnya istimewa di mata para cowok-cowok

Namun belum ada yang bisa mendekati Ina karena terlebih dahulu harus berhadapan dengan Ian

Ian yang cool, ketua OSIS dan prestasi di kejuaraan taekwondo membuat dirinya menjadi disegani plus incaran para gadis bukan hanya di SMU XYZ

"Nanti pulang gue mau ke tempat biasa." Kata Ina

Ian melirik kembarannya

"Ntar pulangnya sama siapa?" Tanya Ian

"Naik ojol aja paling." Jawab Ina

"Kapan mau cerita ke bunda?" Tanya Ian

Ina menghentikan langkahnya sambil melihat ke arah Ian.

"Jangan bilang bunda ya. Awas lo kalau ember." Ancam Ina

Ian menghela nafas. Keduanya kembali berjalan menuju kelas

"Mau ditemenin?" Tanya Ian

"Nggak usah, lagian elo ada rapat OSIS kan siang ini?" Kata Ina mengingatkan

Ian menepuk jidatnya

"Untung elo ingetin. Lupa gua. Makasih ya jadwal berjalan kuuh." Ian merangkul Ina. Namun Ina menghindar

"Jauh-jauh! Geli gue dirangkul elo." Kata Ina. Gadis itu memperbaiki kerudungnya yang tidak sengaja tertarik Ian

Ian hanya tertawa. Keduanya sampai di kelas Ina. Setelah memastikan kakak kembarnya masuk ke kelasnya IPA-3, Ian berbalik menuju kelasnya di IPA-1

***

Apartemen Gading, tempat yang biasa Ina kunjungi selama beberapa tahun belakangan ini. Gadis itu terlihat memasuki Apartemen sambil menyapa beberapa pegawai di sana

Terlihat Ina bercakap-cakap dengan seorang pegawai sambil menunjuk ke arah tangga darurat. 

Ina berjalan menuju tangga darurat dan memasuki lift khusus di sana. Hanya dirinya dan beberapa pegawai terpercaya yang tahu tentang lift itu

Lift itu menuju ke bawah, semacam ruang rahasia bawah tanah

Saat lift terbuka, terdengar suara tembakan. Ina dengan santai berjalan mendekati seseorang yang sedang asyik berlatih menembak

Pria itu menangkap sosok Ina dengan ekor matanya. Iapun menghentikan kegiatannya, menghadap ke arah Ina sambil tersenyum

"Hai princess.." sapa orang itu

"Hai, uncle Leo.." balas Ina

PART 2

Door..

Door..

Suara tembakan menggema. Leo memperhatikan garis muda berkerudung putih yang tengah berlatih menembak

Teringat peristiwa pertemuan pertama mereka beberapa tahun silam saat gadis itu masih duduk di Sekolah Taman Kanak-kanak.

Flashback on

Leo sedang berjalan sembari mencari satu lokasi lewat HPnya saat melihat seorang gadis kecil di gandeng oleh seorang pria. Tiba-tiba gadis kecil itu menyenggol HP Leo sehingga terjatuh

Leo terkejut lalu menatap mata gadis itu. Sekilas ia bergetar melihat sebuah kemiripan pada mata gadis itu

"Maafkan aku, uncle. Aku tidak sengaja.." kata gadis kecil itu. Terlihat ketakutan di matanya, namun sikapnya amat tenang

Gadis itu memungut HP Leo dan mengetikkan sebuah nomor

"Masih bisa berfungsi uncle, walau sedikit retak.." kata gadis itu sambil menyerahkan HP Leo. Leo menerima HPnya dan kembali menatap gadis itu

"Kau ini benar-benar!" Kata pria yang bersama gadis kecil itu. Dengan kasar ia menarik gadis kecil itu. 

"Tunggu dulu!" Teriak Leo menghentikan pria tadi.

"HP ini baru saja saya beli, dan sekarang retak seperti ini. Anda harus ganti rugi." Kata Leo pada pria itu

"Siapa anda sehingga saya harus bertanggung jawab pada HP anda?" Tanya pria itu kasar

"Anda ayah anak ini bukan? Anak anda sudah menyenggol HP saya. Anda lah yang harus bertanggung jawab. Kecuali kalau anda bukan ayahnya." 

Pria itu sedikit panik

"Te...tentu saja saya ayahnya! Berapa harus saya ganti?!"

"15 juta saja." Kata Leo

Pria itu terbelalak. "Anda ingin memeras saya?! Ini gara-gara kecerobohanmu!!"

Gadis kecil itu sedikit meringis saat pria iti mencengkram lengannya.

"Baik, saya akan pergi ke ATM mengambil uangnya." Kata Pria itu sambil menarik gadis kecil itu

"Tidak! Anda pikir saya bodoh?! Tinggalkan anak anda di sini dan silahkan pergi ambil uang anda. Saya tunggu disini. Atau saya ikut anda ke ATM." Kata Leo

"Kenapa saya harus percaya meninggalkan anak ini pada anda?" Kata pria itu

"Karena.. saya akan telepon polisi untuk kasus sepele ini. Mungkin anda lebih ingin menyelesaikannya di kantor polisi." Kata Leo

Pria itu pucat seketika. Ia mendengkus lalu meninggalkan gadis kecil itu pada Leo

Gadis kecil itu menghela nafas lega, lalu mendongak menatap Leo

"Terima kasih, uncle."

Leo membelai kepala gadis itu.

"Gadis pintar. Dari mana kau tahu nomor darurat polisi? Bagaimana bisa kamu ikut om tadi?" Tanya Leo sambil berlutut mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil itu

"Bunda yang mengajarkan. Tadi om itu mengaku pada bu guru sopir ayah. Ina belum sempat bilang apa-apa sydah di tarik. Sepanjang jalan di ancam tidak boleh berteriak." Kata gadis kecil itu bergetar

Leo menghela nafas.

"Namamu Ina? Uncle antar ke sekolah ya, mungkin..bundamu sedang mencarimu sekarang." Kata Leo

Ina mengangguk dan menunjukkan jalan ke sekolahnya. Tiba di dekat sekolah Ina, Leo menghentikan langkah saat melihat seorang wanita tengah panik sambil menelepon seseorang. Terlihat pula beberapa guru ikut menunduk di sana

"Soraya.." desis Leo

Ina menatap Leo

"Uncle kenal bunda? Namanya Tsurayya, bukan Soraya." Ralat Ina

Leo tersenyum sambil membelai kepala Ina

"Sana, bunda pasti khawatir sekali." Kata Leo

Ina mengangguk lalu segera berlari ke arah Aya

Leo bersembunyi di balik pepohonan. Terlihat Aya memeluk Ina erat sambil menangis. Lalu Aya melihat tempat yang Ima tunjukkan. 

Leo segera bersembunyi berharap Aya tidak melihat dirinya. Aya terlihat seperti mencari sesuatu. Leo makin merapatkan dirinya di balik pohon besar

Merasa tidak menemukan yang di cari,  Aya pun menggendong Ina dan pergi menuju mobilnya

Leo mendesah..

"Kita berjumpa lagi, Soraya.."

***

"Unclee!" Teriak Ina

Leo membuyarkan lamunannya dan menoleh ke arah Ina. Gadis itu menunjukkan hasil latihan menembaknya. Semua tepat di sasaran "triangle" bahu kanan, kiri dan kepala

Leo tersenyum melihat Ina yang menaikkan alisnya sambil tersenyum lebar

"Well.. kau sudah lumayan mahir sekarang." Kata Leo sambil melihat hasil tembakan Ina

"Kapan kita main paintball lagi uncle? Aku siap sekarang melawan Ian." Kata Ina bersemangat

"Kita lihat jadwal dulu. Lean sangat sibuk akhir-akhir ini." Kata Leo

Ina tertunduk. Sudah lama sekali ia tidak melihat Lean. Sedikit rindu menyeruak di dadanya

Lean.. entah bagaimana pemuda itu datang mengusik mimpi-mimpinya. Semenjak pertama bertemu Leo dan dikenalkan pada Lean, semua biasa saja. Tidak ada yang istimewa

Lean lebih tua tiga tahun darinya. Dia adalah anak angkat Leo. Sikapnya tenang, cool dan jarang tertawa. Namun Ina merasa perhatian Lean berbeda dengan perhatian saudara lelakinya, terutama saat ia menginjak usia remaja

Teringat dulu saat SMP Lean menghajar seorang preman yang selalu mengganggu Ina dan teman-temannya saat melintas. Sejak saat itu, preman tersebut tidak pernah terlihat batang hidungnya

Ina tersenyum mengingat kejadian itu. Saat ekspresi Lean berbeda dari biasanya. Lean yang serius, Lean yang tenang, Lean yang tampan, Lean yang...

Leo menepuk bahu Ina, membuyarkan lamunannya

"Sudah sore, bunda pasti sudah nyariin kamu." Kata Leo

"Uncle, kenapa tidak mau bertemu dengan ayah dan bunda?" Tanya Ina

"Nanti, kalau waktunya tepat uncle akan bertemu mereka." Kata Leo

"Baiklah..aku pulang ya uncle." Kata Ina pamit. Gadis itu segera mengambil ransel dan masuk ke lift rahasia

Leo memandang punggung gadis itu hingga menghilang di dalam lift

Di dalam lift, Ina mendesah pelan. 

Semenjak pertemuan pertamanya, Leo sering mengunjungi Ina di jam istirahat. Hubungan mereka menjadi lebih akrab, terlebih saat Ian pun ikut masuk ke dalam grup mereka.

Ina dan Ian pun tahu tentang kejadian masa lalu yang melibatkan Leo beserta kedua orangtuanya

Leo melarang keduanya untuk bercerita tentang Leo pada keluarganya, terlebih ayah bunda nya. Walau hubungan mereka berjalan baik terakhir kali bertemu, tapi Leo masih belum bisa menyiapkan hati bertemu kembali dengan Aya dan menghadapi tatapan cemburu dari Ardhi

Ina dan Ian faham betapa ayah mereka sangat protektif terhadap keluarga, dan bisa dikategorikan bucin kalau sudah menyangkut bunda mereka.

Walau kerap di tertawakan, di sudut hati Ina juga menginginkan seorang lelaki seperti ayahnya.. Lean mungkin?

Ina tersenyum sambil menggelengkan kepala mengusir pikiran-pikirannya. Pintu lift terbuka, segera gadis itu memasang aplikasi untuk memanggil ojek online

***

Ina berjalan mengendap-endap sambil memperhatikan sekeliling. Adzan maghrib baru saja selesai menggema. Sudah dipastikan semua lelaki di keluarganya pergi ke masjid

Rumah terlihat sepi, lampu taman dan depan sudah menyala. Ina menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada Aya yang menunggunya

Segera ia menyelinap masuk dan berlari menuju kamarnya yang berada di seberang kamar utama

Jantungnya hampir copot saat melihat Aya berdiri di depan kamar utama sambil bersedekap

"Baru pulang, sayang?" Tanya Aya

PART 3

"Eh...bunda.." kata Ina

Aya berjalan menghampiri Ina. Ina memilin ujung kerudungnya sembari menunduk

"Dari mana?" Tanya Aya

"Ng..dari rumah teman bunda. Ada kerja kelompok." Kata Ina. 

Ia tidak sepenuhnya berbohong. Leo adalah temannya, dan untuk kerja kelompok, belajar menembak juga termasuk kerja kelompok saat permainan paintball nanti

Aya memindai Ina

"Sana, mandi dulu. Sholat Maghrib lalu kita makan bersama. Bunda tunggu ya." Kata Aya sembari berbalik masuk ke kamar utama

Ina menghela nafas lega. Segera gadis itu masuk ke kamarnya lalu bersiap membersihkan diri

***

Denting alat makan terdengar nyaring di ruang makan keluarga Al Farobi. Endra dengan semangat menceritakan kejadian di sekolahnya

Aya dan Ardhi menyimak cerita Endra sesekali menimpali. Ian dan Ina pun menceritakan kejadian di sekolah seharian ini

Hanya Ray yang belum hadir

"Ohya Na, tadi kamu kerja kelompok di rumah siapa?" Tanya Aya

Ina terdiam sejenak

Ardhi memandangi putrinya yang terlihat berfikir

"Ina ke rumah Cici.." kata Ina pelan

Aya hendak bersuara saat Ardhi menyela

"Oh iya, tadi Om Fathur bilang kamu mampir." 

"Kapan ketemu Fathur?" Tanya Aya

"Telepon, sayang. Ada urusan sedikit " Kata Ardhi

Ina diam-diam menghela nafas lega. Setidaknya bunda lebih percaya ayah ketimbang dirinya karena akan sangat ketahuan kalau dirinya berbohong

***

"Na.."

Ina menoleh. Nampak Ardhi duduk di ruang televisi saat dirinya melintas. Ardhi mengisyaratkan agar ia duduk disamping ayahnya

Ina menurut dan duduk di samping Ardhi.

"Benar tadi kamu ke Cici?"

Pertanyaan yang sudah Ina duga. Gadis itu mengangguk pelan. Ia memang sempat ke rumah sahabatnya tadi sebelum ke Apartemen Gading

Ardhi membelai kepala Ina yang tidak tertutup kerudung.

"Ayah merasa, Ina menyembunyikan sesuatu. Boleh cerita ke ayah?" Tanya Ardhi lagi

Ina memandang Ardhi. Ina memang kerap kali bercerita tentang segala hal pada Ardhi dan Aya. Tetapi untuk menceritakan tentang Leo, rasanya Ina belum boleh membukanya pada ayah dan bundanya sendiri

"Ina.. belum bisa cerita ke ayah. Tapi ayah jangan khawatir, bukan masalah atau rahasia besar kok." Kata Ina

Ardhi tersenyum

"Ayah hanya ingin anak-anak ayah berbagi cerita dengan ayah. Kalau memang Ina belum mau cerita tidak masalah. Tetapi ayah sangat senang ketika Ina ataupun anak-anak yang lain mempercayai ayah sebagai tempat bercerita."

Ina tersenyum

"Iya, yah."

Pembicaraan ayah-anak itu terputus saat mendengar suara motor Ray memasuki pekarangan. Tak lama pemuda itu memasuki rumah

"Baru pulang, bang?" Sapa Ina

"Eh, ayah..Ina. Iya nih. Ray ke kamar dulu ya Yah. Gerah, mau mandi." Kata Ray

Ardhi memperhatikan putra sulungnya menaiki tangga menuju kamarnya

"Sudah malam. Ina juga istirahat ya. Besok kan sekolah." Kata Ardhi

Ina mengangguk, lalu mengecup pipi Ardhi

"Malam, ayah.."

"Malam, sayang.."

Sepeninggalan Ina, Ardhi mengambil hp nya dan mulai menghubungi seseorang

"Hallo Beno..."

***

Ray menghempaskan tubuhnya ke kasur king size miliknya. Badannya terasa letih hari ini. 

Drrt..drrt..

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk

"Ketua, kelompok Phoenix mulai beraksi. Mereka melakukan Black Champaign dengan menyebar brosur menjelek-jelekkan kelompok Iron Eagle"

Ray mendengkus. Dilemparnya HPnya ke samping

"Andre.. kau pikir bisa mengalahkan aku?!" Desisnya

Sejenak berfikir, Ray kembali mengambil hpnya lalu menghubungi seseorang

"Vin, elo coba turunin anggota untuk menangkap siapa yang nyebarin brosur kampanye itu. Besok kita lakukan program charity di kampus. Jangan sampai peta kekuasaan pindah ke Phoenix."

Ray langsung mematikan HP nya saat mendengar ketukan di pintunya

"Masuk.."

Terlihat Ina melongokkan kepalanya

"Bang, bunda tanya udah makan belum? Kalau belum mau di buatin apa?" Tanya Ina

Ray tersenyum lembut

"Abang udah makan tadi bareng teman-teman, Na. Thanks ya.."

Ina masih berdiri di depan pintu. 

"Ada apa Na?" Tanya Ray

"Ng.. Ina mau tanya sesuatu."

"Sini masuk."

Ina pun masuk dan duduk di tepi tempat tidur Ray

"Bang.. beberapa hari lalu Ina sempat lihat abang di jalan. Abang sepertinya sedang bertengkar.."

Ray mengenyitkan keningnya. Beberapa hari lalu ia memang sempat adu mulut dengan Andre, ketua geng Phoenix. Kalau saja Marvin tidak melerai, mungkin sudah terjadi baku hantam di pinggir jalan

"Akhir-akhir ini abang memang lagi ngurusin pemilihan ketua Dewan Mahasiswa di kampus. Mungkin Ina lihat abang lagi ngasih pengarahan, bukan marah-marah." Kata Ray

"Ooh.. nggak siy. Ina mau tanya, orang yang abang kasih pengarahan itu siapa. Soalnya rada mirip sama kenalan Ina." Kata Ina

Ray tertegun. Ina kenal Andre? Dimana?

"Siapa namanya bang?" Tanya Ina lagi

Ray menatap mata bulat Ina yang berharap. Sebersit rasa khawatir hinggap di hatinya

"Hmm.. seingat abang pernah ngasih pengarahan itu sama Marvin, Agus, Mike.. Andre.."

Ina memanyunkan bibirnya

"Bukan berarti, Ina nggak kenal."

Ray tersenyum lega. Jangan sampai adik cantiknya berteman dengan musuh nya

"Ya deh, Ina keluar dulu ya bang. Met rehat." Kata Ina sambil keluar kamar

Ray kembali menatap HP nya. Menyetel alarm lalu mematikan lampu kamarnya untuk beristirahat

***

Leo sedang memeriksa email dari beberapa anak buahnya saat sesosok pemuda masuk ke dalam apartemen

"Lean.." panggil Leo

Pemuda bernama Lean menghentikan langkahnya

"Yes Daddy?"

"Kau darimana?" Tanya Leo

"Ada sedikit urusan Daddy." Kata Lean sambil duduk di sofa di dekat Leo

Leo memperhatikan Lean yang menyenderkan badannya di sofa sembari memejamkan matanya.

"Sibuk terus ya. Kapan kau meluangkan waktumu sebentar?" Tanya Leo

Lean menghela nafas

"Kurasa daddy sekarang cerewet mirip emak-emak di kantin kampusku."

Leo terbahak. Mana ada emak-emak ganteng dan bertatto banyak seperti dirinya

"Luangkan waktumu. Kita mau main paintball bareng Ina dan Ian." Kata Leo

Lean menoleh saat mendengar nama Ina di sebut. Leo tersenyum lebar melihat tingkah Lean

"Tadi dia kesini, cuma kamu sibuk terus." Kata Leo

"Kalau saja daddy bilang, tentu aku akan pulang lebih cepat." Kata Lean

"Daddy juga tidak tahu, dia muncul setelah liburan kenaikan kelasnya."

Lean mendesah.

"Kalau daddy ijinkan, aku bisa main ke rumah Ina.."

"Jangan! Jangan sekarang. Daddy.."

Lean tertawa

"Kenapa? Daddy masih belum bisa move on dari nyonya Aya kan?"

Leo melempar sekaleng cola pada Lean. Pemuda itu dengan sigap menangkapnya lalu membuka minuman cola itu

"Nasibku tidak akan sama dengan Daddy dan tuan Shankur." Kata Lean sambil meneguk cola nya

"Hahaha.. buktikan saja nanti. Jangan pikir kau tinggal menghadapi tuan Al Farobi. Masih ada kakak dan adik Ina selain Ian." Kata Leo terkekeh

Lean melirik sambil tersenyum

"Ada saudara selain Ian? Ternyata aku tidak begitu tahu banyak tentangmu, Ina.." bathin Lean

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!