Nama ku Mulan febrilidyanie.
Aku seorang karyawan swasta di sebuah toko.
Tinggi ku 152 cm, berkulit putih.
Tubuh ku langsing. Wajah ku biasa saja. Tidak cantik tapi juga tidak jelek.
Yang sedang sedang saja kayak lagu dangdut.
Seperti biasa aku berangkat kerja memakai motor matic ku.
Ini adalah hari yang berat. Bagaimana tidak.
Hari ini adalah hari pernikahan kekasih ku yang berkhianat dengan teman ku sendiri.
Tidak mengapa lah, bukan jodoh.
Harus nya aku bersyukur karena teman ku mengambil seorang pengkhianat dari ku.
Namun, nama nya juga manusia biasa jelas aku sakit hati, harus nya ini adalah hari bahagia ku menikah dengan kekasih ku itu
Ah, entah lah aku memang bodoh.
Dari kejauhan ku lihat Dika memarkir motor nya di parkiran karyawan. Aku pun memarkirkan motor ku.
Dia adalah Dika Sunarya, sahabat ku. Yang agak minus, pria yang gemulai, aku takut menyebut nya banci meski hanya dalam hati.
Sayang sekali wajah tampan dan body atletis itu jika ia tidak normal.
"Hey, kok melamun?" seru nya pada ku.
Aku lalu menatap nya sendu.
"Ihh mulai deh, manja, galau ye?" tanya nya.
"Bukan lagi galau, aku mau mati" teriak ku sambil menahan air mata ku.
"Lah kenapa? pacar mu kemana?" tanya nya.
"Udah mati" jawab ku singkat sambil berjalan masuk ke dalam. Tempat kami bekerja.
"Kok bisa mati?" tanya nya polos.
Aku memukul lengan nya.
"Ihh, jangan tanya sekarang, nanti aku nangis" seru ku.
"Oh, kalo gitu nanti pulang kerja ya ceritanya" Kata nya sambil menaruh barang barang nya ke loker.
Kami kerja seperti biasa. Dia partner kerja ku, sekaligus sahabat ku. Sebagian memandang nya sebelah mata karena kayak banci.
Aku tau dia. Aku mengenal nya.
Sepulang kerja. Kami pun pulang bersama.
Kami singgah untuk makan malam di warung.
"Kok bukan di warung, ini kan cafe?" seru ku saat ia memarkirkan motor nya di sebuah cafe.
"Gpp lah, kita kan mau cerita, kalo di warung mah gak asik" seru nya dengan aksen gemulai manja nya.
Aku pun menurut saja.
Kami masuk dan mengambil tempat di sudut.
Setelah memesan makan dan minum.
"Jadi kamu kenapa sebenarnya?" aku memang tidak bisa menyembunyikan apa pun dari sahabat ku yang 1 ini.
"Aku, di tinggal nikah." seru ku tiba tiba.
Namun ia tidak terlihat kaget. Ia malah dengan santai menatap layar handphone nya.
Aku menyita handphone nya.
"Kamu dengerin aku gak sih?" kata ku.
"Ihh dengerin kok, di tinggal nikah kan? terus?" jawab nya simple.
"Kok terus sih, aku galau tau" pekik ku.
"Santai. Makan dulu" ujar nya saat makanan kami datang.
Aku cemberut tapi sambil makan, perut ku lapar.
"Hidup itu gak harus bahagia terus kan?" ujar nya.
"Iya sih" jawab ku.
"Terus melangkah donk, jangan putus asa" seru Dika.
"Kau bagaimana? apa ada rencana masa depan?" tanya ku.
"Eh kok aku sih" terlihat bingung.
"Kau itu cantik loe cin, gak usah susah hati" seru nya lagi.
"Macho Dikit Napa sih. Kau kan laki, hm", protes ku.
Ia ngambek, dan marah pada ku. Justru aku gemas melihat nya seperti itu.
"ihh gemes banget sih, gitu ajja ngambek" ujar ku.
"Kamu itu sudah 28 tahun loh dik, harus nya udah mikir kan masa depan, mau sampai kapan begitu?" jelas ku.
"Iya lah tu, yang masih 17 tahun" jawab nya mengejek ku. Lalu kami tertawa bersama.
Selesai makan ia mengajak ku berkeliling kota. Kami memakai 1 motor saja. Di belakang aku memeluk nya erat seperti biasa.
Motor ku, aku tinggal di parkiran tempat aku bekerja.
Kami berhenti di sebuah taman. Ia membelikan ku es cream sama kipas mini.
"Ihh untuk apa ini?" tanya ku saat di kasi kipas mini.
"Kamu itu butuh yang dingin dingin untuk mendinginkan hati mu" ujar nya.
"Hehe, tau ajja deh sama yang aku butuh kan, kenapa bukan kau ajja sih yang jadi suami ku hahahaa" canda ku.
Ia pun tertawa dengan gemulai nya.
Aku memeluknya, untuk meredakan perasaan ku.
"Aku sayang kau dik, jangan tinggalkan aku ya" seru ku.
"Udah deh cin, gak usah galau galau" ujar nya sambil mengusap pundak ku.
Terlambat, aku sudah menangis sejadi jadi nya di balik tubuh atletis nya Dika.
Kenapa kau harus banci sih dik. Batin ku.
"Udah ih, baju ku jadi Basah ini" protes Dika saat merasakan air mata hangat ku membanjiri baju nya.
Setelah agak tenang, aku bersandar ke pundak nya.
"Dika Sunarya" seru ku lirih.
"Tumben panggil nama lengkap, apose ?" tanya nya.
"Nikah yuk" ajak ku.
Dika terdiam.
"Kau gak salah? kau tau sendiri aku suka lekong?" kata Dika.
"Yah gpp, siapa tau kau bisa berubah setelah menikah?" kata ku.
"Hmm, nikah itu bukan permainan loh lan. Gak bisa coba coba.
"Aku serius" ujar ku.
"Aku masih mau bebas lan" seru nya.
"Gpp kamu tetap bebas, pernikahan kita jadikan status saja, bagaimana?" tawar ku.
"Hmm, buat surat perjanjian sebelum nikah kalo begitu" jawab Dika.
"Jadi kamu mau" pekik ku antusias.
"Emang nya kamu gak keberatan jika aku jadikan pernikahan hanya modus saja untuk menutupi ketidak normal an ku?" tanya nya.
"Gak keberatan. Aku sudah lama mengenal mu" jawab ku mantap.
"Ya sudah, nanti kita buat surat perjanjian pra nikah, ok" kata nya.
"Makasi yah dik, aku jadi terharu loh pengen nangis lagi" seru ku pada Dika.
Dika Hanya menggeleng. Ia melihat sekitar banyak cowo cowo ganteng yang lewat.
Ia lalu melihat ku dengan kesal.
"Hehe, jangan gitu donk sayang, mana senyum nya" kata ku sambil mencubit sedikit pipi nya.
Ia kesal karena tidak ada cowo yang melirik nya jika aku dekat sama dia.
"Gak semua cwo gay sayang hahahahaha percuma kau tebar pesona" ejek ku.
Setelah puas berkeliling kami pun pulang.
Sepanjang jalan kami memikirkan tentang langkah apa yang harus kami lakukan.
Sesampai nya di rumah aku menyampaikan kepada keluarga ku berita aku ingin menikah. Mereka terkejut saat mengetahui siapa calon nya.
Sebenar nya dulu orang tua ku dan Dika sudah menjodohkan kami, tapi aku menolak nya mentah mentah karena aku tau Dika seperti apa, dan lagi saat itu aku masih pacaran dengan Robi. Mantan ku. Orang tua ku dan Dika sahabatan sejak mereka masih bujang.
"Kamu sudah yakin ndok?" tanya ibu ku saat aku menyampaikan keinginan ku.
Aku mengangguk.
"Ya sudah, yang penting kamu bahagia kami juga ikut bahagia" jawab ibu ku.
Semua serba mendadak.
Minggu depan Dika akan melamar ku. Semua lancar karena memang sejak awal kami di jodohkan. Orang tua kami senang sekali.
Teman tapi menikah. Yah. Seminggu kemudian Dika benar benar datang ke rumah untuk melamar ku.
Sudah lama orang tua Dika menginginkan momen ini. Mereka takut Dika tidak mau menikah karena kayak banci.
Aku tersenyum melihat nya kesulitan saat berusaha bersikap menjadi laki sejati.
Tawa kami pecah saat acara lamaran sudah selesai.
"Gila, Lo lucu banget tadi hahhahaahaha " Tawa ku memecah keheningan di kamar ku setelah acara. Kami sedang teleponan sekarang.
"Ngejek terus deh ihh, sebel" jawab nya merajuk.
"Haha. Maaf deh maaf, makasi yah dik" ujar ku.
Selesai teleponan sama Dika, aku tertidur.
Besok kami kerja seperti biasa, Dika menyuruh ku untuk mengundurkan diri karena sebentar lagi kami akan menikah, di tempat kami bekerja, jika menikah sesama karyawan salah satu nya harus berhenti.
Dengan sedih aku pun mengajukan pengunduran diri. Yah ini juga demi masa depan aku dan Dika.
persiapan demi persiapan kami lakukan sebulan lama nya.
Minggu depan adalah hari nya. Aku jadi gugup tidak karuan. Berita kami akan menikah pun sudah tersebar luas di mana mana mengingat Dika adalah sosok yang cukup terkenal. Sebagian terkejut karena seorang Dika mau menikah, dengan wanita?
Mereka tidak menyangka orang yang selama ini mereka remehkan, orang yang di anggap banci akhir nya menikah juga.
"Cape banget yah ternyata persiapan pernikahan" ujar ku mengeluh.
"Lah siapa yang mau nikah kemarin? udah resiko lah" kata Dika.
Kami sudah memilih gaun. Foto prawed dan lain lain.
Aku memilih baju kebaya putih untuk akad, baju adat berwarna hijau. Dan gaun malam nya berwana pink silver.
Akhir nya aku bisa merasakan memakai baju pengantin, meski bukan pernikahan yang normal seperti yang lain nya. Kami bahkan tidak saling mencintai. Pernikahan ini hanya status saja untuk kami. Cukup kami saja yang tau.
Aku menatap undangan yang sudah tercetak rapi. Terpampang nama kami.
Mulan febrilidyanie dengan Dika Sunarya.
Aku tersenyum tipis.
Dika pun melihat undangan kami.
"Aku jadi takut beb" seru nya pada ku.
"Takut? kenapa?", tanya ku.
"Nanti di perkosa sama kamu, hahhahahahaha" tawa renyah dika mencairkan suasana.
"Ihh, rese banget sih!" protes ku sambil mencubit lengan nya.
"Aduh sakit beb, ah jangan" kata Dika dengan suara manja nya.
"Minta di tampol ya?" pekik ku.
ia pun berlari menjauh dari ku.
Ah Dika, bisa gak sih dia jadi laki laki sejati? batin ku.
Aku sibuk menulis nama nama yang akan jadi tamu undangan.
Keesokan hari nya aku serbu netizen. Yang tiada lain adalah teman teman ku di tempat kerja.
Hari ini adalah hari terakhir aku berkerja di sini.
"Sedih banget deh, kamu resign" kata Ratih sedih. Ratih sahabat ku.
"Iya nih, gak nyangka deh kamu bisa nikah sama si Dika" seru yang lain saat jam istirahat berlangsung.
"Yah nama nya jodoh, kita gak tau kan" jawab ku.
Mereka mengangguk, dan memeluk ku erat seolah takut aku akan pergi jauh selama nya.
"Lebay ih, kita kan masih bisa ketemu" seru ku.
"Iya tapi pasti beda donk, biasa nya kita ketemu tiap hari, kerja bareng, istirahat bareng, ngerumpi bareng" kata Lastri.
"Yang berubah hanya status ku saja kan. Aku tetap teman kalian" kata ku sambil memeluk mereka.
"Jangan sedih donk, harus nya kalian bahagia kan hehe" seru ku.
"Janji gak bakal berubah?" tanya Ratih.
"Iya iya, siap boss" jawab ku.
Setelah asik bercengkrama kami pun kembali bekerja.
Hari terakhir bekerja, sedih banget rasa nya.
Aku menyelesaikan bagian kerjaan ku dengan maksimal.
Dika mendatangi tempat ku.
"Bagaimana hari terakhir nya bekerja? kamu baik baik saja kan?" kata Dika.
"Sedih pasti, tapi mau bagaimana lagi?" jawab ku.
"Ya sudah, semangat, udah pamitan dengan rekan rekan yang lain?", tanya Dika.
"Belum, sebentar lagi" jawab ku.
"Ok lah, kasi tau saja jika butuh bantuan" ucap Dika lagi.
Seantero toko mulai ramai membicarakan kami. Berasa jadi artis dadakan. Hehe.
Sepulang kerja ramai teman teman membuat acara perpisahan untuk ku.
Sedih rasa nya mengingat aku sudah bekerja lebih dari 5 tahun di sana.
Seminggu kemudian.
Hari bahagia itu pun tiba.
Aku terlihat anggun memakai kebaya putih dengan hijab pengantin. Dika terlihat gagah dengan jas putih nya.
Akad berlalu dengan lancar tanpa hambatan.
Aku pun menangis haru. Teman teman ku juga begitu.
Selesai akad kami berfoto bersama keluarga dan kerabat dekat.
Setelah itu berganti pakaian dengan baju adat Bugis berwarna hijau.
Kami pun bersanding bak raja dan ratu.
Begini ternyata rasa nya jadi pengantin, bagai jadi ratu seharian.
Tamu datang silih berganti.
Aku memberi kode ku Dika untuk bersikap macho untuk sementara waktu.
Ia hanya tersenyum aneh saat ku kode.
Seperti nya dia tidak mengerti dengan kode ku. Aku pun memberanikan diri untuk bicara.
"Macho" kata ku.
"Ups, iya, Lupita eke" jawab nya.
Aku geleng geleng kepala melihatnya.
"Eum, aduh maaf" jawab nya lagi. Sambil berusaha untuk terlihat macho di depan tamu.
Acara resepsi malam. Ramai tamu datang, aku mulai lelah, tapi Alhamdulillah acara selesai dengan lancar.
Ku lepas gaun ku dengan bantuan teman teman. Segala Aksesoris di kepala, cukup menyita waktu untuk melepaskan nya.
Dika mah enak, gampang, Dia sudah berganti pakaian.
Malam semakin larut. Teman teman sudah pulang. Kamar pengantin kami di hias sangat indah. Yah gpp lah, formalitas.
"Cin makan yuk, lapar banget" tawar Dika pada ku.
"Iya aku juga lapar" seru ku.
Kami pun ke dapur untuk mencari makanan.
Alhamdulillah masih ada tersisa daging.
Tiba tiba ayah ku keluar untuk minum.
"Eh pengantin baru, jam segini baru makan?" kata bapak. Aku melirik jam Sudah jam 01.00 Dini hari.
"Iya pak, tadi kan gak sempat, lagian lepas baju pengantin nya lama banget" seru ku.
"Ya udah, makan yang banyak yah biar kuat" jawab bapak meledek ku dan Dika.
Bapak pun kembali ke kamar nya.
Aku dan Dika hanya saling pandang dan tertawa kecil.
Aku melahap nasi seperti orang belum makan seharian. Benar sih, aku belum makan berat seharian, cuma minum air saja sama kue kue.
Dika pun sama, dia juga makan dengan lahap nya.
Selesai makan aku Sholat.
Dika malah langsung tidur.
Aku membersihkan diri sebelum tidur. Rasa nya lelah sekali.
Dika memang masih perlu bimbingan dalam agama, sholat ajja jarang.
Aku menggeleng pelan. Ternyata ia belum tidur.
"Kita ngapain yah?" tanya nya.
"Tidur" jawab ku singkat sembari menyelimuti badan ku yang kedinginan karena AC.
"AC nya di kurangin donk, dingin nih" protes ku.
"eke gerah ihh, gak mau" seru nya.
"Ihh, dingin Dika" balas ku sambil merebut remote AC.
Dan kami berdebat masalah AC semalaman.
"Egois" kata ku sambil merapatkan selimut.
"Bodo amat" jawab nya.
Ia tidur hanya mengenakan boxer. Tanpa baju.
Ku pandang tubuh atletis nya.
"Seandai nya Dika normal, mungkin sekarang aku sedang menikmati tubuh kekar itu" batin ku.
Aduh , apaan sih. Pikiran ku kok jadi mesum gini. Astagfirullah, tapi dia kan suami ku?
Dika mulai mendengkur, ia akhir nya tertidur pulas. Aku dengan pelan mengambil remote AC untuk mengurangi volume minus nya.
Akhir nya aku bisa tertidur pulas.
Adzan subuh berkumandang, aku bersiap siap mengambil wudhu.
Sebelum itu aku membangunkan Dika.
"Dik, Dika, bangun, sholat subuh" seru ku sambil menggoyang kan badan nya.
"Hmm, duluan ajja" jawab nya.
Aku bergegas mengambil air wudhu.
Selesai buang air aku melihat ada darah. Hmm seperti nya aku datang bulan.
Aku bergegas ke kamar dan memakai pembalut. Tidak jadi sholat.
Aku lihat Dika kembali tidur.
Karena bingung mau ngapain aku pun kembali berbaring di samping Dika.
Malam pertama kami akhir nya terlewatkan dengan pertengkaran kecil karena AC. Haha.
Jam 6 pagi aku bangun dan mandi. Dika masih tidur. Aku hanya geleng geleng kepala.
Aku ke dapur membuat sarapan untuk kami.
Aku masak nasi goreng saja. Karena aku tau Dika suka nasi goreng.
Jam 7 pagi ku bangunkan Dika.
"Dika, sudah pagi nih, ayo bangun. Sarapan" seru ku. Ku buka jendela lebar lebar agar sinar matahari pagi masuk ke dalam kamar kami.
Dika akhir nya bangun.
"Enak tidur nya?" kata ku.
"Hehe iya nih, aku cuci muka dulu" jawab nya.
"Sekalian mandi" kata ku sembari memberi nya handuk.
Ku rapikan kamar pengantin kami yang masih terhias rapi.
Siang nanti baru akan datang wedding organizer yang akan mengambil kembali aksesoris kamar pengantin kami.
Selesai mandi Dika memakai baju kaos biasa dengan celana pendek.
"Lan, Mulan," panggil nya dari arah dapur.
"Apa dik?" saut ku dari kamar.
Aku mendatangi nya.
"Ayo sarapan bareng, gak suka makan sendirian" jawab nya.
"Ok" kata ku. Bagaimana pun aku memang harus patuh pada nya sekarang, karena dia suami ku.
Ku ambilkan piring dan air mineral untuk nya.
Kami pun sarapan bersama.
Bapak dan ibu ku sudah sarapan sejak tadi.
"Kok sepi, mana bapak dan ibuk?" tanya Dika.
"Mereka sedang olahraga pagi, biasa, jalan santai" jawab ku.
"Oh," jawab nya singkat lalu kembali menatap nasi goreng buatan ku.
"Bagaimana masakan ku?" tanya ku.
"Enak kok, makasi yah" jawab nya.
"Oh ya maaf semalam aku ketiduran" kata nya.
"Iya gpp, lagian memang sudah larut malam saat nya tidur" balas ku.
Selesai sarapan aku mencuci piring. Menyimpan rumah. Dika masih libur,masa cuti menikah nya masih ada seminggu.
Siang nya.
Sudah datang anggota wedding organizer mengambil bahan penghias dan aksesories yang masih ada di kamar dan ruang tamu.
Kami sedang bersantai di teras depan rumah. Bapak mendatangi kami.
"Pengantin baru kok di teras. Yo di kamar to Lee" kata bapak dengan aksen medok Jawa nya. Aku adalah orang Jawa. Sementara Dika orang Bugis.
"Ini sudah siang pak, masa di kamar terus. Hehe" jawab Dika.
"Ya gak apa apa toh" jawab bapak.
"Oh ya pak, Nanti sore kami ke hotel yah, ada kado dari teman gratis nginap di hotel selama 3 hari" kata Dika.
"Ya boleh lah, apa lagi pengantin baru" kata bapak.
Apaan sih si bapak bahas pengantin baru Mulu.
Aku dan Dika berkemas, kami hanya membawa beberapa helai pakaian.
Aku menemui ibu di dapur.
"Bu, aku pamit Yo, sama Dika, ke hotel, gak lama kok, cuma 3 hari" kata ku.
"Walah, lama lama juga gak apa apa toh ndok, hati hati yo" jawab ibu.
Dika dan aku pun menuju hotel dengan mengendarai motor matik milik nya.
Begini saja sudah romantis kok.
Ku erat Dika dari belakang.
Sesampai nya di hotel, kami langsung cek in.
Aku merebahkan kan diri di kasur empuk itu. Ah nyaman sekali rasa nya.
Sebenar nya percuma juga sih kesini, gak ngapa ngapain juga toh. Apa lagi aku sedang haid. Tapi tidak haid pun Dika kan gak normal. Jadi gak mungkin terjadi sesuatu di antara kami.
Dika melepas pakaian nya dan hanya menggunakan boxer.
"Aku gak biasa tidur pake baju. Maaf yah" seru nya.
"Terserah, gimana nyaman nya kamu ajja" balas ku.
Ku buat 2 cangkir kopi dan kami meminum nya di senja itu. Aku lihat pemandangan dari balik jendela hotel. Indah sekali di luar sana. Kebetulan kami ada di lantai 5 hotel itu.
Dika asik bermain dengan handphone nya. Bermain tik tok dan lain lain.
Bagaimana selanjut nya kehidupan rumah tangga kami yah.
Teman teman ramai menyoraki ku di group WhatsApp dan DM di Instagram.
Obrolan di group:
Ratih: "Cie pengantin baru, bagaimana nih, enak?"
Lastri: "Asik banget yang udah nikah, jadi pengen".
Ratih: "Wah chat group kita gak di balas nih, pasti lagi sibuk sama suami ehem ehem".
Aku: "hehe apaan sih, maka nya buruan nyusul."
Ratih: "Akhir nya muncul juga. Pasti kecapean tuh haha"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!