Rumah megah didominasi putih keabuan membuat Meyra berulang kali membaca alamat yang ditulis oleh Ayahnya, bagaimana tidak rumah bagaikan istana Kepresidenan itu membuat Meyra sempat tidak percaya kalau alamat yang ditujunya benar-benar rumah itu.
"Mbak mau cari siapa?" tampak seorang pria menegur dari balik pagar setinggi 2 meter.
"Ohhh maaf Pak, saya mau tanya apa benar ini rumah Bapak Andreas Waluya?" Meyra menyodorkan kertas yang digenggamnya sedari tadi.
"Benar ini rumahnya tapi maaf Bapak Andreas sedang keluar kota," sambung pria itu.
"Jadi benar ya, tapi apa gak ada seorang pun yang ada dirumah ini Pak?" Meyra bertanya sekali lagi.
"Ada Mbak, ada istrinya Ibu Lastri dan anaknya Mas Nick yang kebetulan baru datang dari kampus, Mbak mau cari siapa nanti saya sampaikan?" tanya pria itu lagi, kali ini nada suaranya agak bingung terlebih Meyra membawa koper besar disampingnya.
Apa dia mau melamar pekerjaan? pikirnya.
"Maaf, kalau Bapak agak bingung karena saya terus bertanya, tapi tolong sampaikan ke Ibu Lastri atau anaknya bahwa saya datang kesini dan ini tolong berikan kepada mereka," ujar Meyra dengan menyodorkan sebuah amplop putih, entah apa isinya namun mendiang ayahnya berpesan untuk tidak membukanya kecuali keluarga Bapak Andreas Waluya.
"Saya akan menunggu disini," sambung Meyra kembali.
"Baik Mbak, saya sampaikan kepada Nyonya dan silahkan masuk tak baik jika terlalu lama berdiri," sahut pria itu kembali setelah membuka pintu pagar.
"Terima kasih Pak, maaf merepotkan"
"Sama-sama"
Meyra sangat beruntung hari ini semoga permulaan ini membuat hari berikutnya menjadi lebih mudah, pria itu sangat baik bahkan tidak mengusirnya. Benar kata ayahnya, keluarga ini sangat menjunjung kesopanan dalam berbicara.
Sepuluh menit berlalu sampai ada sebuah teriakan yang mengusik lamunannya.
"Meyraaaaa!! Meyraaaa!!" teriak wanita yang seumuran dengan Ibunya itu. Meyra berdiri dan mendekati wanita yang berteriak tadi.
"Ya tante Lastri saya Meyra anak dari bapak Mahendra Jaya dan Ibu Fitri Almira," menyodorkan tangan hendak mencium punggung tangan wanita dihadapannya. Tapi wanita itu bukan mengulurkan tangannya melainkan membalas dengan pelukan dan suara tangisan yang mungkin sudah dibendung sedari tadi.
"Aku tahu kamu anak Hendra dan Mira, aku hanya memastikan apakah aku tidak bermimpi hari ini," airmata wanita itu semakin deras.
"Kenapa tidak ada yang memberi tahu kami? kenapa kamu tidak menelpon kami? kami bisa menjemputmu, kamu pasti lelah mencari alamat ini seharian," pertanyaan yang membuat Meyra bingung ingin menjawab yang mana.
"Tidak Tante saya tidak lelah, saya pakai ojek online kemari tidak sulit mencari rumah ini," jawabnya sembari menepuk punggung wanita yang memeluknya itu.
"Masalah kecelakaan ayah dan ibu itu sangat cepat kejadiannya, saya tidak bisa mengabari Tante karena Ibu langsung meninggal ditempat sedangkan Ayah sempat kritis dan kemudian menyusul Ibu", terang Meyra dengan raut mata berkaca-kaca.
Dia masih bisa menahan airmatanya agar tidak jatuh, dia gak mungkin membuat tante Lastri semakin cemas memikirkan bagaimana hancurnya waktu itu.
Flasback
Meyra Almira Jaya
Suara sirene itu semakin kencang menuju rumahnya, entah itu sirene mobil kebakaran, ambulans, atau polisi.
"Apa yang terjadi?? mengapa ada Polisi kemari?" tampak dua Polisi yang keluar dari mobilnya.
Rumah Meyra memang sangat sederhana namun halamannya sangat luas, rumah yang didomiasi kaca tembus pandang itu emang didesain Ibunya sendiri.
Ibunya sangat senang melihat halaman yang hampir seluruhnya ditumbuhi segala jenis bunga-bunga, setidaknya ada lebih dari sepuluh macam bunga dihalamannya itu. Karena itu Meyra bisa melihat mobil sirene Polisi mendekat kerumahnya.
"Ada apa ya mbak Mey, kok ada Polisi?" tanya bik Sum dibelakang Meyra. Bik Sum adalah orang yang sangat membantu keluarga Meyra terlebih jika ayah dan ibunya sedang keluar kota, dia yang merawat Meyra sedari kecil.
"Saya juga gak tahu Bik, saya bukain dulu ya." Meyra mendekat kearah pintu utama.
"Maaf apa benar ini rumah keluarga bapak Mahendra?" tanya salah satu Polisi.
"Benar Pak, ada apa ya?" Meyra agak sedikit takut terlebih bik Sum yang sudah ada disebelahnya menggenggam tangannya agak kuat.
Setelah itu, kejadiannya sangat cepat terjadi. Pemakaman dilangsungkan dengan cepat karena Meyra tidak mau menunda-nunda terlebih tubuh ibunya hampir tidak bisa dikenali karena mobil Orang tuanya tertabak truk yang biasa membawa peti kemas. Entah siapa yang salah mendengar penjelasan polisi, tadi pagi menurut warga sekitar mobil orang tuanya menghindari orang yang mengendarai sepeda motor yang ugal-ugalan sehingga menabrak truk dari lawan arah.
Cuma Ayahnya yang diandalkan untuk saat ini, dia berdoa semoga masa kritis Ayahnya cepat berlalu. Meyra senang karena makam di depannya sangat indah, bunga-bunga kesukaan Ibunya menghiasi makamnya. Hampir seluruh desa hadir dipemakaman itu dengan membawa sebuket bunga bukan karena posisi ayah nya yang kebetulan anak Kepala Desa tapi memang keluarganya terkenal sangat ramah.
Belum sempat Meyra berdiri, ponselnya berbunyi.
Panggilan dari rumah sakit
Setelah menerima panggilan telepon, Meyra lama mematung dan ponselnya terjatuh ketanah.
Tidak Mungkin
Meyra berlari menuju parkiran pemakaman.
Dia menangis keras karena dalam waktu sehari dia menjadi yatim piatu.
Flasback end
Meyra sudah masuk kerumah, keluarga ini satu-satunya yang sering diceritakan oleh mendiang Orang tuanya saat itu.
"Nick!!! ini ada tamu spesial sini Nak jangan main game terus," teriak tante Lastri.
"Gak bisa Ma, tanggung banget," Nick menoleh sedikit kearah Mamanya.
Meyra tersenyum saat Tante Lastri memanggil nama itu, nama yang membuat Meyra dua hari tidak bisa tidur.
"Ini Meyra loh Nak, dia jauh-jauh kemari masa kamu begitu," sahut Lastri agak sewot.
"Gak papa Tan, bisa saya langsung istirahat?? kebetulan saya ingin sekali mandi karena dari pagi belum mandi," dilihat jam sudah menunjukkan jam empat sore.
"Ohh boleh sayang, maaf ya Mey, Nick emang agak kelewatan kamu pasti paham kan, ini sudah kedua kalinya kalian bertemu,"
"Iya Tante saya paham"
Kedua wanita itu akhirnya berlalu ke lantai dua tempat kamar tamu spesial yang disediakan khusus buat keluarga besar mereka.
Nicholas Putra Waluya
Ada apa sih ribut ribut didepan
Suara yang membuatnya harua mengintip dibalik cendela ruang tamu. Bagaimana tidak, suara Mama yang terkenal sangat melengking membuat aktifitas rumahnya sempat terhenti karena Mamanya berlari sambil menangis keluar rumah.
Itu kan cewek desa yang pernah kita kunjungi, astaga kenapa dia bawa koper segala, jangan-jangan perjodohan itu lanjut lagi, ya ampun nasib punya orangtua kolot ini, masa iya aku dijodohkan sama gadis kampung itu, yang keren dikit kenapa??!!
Perjodohan itu usul dari ayah Nick, Andreas Waluya yang kebetulan sahabat dari Mahendra Jaya ayah dari Meyra. Ayahnya blesteran luar negeri itu tidak mencerminkan budaya luar malah sangat kolot melebihi budaya negeri ini. Ayahnya sempat mengancam tidak mau mendapat menantu dari luar negeri, dia ingin menantu sederhana yang bisa merawatnya di masa tua nanti.
Karena kebanyakan dari mereka yang punya menantu dari luar negeri berakhir dipanti jompo. Ayahnya melihat sendiri nasib Orang tua dari rekan-rekan bisnisnya sehingga membuatnya pantang mempunyai menantu dari luar negeri.
♡♡♡
Happy reading
Vote ..like juga ya
salam
Menik (MeyraNicholas)
Entah sudah berapa jam Orang tuanya berbincang dengan gadis itu. Bolak balik Nick melihat jam dinding. Papanya memang langsung pulang saat Mamanya menelpon tadi. Nick sampai bingung mantra sihir apa yang diberikan ke Orang tuanya sehingga mereka sangat peduli dan sayang kepada gadis kampung itu.
Mau sampai kapan mereka mengobrol, apaan coba yang diobrolin.
Kalau bukan ancaman m
Mamanya dia pasti sudah keluar dengan teman-temannya nongkrong dikafe.
Sedari tadi ponselnya berdering, Nick bingung mau alasan apa untuk menolak ajakan teman-temannya itu.
Flasback
Nick tahu pasti Mamanya marah besar hari ini, dia berjanji akan pulang lebih awal dari kegiatan kampusnya itu. Mamanya sudah mewanti-wantinya untuk cepat pulang karena hari ini foto keluarga besarnya. Nenek dari ayahnya sengaja datang jauh-jauh dari luar negeri untuk berfoto dan melihat cucu kesanyangannya itu.
Namun bagaimana lagi setelah acara antraksi panjat tebing untuk menyambut mahasiswa baru selesai, teman-teman nya membujuk untuk nongkrong sebentar ditambah lagi salah satu temannya ada yang ulang tahun, Nick tidak enak untuk menolaknya. Sampai dia sadar jam sudah menunjukkan jam sebelas malam sedangkan jam sembilan Nick harus sudah ada distudio foto.
Nick bingung, dia hanya berharap Orang tuanya sudah tidur, dia juga sudah mencari informasi dari
Man (singkatan Paman) Slamet yang bertugas menjaga rumahnya untuk melihat apakah kedua Oang tuanya sudah tidur atau belum.
"Terima kasih ya Man" Nick menyelipkan uang seratus ribuan ke saku Man Slamet.
"Beres Mas, saya lihat Nyonya sudah masuk kamar dan sudah mematikan lampu, sepertinya sudah tak ada kendala lagi," lapor Man Slamet cengingisan ditambah dia sudah mendapatkan tip dari majikan mudanya.
"Mama marah gak Man tadi pas pulang?"
"Kayanya enggak Mas, cuma saya dengar waktu ngobrol sama tuan besar katanya fotonya ditunda besok Mas," terangnya lagi.
"Syukurlah kalau begitu, saya masuk dulu ya Man, sekali lagi terima kasih banyak ya Man." Nick berlalu masuk.
Nick lega bisa masuk kamarnya, setelah hampir sepuluh menit dia mengendap-endap. Baru selangkah, dia dikagetkan dengan muka sangar Mamanya yang sudah duduk di kasur sambil melipat kedua tangannya.
Nick menelan ludahnya sendiri saat Mamanya sudah hampir mendekat, sorot matanya menyala-nyala ibarat buaya yang ingin memakan korbannya hidup-hidup.
Man Slamet gimana sih, mati aku sudah!! bisakah Aku bernapas besok???
Mamanya sudah semakin mendekat, kedua tangannya sudah bersiap, Nick sudah terpojok di pintu. Setelah dua langkah lagi, Mamanya dikagetkan oleh sujudnya Nick dengan kedua tangan yang disatukan.
"Maa!! ampunnnnn aku salah Ma ampunin Nick Ma please!!, Nick tadi diajak brithday partynya Eben, Nick gak enak mau menolak Ma."
"Emang siapa yang marah, Mama cuma mau kasih ini" Lastri mengambil sebuah kertas disaku depan piyama tidurnya. "Mama cuma mau minta tolong sama kamu, tolong besok kamu sama Man Deni ke pasar, stock makanan kosong, bisa kan??" pinta Mamanya sambil melotot.
"Bisa bisa bisaa.. banget Ma, cuma itu kan, yang penting Mama gak marah Nick pasti setuju disuruh apa saja."
"Oke Mama tidur dulu." Lastri beranjak keluar dari kamar Nick. Setelah dua langkah keluar dari kamar anaknya, Lastri tersenyum jahat.
Kita lihat nanti , rasakan kau ferguso!!
"Mas Nick!! Mas bangun ayo katanya mau ke pasar?." Man Deni didepan pintu kamarnya.
"Iya Man, lima menit lagi ya, ngumpulkan nyawa dulu," sahut Nick dari dalam kamarnya. Man Deni cuma berdengus kesal.
Tadi bilang suruh 10 menit sekarang 5 menit lagi wesss lama-lama pasarnya bubar kalau begini.
"Nick bangun tidak!!!, Mama hitung sampai tiga kamu gak keluar lihat saja besok Mama coret namamu dikartu keluarga kita!! satu .. dua .. ti ..."
Cekreeeeek!!
"Apan sih Ma, ngancamnya ngeri amat," ujar Nick manyun sambil mengucek matanya.
Man Deni yang tadinya kaget dengan kedatangan Nyonyanya itu langsung tersenyum dan hampir tertawa kalau tidak Nick yang sudah menatap tajam dirinya itu.
"Daftar belanjanya sudah sama Man Deni dan uangnya juga, cepat sana pergi keburu siang, mau kamu gak makan sampai siang"
"Oke Komandan!!" saut Nick.
Dipasar
"Man yakin ini tempatnya?"
"Yakin Mas"
"Kok tua-tua ya Man"
"Kalau muda di mall Mas"
"Heeemmmm," jawab Nick kesal bingung mau
bertanya apa lagi.
"Ayo masuk, keburu siang"
###
Setibanya dirumah, Nick gak berkata apa-apa lagi. Dia langsung berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya. Mamanya hanya memandang heran kenapa anak itu bersikap demikian.
"Man Deni kenapa itu bocah"
"Hampir dicium sama ibu-ibu dipasar Bu"
"Masa hahaha, beneran? pantas dia marah." Tawa Lastri sambil membuka tas belanjaannya.
"Loh kok banyak banet ya Man?? perasaan saya cuma minta sekilo ikannya kok kayanya lebih dari sekilo ya?"
"Waaahh kalau itu jangan ditanya Bu, setiap beli ini itu mas Nick habis dihujani pelukan dan cubitan, sebagai gantinya ya dikasih double belanjaannya," tutur asisten sekaligus supirnya itu.
"Wah kalau begitu saya untung banyak ini, besok-besok saya suruh lagi."
"Gak bakalan mau Bu, Mas Nick kapok katanya, dia mewanti-wanti gak bakalan masuk pasar gila itu lagi," terang Man Deni lagi.
"Wah berarti berhasil dong saya," tawa Lastri penuh kemenangan, dia memang sengaja menyuruh Nick kepasar bekas lokalisasi yang pastinya penuh dengan perempuan perempuan gatal. Ditambah paras Nick yang kebulean warisan dari Papanya pasti dia laris manis. Tapi dia tak sekejam itu walaupun dia sering kesana dia juga gak setega itu, dia menyuruh Man Deni untuk menemani Nick.
Flashback end
Nick tersadar dari lamunannya, dia bergidik ngeri saat membayangkan saat dia berlari dari janda dan perempuan gatal disana. Dia gak bakalan lagi membuat Mamanya marah. Bisa fatal kalau perjakanya kandas dipasar pagi itu.
Getar ponsel disakunya berbunyi lagi ...
Aduh, gimana ini mau sampai kapan nunggu mereka, hancur harga diri kalau ngomong sejujurnya sama mereka.
"Halo iya Ben, kayanya gak bisa deh. Aku mendadak gak enak badan, sorry banget bro, tolong sampaikan ke lain ya.. lain waktu kita ngumpul-ngumpul lagi " jelas Nick bohong.
"Nick ajak Mey ke kamarnya diatas." Papanya menepuk bahunya.
"Dia mau tinggal disini Pa?"
"Iya kenapa? dia sudah yatim piatu Nick, hanya kita kerabat dekatnya, dan kita juga yang diberi amanah oleh ayahnya Meyra Nick," jelas Andre berjalan menuju dapur.
"Papa sudah lapor pak RT? yakin gak papa?"
"Sudah, sudah diurus sama Man Deni tadi".
Nick kesal mendengarnya.
♡♡♡
Happy reading sayonk
Jangan lupa vote dan like nya ya.
Salam Menik 💝💝💝
MEYRA ALMIRA JAYA
Keluarga ini sangat baik padaku, mereka menganggapku seperti bukan orang asing. Om Andre, tante Lastri dan para pekerja disini sangat ramah kepadaku tapi kenapa hanya dia yang seperti tak menganggapku. Bahkan sejak aku datang dia sama sekali tak memandangku. Walaupun ini pertemuan kami yang kedua tapi dia tak berubah sama sekali.
Flasback
"Nak, ajak Nick keliling desa sepertinya dia bosan dari tadi ngelamun terus." Ayahnya mulai memerintah.
Meyra hanya membalas dengan anggukan kepala. Dia berjalan kearah laki-laki yang sedari tadi diam.
"Kata Ayah kita bisa keliling daerah sini biar kamu gak bosan?" sapa Mey setelah menghampiri Nick diteras rumahnya.
"Gak papa aku disini saja, gak usah repot-repot," balas Nick ketus tanpa melihat Meyra.
Yaudah kalau gak mau.. Meyra kembali ke dalam rumah.
Jujur memang dia sangat bosan disini bagaimana tidak, dia gak bisa bermain game online kesukaannya karena jaringan telepon seluler yang hanya menampakkan satu garis.
Sebenarnya dia sudah enggan mau bertemu dengan Meyra tapi Mamanya ngotot untuk pertemuan pertama mereka. Lagian juga gak langsung menikah. Apalagi yang dijodohkan dengannya adalah sosok yang sama sekali bukan tipenya. Gaya bajunya, gaya rambutnya benar-benar membuatnya muak.
"Nick tuh diajak Meyra keliling-keliling daripada kamu ngutak-ngutik hp yang gak ada jaringannya, kamu belum tentu kesini lagi dalam waktu dekat, sana kesian Meyra nunggu kamu," pinta Mamanya sedikit memaksa.
"Ma aku capek! nanti saja ya," Nick menjawab ketus.
"Mey, sepertinya Nick berubah pikiran, dia mau jalan-jalan tuh, tolong ya Mey," ujar Lastri sedikit teriak.
Nick yang mendengar kata-kata Mamanya langsung bingung. Perasaan dia tadi menolak bukan menyetujui.
"Ma siapa yang mau sih, Mamah salah deng .. ummhhhmmm." Bibir Nick sudah ditutup oleh Lastri karena ada Meyra yang sudah dibelakang mereka.
"Ayo Nick," ajak Meyra. Dia sedikit bingung melihat Nick menatap Mamanya dengan ekspresi marah. Spontan Nick didorong oleh Mamanya.
Diperjalanan hanya Meyra yang nyerocos kesana kesini, Nick hanya membalas dengan anggukan. Meyra merasa orang disebalahnya tidak menyukai tempat ini atau mungkin dirinya, tapi dia diajarkan oleh kedua Orang tuanya untuk menghormati tamu. Dia bingung mau berbicara apalagi, Nick hanya membalas dengan ucapan 'hmmm' dan sekali dua kali dengan anggukan. Dia sama sekali tidak melihatnya.
Flasback End
Meyra sudah dikamarnya, kamar yang sudah disiapkan oleh Bik Jum sedari tadi saat dia mengobrol dengan orang tua Nick. Kamar yang berukuran dua kali lipat dari kamarnya di desa. Sangat mewah untuk ukuran tamu seperti dia, tapi tante Lastri mewanti-wanti itu adalah hak paten menjadi kamarnya. Bahkan dia sudah gak boleh memanggilnya dengan sebutan tante, dia ingin memanggil dengan sebutan yang sama dengan Nick.
Tante Lastri juga sudah mengenalkan dia ke para pekerjanya agar dia tidak canggung jika ingin meminta bantuan mereka.Yang pertama adalah Man Slamet, orang yang pertamankali menyapa Meyra,dia adalah keamanan disini, sebenarnya ada dua keamanan disini hanya yang satu lagi sedang cuti karena istrinya dikampung melahirkan.
Ada Man Deni yang biasa menjadi asisten plus supir Tante Lastri dan Bik Jum serta anaknya Anti yang biasa memasak dan yang membereskan urusan rumah (Man Deni dan Bik Jum pasangan suami istri). Menariknya mereka disini seperti keluarga bukan seperti majikan dan pembantu.
Mereka makan di meja makan yang sama bedanya hanya mereka terakhir yang makan. Tante Lastri dan suaminya memang tak memandang mereka rendah.
Esoknya,
Meyra ingin keluar ingin melihat-lihat dan semoga ada yang bisa dikerjakan dirumah ini sebelum perkuliahannya aktif lagi karena om Andre baru mengurus berkas-berkasnya hari ini.
Bruuuuk!!!
"Aduh!!." Meyra melihat kedepannya, "maaf aku gak lihat." Meraka saling bertubrukan.
"Hmmm." berlalu tanpa melihat.
Dia itu bisu atau apa sih dari dulu cuma bisa ngomong hmmm doa**ng.
Setelah mengusuk keningnya, dia melihat arah sebelah kamarnya.
Astaga itu kamarnya, berarti kami sebelahan ya.
Meyra berjalan kebawah menyusul Nick yang sudah terlebih dahulu turun. Sebenarnya Meyra ingin ke dapur tapi dia mendengar suara pertengkaran antara ayah dan anaknya.
"Pa tolong bilangin Mama dong, Nick mau keluar Pa, dari kemarin Nick kaya dipenjara disini, gak boleh kemana-mana, Nick kan sudah nurut dari kemarin Pa," ujar Nick dengan memelas.
"Nick kamu tahu Mama kamu gimana, Papa takut Nick eh bukan takut sih tepatnya gak mau ada perkelahian antara suami dan istri."
"Aissshhh bilang saja emang Papa kaum ISTI"
"Apa itu ISTI Nick?"
"Ikatan suami takut istri," ejek Nick sambil berlari dan menjulurkan lidahnya.
"Nick kurang ajar kamu! awas ya moge kamu Papa segel," ancam Papanya
Namun Nick sudah berlalu ke kamar Mamanya, mencoba jurus keduanya. Meyra yang melihat itu hanya cengar cengir sendiri, baru ini dia melihat Nick sebahagia itu berbicara sangat lepas dan juga tersenyum. Wajahnya merona, jantungnya sudah berdegub lagi, tak dipungkiri dia memang sudah jatuh cinta kepada Nick dari awal dia berjumpa.
Flasback
"Nick disana biasanya para warga berkumpul untuk menyetok daun tehnya dan bla bla bla," ujar Meyra yang menyadari Nick sudah berbelok arah ke arah kali (parit yang besar biasanya ada didesa).
"Nick kamu mau kemana?." Meyra menyusul Nick yang berada dipinggir kali tempat anak-anak mandi disana.
Nick tersenyum melihat anak-anak yang main air disana, sesekali dia tertawa melihat tingkah jahil salah satu anak-anak disana, Meyra melihat pemandangan didepannya sangat takjub eitss bukan karena pemandangan sawah didepannya tapi melihat Nick tersenyum dan tertawa lepas. Tak sadar wajahnya mulai merona, hanya dia pria yang benar-benar membuat jantungnya seakan berhenti.
Sesampainya dirumah, mereka berpisah Nick kearah teras tempat Orang tuanya minum teh, sedangkan Meyra menyusul Ibunya untuk menghidangkan makan malam untuk tamu kotanya.
"Piye Nduk ?? ganteng ya si Nick iku, yokpo wes kroso ta benih benih cintae (kaya apa sudah terasa benih cintanya)."
"Opo sehh buuuk arek e loh ditakoni meneng diapak-apakno tetep meneng.
(Apa bu anaknya ditanyain diem diapa-apakan diam)."
"Loh biasane kalau wong meneng iku apik lo nduk (biasanya kalau orang diam itu bagus nak)."
"Wes Bu, ayo nak pawon jare ate masak,"
ujar Mey merona karena dia ingat wajah Nick yang tersenyum di kali tadi.
(Sudah bu ayo kita ke dapur katanya mau masak),"
"Waduh Yah anaku'e wes jatuh cinta koyok'e lah mripat'e abang ireng ditakoni Nick Yah".
(Yah anakMu sudah jatuh cinta kayanya mukanya sudah merah padam kalau berbicara tentang Nick).
"Ibu hussshhhh, nanti krungu bek arek'e". (kedengaran anaknya).
"Dia loh gak ngerti ," ejek Ibunya.
Ayah yang sedari tadi melihat Ibu dan anak saling mengejek hanya geleng geleng kepala.
"Wes-wes ndang masak."
(ayo ayo cepat masak).
Flasback end.
♡♡♡
maaf untuk episode ini author pakai jawa biar lebih dalem ceritanya..tenang ada translatenya🙏🙏..happy reading
Like dan votenya ya 💝💝💝
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!