NovelToon NovelToon

Mendadak Menjadi Mama Muda

Satu Jam Sebelum Kecelakaan

Catatan Author :

Sebelum baca author ingin mengingatkan terlebih dahulu. Kalau cerita ini kompleks, ada sweet, asem, lucu, drama, baper, dan bikin emosi jiwa. Jadi siapin diri untuk diobrak-abrik hatinya. Kalau gak kuat cari judul yang lain. Karena Author tidak tanggungjawab dengan efek samping setelah membaca ini.

Siap baper

Siap kram perut karena ngakak

Siapin teddy bear untuk dipukul karena kesal

Siapin tisu takut gak tahan bawang

Oke kalau udah siapin mental. Selamat membaca!

.

.

.

Sore ini cuaca sedang tak bersahabat. Karena sudah dua jam hujan mengguyur tanpa ampun. Membuat orang yang pulang kerja dan pulang kuliah jadi kerepotan karena harus terjebak di kampus atau di kantor. Padahal mereka ingin cepat-cepat sampai ke rumah.

Di depan sebuah kafe dekat kampus ternama di kota Jakarta. Tampak banyak orang yang terjebak yang tidak bisa kemana mana karena masih hujan.

Ajeng memainkan ponselnya asyik memutar mutar lagu BTS kesukaannya melalui headset-nya sambil menunggu driver taksi online-nya datang. Sementara teman di samping kanan kirinya sibuk teleponan mencari bala jemputan gratis. Siapa lagi kalau bukan pacarnya. Ajeng tak menghiraukan suara di sampingnya yang manja seperti anak kecil minta dibelikan balon.

Ajeng sesekali menghentak-hentakan kakinya mengikuti irama musik di headset-nya. Sebentar-sebentar dia melihat ke ujung jalan. Mencari cari taksi yang belum datang.

Ajeng mulai resah karena pasti taksi online-nya itu terjebak macet di suatu jalanan di ibukota ini apalagi dengan cuaca seperti ini. Jalanan ibukota pasti banyak yang tergenang air.

Padahal dia ingin segera sampai di rumah setelah seharian ini dia kuliah. Penatnya hari ini dia lewati dengan banyak presentasi tugas. Dia ingin segera pulang dan makan masakan bundanya. Sudah terbayang masakan bunda di pelupuk matanya. Tadi bundanya sempat chat kalau dia masak ayam kecap kesukaannya.

"Jeng jemputan ku sudah datang tuh, "kata Amel menunjuk sebuah Pajero Sport merah yang berhenti di depan cafe.

"Gue duluan ya, gimana taksi loe udah mau nyampe belum?" tanya Amel.

"Belum, kayaknya kejebak macet."

"Loe mau ikut gue, kita kan searah?" tanya Amel lagi.

"Enggak ah, gue nggak mau ganggu keromantisan kalian di mobil, entar yang ada gue cuma butiran debu yang enggak dianggap lagi," canda Ajeng.

"Yey, loe ni, makanya buruan cari pacar, agar jomblo akut loe sembuh!" kata Amel.

"Ikh bawel, sono pacar loe dah nungguin!"kata Ajeng.

"Ya udah gue duluan ya."

"Oke, see you tomorrow!"

Amel pun segera berlari menuju mobil pacarnya dengan menutup kepalanya dengan tasnya dari hujan.

Ajeng kemudian memeriksa aplikasi taksi online nya. Ternyata sebentar lagi mobilnya datang. Ajeng pun siap siap.

Tiba tiba tanpa diduga, tas yang dia pakai dibahunya tiba tiba putus. Membuat barang barang yang ada di tasnya pun jatuh berantakan.

"Kok bisa putus sih, padahal tadi pagi masih baik baik aja," gerutu Ajeng memeriksa tali tasnya yang tiba tiba putus. Kemudian dia pun merapihkan barang barangnya yang berserakan di bawah.

"Pertanda buruk." Seseorang bergumam di belakangnya. Ajeng menoleh dan mencari tahu siapa yang sudah bicara tadi. Tapi dia tidak melihat seseorang pun yang tadi bicara. Dari sekian orang di belakang Ajeng, Ajeng tidak tahu siapa itu.

Apa dia salah dengar. Dia pun buru buru memasukkan barang barangnya yang jatuh tadi ke dalam tasnya.

Beberapa menit kemudian datang lah sebuah mobil berplat B berhenti di depan cafe. Menurut aplikasi taksi online-nya Ajeng yakin itu taksi nya. Buru buru Ajeng pun menerobos hujan dan segera masuk ke dalam mobil.

Dia melihat seorang bapak bapak yang menjadi driver taksi online-nya.

"Mbak Ajeng, maaf ya terlambat, tadi macet di jalan Bundaran HI!" ucap driver taksi nya.

"Tidak apa apa pak, maklum cuaca hujan begini pasti nambah macet, kalau bisa kita jangan lewat jalan arteri ya pak, masuk tol dalam kota aja!" pinta Ajeng.

"Siap mbak, oh ya , jangan lupa pasang sabuk pengamannya ya mbak!"

"Oke, berangkat pak!" seru Ajeng.

@@@@@@@@

Sebuah mobil Range Rover Sport melaju kencang di jalan tol. Seorang laki laki berusia tiga puluhan memegang setir mobil sambil berbicara di telepon. Di belakang kursi penumpang tampak seorang bocah perempuan berusia tiga tahun tertidur pulas.

"Mah, pokoknya mamah enggak bakal percaya apa yang Raka dapatkan hari ini."

"Apa itu?"tanya seorang wanita berbicara di ujung sebrang telepon.

" Nanti Raka ceritakan kalau Raka sudah sampai di rumah."

"Bagaimana dengan gadis itu, kamu berhasil menemuinya?"tanya ibunya.

"Raka tidak bertemu, tapi ... menurut tetangganya dia baru meninggal seminggu yang lalu."

"Apaa ... astaga!" pekik ibunya.

"Raka juga tidak berhasil ketemu dengan Kak Bayu."

"Kemana dia?"

"Menghilang entah kemana sudah beberapa bulan, dia sudah tidak tinggal disana."

"Mamaa ...."

Tiba tiba anak itu terbangun dan menangis. Membuat terkejut Raka. Dia pun membuat isyarat agar anak itu berhenti menangis.

"Raka, siapa itu yang menangis?" tanya ibunya heran ada suara anak kecil di sana.

"Nanti Raka ceritain mah, udah dulu ya."

Raka langsung menutup telepon tanpa memberi kesempatan ibunya bertanya lebih lanjut.

"Mama ... Ma-ma."

Anak itu tidak mau berhenti menangis. Semakin Raka menyuruhnya berhenti menangis anak itu semakin menjadi jadi. Raka kehilangan fokusnya menyetir. Dia tidak bisa mengendalikan mobilnya yang sedang melaju. Dia pun kaget ketika ada sebuah mobil box di depannya mengerem mendadak. Raka tidak sempat membanting setirnya untuk menghindarinya. Dan.

Bruuuuuk ... Daaaaar...

Peristiwa itu tak terhindarkan. Mobilnya menabrak mobil box di depannya dan karena cepat sekali kejadiannya. Mobilnya pun kena tabrak mobil di belakang. Sebuah peristiwa tabrakan beruntun pun tak terelakkan.

@@@@@@@

Di mobil taksi Ajeng ...

"Mbak, gawat, sepertinya di depan ada kecelakaan beruntun!" tiba tiba supir taksinya Ajeng memberi tahu.

Ajeng pun penasaran dan melihat ke luar. Sungguh kacau dan mengerikan pemandangan di luar. Beberapa mobil ringsek. Entah ada berapa mobil yang terlibat dalam kecelakaan itu. Sepertinya kejadiannya barusan beberapa saat tadi.

"Pak, pak berhenti!"kata Ajeng.

"Saya mau turun, kasihan sepertinya masih banyak korban di dalam mobil."

"Tapi mbak, ayo pak kita bantu mereka!" ajak Ajeng yang seketika itu rasa kemanusiaannya muncul.

Tak bisa menolak akhirnya supir itu pun berhenti. Saat mobil berhenti Ajeng pun buru buru turun. Dan sepertinya banyak juga mobil yang berhenti untuk menolong.

Ajeng melihat sebuah mobil yang terjepit dua mobil. Dia melihat sepertinya mereka belum bisa keluar. Ajeng pun buru buru mendekati dan menolong mereka. Mobilnya ringsek parah. Ajeng mencoba membuka pintunya. Tapi terkunci. Ajeng mencoba memeriksa ke dalam mobil. Tapi kaca mobilnya gelap. Ajeng mengedor ngedrop kaca mobilnya. Siapa tahu pengemhdinya dalam keadaan sadar dan membuka kunci pintu mobil nya. Dan berhasil tak lama terdengar suara kunci pintu mobil terbuka. Ajeng secepatnya membuka pintu mobil. Dia melihat pengendara mobil itu cukup terluka parah namun dia masih tersadar.

"Tolong keluarkan anak itu!"pintanya. Ajeng pun melihat ke kursi penumpang. Tampak seorang anak kecil tergeletak tak berdaya. Tapi ajaibnya dia tidak terluka sedikit pun. Kemudian Ajeng mengeluarkan anak kecil itu dan menggendongnya.

"Kamu masih bisa keluar dari mobil nggak?" tanya Ajeng sambil menggendong anak itu.

Laki laki itu menggeleng lemah. Dia memberi kode kalau kakinya tergencet dan tak bisa keluar.

Ajeng pun berteriak ke seorang bapak bapak yang juga sedang ikut membantu mengevakuasi kecelakaan itu.

Kemudian bapak bapak itu menolong mengeluarkan laki laki itu dengan menggunakan bantuan linggis yang dia dapat dari mobil box yang terbuka. Dia pun membopong laki laki itu keluar. Ajeng kemudian meminta bapak itu membawanya ke tepi jalan. Sementara Ajeng menggendong anak itu.

"Mama ... Mama ...," gumam anak itu.

Ajeng merasa iba melihat anak kecil itu menjadi korban kecelakaan. Namun ajaib dia tidak mengalami lecet sedikit pun. Tapi yang pasti dia akan mengalami trauma dengan kejadian ini.

Ceessss... Duaaaaaaaar

Tiba tiba ada sebuah bunyi ledakan dahsyat terdengar terjadi tak jauh dari tempat Ajeng berdiri. Sepertinya ada sebuah mobil yang kebocoran bensin membuat ledakan itu. Ledakan itu membuat Ajeng dengan anak yang digendongnya terpental dan jatuh.

Setelah itu Ajeng tak ingat apa apa lagi setelah nya.

Pengumuman Visualiasasi

Setelah Ajeng mengalami kecelakaan. Ajeng harus dihadapi oleh sebuah situasi yang membuat dirinya harus mau tidak mau menurutinya.

Novel ini sebenernya bergenre romantis dan komedi tapi mengandung sedikit bawang juga jadi siapin tisu. Kalau tidak kuat lebih baik jangan lanjut. Karena Author tidak mau ada yang protes, komen jelek dan lain sebagainya.

Meski begitu Author mau menyisipkan sedikit teka teki di novel ini agar pembaca bertanya tanya dan menebak alur ceritanya. Silahkan beropini bebas tentang alurnya. Mungkin sedikit seperti drama atau sinetron. Percaya lah, Author sangat senang kalau ini sampai dibuat jadi drama atau sinetron.🤣🤣🤣

Sebelumny Author akan kenalkan dulu para tokoh dan visualisasi nya .

Ajeng Agustina. ( 22 tahun )

Mahasiswa semester lima Pendidikan Keguruan Anak Usia Dini di salah satu Universitas di Jakarta. Tinggal bertiga dengan abangnya dan bundanya. Bundanya bekerja sebagai penjahit baju. Selain sebagai mahasiswa Ajeng juga seorang Guru Bantu di sebuah TK swasta di Kota Jakarta.

Visualisasi tokoh Ajeng

Raka Mahesa. ( 32 tahun )

Seorang sutradara muda film Hollywood berkewarganegaraan Indonesia. Dia beberapa memproduseri film film di Amerika dan juga beberapa kali menjadi sutradara film film yang sering masuk nominasi Oscar. Wajah oriental Raka didapat dari ibunya yang keturunan Indo-Korea.

Visualisasi Raka Mahesa

Arya Caesar ( 32 tahun)

Abangnya Ajeng. Profesinya seorang polisi di divisi INAFIS di salah satu Polres di Jakarta. Orangnya protektif banget untuk urusan keluarganya. Tipe penyayang keluarga. Tidak mau salah satu anggota keluarganya kenapa-kenapa.

Visualisasi dari Abang Arya

Bayu Demian (37 tahun)

Kakak dari Raka Mahesa namun beda ayah.

Untuk Bab awal tidak banyak yang dapat diceritakan tentang sosok Bayu. 😄

Untuk para tokoh lainnya nanti Author bagikan di tengah tengah episode.

Happy reading....

Jangan lupa like koment dan jadikan favorit ya.

Author akan berusaha sekeras mungkin agar novel ini menarik dan enak dibaca.

Trima kasih. Gracias.

After Accident

Sehari setelah kecelakaan ...

Ajeng merasakan seluruh badannya sakit semua. Perlahan dia membuka matanya. Cahaya putih yang pertama kali

lihat.  Kemudian perlahan dia edarkan semua penglihatannya. Dia berada di sebuah ruangan yang asing. Ada sebuah sofa di pojok ruangan  itu dengan sebuah lemari pendingin di sampingnya. Ruangan ini tampak luas karena Ajeng bisa melihat sebuah pintu yang teramat jauh dari tempat dia berbaring.

Tempat apa ini?" tanya Ajeng bergumam.

Ajeng melihat ke samping kirinya. Sebuah tiang penyangga infusan. Ajeng mulai sadar kalau dia sedang berada di rumah sakit. Namun sepertinya ruangan rawat ini adalah ruangan kelas VVIP.

Kenapa dia bisa di dalam ruang rawat yang kelas seperti ini. Ajeng pun mencoba

untuk bangun, dia sangat kuatir semakin lama dia dirawat disini, nanti biaya

rumah sakitnya akan mahal. Darimana nanti  Bunda dan abangnya akan membayarnya.

Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahannya dan membuatnya berbaring lagi. Sebuah tangan dari seorang

wanita seusia Bundanya mencoba menahan Ajeng agar tidak bangun.

“Ibu si-siapa?” tanya Ajeng.

“Saya Rika, mamanya Raka," jawab ibu itu.

“Siapa Raka?" tanya Ajeng. Kenapa ada seorang wanita asing berada disini dan menungguinya di ruang rawat. Dan

kemana Bunda dan abangnya. Harusnya mereka ada disini.

“Raka Mahesa, orang yang kamu selamatkan dari kecelakaan kemarin," jawab ibu itu.

“Oh, namanya Raka, terus gimana dengan anaknya?” tanya Ajeng teringat anak kecil yang dia selamatkan juga

kemarin.

“Maksudmu anak itu," tanya Ibu itu menunjuk seorang anak kecil yang tertidur di sofa.

“Apa dia baik baik saja?” tanya Ajeng.

‘Dia sehat." Ibu itu tersenyum melihat wajah Ajeng yang penuh kekuatiran.

“Terimakasih, andai saja kamu

tidak cepat cepat menolong Raka, mungkin mereka berdua sudah tewas dalam

ledakan itu," kata Ibu itu memegang kedua tangan Ajeng sebagai ucapan terimakasih.

“Sama-sama bu, itu tanggung jawab

sebagai sesama manusia saling tolong menolong," jawab Ajeng.

“Raka sedang ada di ruang fisiothaerapy, tulang kaki kanannya mengalami pergeseran, beruntung dia bisa selamat dari maut, sekali lagi terimakasih kalau kamu tidak bergerak cepat mungkin saya tidak bisa bertemu dengan anak saya lagi," Ibu Rika terus terusan berterima kasih.

“Iya bu, tapi bu, saya mau keluar dari rumah sakit ini, kok saya bisa dirawat disini ya, Bunda dan abang saya pasti mereka khawatir!” kata Ajeng berusaha bangun lagi.

Dia kuatir kalau biaya rumah sakit nya semakin bertambah kalau berada lama lama disini.

“Maaf, gara-gara menyelamatkan

anak saya, kamu jadi mengalami celaka juga, kata dokter kamu geger otak ringan

karena benturan,  bagaimana keadaan kamu

sekarang , apa kamu merasakan sakit di bagian tubuh mana, saya akan panggilkan

dokter," Bu Rika sepertinya juga cemas melihat Ajeng.

“Saya tidak apa-apa kok Bu, saya

ingin pulang!” lirih Ajeng.

“Kamu lebih baik periksa dulu

semuanya, kamu tenang saja, saya sudah membayar biaya tagihan rumah sakit ini,"

ucap Ibu Rika seperti menjawab kekuatiran Ajeng.

“Terimakasih Bu. Apa Bunda dan Abang saya sudah tahu, saya disini?” tanya Ajeng.

“Mereka sudah semalaman di sini menunggu kamu, Bunda kamu pulang dulu katanya ada pesanan baju yang harus selesai hari ini, terus abang kamu tadi juga berangkat kerja," jawab Ibu Rika.

Nampaknya Ibu Rika dengan keluarganya sudah bertemu saat dia masih belum sadar. Ajeng melihat sekilas penampilan Ibu Rika yang sepertinya berasal dari orang berada.

Bahkan dia melihat tas yang disimpan di kursinya adalah merk tas yang harganya bisa

seharga satu mobil. Pantas saja Ajeng bisa dirawat di ruangan VVIP ini. Karena sepertinya Ibu Rika bukan seorang yang biasa.

“Ma ... mama," terdengar suara tangisan memanggil manggil nama mama. Ajeng melihat anak kecil itu terbangun dan menangis menghampiri mereka.

“Mama, mama," rengek anak kecil perempuan cantik itu menghampiri tempat Ajeng berbaring kemudian naik ke atas

dan memeluk Ajeng. Ajeng yang kaget karena tiba tiba anak itu memeluknya dan

memanggilnya dengan sebutan mama.

Bukan hanya Ajeng yang kaget, Ibu

Rika pun kaget tiba-tiba anak itu menangis dan memeluk Ajeng seperti mamanya.

Ajeng berusaha tidak ingin menyakiti anak itu. Kemana ibu anak itu, apa dia

selamat dari kecelakaan kemarin, tapi Ajeng ingat jelas kalau di mobil Cuma ada

mereka berdua.

“Mama , ayo nguunnn, tangan takit”,

ucap anak itu. Ajeng paham maksudnya “Mama, Ayo bangun, jangan sakit”.

“Gea yayang mama, mama ayo

puyang!”kata anak kecil itu membuat Ajeng semakin bingung. Kenapa anak ini

memanggilnya mama. Padahal setahu Ajeng anak seusia itu tidak akan sembarangan

dengan orang asing yang baru dikenalnya. Dia kan baru bertemu dengannya

beberapa waktu kemarin.

@@@@@@@@@@

Ajeng memeluk Gea ketika sedang

mendengarkan diagnosa dokter syaraf dengan ibu Rika di ruangan Dokter Zayn,

Dokter ahli syaraf dan otak. Gea tidak mau jauh-jauh dari Gea. Dia selalu

menangis kalau Gea melepaskannya.

"Amnesia Disosiatif"

Itulah yang mereka dengar dari

Dokter Zayn. Kecelakaan kemarin telah membuat trauma Gea dan menyebabkan

gangguan pada fungsi otaknya. Gea gagal untuk mengingat kejadian yang

sebenarnya dan merasa Ajeng adalah ibu kandungnya setelah kecelakaan itu. Tapi

ketika Dokter Zayn mengetahui dari Ibu Rika kalau ibu kandungnya Gea baru saja

meninggal seminggu setelah kecelakaan itu. Dokter Zyan menyimpulkan kalau

amnesia yang dialami GEa bukan hanya karena kecelakaan saja. Tapi karena dia

baru saja mengalami kejadian yang menyedihkan sehingga membuat stress dan

mental anak itu terganggu sehingga ingatan tentang ibunya yang meninggal dia

blok dan dia menjadikan Ajeng sebagai sosok ibunya. Karena kebetulan saat

kecelakaan itu terjadi, Ajenglah yang menyelamatkannya dan sejak itu Gea

menganggap Ajeng sebagai ibunya.

Ajeng yang mendengarkan

penjelasan Dokter Zayn sedikit shock. Dan dia harus bagaimana dengan anak ini. Kalau

Gea menganggapnya sebagainya ibunya, itu berarti dia harus selalu bersama Gea

sampai anak itu benar-benar ingat dengan wajah ibunya yang asli.

 Sementara wajah Ibu Rika nampak kebingungan dengan penjelasan dokter.

“Amnesia ini belum ada obatnya,

alangkah baiknya jika Gea di therapy mental dulu, dan rasanya lebih baik juga

kalau keluarga terdekatnya lah yang membantunya, karena kalau ini dibiarkan,

Gea bisa saja mengalami hal traumatik lainnya," penjelasan dokter Zayn sepertinya menambah sakit kepala Ibu Rika.

Sementara Ajeng melihat wajah

anak perempuan yang cantik ini. Dia merasa iba padanya. Pasti Gea sangat

terpukul dan sedih saat ibunya meninggal. Di usia itu sudah ditinggal ibu

kandungnya. Ajeng juga bisa merasakan bagaimana rasanya ditinggal orang yang

disayangi. Ayahnya meninggal saat dia kelas satu SMA. Dan itu rasanya bagai

dunia runtuh menimpanya. Di saat dia mau beranjak dewasa, ayahnya meninggal dan

itu rasanya sedih dan sakit sekali. Dan itu dirasakan Gea yang baru usia tiga atau

empat tahunan itu. Sungguh sangat menyedihkan.

&&&&&&&

Bunda dan Abang Arya menjenguk

Ajeng sore harinya. Mereka berdua kaget melihat Ajeng dan seorang anak kecil

yang tertidur di samping Ajeng. Sementara Ibu Rika sedang menjenguk anaknya

juga yang di rawat di rumah sakit yang sama.

“Anak siapa itu nyet?” tanya

abang Arya menunjuk Gea.

“Anak orang lah bang,” jawab

Ajeng. Dia senang kedua anggota keluarganya akhirnya datang kembali

menjenguknya.

“Gimana Jeng, kamu nggak kenapa

kenapa, apa ada yang nggak beres, semuanya ok kan?”tanya Bunda cemas.

“Ajeng nggak apa-apa bunda, Alhamdulillah masih sehat kok”, jawab Ajeng tersenyum. Dari tadi dia fokus dengan rantang makanan yang dibawa bundanya.

“Kamu mau makan dek?” tanya abang

Arya yang menangkap mata Ajeng yang jelalatan melihat rantang bunda. Ajeng yang

ditanya malah cengengesan. Emang abangnya itu peka banget sama adeknya.

“Iya bang, tadi makan sih, Cuma makanan

rumah sakit nggak enak”,curhat Ajeng langsung disambut bundanya dengan gercep

membuka rantang makanan itu.

Ajeng pun senang ternyata  bundanya pengertian banget bawa makanan

kesukaaanya yaitu ayam kecap. Dan Ajeng pun langsung lahap disuapi bundanya.

“Nyet, kok anak ini bisa tidur

disini, emang kemana orangtuanya?”abang Arya kembali lagi tengil memanggilnya

dengan “nyet”. Sebuah panggilan sayang katanya. Padahal nyet itu kan kependekan

dari monyet. Entahlah kenapa Bang Arya memanggil adiknya dengan sebutan itu,

kalau adiknya monyet mungkin kakaknya adalah seorang gorilla.

“Ibunya meninggal semingguan yang

lalu, dan bapaknya nya juga sama dirawat disini Bang Gor," jawab Ajeng memanggilnya dengan Bang Gor. Dia juga punya panggilan sayang untuk abangnya. Yaitu Bang Gor. Bang Gorilla.

“Oh gitu, kasihan amat yaa, tapi

eh lucu banget deh anaknya bun, gemes pengen nyubit pipinya," kata Bang Arya

yang sedang merhatiin wajah Gea yang sedang terlelap tidur.

"Awas loe bang, nyubit pipi anak orang, nanti bapaknya ngambek, kalau abang gemes sama anak kecil, buruan nikah sama Mbak Merri, biar cepat dapet anak lucu!” seloroh Ajeng.

“Ogah ah buru buru kawin, nanti aja kalau kamu udah nikah, nanti baru abang yang nyusul!” jawab abang Arya seperti biasa menjawab itu setiap ditanya rencananya mempersunting kekasihnya Merri.

“Yeyy, ada juga dimana mana abangnya dulu yang nikah baru adeknya," timpal Ajeng.

“Sudah ... ishh, kenapa ribut masalah nikah disini, yang penting bagi bunda siapa saja yang sudah ada jodohnya, bunda mau itu yang dinikahkan pertama kali”, kata bunda menengahi.

“Tuh Bang Gor aja bunda, kan dia mah

udah punya pacar, pacaran dah lama lima tahun, masa iya  kagak dilamar-lamar, nanti keburu Mbak Merry dilamar orang, nangis nangis darah loe bang, kalau Ajeng pan belum punya calon,

pacar aja belum punya”, jawab Ajeng bela diri.

Hmmmm ... Hmmm ...

Terdengar suara deheman

menghentikan percakapan mereka. Dan ternyata Ibu Rika datang dengan mendorong

kursi roda. Sepertinya itu Raka, putranya yang diselamatkan Ajeng kemarin. Mereka

pun datang menghampiri. Bunda dan bang Arya menyambut mereka dengan ramah.

Ajeng melihat kondisi Raka yang

duduk di kursi roda tampak sedang memperhatikannya. Raka kemudian mencoba

menyapa semuanya.

“Selamat sore semua, pasti ini

ibunya Ajeng dan kakaknya, kenalkan aku Raka Mahesa”ucap Raka memperkenalkan

dirinya.

“Aku Abangnya Ajeng, Arya Caesar”,

balas Bang Arya menyalami Raka.

“Saya bundanya Ajeng, panggil

saja Bunda Maya”, kata bunda memperkenalkan diri juga..

Kemudian Raka mendekati ke tepi

ranjang Ajeng, dimana Gea sedang tertidur di sampingnya. Kemudian membelai

rambut Gea.

“Anak nya cantik, pasti mamanya cantik”,

ucap Arya yang membuat Ajeng melotot padanya. Arya yang melihat Ajeng melotot

tidak paham maksudnya Ajeng melotot itu kenapa.

Mendengar itu terlihat Ibu Rika

jadi salah tingkah dan sepertinya dia cemas juga. Ajeng melihanya itu. Dasar

Bang Gorilla malah bikin suasana nya jadi nggak enak begini. Mereka kan sedang

berduka Bang Gor malah mengungkit ungkit mamanya Gea, pasti mereka sedih lagi.

Malam itu Gea diajak pulang oleh

neneknya. Seorang yang seperti asisten nya menggendong Gea yang tertidur.

Sementara abang Arya harus kembali lagi ke Polres untuk piket, bundanya mau

pergi keluar sebentar membeli perlengkapan mandi. Karena bundanya mau menginap

menemani Ajeng di rumah sakit tanpa bawa peralatan mandi. Sebenarnya Ajeng

sudah ingin pulang dari rumah sakit.Tapi karena hasil pemeriksaan hasil CT scan

dan MRI segala macam baru besok diberikan.

Jadi Ajeng bertahan semalam itu,

dan jika semuanya bagus besok Ajeng bisa pulang.

Saat bunda pergi ke luar, Raka

masih berada di ruang rawat Ajeng. Sepertinya masih ada yang ingin dia

sampaikan. Tapi Raka hanya terdiam mematung di kursi rodanya. Ajeng pun merasa kurang nyaman dengan suasana hening ini.

“Maaf sebelumnya jika saya

lancang, kondisi Gea bagaimana, apa tidak apa-apa dia dibawa pulang, saya jadi

kepikiran kondisi Gea, bagaimana kalau dia bangun dan mencari mamanya”, kata

Ajeng. Dia sangat kuatir dengan Gea. Jiwa keibuan Ajeng memang pantas karena

dia memang seorang mahasiswa Pnedidikan Anak Usia Dini, apalagi dia juga

mengajar di TK juga. Jadi dia bisa tahu dan paham tentang karakter anak.

Apalagi kondisi Gea sekarang yang terkena Amnesia Disosiatif.

“Maukah kamu menjadi mamanya Gea?”tanya

Raka tiba-tiba langsung menanyakan hal yang tidak diduga Ajeng. Ajeng berpikir apa yang barusan dia dengar dari laki laki itu. Apa itu bisa disebut dengan sebuah lamaran. Bukankah itu seperti terdengar maukah menjadi mama anakku.

Dan bukankah itu sama halnya juga dengan meminta menikah dengannya. Ajeng belum

bisa mencerna sebaik mungkin pertanyaan Raka itu.

“Kondisi Gea saat ini hanya bisa

ditolong sama kamu Jeng?” ucap Raka. Ajeng pun sedikit lega mendengar maksud

Raka bukan menikah dengannya.

“Maksud kamu, aku berpura-pura

jadi mamanya gitu?”tanya Ajeng.

“Bisakah kamu menjadi mamanya,

aku juga bingung harus bagaimana, aku pikir anak itu akan menjadi petunjuk

keberadaan kakak ku,” ucap Raka seperti kebingungan.

“Tapi itu tidak mungkin," kata Ajeng.

Sebenarnya Ajeng tidak mengerti ucapan Raka yang menyebutkan Gea sebagai

petunjuk keberadaan kakaknya. Tapi Ajeng merasa tidak enak dan merasa tidak

sopan jika bertanya lebih lanjut urusan keluarga orang lain.

“Kenapa?” tanya Raka.

“Dengan kondisi Gea seperti ini,

Gea harus dua puluh empat jam dengan mamanya, sementara aku tidak bisa menerus

dengan Gea, aku juga harus kuliah dan bekerja”,

“Aku akan bayar berapa pun, jika

kamu mau berpura-pura jadi mamanya”,seru Raka.

“Ini bukan masalah bayaran,

tidakkah ada orang lain yang bisa menggantikan jadi mama barunya”, kata Ajeng beralasan.

Sebelum Raka menjawab. Tiba-tiba

pintu terbuka dan masuklah Gea dalam keadan menangis bersama Ibu Rika. Gea

menangis dan langsung menghampiri Ajeng dan memeluknya. Ajeng terkejut Gea

menangis di pelukannya. Kemudian Ajeng membelai rambutnya Gea dengan lembut

membuat seketika Gea berhenti menangis. Ibu Rika dan Raka yang melihat itu jadi

heran campur lega. Karena Gea langsung berhenti menangis ketika Ajeng

mengusap-usap kepala Gea layaknya anak sendiri.

“Ajeng, saya akan bayar berapa

pun kamu, asal kamu mau menikah dengan Raka dan menjadi mamanya Gea," kata Ibu

Rika membuat Ajeng dan Raka keduanya berbarengan berseru “APA”.

Ajeng dan Raka saling bergantian

menatap sesaat mendengar Ibu Rika mengatakan itu semua. Ajeng merasa kikuk dan juga bingung harus menjawab apa.

“Raka, kamu harus menikah dengan

Ajeng, terlepas dari masalah Gea, kamu juga seharusnya berterimakasih karena

Ajeng sudah menyelamatkan nyawamu, jadi kamu harus membalasnya”, ucap ibu Rika.

“Maksud mama, Raka membalasnya

dengan sebuah pernikahan?”tanya Raka dengan nada tidak suka.

“Iya itu ben ....“

“Maaf kalau saya menyela, Ibu

maaf saya juga tidak harus menerima balasan nya dengan pernikahan, saya menolong anak ibu dan cucu ibu karena saya memang ikhlas menolon," sahut Ajeng. Ya dia

juga tidak mau menikah dengan orang yang baru di kenal.

“Saya akan beri kamu 1 miliyar, kalau kamu mau menikah dan menjadi mama Gea”, kata ibu Rika membuat telinga Ajeng jadi panas.

Satu miliyar itu berapa nolnya ya

Gumam Ajeng dalam hati. Uang sebanyak

itu mungkin cukup untuk melunasi hutang ayahnya yang masih menumpuk di Bank

yang tiap bulan Bunda banting tulang bekerja demi mencicil hutang ayah dulu

yang katanya masih berapa tahun lagi lunasnya. Uang segitu juga bisa kali buat

ongkos naik haji Bunda yang udah kepengen banget ke Mekkah. Beberapa saat Ajeng

yang masih menghitung nolnya berapa kalau satu miliyar, Raka nampak

memperhatikan wajah Ajeng yang serius dengan tatapan benci. Karena dia berpikir

kalau Ajeng sama saja seperti wanita kebanyakan ‘matre”, karena baru mendengar

kata satu miliyar saja sudah membuat dirinya berhenti bicara.

“Bagaimana Jeng, apa kamu

tertarik?”kata Ibu Rika.

“Maaf bu, sepertinya saya nggak

bisa, saya ini ...."

“Dua Miliyar," ucap Ibu Rika menambahkan nominal tawarannya. Tentu saja Ajeng menjadi lebih terkejut karena

baginya satu miliyar saja sudah sangat besar apalagi menjadi dua miliyar. Sekaya

apakah keluarga Ibu Rika ini sampai sampai berani menawarkan uang dua miliyar

padanya.

“Maaf Bu Rika, kalau permintaan

Ibu Rika hanya sebagai mamanya Gea tanpa harus menikahi anak Ibu, mungkin saya

bisa mempertimbangkannnya, dan dua miliyar, saya rasa itu tidak perlu”. Jawaban

Ajeng di luar dugaan semuanya.

Raka yang mendengar ucapan Ajeng

pun merasa terkejut dan merasa dia juga salah menilai Ajeng. Baru kali ini dia

bertemu dengan gadis seperti Ajeng, suka menolong dan membantu orang. Bahkan dia

pun sudah menyelematkannya. Dia pun melihat wajah Ajeng yang teduh dan keibuan.

Apalagi Gea kini sudah terlelap tidur juga di dekapan Ajeng. Raka melihat wajah

Gea yang damai dalam pelukan Ajeng. Segitu nyamankah dekapan Ajeng.

Bunda baru saja datang dari

minimarket di lantai dasar rumah sakit itu sangat terkejut ketika Gea sudah

berada lagi di dalam kamar dan tertidur. Kemudian Ibu Rika mengajaknya

berbicara di sofa. Dia pun menceritakan apa yang dialami Gea setelah

kecelakaan. Dan bunda pun merasa tambah iba pada Gea. Bunda pun melihat wajah

Ajeng yang tertidur di samping Gea sambil memegang tangan Gea. Ajeng memang

suka dengan anak kecil. Jadi pantas saja kalau Ajeng sangat menyanyangi Gea.

Bunda pun terlihat berbicara serius dengan Ibu Rika. Sementara Raka hanya

mendengar percakapan serius antara mereka berdua.

Bersambung…….

Nantikan

cerita selanjutnya. Jangan lupa budayakan like dan koment. Agar Author bisa

tahu seberapa puas dan suka para reader dengan cerita ini.

Terimakasih

Visualisasi Gea

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!