NovelToon NovelToon

Kosuke Arashi 2

Chapter 891 : Rumah

Sebelum membaca karya ini author minta tolong untuk pada kalian untuk 'like' ataupun 'vote' agar meningkatkan ringking cerita ini.

Ya, selamat membaca karya ini dan author ucapkan terima kasih pada pembaca setia 'Kosuke Arashi'

Hanya itu pesan dari author sekian dan terima kasih.

Selamat membaca!!

*****

Perang besar antara manusia melawan para dewa telah berakhir.

Perang tersebut mengorbankan banyak nyawa dan tentu saja meninggalkan luka mendalam bagi kedua belah pihak serta kesedihan yang tak dapat diukur.

Arashi adalah orang yang memicu perang tersebut dan bisa dikatakan dialah pusat segala kejadian.

Ya, Master Izumi segera memerintahkan Misaki untuk membawa Arashi kembali pulang ke desa Kartaz tanpa batas waktu yang tak ditentukan.

Master Izumi beranggapan keberadaan Arashi hanya akan menambahkan luka kesedihan bagi mereka yang ditinggalkan jadi iapun harus segera pergi.

Arashi dan Misaki pergi menuju desa Kartas, sebuah desa yang letaknya paling selatan dikerajaan Alvarez.

Iapun yang pulang tak sendirian melainkan harus tetap mengasuh Yuuki 'si anak iblis', Yuuka 'si anak siluman rubah putih, Yuzuru yang merupakan Ark spesial berwujud malaikat dan terakhir adalah Isla yang merupakan setengah siluman kelinci hitam.

Saat ini mereka dalam perjalanan dan tengah melewati sebuah hutan lebat.

"Huft... ini melelahkan!!" Gerutu Arashi yang terlihat kelelahan.

Misaki yang berjalan didepan memarahinya, "Hey, ayolah!!! Kau itu laki-laki jadi jangan mudah mengeluh!!!"

"Cih, kau pikir anak laki- laki tak boleh lelah..." balas Arashi yang terlihat jengkel.

Misaki berkata lagi, "Ini semua salahmu sendiri!! Jika dikota Kronoz kau kerja dengan benar dan menghasilkan banyak uang maka kita tak akan pulang dengan jalan kaki...!!!"

"Ya, kita mungkin bisa menyewa kuda atau bahkan keretanya..."

"Cih..." Arashi bertambah semakin jengkel karena rekan wanitanya itu terus saja menyalahkan dirinya, "Dasar mata duitan!!! Ya, jika saja aku punya uang maka aku akan menyewa kereta tapi kaulah yang akan jadi kudanya..."

Misaki yang mendengarnya menjadi sangat geram, iapun menoleh kebelakang dengan tatapan menyeramkan, "Apa katamu? Kau ingin aku jadi kuda?"

Arashi menjadi panik dan berkeringat dingin, iapun tau bahwa telah membuat marah rekannya, "Tidak, tidak!! Aku tak mengatakan apapun!!"

"Ya, jika aku punya banyak uang maka aku akan berpenampilan keren dan jadi orang yang baik..." ucapnya yang agak takut.

"Hmph..." Misaki mengalihkan pandangan ke depan lagi, "Ya, begitulah!!! Jika kau berdebat dengan wanita maka kau yang laki- laki haruslah mengalah!!"

Arashi merasa agak jengkel dan bergumam dalam hati, "Bodoh!!! Berdebat dengan wanita tak akan pernah menang!! Ya, berdebat dengan mereka sama saja berdebat dengan pantulan cermin yang kapan saja kata-katamu dapat dipantulkan kembali..."

Ya, setelah melewati hutan yang cukup lebat mereka masih harus melewati beberapa gunung lalu setelahnya melalui sebuah bukit dengan rerumputan hijau.

"Huft... Akhirnya sampai juga!!!" Ucap Arashi yang terlihat sangat lega, ia dan Misaki berdiri diatas bukit yang tanahnya tertutupi oleh rerumputan hijau.

Mereka memandang jauh ke depan dan disana ada sebuah desa kecil yang letak perumahannya berjauhan.

"Hah..." Misaki menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "Akhirnya aku kembali ke rumah yang sangat ku rindukan..."

Arashi yang kelelahan membangunkan ketiga anak kecil yang digendongnya dipunggung dan membangunkan Isla dalam wujud kelinci hitam yang ada diatas kepalanya, "Hey, pemalas!!! Waktunya bangun kita sudah sampai ditempat tujuan!!!"

"Kalian benar- benar membuatku kelelahan...!!!" Ucap Arashi dengan nada agak tinggi sehingga keempat anak itu dengan cepat bangun.

Ya, secara perlahan keempat anak kecil itu membuka matanya setelah mendengar ucapan dari Arashi.

Keempatnya yang terbangun mulai menggerakan tubuhnya dan langsung melompat turun dari atas tubuh Arashi.

"WAH... indah sekali!!!!!" Ucap keempat anak kecil itu secara serentak ketika melihat pemandangan yang ada tepat di depan mata mereka.

Ya, dikejauhan terdapat sebuah desa kecil yang disekitarnya berdiri hijaunya pepohonan.

"Khihihi... inilah tempat dimana aku dan Misaki tinggal..." ucap Arashi dengan tersenyum lebar.

Misaki juga terlihat ceria bahkan terlihat bahagia karena pulang ke kampung halamannya, "Ya, dari pada diam disini lebih baik kita segera bergegas ke rumah karena ayah dan ibuku pasti sudah tak sabar ingin bertemu dengan anak- anak kecil manis seperti kalian..."

"Benarkah itu?" Tanya Yuuka 'anak siluman rubah putih' ia yang senang sampai menggerak-gerakan ekornya.

"Emm... tentu!!!" Jawab Misaki dengan mengangguk.

"Yeah!!!!" Keempat anak kecil itu melompat kegirangan

Arashi yang melihat hal itu hanya tersenyum dan bergumam dalam hati, "Yah, keadaan damai seperti ini tak buruk juga untukku dan bahkan hal inilah yang sejak lama sangat ku rindukan..." iapun berkata pada teman- temannya.

"Yosh!!! Kalau begitu kita segera pulang saja!!!"

"Siiaap...!!!!" Jawab keempat anak kecil itu secara serentak.

Ya, dengan penuh semangat mereka berenam mempercepat langkah kakinya dan segera bergerak menuju desa yang letaknya dikejauhan itu.

Karena terlalu semangat maka tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai digerbang desa dan merekapun secara perlahan mulai memasuki tempat itu dengan menengok kanan kiri.

Ya, bangunan desa terlihat sangat tradisional karena bangunan perumahannya terbuat dari kayu lalu letaknya terlihat berjauhan.

"Hmm... mana rumah bibi Misaki?" Tanya Yuzuru dengan menengok ke kanan dan ke kiri.

Arashi menunjuk ke arah sebuah bukit, "Yap, rumah Misaki ada disana!! Aku jadi rindu pada rumah itu!!"

"Hah..." Misaki menghela nafas panjang, "Aku tak terlalu kangen rumah karena beberapa bulan yang lalu aku sudah pulang lebih dulu..."

"Pulang? Kapan itu? Kenapa kau tak mengajakku?" Tanya Arashi.

"Yah, waktu itu sebelum perang besar melawan siluman dan dalam pembagian tim aku mendapatkan jatah pulang kembali ke desa Kartaz..."

"Dan perlu diingat aku pulang bukan untuk bersenang-senang karena aku pulang untuk menjalankan misi..." jelas Misaki.

Arashi bergumam dalam hati, "Pulang ya pulang!! Apanya yang menjalankan misi!!" Iapun terlihat tak percaya.

Misaki berkata, "Yap, mari segera menuju rumah dan nantinya ayah dan ibuku pasti sangat senang bertemu dengan kalian semua..."

"Ayo!!" Ucap Arashi dan semua anak kecil itu mendadak naik ke atas punggungnya.

Arashi menjadi agak kesal, "Cih, kalian harus jalan dengan kaki kalian sendiri, bodoh!!!"

"Tidak mau, papa!! Kami lelah!!" Ucap Yuuki.

"Papa harus menggendong kami..." ucap Yuuka dengan manja.

"Hey, akupun juga lelah tau..." gerutu Arashi.

"Tapi kami lebih lelah, papa..." sahut Yuzuru.

"Benar kak Arashi, anak kecil itu mudah lelah..." ucap Isla juga.

Arashi terdiam dan agak kesal karena mendengar kemanjaan yang banyak alasan dari anak-anak yang selama ini di asuhnya, iapun bergumam dalam hati, "Ini merepotkan!!! Dan lama-lama akupun menjadi sangat kesal dengan tingkah anak- anak ini..."

"Ya, mungkin saja jika aku sudah sampai pada batas kesabaranku dan sudah sangat kesal mungkin anak- anak ini akan ku jual pada pedagang budak saja..." gerutunya dalam hati yang terpaksa menggendong empat anak dipunggungnya.

Bersambung Ke Kosuke Arashi Chapter 892 : Hari-hari Yang Membosankan

******

Pesan Author : kalau gak mau Vote gak papa sih tapi tolong like atau setidaknya komen meski hanya "lanjut" "next" "bagus" atau "up" yang penting bisa support karya ini

Yang intinya komenlah meski satu huruf dan bisa buat autor semangat.

Bukan niatnya maksa tapi author ingin tau aja siapa yang berkontribusi

Trima kasih atas perhatiannya.

*****

Chapter 892 : Hari-hari Yang Membosankan

Sebelum membaca karya ini author minta tolong untuk pada kalian untuk 'like' ataupun 'vote' agar meningkatkan ringking cerita ini.

Ya, selamat membaca karya ini dan author ucapkan terima kasih pada pembaca setia 'Kosuke Arashi'

Hanya itu pesan dari author sekian dan terima kasih.

Selamat membaca!!

*****

Arashi dan yang lainnya telah sampai di desa Kartaz, mereka sekarang ini sedang menuju ke rumah Misaki yang letaknya di atas perbukitan.

Arashi yang berjalan dengan menggendong empat anak kecil dipunggungnya terlihat nampak kelelahan, "Hah... Hah... Hah..." nafasnya terdengar tak beraturan akan tetapi dengan langkah kaki perlahan iapun berjuang sekuat tenaga, "Ini menyebalkan!!" Gerutunya dalam hati.

"Terus semangat papa...!!" Teriak Yuuki.

"Kami akan mendukungmu...!!" Teriak Yuuka.

"Jangan menyerah!!" Teriak Yuzuru.

"Berjuanglah, Kak Arashi!!!" Teriak Isla.

Ya, keempat anak kecil yang digendong dipunggung itu bersorak- sorak memberikan semangat.

Arashi menjadi sangat jengkel, "Cih, teriakan kalian terdengar bagaikan penghinaan ketimbang memberikan semangat!! Kalian seharusnya turun dari punggungku!!"

"Hehehe..." keempatnya malah tertawa.

Arashi menjadi semakin kesal, "Jangan tertawa seperti itu!!! Kalian seperti mengejekku!!!"

Misaki yang berjalan didepan menoleh kebelakang, "Hey, ayolah Arashi!! Mereka itu hanyalah anak- anak kecil jadi berhentilah memarahi mereka..."

"Tapi mereka memanfaatkan diriku...!!!" Teriak Arashi tak terima.

"Hmph... apa salahnya seorang pria dewasa menggendong anak- anak? Lagi pula kau ini adalah lelaki jadi berhentilah mengeluh..."

"Cih..." Arashi terdiam akan tetapi ia menjadi sangat jengkel.

"Yah, kau harus sedikit bersabar karena kita hampir sampai tujuan..." ucap Misaki.

Arashi terdiam, iapun terlihat tak mau menanggapi celotehan dari rekannya itu dan cenderung mengabaikan teriakan anak- anak kecil yang ada dipunggungnya.

Arashi mempercepat langkah kakinya agar segera sampai tujuan dan segera meletakan beban berat yang ada dipunggungnya.

*

Rumah Misaki memang terletak di desa Kartaz akan tetapi letaknya berada dipinggiran tepatnya didaerah perbukitan dimana sekitarnya terdapat rerumputan hijau sepanjang mata memandang ke samping kanan dan samping kiri.

Ya, tak butuh waktu lama kelompok tersebut sampai dipuncak perbukitan dan mereka melihat sebuah rumah dikejauhan.

Itu adalah rumah Misaki.

Misaki dikejauhan sudah berteriak- teriak sambil melambai- lambaikan tangan kanannya, "Ayah... Ibu... Aku pulang!!!" Teriaknya dengan lantang.

Sekitar rumah Misaki terdapat perkebunan dan secara kebetulan ayah dan Ibunya Misaki kebetulan sedang berkebun diluar rumah.

Ya, keduanya langsung menghentikan pekerjaan mereka dan langsung menatap ke asal sumber suara.

Mereka berdua terkejut saat melihat kepulangan putri tercinta mereka terlebih ia pulang bersama dengan Arashi yang sudah dianggap bagaikan anak sendiri.

Arashi yang melihat rumah sudah dekat nampak lega, "Hadeh... akhirnya sampai juga dirumah..." gerutunya dalam hati.

Ya, dilain sisi Misaki yang terlalu senang langsung berlari secepat mungkin bagaikan ibu- ibu yang mengejar tukang sayur keliling, "Ayah...!! Ibu...!!" Teriaknya dengan lantang bagaikan memanggil abang tukang bakso.

Misaki dengan langkah kaki cepatnya langsung memeluk ibunya dari arah depan hingga keduanya terjatuh, "Aku rindu padamu ibu...!!!"

"Ya, akupun juga..." ucap sang ibu dengan memeluk putri mereka tercinta.

Sang ayah yang melihat sayuran dan buah-buah yang dibawa sang istri terjatuh ditanah menyindir putrinya, "Tumben sekali kau bersikap seperti anak yang berbakti?? Yah, biasanya kau hanya bersikap malas-malasan?"

"Cih..." Misaki agak jengkel dengan ucapan ayahnya itu, iapun kemudian berdiri tegak, "Ayolah ayah!! Jangan merusak moodku yang sedang berbunga-bunga ini!!!"

"Hahahaha... ya, ya, aku minta maaf..." ucap sang ayah dengan tersenyum lebar.

Arashi yang semula berjalan dibelakang akhirnya mampu menyusul, "Paman, bibi... aku pulang!!" Ucapnya dengan nada malas.

"Oh..." sang ayah memalingkan wajah pada Arashi, "Aku terkejut kau akhirnya pulang..."

"Yah, maaf karena aku jarang memberikan kabar atau bahkan jarang pulang..." jelas Arashi dengan malasnya.

"Hmph...!!!" Misaki memalingkan wajah dan terlihat iri pada sikap ayahnya pada Arashi yang begitu ramah, "Ayah lebih perhatian pada Arashi..."

"Bukan begitu..." sang ayah mencoba mengelak.

Dilain sisi Arashi berkata pada keempat anak kecil yang ada dipunggungnya itu, "Hey, kalian!! Cepat turun dari punggungku!! Jangan bersikap malu-malu karena beban kalian sudah terlalu berat untukku..."

Ayah dan ibu Misaki tak mengerti akan apa yang dikatakan Arashi tapi keduanya menjadi terkejut begitu empat anak kecil turun dari punggung Arashi secara perlahan.

Meski biasanya ceria dan bersikap riang tawa tapi kali ini entah mengapa keempatnya nampak malu- malu dihadapan ayah dan ibu Misaki.

"Hey, kalian!! Perkenalkan diri kalian pada ayah dan ibuku..." ucap Misaki dengan nada agak membentak.

Keempatnya tak terlihat takut pada bentakan Misaki tapi malah bersikap malu- malu saja.

"Anu... aku adalah adiknya kak Arashi..." ucap Isla dengan membungkukan badan.

Sebagai yang tertua dari tiga saudara angkat Yuuki juga membungkukkan badan, "Anu... dan kami adalah anak- anak papa..."

Ayah dan ibu Misaki nampak tak mengerti akan apa keempat anak kecil itu, "Apa yang mereka katakan, Arashi?" Tanya Ayah Misaki.

"Hadeh..." Arashi terlihat malas menjelaskan, "Gadis kecil yang merupakan setengah siluman kelinci hitam ini adalah adik angkatku yang ku temukan saat aku berada dipenjara Arkstrem..."

"Namanya adalah Isla..."

"Dan sekarang ketiga anak kecil ini ceritanya agak panjang tapi mereka bertiga adalah anak angkatku..."

"Nama mereka adalah Yuuki, Yuuka dan Yuzuru..." jelas Arashi.

Isla mengangkat tubuhku, "Benar, namaku adalah Isla..."

"Aku adalah anak angkat papa yang pertama dan namaku Yuuki..."

"Aku yang kedua dan namaku adalah Yuuka..."

"Aku yang terakhir, Yuzuru..." jelas ketiganya dengan mengangkat wajah dan berusaha tak malu.

Lalu secara mendadak ayah dan ibu Misaki memeluk keempatnya dan terlihat sangat gembira, "Wah... anak- anak ini imut dan manis sekali!!!" Ucap sang ayah.

"Benar, dan tak ku sangka Arashi pulang dengan membawakan cucu untuk kita..." ucap ibu Misaki yang sudah menganggap Arashi bagaikan anak sendiri.

Keempat anak kecil itu nampak terkejut dengan sikap ayah dan ibu Misaki akan tetapi Arashi sendiri sudah menduga respon mereka jadi bersikap biasa saja.

"Kalian habiskan saja waktu bersama dengan mereka sementara itu ada tempat yang ingin ku tuju..." ucap Arashi.

"Eehh...!!!" Isla, Yuuki, Yuuka dan Yuzuru terkejut dengan kata-kata Arashi.

Mereka ingin ikut dengan Arashi akan tetapi ayah dan ibu Misaki menarik mereka ke dalam rumah, "Abaikan Arashi dan kami akan mengadakan penyambutan pada kepulangan kalian..." ucap Ayah Misaki.

"Benar sekali!!!" Sahut ibu Misaki.

Keempatnya tak berdaya dan tak mampu menolak jadi mereka menerima saja tawaran Ibu dan Ayah Misaki.

Ya, Arashi menjadi seorang diri dan iapun bergegas menuju sungai yang disana ada sebuah pohon rindang tumbuh ditepian sungai.

Iapun langsung membaringkan tubuhnya, "Hah... sempurna!!! Setelah sekian lama akupun dapat kembali ke markas rahasiaku..."

"Yah, kehidupan dan keseharianku yang membosankan akhirnya dimulai juga..." gumam Arashi dalam hati dengan memejamkan kedua matanya.

Iapun terlihat menikmati suasana karena dapat kembali pada kehidupan lamanya.

Bersambung Ke Kosuke Arashi Chapter 893 : Tempat Semua Berawal

******

Pesan Author : kalau gak mau Vote gak papa sih tapi tolong like atau setidaknya komen meski hanya "lanjut" "next" "bagus" atau "up" yang penting bisa support karya ini

Yang intinya komenlah meski satu huruf dan bisa buat autor semangat.

Bukan niatnya maksa tapi author ingin tau aja siapa yang berkontribusi

Trima kasih atas perhatiannya.

*****

Chapter 893 : Tempat Semua Berawal

Sebelum membaca karya ini author minta tolong untuk pada kalian untuk 'like' ataupun 'vote' agar meningkatkan ringking cerita ini.

Ya, selamat membaca karya ini dan author ucapkan terima kasih pada pembaca setia 'Kosuke Arashi'

Hanya itu pesan dari author sekian dan terima kasih.

Selamat membaca!!

*****

Satu bulan telah berlalu sejak berakhirnya perang besar antara para dewa melawan manusia.

Arashi yang merupakan pusat segala masalah dan dianggap pemicu perang harus diasingkan dari dunia untuk sementara waktu dan belum jelas kapan ia diperbolehkan kembali ke Red Eagle oleh Master Izumi.

Siang hari yang cerah dengan terik matahari yang menyengat kulit, Arashi sedang menghabiskan waktunya dengan rebahan dibawah pohon yang rindang.

Pohon tersebut tumbuh didekat tepian sungai yang aliran airnya terlihat sangat jernih, "Hah... Hari ini sangat membosankan!!" Gerutu Arashi dengan memejamkan mata.

Meskipun terdengar menggerutu tapi Arashi sebenarnya sangat menikmati keadaan yang ada apa lagi dengan suasana yang tenang dari hembusan angin yang menerpa pohon dan germercik air sungai yang jernih.

"Inilah suasana yang sangat ku rindukan setelah sekian lama berlalu..." gumamnya dalam hati.

Iapun memejamkan mata merasakan semilirnya angin berhembus, "Bosan... bosan... bosan... benar- benar bosan!!" Meskipun hatinya menikmati tapi mulutnya berkata sebaliknya.

Arashi kemudian tertidur sejenak akan tetapi tak butuh waktu lama iapun beranjak dari tempatnya tiduran.

"Gimana kalau memancing? Mumpung anak- anak kecil yang biasa menggangguku sedang tidak ada..." Ucap Arashi sambil memandangi langit cerah iapun memutuskan untuk mencari kesibukan yang lain.

Akan tetapi ia mendadak membantah kata-katanya sendiri dan kembali tiduran, "Bodoh ah...!!"

Arashi yang pemalas itu kembali memejamkan matanya, "Yah... setelah sekian lama berlalu aku akhirnya mendapatkan kedamaian jadi aku tak mau melakukan hal yang tak berguna jadi lebih baik aku kembali menikmati hidup..."

"Aku akan jadi sperti awan dilangit yang terbang bebas di langit tanpa beban..."

Dan begitulah hal yang sangat didambakan Arashi akhirnya terwujud juga.

*

Untuk beberapa saat ia bisa menikmati kesejukan dari pepohonan dan angin semilir dengan tenang tanpa terganggu oleh apapun hingga suatu keributan terjadi dipusat desa yang letaknya cukup jauh.

Para penduduk beramai-ramai dalam kepanikan bahkan beberapa dari mereka berteriak tak karuan, "Tolong-tolong!!"

"Apinya semakin besar!!"

"Kalau begitu cepat padamkan kobaran apinya!!"

Didesa Kartaz sedang terjadi kebakaran.

Para penduduk beramai-ramai memadamkan api akan tetapi kobaran apinya terlihat semakin besar karena hembusan angin yang mendadak berubah menjadi kencang.

Mereka semakin panik, "Apinya semakin membesar!!!"

"I-tu tidak mungkin...!!!"

"Seorang anak kecil terperangkap disana...!!!" Jerik seorang warga

"Dia anakku!!" Teriak seorang wanita yang merupakan ibu dari anak itu.

"Kita tidak mungkin kesana!! Terlalu berbahaya!!"

Kepanikan mereka semakin menjadi-jadi ketika mengetahui seorang anak kecil terjebak dalam rumah yang terbakar tapi kepulan asap sudah sangat tebal

*

Dilain sisi Arashi yang sedang tiduran dapat mendengar keributan yang terjadi didesa dengan instingnya yang tajam.

Iapun berdiri dan dengan malasnya berkata, "Bau ini?? Tak salah lagi!! Ini adalah bau api..."

"Wanjay!! Desanya kebakar!! Aku harus cepat!!" Ucap Arashi yang terkejut saat dari kejauhan melihat kepulan asap berada ditengah- tengah desa Kartaz.

"Baiklah, aku harus cepat!!!" Arashi mengembangkan sayap apinya dan melapisi kedua kakinya dengan balutan api.

"WUUSS..." Iapun melesat cepat bagaikan roket.

Arashi malah tersenyum menyeringai, "Akhirnya aku bisa beraksi hari ini..." ucapnya dengan penuh semangat setelah dilanda kebosanan.

Sementara itu didesa keadaannya semakin memburuk dengan tiada seorangpun yang berani masuk dalam kobaran api itu

"Tolong!! Putriku masih ada di dalam sana!!" teriak seorang wanit yang merupakan ibu dari anak yang terjebak dalam kobaran api itu, iapun menangis terisak.

"Kita harus kesana!!"

"Tapi sebentar lagi rumah itu akan runtuh akan berbahaya jika kita ke sana..."

"Terlalu berbahaya!!" Ucap para warga yang kebingungan.

"Kumohon!! Siapapun selamatkan putriku!!" ibu dari anak yang terjebak terus berteriak histeris untuk meminta tolong akan tetapi tiada seorangpun yang menanggapinya.

Mereka tak berani mengambil resiko menerjang kobaran api yang membahayakan nyawa.

Ya, tak butuh waktu lama Arashi sampai ditempat itu, "Hadeh... sebenarnya ada apa ini?"

"Sudah tau nanya!! Ini sedang terjadi kebakaran kampret..." sahut seorang warga yang kesal pada sikap santai Arashi.

"Cih..." Arashi menjadi ikut kesal, "Ya, sebenarnya aku sudah tau juga sih ini kebakaran bukan main api unggun..."

Dengan langkah perlahan dan terlihat sangat tenang Arashi menembus kerumunan, "Semuanya minggirlah!! Mulai sekarang biarkan aku yang mengurus semua masalah ini!!"

"Memangnya siapa kau?"

"Apa yang bisa kau lakukan?" Para penduduk tak mempercayai apa yang dikatakan Arashi.

Arashi tak merasa kesal sedikitpun dan iapun malah tersenyum menyeringai, "Kalian ingin tau siapa diriku??"

"Ya, ku katakan pada kalian bahwa aku adalah 'si pengacau' dan aku bisa melakukan banyak hal jika aku mau..." iapun berdiri tegak dihadapan kobaran api dengan tersenyum menyeringai.

Ibu dari anak yang terjebak didalam merengek pada Arashi, "Ku mohon selamatkan putriku...!!!"

"Khihihi... tenang saja itu mudah..." jawab Arashi dan iapun melangkahkan kaki maju menuju kobaran api itu.

Semua warga yang melihatnya menjadi terkejut akan apa hal yang dilakukan Arashi, "Hey, apa yang kau lakukan?"

"Disana berbahaya!!"

Arashi tak menjawab dan iapun malah tersenyum menyeringai, "Aku bisa menyelesaikan masalah kecil ini dengan menggunakan elemen es dewa akan tetapi hal itu sangat berbahaya karena bisa membekukan api berserta anak kecil yang terperangkap didalam sana..."

"Yap, aku harus menggunakan cara manual saja..." ucapnya dalam hati dengan berjalan menuju ke dalam kobaran api itu.

Arashi memutuskan mencari anak yang terperangkap dalam kobaran api itu secara manual saja.

Baginya kobaran api itu bukanlah masalah terlebih untuk dirinya yang telah melewati berbagai rintangan.

Ya, Arashi yang merupakan naga api tak terpengaruh oleh kobaran api itu.

Atap bangunan mulai runtuh lalu terjadi ledakan-ledakan yang luar biasa dari dalam kebakaran itu.

Para penduduk yang melihatnya bertambah sangat khawatir karena di dalam kobaran api itu ada dua orang yang belum keluar.

"Mereka tak mungkin selamat!!"

"Jangan berputus asa!!" Ucap beberapa penduduk dengan menundukan muka.

Ya, ledakan besar tercipta dari kobaran itu dan membuat semua penduduk semakin terkejut akan tetapi ledakan itu diciptakan oleh Arashi sendiri.

Iapun mengembangkan sayap apinya dan semua api terkumpul pada sayapnya itu, "Khehehe..." Arashi tersenyum menyeringai dengan membawa seorang anak kecil.

Para penduduk terbelalak melihat hal itu.

Arashi meletakan anak kecil itu ke tanah, "Mama...!!!"

"Anakku...!!" Keduanya menangis haru.

Wanita yang merupakan ibu dari anak itu sangat bahagia mengetahui anaknya telah selamat, "Terima kasih karena telah menyelamatkan putriku..."

"Ya, tapi lain kali lebih hati-hati!!! Jangan lupa mematikan kompor saat pergi ataupun sebagai seorang ibu kau tak boleh terlena dengan keseringan main facebook atau media sosmed lainnya..."

"Eehh..." wanita itu tak mengerti akan apa yang dikatakan Arashi.

Arashi menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "Hah..." iapun bergumam dalam hati, "Ya, kalau diingat- ingat tempat ini merupakan awal dari semuanya..."

"Awal dari pertemuanku dengan Sauma-sensei yang membuatku bergabung dengan Red Eagle dan membuat diriku dapat melalui petualangan yang luar biasa hebat..." gumamnya dalam hati.

Bersambung Ke Kosuke Arashi Chapter 894 : Keseharianku

******

Pesan Author : kalau gak mau Vote gak papa sih tapi tolong like atau setidaknya komen meski hanya "lanjut" "next" "bagus" atau "up" yang penting bisa support karya ini

Yang intinya komenlah meski satu huruf dan bisa buat autor semangat.

Bukan niatnya maksa tapi author ingin tau aja siapa yang berkontribusi

Trima kasih atas perhatiannya.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!