Nabila Mariska Setyarini
Seorang wanita yang usianya sudah menginjak 28 tahun, menyandang pendidikian Master Hukum, berprofesi sebagai Pengacara dan bekerja di sebuah Firma Hukum di kota Yogyakarta. lulusan salah satu kampus ternama dikota Yogyakarta.
Nabila atau yang lebih akrab di sapa Nabil itu kini harus bekerja keras menjadi tulang punggung keluarga, dia harus menghidupi dirinya sendiri, ibunya serta adik perempuan satu satunya yang saat ini masih membutuhkan biaya pendidikan. Mengapa Nabila harus menjadi tulang punggung keluarga? Kemana ayahnya Nabila?
Nabila yang berparas cantik, wajah khas Indonesia asli, berpostur tubuh ideal, bisa dikatakan sempurna bagi pria pria yang meliriknya.
***
Satrya Tama Fadillah
Pria tampan bertubuh tegap, keturunan Indonesia-Belanda. Papanya keturunan Indonesia asli, sedangkan mamanya keturunan Belanda yang diwarisi dari neneknya. Sehingga Pria yang akrab disapa Tama ini memiliki wajah ke bule-bule an.
Dengan wajahnya yang tampan itulah dia bisa mempermainkan wanita sesukanya. namun Tama masih tahu batasan, sejauh mana dia bisa bermain.
Papanya yang memiliki sebuah Firma Hukum terkenal dan terbesar se-Yogyakarta, menginginkan Tama menjadi penerusnya, peneurus perusahaan Hukum yang dirintis oleh Papanya dari nol, hingga seperti sekarang ini. Karena menurut Papanya, jika bukan Tama siapa lagi yang akan meneruskan?
***
Flash back on
tahun 2012
Teriknya mentari siang itu membuat semua orang yang berada di tengah lapangan Fakultas Hukum menunduk, keringat bercucuran, tak banyak dari mereka yang hampir pingsan. Mereka mahasiswa dan mahasiswi baru yang mengenakan seragam Hitam-Putih mengeluh karena harus di jemur pada siang hari, dimana matahari sedang berada pada puncaknya.
"Mereka memang senior kurang ajar! aku nggak terima diginiin, lihat saja nanti saat aku benar benar sudah menjadi mahasiswa disini, terutama itu tuh...sama tuh cewek judes, sialan!" Tunjuk Tama pada seorang wanita yang mengenakan almamater berwarna hijau, jeans berwarna hitam serta rambut yang dikuncir, sedang duduk di bawah pohon rindang menikmati sebotol air mineral dingin, sedang melepas dahaga.
"Udah lah Tam, kamu diam dulu. aku nggak mau kita dapat hukumam tambahan karena ulahmu, nggak usah nunjuk nunjuk gitu deh, kalau dia sampe liat gimana?" Jawab Mario teman seangkatan Tama dan juga temannya satu SMA. Yang kini senasib dengannya, dijemur di siang bolong.
"Iya kurang ajar banget nggak? kita dijemur gini, dia malah enak-enakan minum dingin di depan kita, sial!" Ucap Tama sambil mengelap keringatnya yang bercucuran.
"halloo halloo.. mohon perhatian" dengan menggunakan toa, Ucap seorang lelaki yang juga mengenakan almamater hijau, mereka semua yang beridir didepan adalah para senior angkatan 2010. sedangkan mereka angkatan 2012.
"Karena matahari sudah sangat terik, dan kami sudah nggak tega melihat kalian menjadi manusia panggang, jadi kami persilahkan kalian untuk beristirahat." Ucap Dafa yang merupakan ketua ospek saat itu.
"Wah, kenapa nggak dari tadi sih?" Tama bergegas bangun dari lantai yang terbuat dari paping block itu membersihkan celana nya di bagian bokong karena kotor dan penuh dengan Pasir.
"Ngeluh aja sih, bukannya bersyukur udah di akhiri." Jawab Mario.
Tanpa menghiraukan perkataan Mario, Tama langsung berlari menuju kantin, untuk mencari minuman segar yang bisa membasahi tenggorokannya.
Namun betapa terkejutnya Tama saat melihat kantin yang begitu penuh dan sesak oleh manusia manusia yang senasib dengannya, ditambah dengan berbagai jenis bau keringat yang bercampur menjadi satu.
Karena rasa dahaga yang tak tertahankan, ia pun mulai mendorong orang orang yang ada dihadapannya menuju showcase minuman.
"Jangan asal nabrak dong, sembarangan aja," Kata seorang wanita yang tadi di tabraknya.
"Woy, sabar dong. lo kira ini kantin bapak lo main serodok aja," tiba tiba seorang laki laki marah dan hendak menonjoknya.
Tapi Tama yang keras kepala itu tidak memperdulikan sedikit pun, dengan entengnya dia hanya meninggalkan kerumunan orang orang berpakaian hitam putih yang sama dengannya itu, dan memilih duduk di taman kampus.
***
Bersambung...
"Eh, ternyata kamu disini, aku cariin dari tadi kirain udah digebukin tuh sama orang orang di kantin." Ucap Mario yang kini duduk di sebelahnya dan juga sambil menikmati minumannya.
"gimana ya cara nya untuk balas dendam ke tuh cewek," Tanpa menghiraukan apa yang baru saja dikatakan Mario, Tama malah membahas persoalan lain.
"Cewe yang mana?" Tanya Mario yang tidak paham maksud Tama.
"Itu lah," Ucap Tama sambil menunjuk lagi wanita yang dia maksud, yang tidak lain adalah seniornya, Nabila.
"Emang kamu gak lihat tadi pagi dia teriak teriak didepan muka ku, di hadapan banyak orang, cuma gara-gara aku telat 5 menit ngumpul di lapangan," Sambung Tama lagi, menjelaskan panjang lebar sambil tetap menatap kesal pada Nabila.
"Iya aku tahu, tapi yang namanya mereka senior wajarlah kalau berlaku seperti itu." Ucap Mario santai.
"Iya, tapi mau di kemanain wajah ku yang tampan ini di bentak bentak sama dia, dihadapan banyak cewe. hilang harga diriku, sial!" Katanya sambil meremas botol air mineral yang ada di tangannya.
Memang bagi Tama yang berwajah tampan ini, harga diri adalah yang paling utama, karena menurutnya perlakuan Nabila terhadapnya itu sudah merusak harga dirinya didepan banyak orang yang melihat terutama para wanita.
Padahal baru pagi tadi, sejak Tama turun dari mobil sport kesayangannya, semua mata tertuju padanya, terutama para wanita wanita baik senior maupun yang seangkatan dengannya. Apalagi mobil yang digunakan Tama saat itu adalah mobil mewah keluaran terbaru. Yang tentunya membuat wanita klepek klepek dan pria lain pada iri dengannya.
Sementara dari arah timur taman Kampus tempat Tama dan Mario duduk, dua orang teman Nabila yang melihat ke arah mereka menyadari kalau sedari tadi Tama dan Mario terus melihat kearah mereka.
"Bil, lihat deh tu dua orang maba (mahasiswa baru) ngeliatin ke arah kita terus, nunjuk nunjuk juga, kenapa ya?" Ucap Dhea salah seorang teman Nabil.
"Iya itu kan cowok yang tadi pagi kamu marahin Bil." Sambung Sandra.
"Haha, ah biarin aja lah palingan dia sebel sama kita." Ucap Nabil enteng yang tak mau ambil pusing.
Sementara Tama dan Mario yang masih duduk ditempat yang sama juga melihat mereka yang sedang tertawa. Terutama jelas jelas terlihat Nabila menertawakan Tama, dan membuat Tama semakin geram.
"Kurang ajar, sepertinya dia menertawakan ku, aku harus cari nomor hape nya." Ucap Tama.
"buat apa?" Tanya Mario.
"Mau aku deketin dia terus buat dia jatuh cinta sama aku." Kata Tama dengan sinis.
"Gila kamu ya, dia kan senior kita?" Mario sambil bangkit dan berdiri dihadapan Tama.
"Emang kenapa kalo senior? ada larangan junior deketin senior hah?" Ucap Tama kesal sambil mendorong Mario yang ada dihadannya. Dan pergi ninggalin Mario, namun Mario mengikutinya.
"Kenapa, ngikutin aku terus sih?" Ucap Tama.
"Jita kan soulmate gak boleh terpisah, bro." Kata Mario sambil merangkul Tama.
***
Keesokan harinya, hari ini adalah hari pertama mereka benar benar jadi mahasiswa.
Saat diparkiran kampus, Tama turun dari mobilnya, dengan setelan kemeja dan celana jeans, kemejanya dengan kancing terbuka memperlihatkan kaos dalamnya. Seperti biasa, banyak yang meliriknya terutama para wanita. Ia melihat Nabila juga turun dari mobil, tanpa melihat sedikit pun ke arah Tama.
*K*esempatan nih. Gumam Tama.
Nabila jalan menuju gedung kampus dan diikuti Tama di belakangnya, dengan sengaja Tama menabrak Nabila. Hingga Nabila pun jatuh tersungkur.
"Aduuh." Ucap Nabil kesal, sambil menoleh ke belakang dan yang ia lihat adalah Tama.
"Maaf, aku sengaja, upps." Ucap Tama sambil tersenyum dan santai, tapi dia pun menunduk hendak membantu Nabila bangkit.
"Udah nabrak dengan sengaja, sekarang malah bantuin, maunya apa?" Ucap Nabila kesal sambil membersihkan telapak tangannya yang kotor.
"Iya sengaja, karena aku pengen kenal sama kamu." kata Tama Sambil menyodorkan tangannya pada Nabila.
"Hai, aku Tama." Sambil tersenyum manis, berharap Nabila bisa terpikat olehnya.
Nabila tidak menyambut tangannya, tapi malah memukul tangan Tama.
"Nabila." Ucapnya jutek.
"Okee.. salam kenal ya semoga kita bisa jadi teman, sahabat atau bahkan pacar?" Kata Tama sambil mengejar Nabila yang sudah berada di depannya.
Namun karena tubuh Tama yang tinggi dan tentu langkah kakinya lebih besar dari pada langkah Nabila, Tama bisa mengejarnya.
"Kamu gak tahu siapa aku?" Ucap Nabila langkahnya terhenti karena Tama menghadangnya.
"Tahu, baru tahu beberapa menit yang lalu, Nabila kan?" Tama menjawab dengan santai.
Nabila menarik nafas panjang karena semakin kesal dengan Tama.
"Iya, selain itu?" Tanya Nabila lagi.
"Oh, kamu itu senior aku, Nabila..." Kata Tama lagi.
"Nah itu tau, terus kamu manggil aku dengan sebutan nama?" Ucap Nabila dengan nada tinggi. banyak yang melihat ke arah mereka karena tanpa mereka sadari perdebatan mereka itu di tengah jalan.
"Iya, aku nggak mau panggil kamu dengan sebutan kak, atau mbak, karena kamu itu calon pacar aku." Ucap Tama yang terus menggoda Nabila.
"Gila ya nih anak." Nabila pun berlari kecil meninggalkan Tama, sementara Tama masih berdiri ditengah jalan, sambil tersenyum puas karena sedikit demi sedikit rencana nya akan berhasil, pikirnya.
***
Maaf ya readers kalau Flashback nya kelamaan, karena seperti itulah alur ceritanya. semoga kalian suka 😊
Sejak hari itu, Tama terus mengikuti Nabila layaknya seorang bucin, bahkan semua organisasi kampus yang ada nama Nabila didalamnya, Tama juga ikut mendaftar.
Meski awalnya Tama menolak mentah-mentah permintaan sang Papa untuk kuliah di Fakultas Hukum agar bisa meneruskan Firma Hukum Papanya, kini Tama sangat bersemangat, bahkan terkadang dia melupakan cita-cita awalnya menjadi musisi terkenal.
Tapi sayang, Nabila sedikitpun tidak memiliki perasaan terhadap Tama, ia hanya menganggap Tama anak-anak yang masih suka bermain main.
Awal nya hanya ingin membalas dendam, tapi sepertinya Tama benar benar jatuh cinta pada Nabila. Mungkin inilah yang disebut senjata makan tuan?
Entah sudah berapa wanita yang ditolak Tama mentah mentah pada masa itu, tak sedikit wanita yang memaki dan mengumpatnya dibelakang karena tergila-gila dengan seniornya itu.
***
2 tahun kemudian,
tahun 2014
Tiba saatnya Nabila telah menyelesaikan tugas akhirnya, skripsi. Dan Nabila dinyatakan lulus oleh dosen penguji.
Nabila keluar dari aula tempat ujian sidang skripsi berlangsung, banyak teman teman yang menyambutnya memberikan bunga, boneka, cokelat dan hadiah hadiah lainnya. Nabila memeluk mereka satu persatu, tampak raut ceria dan haru di wajah cantiknya.
Nabila tidak menyadari ternyata mama tercintanya juga ada disana,
"Sayang...selamat ya, kamu sudah jadi Sarjana Hukum sekarang." Ucap wanita paruh baya itu sambil memeluk putrinya.
"Makasih ya Ma, akhirnya Nabil bisa melewati semuanya, walau tanpa Papa." Ucapnya haru tanpa ia sadari ada air mengalir dari ujung matanya.
"Sudah..sudah sayang, jangan menangis, ini hari bahagia kamu." ucap Bu Devi sambil mengahapus air mata Nabila.
Ditengah kebahagiaan mereka, Tama hanya melihat dari kejauhan, dengan sebuah buket bunga yang ada ditangannya. ia ragu ingin menghampiri Nabila, karena sedang bersama mamanya.
Tba-tiba...
"Kenapa ragu, ini kesempatan buatmu, untuk kenal sama mamanya," Seseorang menepuk bahunya dari belakang dan ternyata itu Mario.
"Baiklah, aku maju," Ucap Tama singkat.
Tibalah Tama di hadapan Nabila
"Ehm, Nab.. selamat ya," Sambil menyerahkan buket bunga.
"Makasih ya Tama," Jawab Nabila tersenyum sambil menerima bunga dari Tama.
Sejak awal perkenalan mereka, sebenarnya Nabila tidak benar-benar mengabaikan Tama, mereka tetap berhubungan baik. Namun hanya sebatas teman, dan itu sudah berlangsung selama 2 tahun.
Bu Devi sejak tadi memperhatikan, diantara semua teman-teman Nabila, baru kali ini ada seorang pria. apalagi wajahnya sangat tampan.
"Mama baru lihat yang ini, biasanya temen temen kamu kan cewek semua." Bisik Bu Devi pada Nabila.
"iya Ma, kenalin ini Tama." akhirnya Nabila memperkenalkan Mamanya dengan Tama.
"Hai Tante, saya temannya Nabila." Ucap Tama sambil memberikan tangan nya untuk berjabat.
Hai, Tama, iya tante baru lihat kamu, soalnya gak pernah kerumah, kalau sama yang lain, tante udah hafal." Kata Bu Devi.
"Iya Tante, saya beberapa kali pernah mengantar Nabila pulang, tapi dia gak pernah ngajakin saya untuk singgah." Ucap Tama sambil melirik Nabila.
Nabila tidak peduli, dia masih sibuk bercengkrama dengan teman-teman lainnya.
"Oh begitu ya, Nabila memang agak tertutup sama cowok, dan dia juga menjaga jarak sama cowok semenjak..." Bu Devi menghentikan kalimatnya
"Semenjak apa Tante?" Tama penasaran.
"Hemm nggak apa-apa, lain kali ya tante cerita." Ucap Bu Devi.
Setelah berpamitan dengan semua teman-temannya, Nabila mengajak mamanya pulang kerumah.
"Ayoo Ma, kita pulang, tapi sebelumnya Nabila mau makan soto dulu, laper habis nguras otak tadi," Kata Nabila, Tama yang masih berada bersama mereka pun tersenyum melihatnya.
"Boleh, ayo..Tama, kamu mau sekalian ikut makan bareng gak?" Ajak Bu Devi. Tentu saja ini kesempatan emas bagi Tama.
"Boleh Tante..., dengan senang ha.." Kalimat Tama terputus tiba tiba Nabila memenggalnya.
"Enggak usah. Tama, kamu ada jam kuliah kan sebentar lagi, Pak Joseph loh, killer!" Ucap Nabila tegas.
"Sekali aja nggak masuk kan no problem" Tama tetap keras kepala.
"Udah, kamu sana..sana... masuk kelas!!" Nabila mendorong pelan tubuh Tama.
"Oh ya sudah, kalau begitu, lain waktu aja ya Tama, kapan kapan kamu singgah kerumah Tente kita makan bareng." Ucap Bu Devi dengan senang hati.
"Baiklah tante, terimakasih ajakannya" ucap Tama trsenyum pada Bu Devi, namun kesal pada Nabila.
Dasar, pelit amat sih mau ikut makan bareng aja nggak boleh, padahal calon mertua ngajaknya dengan senang hati. haha. Tama bergumam sambil tersenyum.
"Aku duluan ya Tam, makasih untuk buket bunganya." Ucap Nabila sambil melambaikan tangannya pada Tama.
***
Tibalah Nabila dan mamanya di warung soto langganan mereka, seperti biasa mereka memesan menu yang sudah biasa mereka makan.
"Nak, sepertinya Tama itu ingin lebih sekedar temen deh sama kamu," Tiba-tiba Bu Devi membuka embicaraan.
"Iya ma, Nabila tahu. dia ngejar ngejar Nabila sampe di ejekin satu kampus, biarlah. toh dia juga lebih muda dari Nabila. ogah ah Ma." Ucap Nabila panjang lebar sambil menyeruput es teh manis dihadapannya.
"Tapi sepertinya dia orangnya baik." Kata Bu Devi.
"Baik sih Ma, tapi dia itu playboy, ngakunya cinta sama Nabila, tapi cewek yang dia bawa jalan dengan mobil mewahnya itu tukar-tukar ma, gak cuma satu cewek, gila gak tuh Ma?" Nabila mengomel kesal jika mengingat-ngingat sudah berapa cewek yang pernah duduk didalam mobilnya.
"Oh.. pasti dia memanfaatkan wajah tampannya ya."Kata Bu Devi sudah mulai percaya pada Nabila.
"Betul Ma, terlebih lagi memanfaatkan kekayaan orang tuanya, makanya ma Nabila acuh tak acuh sama dia, lagian jangan mudah percaya deh ma sama cowok, mama gak ingat gimana Papa memperlakukan kita? Dia milih pergi sama selingkuhannya yang..." Nabila terbawa emosi mengingat Papanya yang menikah lagi.
"Cukup Nabila, cukup Nak." Bu Devi tidak mau membahas lagi masa lalu yang begitu sakit.
***
Setelah Nabila resmi wisuda, Tama benar kehilanganakal sehatnya. ia menjalani hari-hari nya di kampus tanpa semangat.
Nabila, sampai kapanpun aku gak bisa melupakanmu, cintaku padamu udah terlalu besar Nab, tolong beri aku kesempatan untuk bisa bahagiakan kamu, aku tunggu kamu sampai kamu mempercayaiku. Itulah pesan terakhir yang dikirim Tama untuk Nabila. Sehari, seminggu, sebulan, bahkan sampai setahun tak ada balasan dari Nabila.
***
Sampai akhirnya Tama mendengar kabar bahwa Nabila akan menikah dengan seorang pengusaha ternama di kota Yogyakarta. Hatinya hancur berkeping-keping ingin marah dan mengamuk bahkan karena hal itu Tama terlambat satu tahun menyelesaikan kuliahnya, dia mabuk-mabukan, pergi mendaki gunung dengan teman-teman nya yang tergabung dalam organisasi pecinta alam. Hidupnya benar-benar hancur saat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!