NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Milaerin

BAB 1

Sebelum mulai membaca, tolong yang masih bocah dan jomblo baperan agar mempertimbangkan lagi membaca karya ini.

Beberapa Bab mengandung konten tidak sesuai untuk dua kriteria yang disebutkan di atas.......

BAB 1....

"Ikat dia cepat!" Teriak Sisil tidak sabar.

"Apa yang kalian lakukan?" Erin begitu panik saat teman-teman gengnya malah mengikatnya dengan kuat.

"Lepaskan! Lepaskan gua sialan!" Erin merontah kuat, tapi itu semua percuma karena ia hanya sendirian melawan 6 orang temannya.

"Bagus! Sumbat mulutnya juga." Lagi perintah Sisil yang merupakan ketua geng mereka.

"Sekarang ikatkan batu yang sudah kita persiapkan untuknya.

"Mmmnggghhhjh hmmmnn" Erin tak lagi bisa berbicara, ia begitu panik karena saat ini mereka sedang berada di atas kapal yang membawa mereka menuju tengah laut.

"Hahaha,, rasain lu!"

"Akhirnya kita bisa menyingkirkannya juga."

Semua orang tertawa puas melihat ketidakberdayaan Erin.

Sementara Sisil yang tadinya hanya duduk menonton teman-temannya mengikat Erin kini berdiri dan berjalan mendekati Erin.

"Sekarang karena kematian lo sudah dekat, maka gua akan memberitahu semua kenyataan yang sudah kami sembunyikan darimu." Sisil tersenyum licik..

"Erin gadis yatim piatu yang memiliki banyak harta? Hahaha... Itu sangat lucu! Entah kenapa semua harta itu memang milikmu, tapi kami sangat tidak suka!"

Erin melihat semua temannya yang dianggapnya sahabat, ternyata malah berniat mencelakainya seperti ini.

Mereka akan membunuhnya!

Tubuh Erin gemetaran, tapi ia tidak bisa melakukan apa pun, apa lagi meminta pertolongan di tengah laut seperti ini.

"Kak Sisil, jangan banyak bicara dengannya. Gua gak mau hantunya kembali dan membalas dendam."

"Sayang, lo bicara apa? Tidak ada yang namanya balas dendam dari seorang hantu yatim piatu!" Sisil tertawa keras lalu kembali duduk.

Suasana kembali tenang dan damai, kecuali Erin yang kini sedang gemetaran memikirkan nasibnya yang sebentar lagi akan berakhir di dasar laut.

Padahal ia sudah menganggap semua orang di kapal itu sebagai saudara, hingga ia rela melakukan apa pun untuk memenuhi keinginan mereka.

Sayangnya perbuatan baiknya tak dipandang baik oleh teman-temannya hingga kini mereka berniat mencelakainya.

"Ok,, stop!" Sisil memberi perintah pada rekannya untuk menghentikan kapalnya.

"Gua rasa ini tempat yang indah dan cocok menjadi pemakaman buat gadis yatim piatu yang sok kaya ini."

"Kak Sil, apa kita gak membawanya lebih jauh lagi ke tengah laut?" Sala satu dari mereka merasa cemas mayat Erin akan di temukan.

"Lo takut? Lihat sekeliling kita, tidak ada satupun kapal lain. Jadi disini mungkin takkan ada yang lewat apa lagi menemukannya di dalam dasar laut. Ayo buang dia ke air." Ucap Sisil memberi perintah.

Segera Erin dilemparkan. Ke dalam air membuat suara yang lumayan keras.

"Ayah, Ibu, anakmu menyusulmu sekarang." Ucap Erin dalam hati lalu membiarkan dirinya terus jatuh ke dasar laut menyusul batu yang terikat pada tubuhnya.

...

Erin merasa sesak nafas, ia begitu sulit menggerakkan tubuhnya. 'Ada apa ini?' Gumamnya secara perlahan membuka matanya.

'Gua dimana?' ia melihat kamar yang sangat mewah dengan hiasan bunga dan kain berwarna merah.

Dengan mengerjapkan matanya ia berusaha menyadarkan dirinya untuk berfikir jernih.

'Apa ini?' gumamnya menyentuh sesuatu yang melilit pinggangnya.

"Sial!" Umpatnya segera membuka selimutnya dan mendapati dirinya sedang telanjang dengan tangan dan kaki seseorang melilit sekujur tubuhnya.

"Kenapa kau ribut sekali?" Suara seorang pria yang kemudian dibarengi dengan pelukan yang sangat kencang.

"Apa,, tolong!!! Ah,, siapa pun tolong selamatkan gua!" Teriaknya sambil merontah dengan keras.

"Kau berisik sekali!" Gerutu Aska yang tidur di sampingnya dan mengubah posisinya menindih Erin.

Saat itu Erin sangat kaget melihat pria tampan sedang menindihnya. Wajahnya yang mulus, hidung mancung dan bibir sexi, bahkan mata pria yang terlihat dingin itu mampu menggetarkan hatinya

"Bukankah kau menginginkanku?" Sekarang aku melayanimu dan kau malah teriak minta tolong?"

'Suaranya sangat menggoda, ya ampun kalau tahu kematian bisa membawa gua bertemu pria tampan, maka dari dulu saja keenam sahabat penghianat itu membunuhku!'

"Apa kau malaikat yang melayani orang yang sudah mati?" Tanyanya dengan wajah terpukau melihat pria tampan di depannya.

"Malaikat? Mati? Aku tidak perduli!" Kata Aska lalu mulai mencumbui Erin.

Erin meleguh dengan pengalaman pertamanya itu 'Astaga ternyata gua berada di surga dengan malaikat tampan yang menjadi pemuasku.' gumaman Erin menikmati sentuhan pria itu.

Dari ciuman yang hanya di bibir saja berubah menjadi permainan lidah yang basah.

Dari permainan bibir saja, kini dibarengi dengan gelitikan tangan halus Aska di sekujur tubuh Erin.

"Nghh,," Erin merasa keenakan saat pria itu menjadi tidak sabar dengan gerakannya, dan kini kepala Aska sudah turun ke bawah lehernya terus ke daun telinganya.

Tak berapa lama pria itu sudah memainkan sesuatu yang lembut miliknya hingga barakhir pada permainan di bagian bawahnya.

Erin terkulai lemas ketika Arka menghentikan permainannya. 'Ya ampun, gua gak bisa percaya kalau akhirnya perawanku akan hilang di surga. Dengan lelaki tampan menemaniku di sini.' Gumam Erin lalu mendekatkan dirinya tanpa rasa malu ke pelukan Arka.

"Sepertinya kau memang sangat menyukaiku ya." Ucap Arka kembali melanjutkan aksinya.

Sayangnya, ronde kedua mereka di pagi hari itu harus terhenti karena suara ketukan pintu.

Tok tok tok....

Awalnya Arka tak menghiraukannya, tapi kemudian ia menyerah karena ketukan pintu itu terus mengalihkan perhatiannya.

Arka segera mendengus kesal dan kembali membungkus dirinya dengan selimut.

"Buka pintunya." Ucapnya pada Erin.

Erin yang kebingungan segera bangkit dari tempat tidur. 'Lah, gua pikir di surga gak bakal ada pengganggu, ternyata surga ini aneh banget! Masa orang lagi asik-asikan sama malaikat tampan mala di ganggu!" Erin meraih baju tidur yang terkapar di lantai dan segera menggunakannya sebelum berjalan ke arah pintu.

'Bah, bagaimana bisa gua merasa seperti hidup. Bahkan pakaiannya pun tak ada bedanya dengan pakaian di bumi.' Erin terus bergumam sampai ia tiba di depan pintu.

Dengan kesal Erin mengulurkan tangannya dan membuka pintu kamar itu.

Seorang gadis dengan tubuh yang luar biasa cantik menyilaukan mata Erin.

'Oh, apa dia juga malaikat? Cantiknya...' Gumam Erin dengan wajah tak percaya melihat bidadari wanita yang sangat cantik.

"Dimana Pak Arka?" Ucap Sinta menerobos membuka pintu kamar Erin.

'Lah, ni malaikat kok gak ada sopannya ya? Main nyelonong ajah!' Erin hendak menghentikan Sinta, tapi ia menarik kembali tangannya karena penasaran dengan apa yang akan terjadi.

"Keluar!" Bentak Aska dengan suara mengintimidasi.

Sinta segera keluar dan menutup pintunya. Ia merasa sangat kesal dan marah, apa lagi melihat noda darah pada selimut putih di atas tempat tidur.

'Bah, dua malaikat ini sepertinya tidak akur.' "Lo,, siapa? Malaikat atau Manusia kayak gua?" Tanya Erin penasaran.

'Apa yang dikatan ni anak culun?' Batin Sinta dengan kesal. "Maafkan aku Mila, aku menganggumu di pagi hari seperti ini. Padahal kau pastinya sedang asik menikmati momen bersama suaminmu. Tapi aku kemari untuk menemui Pak Arka, tiba-tiba ada sesuatu terjadi di perusahaan dan segera membutuhkan bantuan Pak Arka." Ucap Sinta dengan wajah penuh rasa bersalah.

"Eh? Lo ngomong apa sih? Gua gak ngerti, dan lagi nih, di surga emang ada perusahaan ya?" Tanya Erin dengan bingung.

'Anak culun ini kenapa? Kok jadi aneh gini?' Sinta ingin menjawab pertanyaan Erin, tapi ia segera berhenti ketika pintu kamarnya terbuka.

"Pak Arka," ucapnya dengan wajah tersenyum menggoda.

'Buset!!!! Ni malaikat kok mala godain malaikat tampan gua? Gak bisa dibiarin nih!'

"Malaikat tampan yuk masuk kembali ke kamar." Ucap Erin dengan manja sambil melingkarkan tangannya di lengan Arka.

Arka hanya diam saja, ia menatap Sinta yang menggunakan baju terbuka di depannya.

"Mila, tolong kali ini biarkan aku bicara dengan Arka sebentar, ini sesuatu yang mendesak dari perusahaan." Ucap Sinta lagi.

"Tunggu di luar." Satu kalimat dari Arka menghentikan Sinta yang terus melakukan gerakan menggoda.

"Baik Pak." Ucap Sinta lalu berjalan meninggalkan dua orang itu.

Arka tidak memperdulikan Erin lagi dan segera masuk ke kamar, menuju kamar mandi.

'Buset! Situasi macam apa ni? Surga kok rada aneh gini ya?' Gumam Erin yang ditinggal di depan pintu kamar.

BAB 2

Erin masih berdiri di luar kamar saat ia melihat bangunan mewah dimana ia berada.

'Bah,,, pemilik bangunan ini benar-benar membosankan. Bangunannya ajah yang mewah tapi gak ada hiasan sama sekali.'

Erin kemudian masuk kembali ke kamarnya dan melihat semua dekorasi khas kamar pengantin.

Sebuah amplop merah yang terletak di meja rias menarik perhatian Erin.

"Amplop ini seperti pernah kulihat, tapi dimana ya?" Erin memperhatikan amplop itu sebelum membukanya.

Selamat menikah Melaerin. Aerinku tersayang, semoga kau bahagia bersama suamimu.

Tertanda Kakek tersayang.

Selain surat itu, ada juga lembaran uang yabg diselipkan di dalam.

'Milaerin,,, Aerin,,, dimana gua membaca nama ini?' Erin berpikir keras.

"Cepat bersiap!" Ucap Arka yang sudah keluar dari kamar mandi membuat Erin merasa kaget.

Ia segera berbalik dan langsung disuguhi pemandangan menakjubkan dari roti sobek dan rambut basa menggoda milik Arka.

Ya saat ini Arka hanya menggunakan sehelai handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Bersiap untuk apa malaikat tampan?" Dengan langkah pelan Erin berjalan menggoda pria itu dan melingkarkan tangannya di leher Arka.

Sementara Arka yang melihat perubahan gadis itu hanya bisa menatapnya dengan bingung 'Ada apa dengannya? Apa dia depresi karena aku mengambil perawannya kemarin?

Perawan bisa mengubah gadis pendiam dan pemalu menjadi sepeti ini?'

"Kenapa diam saja Malaikat tampanku?" Erin memainkan rambut basah Arka dengan menggigit bibir bawahnya.

Cara Erin segera membangkitkan gairah Arka kembali, pikirannya berkelana kesegalah bagian tubuh Erin.

"Cepat bersiap!" Arka mendorong Erin hingga Gadis itu terpental di atas ranjang. 'Sial! Ada apa denganku?'

"Ahh, malaikat tampanku menyuruhku bersiap sekarang." Erin dengan langkah riangnya segera berlari ke kamar mandi memikirkan dirinya akan kembali merasakan nikmatnya berada di ranjang bersama dengan pria tampan.

Begitu lama waktu yang diperlukan Erin untuk membersihkan diri hingga ia keluar dan mendapati tempat itu sudah kosong.

"Malaikat tampan? Dimana kau?" Ucapnya memeriksa kamar, tapi ia tidak menemukan Arka dimana pun.

"Mmm,, malaikat tampan pasti sedang bersiap memberi gua kejutan!" Erin tersenyum lalu dengan cepat berlari ke meja rias "Gua bakal menunggu kejutan itu."

Setelah merias diri, Erin kemudian turun ke lantai bawah dan kebingungan dengan ruang yang sangat luas. Itu.

"Hadduh!!! Susah amat ya di rumah mewah, nyari dapur aja susah, apa lagi nyari malaikat tampan!" Gerutunya ketika Erin telah berputar lama namun tak mendapati dapur di tempat itu.

"Selamat pagi Nyonya." Ucap seorang pelayan mengagetkan Erin.

"Busetttt bikin kaget ajah!" Gerutunya segera memperhatikan seorang wanita paruh baya di dekatnya.

'Bah! Ini malaikat juga? Malaikat jenis apa yang berpakaian sepeti pembantu, wajahnya bahkan penuh keriput dan,,,'

"Tuan menyuruh saya mengantar Nyonya ke depan." Ucap Pelayan itu.

"Malaikat tampan? Oh, ya ayo kesana." Ucap Erin begitu bersemangat.

"Malaikat tampan!" Ucap Erin dengan perasaan penuh bahagia ketika melihat Arka sedang berdiri di samping mobil.

Dengan cepat ia menghampiri Arka dan memeluk pria itu. "Lo udah nunggu lama ya?" Tanyanya.

Saat itu, Arka segera tepesona melihat dandanan Erin. Gadis yang awalnya culun dan membosankan kini telah berubah menjadi gadis bak malaikat dengan dandanan dan penampilan yang menyegarkan mata setiap lelaki yang melihatnya.

"Malaikat tampan mengapa terdiam? Apa gua terlalu cantik hingga Lo gak bisa berkata apa pun lagi?"

Erin begitu percaya diri dan segera mendekatkan bibirnya mencium Arka.

'Gadis Inis sangat aneh!' Gumam Arka.

"Masuk ke mobil." Ucap Arka.

"Oh,ok!" Ucap Erin segera masuk ke dalam mobil mewah itu.

Di dalam mobil terdapat 6 kursi penumpang, tidak termasuk kursi di samping supir. Dan Sinta telah duduk di sala satu kursi di penumpang paling depan.

"Gua duduk dimana?" Tanya Erin kebingungan.

"Kamu duduk di kursi atas." Ucap Sinta menunjukan kursi kedua dari depan.

"Oh,, lalu, malaikat tampan gua duduk dimana?" Tanya Erin lagi.

'Si culun ini kenapa sih? Sekarang jadi banyak protes, bahkan beraninya dia mencium Arka seperti tadi?' Sudah dari tadi Sinta merasa kesal, apa lagi saat melihat Erin mencium Arka.

Bahkan Arika hanya diam saja menerima perlakuan Erin itu.

"Pak Arka duduk di kursi samping saya." Ucap Sinta.

"Dia duduk di sini?" Tanya Erin mengerutkan keningnya.

"Ya, kamu kan tahu kalau dia selalu duduk di kursi itu, bahkan ia selalu tidak mau kalau aku pindah kursi. Pak Arka selalu menyukai duduk di sampingku." Ucap Sinta penuh percaya diri.

"Maksud Lo? Gua udah tahu? Tapi gau gak tahu apa pun kok." Ucap Erin lalu duduk di kursi milik Arka.

'Hmm,, percuma saja aku khawatir gadis culun ini berubah pemampilan, ia tetap bodoh seperti sebelumnya. Beraninya ia duduk di kursi milik Arka.'

Sinta terdiam menunggu momen saat Arka masuk ke mobil dan mengusir Erin dari tempat duduk itu.

Dengan gaya anggunnya ia meraih laporan yang sudah ia persiapkan dan membaca laporan itu.

'Bah,, malaikat ini! Bagaimana bisa ia begitu sombong? Tapi kalau dia duduk di situ, di mana malaikat tampan gua akan duduk?'

Erin segera melihat ke belakang dimana dua kursi masih kosong yang saling berjajar.

'Apa aku pindah ke atas, biar nanti malaikat tampanku bisa duduk di sampingku.'

Erin segera memutuskan pindah kursi.

'Dasar gadis bodoh. Lihat saja nanti, Pak Arka akan memilih duduk di sampingku.'Gumam Sinta sambil tersenyum sinis.

Sementara di luar, Arka masih terdiam memikirkan Erin.

Tangannya terpaku di bibirnya meraba bekas ciuman Erin.

'Ada apa denganku? Apa sekarang aku jatuh cinta pada gadis culun itu? Secepat itu?'

"Malaikat tampan ayo masuk!" Ucap Erin yang tiba-tiab membuka jendela mobil dan berteriak pada Arka.

Arka segera melihat Erin dan perasaannya semakin kacau, apa lagi saat matanya menangkap bibir mungil milik Erin.

Seluruh pikirannya dibayangi perasaan bercumbu dengan Erin.

"Ayo, tunggu apa lagi, katanya Lo ada kejutan untuk gua?!" Tambah Erin ketika melihat Arka masih tidak menghiraukannya.

Sinta yang mendengar Erin segera mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Erin 'Ada apa dengannya? Bahkan sekarang ia berani berteriak seperti itu pada Arka?’

"Apa Lo liat-liat? Ada masalah? Punya utang sama gua? Sini cepet bayar!" Ucap Erin penuh kekesalan pada Sinta.

'Sial! Beraninya dia berteriak padaku!'

"Maafkan aku Mila, aku hanya kaget melihatmu berdandan seperti itu. Kau terlihat cantik, jadi aku ingin melihatmu lebih lama."

"Ohh," kata Erin dengan singkat lalu kembali melihat keluar jendela. Arka sudah menghilang di luar jendela.

'Cih,! Dasar penjilat. Gua pikir hanya di dunia saja ada penjilat, nyatanya di surga pun ada malaikat berhati setan!'

Melihat Arkan sudah membuka pintu mobil membuat Sinta tersenyum 'lihat ini Mila, kau akan sangat cemburu ketika suamimu memilih duduk dia sampingku. memang akulah yang pantas bersanding dengan Arka.' Gumam Sinta dengan senang.

"Silahkan duduk Pak," ucap Sinta menepuk kursi milik Arka.

"Bah! Ngapain di tepuk? Lo pikir tadi gua ninggalin panu di kursinya?" Protes Erin yang segera merasa tersinggung dengan kelakuan Sinta.

"Maafkan saya Nyonya, saya hanya memastikan kalau Pak Arka duduk di tempat yang benar-benar bersih." Ucap Sinta.

"Ngomong apa Lo barusan? Beraninya lo kurang ajar sama gua!" Erin berteriak kesal pada Sinta.

Sinta baru saja akan menjawab ketika Arka sudah bejalan ke samping kursi Erin lalu duduk di sana.

"Pak," ucap Sinta hendak protes.

"Siapkan laporanmu." Ucap Arka dengan suara datar.

"Baik Pak."

"Ah,, malaikat tampan," Erin segera mendekatkan diri pada Arka dan memeluk lengan pria itu. "Jadi kemana kita akan pergi?" Ucap Erin penuh kesombongan karena berhasil mengalahkan Sinta.

Arka hanya terdiam tak mampu mengatakan apa pun, karena aroma parfum dari tubuh Erin sudah mampu membuat jantungnya berdegup kencang dengan sesuatu yang mulai bangkit pada bagian bawahnya.

"Ok,, gua tahu kok ini kejutan, jadi gau gak bakal nanya lagi." Ucap Erin mulai menutup rapat bibirnya sambil tersenyum penuh ejekan pada Sinta.

...Sebelum lanjut, tolong dukung author dengan menekan tombol ❤️...

BAB 3

Mobil mereka keluar dari rumah mewah milik Arka.

Erin segera mengabaikan Arka dan terfokus pada jendela ketika melihat semua bangunan di sana.

Hal itu membuat Arka merasa lebih baik setelah menahan diri selama beberapa saat.

Biasanya ia adalah lelaki yang tidak tertarik dengan perempuan, bahkan dengan Mila sendiri yang adalah istrinya, ia tidak tertarik sama sekali.

Ia menerima perjodohan dengan Mila hanya untuk menuruti keinginan terakhir kakeknya, tapi siapa sangka kalau malam pertama mereka, kakeknya akan berbuat onar dengan memberi mereka obat perangsang hingga membuatnya harus menyentuh Mila.

"Bah!! Ku pikir di surga gak ada lagi kerja keras, tapi nyatanya surga itu sama aja dengan dunia. Bahkan di sana juga ada pemulung!" Seru Erin yang kebingungan.

"Maaf Bu, ini bukan surga, ini masih dunia. Jadi tentu saja ada pemulung." Jawab Sinta.

"Ini dunia?" Pikiran Erin segera berkelana memikirkan kejadian yang sudah ia lewati.

Semuanya memang mirip dengan dunia, tapi kemudian ia kembali melihat ke arah Arka yang sedang duduk dengan gaya elegannya, layaknya pria bangsawan Yang sombong Karena memiliki segalanya.

'Kalau ini bukan surga, kenapa gua malah dapat malaikat tampan?'

"Ini tahun berapa?" Tanya Erin ketika pikirannya sudah mulai membaik.

"Tahun 2022." Lagi jawab Sinta.

"Bah! Gua mati tahun 2022, trus ini tanggal berapa?" Erin segera mengingat semua kejadian saat terakhir kali ia melihat ponselnya. Memang benar itu tahun 2022.

"22 Maret 2022" lagi jawab Sinta

"Tidak, itu tidak mungkin. Gak mungkin gua sala ingat. Gua ingat, terakhir kali gua berada di dunia saat teman-teman sialan itu melempar gua ke laut. Dan saat itu tanggal 21 Maret 2022." Erin bergumam sendiri karena kebingungan dengan situasi yang ia hadapi.

"Maaf Bu, saya menyelah, tapi kemarin baru hari pernikahan Ibu," Sinta tidak mau membicarakan tentang pernikahan itu, tapi ia memiliki firasat kuat kalau Mila telah menjadi gila. Bagiamana tidak, sikapnya sudah berubah sejak pagi hari itu.

"Pernikahan itu bahkan dihadiri oleh semua keluarga, jadi mana mungkin Nyonya malah dilemparkan ke laut?"

Erin mendengarkan kata-kata Sinta dan semakin kebingungan. "Lo punya fotonya?" Tanyanya kemudian.

Sinta langsung memberikan laptop pada Erin dan memperlihatkan foto pernikahan itu.

"Ini,, tidak mungkin! Gua gak ingat apa pun tentang ini!" Erin menggelengkan kepalanya.

"Bagiamana mungkin anda tidak ingat? Itu terjadi kemarin, bahkan kemarin anda sangat senang memamerkannya ke sosial media." Ucap Sinta kembali memperlihatkan media sosial Mila yang mengaplod foto pernikahannya.

"Ini,, Milaerin, Aerin,, Mila..." Kata Erin segera memutar otaknya hingga ia teringat pada satu novel yang pernah ia baca.

"Jangan bilang,," Erin segera menutup mulutnya mengingat novel itu.

"Apa anda bahkan lupa dengan nama Nyonya?" Tanya Sinta yang melihat Erin dalam keadaan kaget.

Sementara Arka yang duduk dia samping Erin hanya melihat dengan seksama gadis itu, ia mempelajari bagaimana Erin berekspresi.

'Bagus, Arka sudah mulai mengamati Erin, semoga ia segera mengetahui kalau sifat Erin berbeda dari biasanya. Ini bisa menjadi kategori gangguan kejiwaan. Jadi tidak mungkin Arka masih mau bersama dengan gadis yang mengidap gangguan kejiwaan.'

"Jadi namaku adalah Milaerin? Anak yatim piatu yang hanya memiliki kakek saja? Gadis yang culun dan pemalu serta menikah dengan CEO dari grup ternama dan ,," Erin segera menutup mulutnya.

"Ya semua itu benar." 'Bagus, teruslah tunjukkan kekagetanmu hingga kau benar-benar mengalami gangguan jiwa.'

'Tunggu, gua perlu waktu berpikir. Gua masuk ke novel milik Tante gua sendiri, novel yang visualnya ialah gua? Dan di novel ini, gua bakal meninggal di episode 10?' Erin segera ingat semuanya dan ia begitu terkejut mengingat ending dari novel ini ialah SAD ENDING!!!!!!......

'Baguss,, teruslah sepeti itu.' Sinta begitu menikmati ekspresi ketakutan Erin. Apa lagi kini Arka sedang menatap Erin yang kebingungan.

'Berarti sebentar lagi gua bakal mati dong! Mati dua kali, itu gak mungkin kan?' Erin segera melihat ke jendela dan termenung memikirkan nasibnya.

'Ini bukan surga, ini adalah dunia novel. Dan di dunia nyata gua udah mati, jadi hidup gua cuma ada di novel ini saja. Sayangnya novel ini menceritakan gua yang meninggal di BAB 10.

Dan laki-laki di samping gua ini bernama Arka, lelaki yang tidak suka perempuan, apa lagi dengan Mila, gadis culun yang pemalu dan tidak bisa di andalkan.

Meski nantinya Arka tidak menikah dengan Sinta, tapi akhirnya Mila harus mati di tangan Sinta, dan bahkan tidak yang tahu kalau ternyata Mila mati di bunuh, bukannya bunuh diri.'

'Bagus! Sekarang dia terdiam seperti orang gila.' Sinta merasa sangat lega melihat Erin yang kini melamun tidak jelas.

'Kalau ini benar dunia novel, maka saat ini kami pasti sedang dalam perjalanan menuju restoran Prancis yang sengaja dipilih oleh Sinta. Sinta sengaja melakukannya untuk membuat Mila malu karena nggak tahu bahasa Prancis. Pada akhirnya Mila ditertawakan oleh semua pelayan di restoran itu dan mempermalukan Arka.

Bahkan Arka yang awalnya ingin membawa Mila ke rumah kakeknya terpaksa membatalkan rencananya karena Mila sudah kabur dari Arka sebab merasa malu.'

Erin terus memikirkan alur novel Milaerin hingga akhirnya mereka benar-benar tiba di restoran bergaya Prancis.

"Busettt, memang benar restorannya bergaya Prancis!" Kata Erin menggelengkan kepalanya saat apa yang tertulis di novel itu benar-benar kejadian.

"Ada apa Bu? Apa anda tidak suka makanan Prancis?" Tanya Sinta ketika ia melihat ekspresi kaget Erin.

"Tidak suka? Justru gua sangat suka makanan prancis." Ucap Erin sambil tersenyum.

"Baguslah kalau anda suka." Sinta segera turun lebih dulu dari mobil. 'Aku akan melihat bagaimana kau dipermalukan. Seorang gadis kampung tak berpendidikan, beraninya kau melangkah di samping Arka.'

Segera ketiga orang itu memasuki restoran, tapi berbeda dari sebelumnya saat Erin terus menempel pada Arka, maka saat ini Erin menjaga jarak dari pria itu.

'Aku tidak mau mati di dunia novel ini. Di dalam novel diceritakan Mila menggandeng tangan Arka ketika mereka memasuki restoran, sayangnya Arka menepis tangan Mila dan membuatnya ditertawakan di pintu masuk restoran.'

Sementara Arka yang berjalan di depan berusaha memperlambat langkahnya agar Erin bisa menyusulnya. Tapi sayangnya ketika ia memperlambat langkahnya, Erin melakukan hal yang sama, Erin sama sekali tidak mau dipermalukan oleh pria itu.

"Selamat pagi Tuan Arka, selamat pagi Nona Sinta," sapa para pelayan ketika mereka memasuki restoran.

"Selamat pagi semuanya." Jawab Sinta dengan senyum anggunnya.

'Lihat kan, gua sama sekali gak di kenal di sini. Ini semua karena pernikahan itu hanya diketahui oleh keluarga dekat saja, jadi tidak ada orang luar yang tahu kalau aku adalah istri Arka. Bahkan kedua orang ini tidak mau menjelaskan pada semua pelayan itu, apa lagi si Sinta ini yang pastinya gak bakal mau kalau aku di hormati semua orang.' Erin bergumam dengan cuek pada semua pelayan itu dan terus berjalan di belakang Arka hingga mereka akhirnya duduk di meja makan.

Sementara pelayan yang tertinggal hanya bisa kebingungan melihat gadis yang bersama Sinta dan Arka.

"Siapa gadis itu? Dia sangat cantik"

"Apa dia kekasih Tuan Arka ya?"

"Hah, sepeti kalian tidak tahu saja kalau Tuan Arka adalah seorang guy, tidak mungkin dia memiliki kekasih, mungkin saja gadis itu hanya seorang klien."

"Kau benar, tapi kalau diliat-liat, mereka tampak serasi jika bersama. Cantik dan tampan,,, astagaaa seandainya saja Pak Arka bukan seorang guy."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!