Karna kasihan dan ingin sahabatnya bisa merasakan hubungan asmara lagi akhirnya Rose mengatur kencan buta untuk sahabatnya yang sudah menyendiri selama 4 tahun lamanya. Daisy juga tidak mampu menolak rayuan sahabatnya tersebut.
Rose mengirim pesan pada Daisy beberapa jam sebelum dia kencan buta.
"My Honey Daisy jangan sampai telat malam ini, kamu juga harus dandan yang cantik."
"Siap laksanakan, sudah jangan khawatir, aku kan jadi gugup. Aku bersiap dulu, bye."
Daisy tiba di Restoral Hotel Atson yang terkenal mewah dan bergengsi. Sejujurnya dia gugup tapi bisa mengatur emosinya, pertama kalinya juga dia mengikuti yang namanya kencan buta.
Daisy sama sekali tidak tau identitas pasangannya malam ini, dia pun tidak bergitu berkespetasi tinggi.
Tidak lama kemudian seorang lelaki tinggi berpakaian sopan dan berwajah tampan datang menghampirinya
"Selamat malam Daisy, saya Zhafran."
Spontan Daisy langsung berdiri dan ikut mengulurkan tangannya bersalaman dengan lelaki itu. Daisy berusaha mengontrol ekspresi kekagumannya saat menatap wajah lelaki itu. Dia merasakan sentuhan dingin dari genggaman tangan lelaki itu.
*Tangannya h*angat, batin Zhafran.
"Selamat malam Zhafran, silahkan duduk."
"Apa kau sudah sampai dari tadi ? maaf karena sudah terlambat."
"Nggak juga kok belum berapa menit aku sampai, lalu Zhafran datang."
Sambil meminum segelas anggur mereka berbincang singkat, terasa sekali kalau lelaki itu masih sangat kaku saat mengobrol dan banyak menggunakan bahasa yang formal, tapi Daisy hanya memakluminya dengan positif. Daisy suka dengan lelaki yang sopan dan ramah.
Setelah mengobrol singkat keduanya mulai bertukar nomor Whatsapp, Zhafran melihat foto profile Daisy yang bergambar binatang berkaki 4 dan bewarna kuning, di profilenya ada nama Love Pikachu, melihat profile itu dia terkekeh merasa lucu dan imut.
Tidak lama kemudian keduanya memutuskan untuk mengakhiri percakapan mereka malam ini dan kembali pulang kerumah.
Daisy melangkahkan kakinya untuk keluar mencari taksi, sedikit berharap kalau saja Zhafran akan mengantarnya pulang, tapi apa mau di kata toh ini hanya kencan buta yang belum jelas arahnya. Jadi dia tidak menganggap kencan buta ini dengan serius.
Sesampainya di rumah Daisy langsung mencuci muka dan menggosok giginya tidak lupa mengganti pakaiannya dengan piyama lucu bewarna pink.
Sudah menjadi kegiatan rutin baginya setiap malam menatap indahnya bulan dan bintang di langit dari balik jendela, Daisy menengadahkan wajahnya ke langit sambil menikmati teh hangat yang dia pegang dengan kedua tangannya.
Sebelumnya dia pernah mencoba untuk membuka hati dan membiarkan seorang lelaki untuk mendekatinya tapi tidak ada satupun yang pernah serius ataupun berhasil kecuali seseorang dari masa lalunya.
Sudah beberapa hari tapi tidak ada kabar dari lelaki yang bernama Zhafran itu, memang mustahil untuk lelaki setampan dia akan menyukaiku.
Suara Hp Daisy berbunyi, dia pun tersadar dari lamunannya. Ternyata lelaki yang baru saja dia pikirkanlah yang menelpon.
Daisy menjawab panggilan telpon tersebut dengan sopan dan lembut. Tidak banyak percakapan diantara keduanya. Hanya ajakan si lelaki itu untuk bertemu pada pukul 08.00 malam ini di Restoran Mr.Crab. Daisypun dengan hati gembira menyetujui ajakan lelaki itu.
Kenapa aku menjadi segembira ini menerima ajakan darinya sih. Apakah dia juga sengaja mengajakku kesana karena tahu kalau aku suka seafod apa mungkin dia masih ingat obrolan kita lima hari yang lalu.
Setelah pembicaraan telpon berakhir, Daisy dengan sigap membuka lemari bajunya mulai memilah pakaian mana yang akan dia kenakan nanti.
Dia tidak menduga akan ada kencan selanjutnya dengan lelaki yang sama. Muncullah sedikit harapan dengan keraguan di dalam hatinya.
Malam pun tiba, ditatapnya cermin terlihat pantulan dirinya mengenakan gaun merah dengan aksesoris sederhana agar terkesan anggun dan cantik tidak lupa make up simple dengan tatanan rambut yang rapi panjang terurai sebahu membuat tampilannya semakin enak dipandang mata.
Daisy tiba di Restoran tapi kali ini Zhafran sudah duduk menunggunya duluan lalu mata mereka saling bertatapan dan keduanya menjadi salah tingkah.
Dengan sigap Zhafran berdiri lalu menarik kursi untuk mempersilahkan Daisy duduk.
Keduanya saling membalas pujian pada penampilan masing - masing.
"Malam ini kau sangat cantik."
"Terima kasih."
Ya Tuhan ini kali pertama seorang pria tampan sesopan ini padaku, siapa yang tahan dengan tatapan mata yang menggoda itu. Sedikit pujian saja sudah membuatku salah tingkah.
Daisy sadar kalau seharusnya dia tidak berharap banyak pada kencan buta, dia mulai merasa pertemuan kedua terlalu sunyi dan tidak banyak pembicaraan, akhirnya tampak mulai berhati-hati takutnya ada kesan yang memalukan.
Makan malam telah berakhir. Lalu Zhafran memberanikan diri mengajak Daisy berjalan - jalan menikmati indahnya malam. Tanpa ragu Daisy menerimanya.
Keduanya bergandengan tangan melewati Danau Bulan salah satu spot terkenal dan konon kabarnya banyak orang yang menyatakan perasaannya di danau ini, keinginannya akan menjadi kenyataan, misalnya menjadi pasangan kekasih ataupun pernikahan.
"Daisy maaf kalau lancang, tapi apakah kamu berminat dengan pernikahan? jujur saja aku ingin menikah makanya mengikuti kencan buta ini." Tanpa ragu Zhafran memulai obrolan seriusnya.
Daisy terdiam sejenak lalu dia menjawab," tentu saja aku berminat dan ingin menikah. Tapi apa Zhafran yakin akan menikahi seseorang melalui kencan buta?"
Zhafran tersenyum tipis dan berkata," Saya yakin. Jadi apakah Daisy mau menikah dengan saya?"
Daisy lalu tertawa pelan, dia pikir Zhafran hanya bercanda," Hahaha tentu saja aku mau."
Zhafran menghentikan langkahnya sambil menatap mata Daisy lalu berkata," saya serius. Menikahlah dengan saya Daisy."
"Menikah?" Daisy masih syok dengan lamaran mendadak itu, tangannya gemetar, jantungnya berdegup kencang tidak karuan lalu mencubit pahanya memastikan dia tidak bermimpi, jadi dalam diam dia menatap mata lelaki itu dengan serius.
Lelaki di depannya punya paras yang tampan, kedua alisnya terlihat tegas dan tebal, tatapan tajam matanya akan membuat semua hati wanita memanas siapa yang menyangka lelaki yang terlihat sempurna itu akan melamarnya hanya dengan pertemuan singkat. Ekspresi dan sikap Zhafran sangat serius tidak terlihat seperti berbohong.
Lelaki itu mendekatkan diri ke tubuh Daisy lalu berbisik pelan sampai suara nafas memantul di telinganya," kita berdua sudah dewasa bukan remaja lagi jadi sudah saatnya kita memikirkan pernikahan, apa tujuan kita kencan kalau bukan untuk menikah. Jujur saja saya suka pada Daisy dan saya rasa Daisy akan menjadi pasangan yang baik dan ideal untuk saya."
"Maaf aku hanya kaget, bukankah kita baru bertemu dua kali. Tidakkah ini terlalu cepat?"
Ideal dari mana, dia suka sama aku dari pandangan pertama atau gimana ?
Daisy mengatakan isi hatinya, dia ingin menikah tapi tidak pernah terpikir olehnya hari ini akan dilamar seseorang, hatinya belum siap.
"Yah memang cepat, tapi kenapa harus di tunda, jangan pernah menunda niat baik dan juga tidak salah bukan jika di coba ke tahap yang lebih serius.
"Maaf Zhafran tapi menurutku pernikahan bukanlah sesuatu yang tabu untuk di coba- coba, pernikahan itu bukanlah permainan tapi juga membentuk sebuah komitmen penting dengan landasan saling mencintai."
"Daisy seperti yang sudah saya bilang, kita berdua sudah dewasa tapi perasaan cinta itu bisa hilang dan tumbuh jadi saya tidak membutuhkan cinta sama sekali, tapi saya setuju dengan komitmen berumah tangga. Percayalah Daisy saya sadar dengan apa yang saya katakan barusan."
"Jadi apa kau mau menikah denganku karena kebutuhan biologis atau status ?"
"Saya tidak tahu, saya hanya merasa Daisy adalah pilihan yang tepat semenjak saya melihat Daisy waktu itu."
Tidak ada jawaban dari Daisy, matanya hanya menatap Zhafran dengan lekat.
Zhafran hanya lelaki asing yang baru ditemuinya, untuk curiga itu adalah hal yang wajar tapi bagaimana jika lelaki ini bersungguh-sungguh bukankah hal mustahil bisa menjadi mungkin.
"Maaf saya sangat terburu-buru, Daisy juga pasti takut dan perlu mempertimbangkannya dengan matang, apapun keputusan Daisy akan saya terima.
Setelah pulang ke rumah Daisy tidak bisa berhenti memikirkan kejadian malam tadi.
Memang dia mengatakan bahwa pernikahan terjadi karena kedua pasangan saling mencintai tapi apakah cinta itu akan bertahan lama, baginya cinta adalah ketidakpastian tapi dengan pernikahan adalah hal pasti yang nyata bahkan mungkin lebih kuat dari cinta, entahlah apa itu cinta. Bukan cinta namanya kalau hanya membawa luka. Berat untuk mengakuinya tapi Daisy mengerti maksud dari Zhafran, dan dia sendiripun lelah dengan yang namanya cinta.Ya benar Cinta hanya membawa luka.
Bagi Daisy memulai lebih mudah dari pada mempertahankan, hal tersebut tidak bisa dipungkiri dalam suatu hubungan. Terlebih ketika kita berbicara tentang cinta. Selama ini, ada saja hubungan cinta yang kandas begitu saja, tapi tetap meninggalkan luka yang mendalam. Dengan adanya status pernikahan bukanlah kebohongan seperti sepasang kekasih yang mengucapkan kata putus lalu berpisah.
Sudah 3 hari berlalu dan Daisy tidak tenang, dikepalanya selalu muncul perkataan si lelaki yang melamarnya, akhirnya dia membuat keputusan final untuk menerima lamaran dari lelaki tersebut.
Beberapa hari ini dia sibuk mengurus surat-surat untuk syarat pernikahannya dan mendadak memberitahukan keluarganya kalau dia akan segera menikah.
Nyatanya mengurus surat nikah dan syarat lainnya tidak secepat yang kami pikirkan masih perlu proses yang menghabiskan waktu beberapa minggu lamanya.
Keduanya saling menatap dengan perasaan campur aduk tidak bisa di utarakan melalui perkataan. Daisy memegang erat buku dan akta nikah dia masih tidak percaya rasanya kalau sudah menikah.
Sesungguhnya Daisy tidak terlalu mengetahui latar belakang suaminya. Pernikahan ini adalah suatu keputusan berat dan dia harus menerima konsekuensinya nanti. Mereka bisa menikah dengan mudah karena Zhafran yang banyak mengaturnya, Daisy hanya sibuk mengurus surat syarat pernikahan dan mengabari keluarganya yang jauh. Tidak ada pesta meriah ataupun mengundang orang luar.
Zhafran mengantar Daisy ke rumahnya untuk mengemasi barang dan pakaian karna mereka akan tinggal bersama.
Setelah selesai berkemas akhirnya mereka tiba di sebuah apartemen yang ditinggali Zhafran, apartemennya terlihat sangat rapi dan bersih, interiornya juga tidak biasa dan terlihat mahal, sepertinya suaminya orang yang cukup mampu dan memiliki pekerjaan yang baik.
Melihat Daisy kelelahan, Zhafran kemudian berkata," istirahatlah. Saya ada beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan jadi saya akan berada di ruang kerja malam ini."
Daisy mengangguk tanpa bicara lalu menuju kamar.
Apa kami akan tidur bersama, ah aku malas memikirkannya waktunya tidur, aku lelah.
Diruang kerja Zhafran juga tersedia pintu lain yang di dalamnya ada ruangan khusus untuk tidur lengkap beserta ranjang dan sofanya, malam itu Zhafran tidak keluar hanya menghabiskan waktunya dan tidur diruang kerjanya.
Ke esokan harinya.
Hari ini suasana di kantor sangat ribut karena akan ada presiden baru. Sejujurnya Daisy sudah mengetahui hal tersebut dari Rafael Manajer Departemen Bisnis yang juga temannya.
Sarah, salah satu staf departemen humas, menunjukkan ekspresi gembira," Des, dia milikku."
Daisy yang mendengar temannya berbisik pelan hanya tersenyum sambil mengangguk. Sudah tersiar kabar kalau presiden baru itu sangatlah tampan jadi semua pegawai wanita sangat bersemangat dan sibuk memoles wajah mereka.
Sesungguhnya tidak ada yang tahu pasti siapa orang misterius yang menjadi presiden baru di perusahaannya.
Daisy adalah salah satu pegawai elit dan terkenal akan keuletannya yang gila kerja, jadi dia mendapat tugas baru untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya bersama Presdir baru.
Sejenak banyak tatapan panas menuju ke arahnya.
Daisy hanya mengangguk sambil menarik nafas pelan, berusaha menunjukkan kondisi kerja terbaiknya.
Beberapa menit kemudian ada suara langkah berat, di lihatnya seorang pria tinggi ber jas perak ke abuan berjalan sangat elegan melewati kerumunan yang berjejer dengan rapi itu.
Daisy tertegun kaget, pria yang lewat di depannya jelas adalah suaminya Zhafran.
"Nggak mungkin!" Daisy bergumam pelan sambil mencubit pipinya berharap dia bangun dari mimpi manisnya, tapi setelah mencubit pipinya pandangan di depan wajahnya sama sekali tidak berubah masih dengan lelaki yang sama yaitu suaminya.
Paras yang sempurna, kedua alisnya yang tebal, tatapannya yang tegas sudah jelas kalau pria itu adalah suami yang baru saja dinikahinya.
"Zhafran," ucapnya pelan tapi hanya dirinya sendiri yang bisa mendengarnya.
Bersambung.
Note : Budayakan Membaca Sampai Habis.
Hanya awal terinspirasi, mungkin ada readers yang pernah dan mikir kok mirip? oleh sebab itu silahkan jika berminat baca sampai habis, dikarenakan ceritanya berbeda.
Jika suka dan berkenan silahkan dilanjut dan menunggu updatenya, jangan lupa tinggalkan jejak berupa like, komen, vote dan klik ❤.
Mata Zhafran dan Daisy saling bertatapan, tapi Zhafran hanya lewat mengabaikannya dengan senyuman tipis di bibirnya.
Semakin yakin kalau yang barusan menatapnya adalah suaminya, Daisy menjadi sangat shock, lelaki yang dia pikir orang biasa ternyata adalah seorang boss misterius yang baru saja di gosipkan.
Ada perasaan campur aduk yang tidak dapat di lukiskan apalagi ketika lelaki itu hanya menatap sejenak lalu berlalu lewat begitu saja di depannya seolah mereka tidak saling mengenal.
Mengalami kejadian tersebut membuat hatinya berdegup kencang, banyak tanda tanya di benaknya. Dia jelas yakin lelaki yang barusan lewat adalah suaminya tapi mengapa sangat acuh seperti orang asing. Tapi beberapa saat kemudian pikiran nya kembali jernih dia berusahan untuk berpikir positif, saat ini sedang bekerja fokusnya tidak boleh teralihkan karena suami yang di kenalnya adalah seseorang yang lembut dan sopan, tidak mungkin baginya untuk mengabaikan istrinya.
Segera Daisy melangkahkan kakinya mengikuti Presiden itu dari belakang, di waktu yang sama dia tengah sibuk menyembunyikan emosi pribadinya untuk menghadapi boss barunya sebagai seorang profesional.
Semua pandangan dan sambutan ditujukan hanya untuk boss baru di perusahaan itu.
Daisy yang berusaha profesional mengikutinya dari belakang tapi tetap saja hatinya berdegup kencang dan nafasnya seolah tersendat berat, wanita normal mana yang akan bisa tenang jika berada dalam posisinya.
Ada beberapa pejabat penting dari departemen yang berbeda mulai dari Departemen Pemasaran, Departemen Pengadaan, Departemen Keuangan, Departemen Perencanan Bisnis dan lain sebagainya.
Ketika Daisy mau duduk kakinya tersandung dan jatuh ke pelukan suaminya, dengan respon yang cepat Zhafran langsung menolongnya, adegan tampak seperti pangeran menolong putri. Semua mata tertuju pada mereka segera keduanya kembali ke posisi semula lalu dengan suara pelan suaminya berbisik," istriku."
Daisy yang kaget dengan wajah terpana pipinya langsung memerah dan hampir saja membuat kesalahan konyol, Daisy yang takut reporter merekam atau memfoto segera memperbaiki posisi dan ekspresi wajahnya
Sara yang sangat peka segera menghampiri Daisy setelah acara penyambutan selesai.
"Des, kamu sengaja kan? sudah ku bilang aku yang akan mendekati CEO baru itu, jadi jangan bertingkah dan tahu diri dong, wajah kampungan kaya kamu gak pantas disandingkan dengannya."
Daisy yang lelah, lalu menoleh ke Rachel dan berkata," Bu Rachel. Saya akan kembali ke Departemen Bisnis."
Melihat Daisy yang hanya pergi menjauh mengabaikannya, Sarah meremas roknya menahan emosi," cewek sialan sok cantik beraninya mengabaikanku, awas saja nanti akan ku beri dia pelajaran."
Mata Rachel menatap mata Sarah dengan dingin dan tegas," kamu gak punya kerjaan lain yah selain berdandan tebal dan mengganggu orang lain, kalau ingin melawannya setidaknya bekerja keraslah dan naik lah ke tingkatan yang lebih tinggi, tidakkah kau punya kemampuan ? jangan bertingkah memalukan."
Sarah yang mendengar perkataan monohok dari sepupunya hanya bisa menggertakkan gigi menahan amarahnya yang semakin menggebu.
Daisy kembali ke ruangannya tapi sepanjang perjalanan dia hanya mendengar rekan- rekan yang bekerja di kantor yang sama dengannya hanya membahas bertapa sempurnanya CEO baru mereka.
Diana salah satu staf sekaligus temannya menghampiri Daisy yang tiba di ruangan," Daisy betapa beruntungnya dirimu bisa bekerja sama dan dekat dengan CEO baru kita, yang super tampan dan cool itu, tidakkah kamu akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekatinya. Kau tahu banyak sekali wanita yang iri denganmu.'
Dengan senyuman manis Daisy menjawab," beliau memang tampan tapi aku harus profesional saat bekerja aku tidak akan meliriknya sebagai wanita tapi aku menghormatinya sebagai pegawai, jadi ini hanya tentang pekerjaan. Berdiskusi dan bekerja sama dengannya , jika kau ingin melakukan hal yang sama bekerja keraslah."
Diana yang berniat bercanda dengan Daisy sampai kebingunan ingin membalas apa dengan jawaban monohok itu," kau tahu walaupun aku mengatakan hal barusan tetap saja seseorang seperti CEO pasti sangat sulit untuk kita jangkau, rakyat jelata seperti kita bukanlah sandinganny, baginya mungkin kita hanya remahan roti."
Rafael Manajer Departemen Bisnis berjalan ke arah ruangan tersebut untuk memberikan arahan," Presdir akan mampir untuk menyapa jadi kembalilah ke posisi kalian.
Mengetahui fakta bahwa suami yang baru saja di nikahinya adalah Zhafran seorang Presdir tidak lantas membuat Daisy senang justru dia perlu waktu untuk mencerna dan menerima kenyataan mengejutkan itu, bahkan dia tidak tahu bagaimana di rumah nanti menghadapi suaminya.
Beberapa lama kemudian.
Boss baru mereka datang dengan sangat elegan sambil memperhatikan beberapa pegawai dengan senyuman dinginnya, setelah itu pergi meninggalkan Departemen Bisnis.
Semua pegawai hanya membahas apakah bos baru mereka sudah menikah atau belum. Mendengar hal ini Daisy lagi - lagi mengerutkan dahinya hanya bisa menarik nafas dengan berat. Bagaimana jika mereka tahu bahwa Daisy adalah istri dari bos baru mereka, mungkin saja semua wanita yang ada disini akan mengulitinya hidup-hidup.
Sudah jam lima sore akhirnya pekerjaannya selesai tapi bukannya tenang justru dia malah gelisah dan ragu-ragu apakah sebaiknya pulang atau tidak. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri bagaimana cara menghadapi suaminya nanti di rumah.
Sebelum pulang Daisy mampir ke mini market. Dia mau membeli beberapa bahan makanan, dia tau kalau perut dalam keadaan kosong masalah tidak akan selesai yang ada dia akan sakit.
Setelah selesai berbelanja Daisy berjalan pulang dengan membawa bawaan belanjaan di kedua tangannya, saat mau masuk kedalam rumah dia bertemu dengan suaminya yang berdiri tegak hendak membuka pintu.
Reaksi Zhafran cukup cepat dia segera mengambil bahan belanjaan dari tangan Daisy.
Keduanya tidak berbicara tapi seolah paham dengan situasi nya mereka saling mengerti.
Zhafran yang tidak bisa memasak mulai menatap Daisy. Daisy yang paham akan tatapan itu langsung berkata," tugas masak serahkan saja padaku. Kamu istirahatlah."
Zhafran tersenyum malu lalu dia menuju sofa duduk diatasnya sambil menyalakan TV.
Daisy mulai memakai celemek lucu bewarna merah muda dia bersiap untuk membuat masakan.
Terkadang Daisy mencuri pandang memperhatikan Zhafran. Karna terus terngiang di kepalanya bagaimana bisa lelaki dengan tampilan bak malaikat bisa menikahinya yang hanya rakyat jelata. Dan juga cukup aneh lelaki dengan pekerjaan yang bagus dan rumah yang mewah malah mengikuti kencan buta hanya untuk menikah. Pasti diluar sana banyak wanita yang mengantri menjadi pasangannya.
Setelah mengetahui identitas suaminya Daisy tidak tahu bagaimana harus memulai percakapan.
Saat dia tengah melamun, Zhafran mendekat dan berkata," maaf ya merepotkan. Apa perlu bantuanku?" tanya Zhafran dengan lembut tapi suara nafasnya terdengar sampai ke ubun-ubun.
Tersadar dengan perkataan suaminya, Daisy merasa mungkin walaupun tanpa di dasari cinta hubungan mereka akan berjalan dengan baik jika keduanya mengelola pernikahan dengan hati dan komitmen.
"Zhafran pergi mandi saja. Biarkan aku yang mengurus makan malam kita."
"Terima kasih istriku."
Betapa berdebarnya dia ketika Zhafran memanggilnya dengan sebutan istri.
Daisy hanya membalasnya dengan senyuman sambil mengangguk pelan.
Walaupun sudah hidup bersama tapi percakapan mereka masih kaku layaknya orang asing, tapi Daisy percaya hubungan seperti ini lebih baik ketimbang memulainya dari rasa cinta.
Akhirnya Daisy melanjutkan aktifitasnya di dapur memasak makanan dengan penuh semangat .
Beberapa saat kemudian Zhafran kembali lagi.
"Apa perlu bantuan ku ?" bertanya dengan malu-malu.
"Sebentar lagi selesai kok, kamu tunggu saja di meja makan," Daisy sadar kalau hari sudah mulai gelap dan mungkin saja suaminya sedang menahan laparnya.
Lucunya dia mau membantu tapi kebingungan.
Menikahi Zhafran juga adalah keputusannya, tidak perduli latar bekanganya mereka sudah menikah jadi Daisy hanya akan menerimanya.
Bersambung.
Note :
Ada yang suka Drakor ? kita sama.
Yang suka silahkan menikmati dengan tinggalkan jejak berupa Like, Koment, Vote dan Ratenya biar Author semangat 🥰
Presiden Direktur (Presdir) (untuk Presdir sudah jarang digunakan) (Inggris Amerika: CEO/Pejabat eksekutif tertinggi )Jadi masih bingung. Mengenai jabatan sebenarnya author juga rada bingung dan bermodalkan Google.
"Makanannya sudah siap ayo makan," ajak Daisy kepada Zhafran yang sibuk dengan ponselnya.
Zhafran mengangguk kemudian menuju meja makan.
Keduanya duduk bersama menikmati hidangan di meja makan dengan serius, mereka saling berhadapan karena bentuk meja makannya bundar tidak begitu besar tapi juga tidak kecil ukurannya sederhana cocok untuk pasangan muda. Sayangnya suasana saat makan menjadi sunyi dan sepi tidak ada satupun dari mereka berbicara.
Daisy sedikit banyak saat makan selalu melirik ke arah suaminya, tapi suaminya hanya serius menyantap makanannya dengan lahap.
Selama beberapa tahun terakhir Daisy memang selalu memasak dan menikmatinya sendirian, walaupun sendirian saat makan setidaknya dia bisa menonton TV tapi saat bersama suaminya rasanya suasana menjadi sangat membosankan, setiap kali dia ingin menggerakkan bibirnya untuk memulai percakapan tapi setiap dia menatap ke arah suaminya keberanian untuk berbicara itu sirna.
Setelah selesai makan malam, Zhafran menawarkan dirinya untuk mencuci piring. Walaupun Daisy sedikit kaget ada rasa senang di hatinya membuatnya tersenyum tipis, dia juga tidak menolak justru bangga dengan suaminya karena mau berbagi tugas rumah tangga, sempat dia terkekeh kecil mengingat suaminya adalah bos besar tapi mau mencuci piring untuk meringankan beban istrinya.
Dalam diam Daisy memperhatikan suaminya yang tengah sibuk membantunya membersihkan meja dan memindahkan piring untuk di cuci, sekali lagi Daisy tersenyum tipis dan berdecak kagum.
"Praaaak," suara piring pecah.
Mendengar suara piring pecah Daisy langsung mendekati suaminya. Dia melihat suaminya dengan tatapan mata kosong tanpa ekspresi menatap piring pecah dilantai.
Baru saja Daisy takjub dengan kelakuan suaminya tidak lama kemudian piring yang dipegang suaminya malah jatuh ke lantai dan pecah. Tapi dia hanya mengira itu suatu kewajaran kalau pria tidak biasa mencuci piring apalagi sekelas Zhafran.
"Istirahatlah, biarkan aku yang membersihkannya," ucap Daisy pelan dengan memasang senyuman hangat diwajahnya.
Zhafran yang masih kagetpun menjawab," jangan, aku bisa menyelesaikan tugasku."
"Tidak apa biarkan aku sa..." belum sempat Daisy menyelesaikan kalimatnya, Zhafran langsung menatapnya dengan tegas, seolah dia paham maksud tatapan itu akhirnya Daisy mengangguk dan berjalan keluar dari dapur membiarkan suaminya melanjutkan tugasnya.
Sambil mandi Daisy berpikir keras mengenai pernikahannya dengan Zhafran. Apakah keputusannya terlalu cepat karena dibutuhkan banyak persiapan agar semakin mantap. pernikahan juga bukan cuma perkara materi semata ataupun berhubungan badan, tapi juga butuh hal lain untuk bisa menjadi seorang istri yang baik, termasuk skill dan kualitas diri. Dia sangat ingin menunjukkan kualitasnya sebagai seorang istri yang mengerti keinginan suaminya. Tapi dia mengingat perkataan suaminya yang tidak mengharapkan cinta, apakah dia bisa menjaga hatinya.
Setelah selesai mandi Daisy melanjutkan aktivitasnya dengan membuat teh didapur sambil memperhatikan suaminya yang sedari tadi cuci piring. Apakah seorang CEO akan mencuci piring selama ini, akhirnya Daisy tersenyum tipis lagi.
Mata mereka saling memandang, tatapan mata suaminya begitu panas mengundang gairah, melihat lelaki tampan mencuci piring terlihat sangat se ksi dimatanya. Melihat reaksi yang tidak biasa dari istrinya Zhafran hanya tersenyum manis.
Daisy yang kaget dengan senyuman suaminya merasa malu dan wajahnya memerah, mengingat hal apa yang tersirat di pikirannya. Dia takut suaminya menjadi terlalu peka dan menyadari istrinya yang salah tingkah itu akan menjadi hal yang memalukan.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya di dapur, Zhafran mendekati Daisy dan memulai obrolan.
"Daisy ada beberapa hal yang ingin kubahas denganmu." Zhafran menatap mata Daisy yang memancarkan kelembutan.
Merasa paham dengan maksud Zhafran. Daisy langsung berbicara dengan tegas.
"Zhafran aku tidak akan mencampur adukkan kehidupan pribadiku dengan pekerjaan, ketika di kantor aku akan fokus dalam lingkaran pekerjaan. Aku juga sadar punya hubungan personal dengan atasan bisa menjadi sangat rumit jadi aku mengetahui batasanku. Aku akan bertindak profesional tentunya aku tidak ingin ada gosip tidak sedap ataupun adanya pernyataan yang tidak bertanggung jawab dibelakang kita," Daisy memotong pembicaraan Zhafran sebelum selesai menyelesaikan kalimatnya.
Sudah beberapa tahun dia bekerja keras di perusahaan itu akhirnya bisa mendapat posisinya yang sekarang. Dia juga tidak mau pekerjaannya hancur karna hubungannya dengan Zhafran. Meraih posisi yang sekarang dibutuhkan kerja keras 4 tahun lamanya.
Ekspresi Zhafran tetap tenang dan melanjutkan pembicaraannya," jujur saja aku sama sekali tidak bermaksud menyembunyikan identitasku dan ketika melihatmu berada disana perasaanku menjadi tidak karuan, aku takut kau akan salah paham, sebabnya aku tidak mengumumkan hubungan kita di publik."
"Aku tahu, tenang saja aku akan bertindak profesional dan tidak menggabungkan urusan personal dan pekerjaan," jawabnya sambil mengangguk.
Mereka menikah bukanlah untuk memamerkannya ke publik bahkan tidak ada cinta di antara mereka, dia tidak ingin merusak karir yang susah payah dia bangun akan rusak dan dia juga tidak yakin akankah hubungan pernikahannya berlangsung dengan lama.
Melihat ekspresi tegas Daisy, Zhafran langsung berkata lagi, " apakah kita bisa mengunjungi mertua?"
"Jujur saja aku ingin bertemu dengan keluarga Daisy," maaf mungkin terlalu terlambat."
"Suatu saat aku akan membawa Zhafran bertemu dengan ayah. Kalau Zhafran bagaimana?"
"Ya," jawab Zhafran.
"Ya?" tanya Daisy.
"Apakah Daisy mau bertemu dengan orang tuaku ?"
"Hemm." Daisy menunduk malu.
"Orang tuaku selalu sibuk, akan tiba waktunya kita bertemu mereka."
Sudah empat tahun Daisy tidak bertemu dengan ibu dan adiknya.
"Hemm, sejujurnya aku punya masalah dengan keluargaku tapi aku belum bisa menceritakannya."
"Bicaralah ketika mau berbicara, kalau tidak ya tidak. Aku tidak masalah apapun itu, aku menikahi Daisy karna aku percaya Daisy bisa menjadi istri yang baik, sekarang kita sudah menikah. Aku adalah suamimu begitupula kamu adalah istriku. Sekarang kau adalah tanggung jawabku, kita saling memiliki sekarang dan di masa depan. Ingat kau harus mengandalkanku jangan mengurus semuanya sendiri. Menikahi mu adalah kemauanku, aku ingin kita bersama selamanya.
Mendengar perkatan suaminya membuat dada Daisy berdegup kencang, bagaimana bisa seorang yang tanpa cinta mengucapkan kata-kata seromantis itu, rasanya ingin menangis tapi dia menahan emosinya dengan stabil, semua perkataan yang dikeluarkan dari mulut suaminya bisa membuat salah paham, bagaimana bisa dia mengatakannya dengan wajah polos itu, tau kah dia arti dari perkataannya itu. Tapi disisi lain Daisy menjadi sangat senang, rasanya ada kupu-kupu yang masuk kedalam kepalanya perasaan yang tidak dapat diungkapkan.
Daisy menatap mata suaminya yang penuh dengan ketulusan itu dan menjawab," aku juga ingin tinggal bersamamu selamanya dan terima kasih karena sudah perduli denganku."
"Mendengar jawaban yang sama dari istrinya sambil menatap wajahnya yang kecil dan imut itu lalu Zhafran berkata," Jadi, bisakah istriku berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkanku, tidak perduli masalah apapun yang terjadi jangan pernah berpaling dan mencampakkanku."
"Bagaimana jika ternyata kamu yang malah meninggalkan ku?"
"Di keluargaku tabu mengucapkan kata cerai, dari turun temurun tidak ada yang pernah bercerai atau saling meninggalkan, walaupun aku tidak bisa memberikan cinta tapi aku akan selalu ada untukmu. Bukankah itu cukup ?"
"Bagaimana kalau orang tua Zhafran tidak suka padaku?"
"Kau bahkan belum bertemu mereka. Sudah jangan dipikirkan lagi."
(kapan dapat laki begini hiks).
Sambil mengangguk pelan," aku akan menjadi istri yang bisa kau banggakan dan tidak akan pernah meninggalkanmu."
Daisy tahu perkataan itu tulus keluar dari bibir suaminya tapi dia takut tenggelam lagi akan penghianatan tapi dia benar-benar berusaha untuk bangkit dia juga tidak menyangka kalau suaminya bisa semanis ini, bahkan kedengaranya janji itu lebih kuat dari pada kata Cinta.
Bersambung.
Note : Budayakan membaca sampai habis 😊
Terinspirasi dari cerita luar tapi di kemudian ada beberapa orang yang mendukung karya ini alias suka. Kebetulan juga aku perlu menuangkan imajinasi liarku, akhirnya cerita ini di lanjutkan.
Jangan lupa berikan Koment, Rate , Klik ❤ dan Like kalian, karena hal kecil seperti itu bisa membuat author semakin semangat melanjutkan ceritanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!